PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS

  

PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN

PENGGUMPAL LATEKS

  • * Rizka Hardiyanty, Ade Heri Suheri, Farida Ali

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  Email: rizkahardiyanty@gmail.com  ; umikrachmi@gmail.com

  

Abstrak

Buah mengkudu merupakan salah satu tanaman yang kaya akan manfaat. Selain di dunia medis sari

buah mengkudu juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan alternatif penggumpal lateks

pengganti asam formiat. Kandungan asam yang terdapat dalam buah mengkudu dan dengan ph yang

berkisar dari 3,6-4,3 apabila dicampurkan dengan lateks maka akan membentuk koagulan. Koagulan

yang digunakan berupa sari dari buah mengkudu. Sari buah mengkudu yang digunakan adalah sari buah

mengkudu matang dan sari buah mengkudu peram. Variable yang digunakan adalah volume sari

mengkudu, waktu kontak dan suhu mengkudu. Metode yang kami pergunakan adalah dengan

mencampurkan antara sari mengkudu dengan lateks dan memperlakukannya berdasarkan perlakuan

masing-masing. Berdasarkan hasil pengamatan kami, volume koagulan optimum adalah 10 ml. Baik

untuk sari mengkudu matang maupun sari mengkudu dengan pemeraman. Waktu kontak penggumpalan

optimum untuk sari mengkudu matang adalah 36 jam sedangkan untuk sari mengkudu dengan

o pemeraman 24 jam. Dan temperatur sari mengkudu optimum adalah 30

  C, baik untuk sari mengkudu matang maupun dengan pemeraman.

  Kata kunci: karet, koagulasi, lateks, mengkudu.

  

Abstract

Mengkudu is a plant that is rich in benefits. In addition to the medical world mengkudu juice can also be

used as a substitute alternative materials latex coagulant formic acid. The content of acid in mengkudu

and pH about 3.6-4.3 when mixed with latex it will form a coagulant. Coagulant used was mengkudu

juice. Mengkudu juice used was ripe mengkudu juice and mengkudu foul juice. Variable used is the

volume of mengkudu juice, mengkudu contact time and temperature. The method we use is a mix between

mengkudu juice with latex and treated based on their respective treatments.

  Based on our observations,

  

the optimum coagulant volume is 10 ml. Good for mature mengkudu juice and mengkudu juice with

curing. Optimum contact time for clotting mengkudu juice is cooked for 36 hours while the mengkudu

o juice with 24 hours of curing. And mengkudu juice optimum temperature is 30

  C, good for mature mengkudu juice or with curing.

  Keywords: coagulation, latex, mengkudu, rubber.

  1. yang baik. Dengan alasan harga yang mahal dan

  PENDAHULUAN ketersediaan yang langka, masih banyak petani

  Secara umum bahan penggumpal lateks karet yang tidak menggunakan asam formiat yang selama ini banyak digunakan adalah asam sebagai bahan penggumpal. Mereka lebih formiat. Penggumpalan dengan asam formiat cenderung memakai bahan penggumpal lain, dapat menghasilkan karet dengan sifat teknis seperti asam sulfat (H SO ), tawas dan bahan

  2

  4 Page 54 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

  asperulosida, aambutanoat, asam benzoat, benzil alkohol, 1-butanol, aam kaprilat, asam dekanoat, (E)-6-dodekeno-gamma-laktona, (z,z,z)-8, 11,14-

  d.

  Kandungan kimia pada bagian buah mengkudu yakni askorbat, asam asetat,

  Species yang satunya lagi adalah M. bracteaca. Species ini berasal dari Pulau Butung dan banyak di budidayakan di Maluku sebagai penghasil zat warna untuk bahan pencelup benang, kain, kain batik, dan kerajinan anyaman dari daun pandan.

  L, yang dikenal sebagai mengkudu Bogor dan species ini banyak dimanfaatkan untuk obat.

  Dari species-species di atas, hanya ada dua yang sudah umum digunakan yaitu M. citrofilia

  M. citrofilia L, M. eliptica, M. bracteaca, M. linctoria, dan M. oleifera.

  Species citrifolia dalam bahasa Inggris dinamakan ‘indian mulberry’ dan nama ilmiahnya morinda citrofilia L. Beberapa species mengkudu yang ada di Indonesia adalah

  Angiospermae , Sub filum Dicotyledona, Divisi Lignosae , Famili Rubiaceae, Genus Morinda,

  Mengkudu termasuk kedalam filum

  Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks kebun mutlak diperlukan, terlebih jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh. Zat yang digunakan sebagai bahan pengawet disebut dengan zat antikoagulan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH

  Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang menghasilkan lump atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian seperti ini biasa terjadi ketika lateks berada didalam tangki selama pengangkutan menuju pabrik pengolahan.

  Pengaruh Enzim Enzim proteolitik yang terdapat di dalam getah karet yang akan menghidrolisa ikatan peptida dari protein menjadi asam amino yang mengakibatkan partikel karet kehilangan selubung sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan maka lateks menjadi tidak stabil atau mengalami koagulasi.

  Penambahan Elektrolit Penambahan larutan elektrolit yang mengandung kation berlawanan dengan partikel karet akan menurunkan potensial elektro kinetik sehingga lateks menjadi koagulasi. Kation dari logam alkali dapat juga digunakan sebagai koagulan.

  c.

  • didalam zat antikoagulan akan menetralkan ion H

  Penurunan pH lateks Penurunan pH terjadi karena terbentuknya asam hasil penguraian oleh bakteri. Apabila lateks ditambahkan dengan asam akan terjadi penurunan pH sampai pada titik isoelektrik sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan. Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi sehingga selubung protein yang berfungsi melindungi partikel karet akan terjadi tumbukan yang menyebabkan terjadinya koagulasi. Koagulasi akan terjadi di daerah dimana potensial tidak mantap (stabil) yang dinamakan daerah potensial stabilitas kritis yaitu dengan pH sekitar 3,7 sampai 5,5.

  b.

  Dehidrasi Koagulasi lateks secara dehidrasi dilakukan dengan menambah bahan atau zat menyerap lapisan molekul air di sekeliling partikel karet yang bersifat sebagai pelindung pada lateks, zat yang dapat digunakan misalnya alkohol, aseton, dan sebagainya.

  Koagulasi lateks adalah peristiwa terjadinya perubahan fase sol menjadi gel dengan bantuan koagulan. Koagulasi lateks dapat terjadi karena: a.

  60

  25,0 – 40,0 1,0 – 2,0 1,0 – 1,5 1,0 – 1,5 0,1 – 1,5

  Karet (Cis 1,4- poliisoprene) Karbohidrat Protein dan senyawa nitrogen Lipid Senyawa anorganik Air

  Komposisi Persentase (%)

  Tabel 1 Komposisi Lateks Segar

  Komposisi kimia lateks segar secara garis besar adalah 25-40% karet dan 60-75% merupakan bahan bukan karet. Kandungan bukan karet ini selain air adalah protein (globulin dan havein), karbohidrat (sukrosa, glukosa, galaktosa dan fruktosa), lipida (gliserida, sterol, dan fosfolipida). Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim, sistem deres dan penggunaan stimulan. (Harahap, 2008).

  • – 75 Penggumpalan adalah peristiwa perubahan fase sol menjadi fase gel dengan bantuan bahan penggumpal yang biasa disebut dengan koagulan. Lateks akan menggumpal jika muatan listrik diturunkan (dehidrasi), pH lateks diturunkan (penambahan asam H+) dan penambahan elektrolit. (Abednego, 1981).
    • pada lateks sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan.

  Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 55 penggumpal alami. Fakta di atas membuka peluang bagi pengembangan bahan penggumpal alternatif. Bahan alternatif yang digunakan berupa sari buah mengkudu yang umumnya mempunyai pH yang asam.

  Page 56 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

  asamekosatri-noat, asam elaidat, etil dekanoat, etil-ektanoat, etil benzena, eugenol, eugenol, glukosa, asam heptanoat, 2-heptanon, hexanal, hexanamida, asam hexaneudioat, asam hexanoat. (Aalbersberg, 1993)

  Bahan alternatif yang digunakan berupa sari buah mengkudu yang umumnya mempunyai ph yang asam yaitu 3,6-4,3. Hal ini mendorong kami untuk meneliti sari buah mengkudu variasi mengkudu matang dan mengkudu tanpa peram sebagai bahan alternative penggumpal lateks kebun dengan perlakuan variasi volume, waktu konyak, dan temperatur yang akhirnya bias dimanfaatkan sebagai pengganti asam formiat.

  Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahan pengerjaan. Pada tahap pertama kita harus terlebih dahulu mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipergunakan. Dalam hal ini lateks basah dan sari mengkudu baik yang matang maupun yang telah diperam. Lateks langsung kami ambil dari kebun karet di sekitaran daerah Indralaya Selatan. Lateks diambil dipagi hari dengan harapan untuk mendapatkan lateks yang belum mengalami prakoagulasi. Lateks yang telah diambil kemudian disaring untuk memisahkannya dari kotoran yang mungkin terbawa. Lalu latek tersebut dipersiapkan di dalam beker gelas sesuai dengan kebutuhan. Untuk sample pengaruh volume dipergunakan variasi volume di dalam 5 buah beker gelas yaitu : 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml. Sedangkan untuk sample pengaruh waktu kontak volume sari mengkudu dibuat sama pada masing-masing beker gelas yaitu 4 ml. Hal yang sama juga dilakukan pada sample pengaruh temperatur.

  Adapun mengkudu yang kita pergunakan dalam penelitian ini adalah mengkudu yang matang di pohon. Mengkudu kami dapat dari daerah Permata Hitam Indralaya. Mengkudu yang diperoleh disortir untuk memisahkan antara yang matang, mentah maupun busuk. Mengkudu matang yang didapatkan dari hasil sortir kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu: kelompok mengkudu matang dengan kelompok mengkudu yang dipersiapkan untuk diperam. Mengkudu matang selanjutnya di peras sehingga didapatkan sarinya tanpa ada penambahan air terlebih dahulu. Setelah didapatkan sari mengkudu matang penelitian dilanjukan ke tahap pencampuran antara sari mengkudu matang dengan lateks sesuai dengan takaran di atas.

  Sedangkan untuk mengkudu matang yang dipersiapkan untuk diperam. Diletakkan dalam sebuah wadah. Lalu di diamkan selama 7 hari. Setelah melewati waktu 7 hari mengkudu peram di peras dan dipisahkan sarinya. Untuk selanjutnya melalui proses yang sama dengan mengkudu matang pada tahap pencampuran.

  Pada tahap pencampuran dilakukan proses pengadukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penggumpalan di sejumlah titik saja. Setelah proses pengadukan dirasa cukup maka penelitian masuk ke tahap pengamatan/pencatatan hasil. Hasil yang diperoleh kemudian dijadikan dasar pembuktian hipotesa.

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. METODOLOGI

  Hasil pengamatan dari penelitian pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap peristiwa koagulasi lateks menjadi karet. Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat telah terjadi perbedaan antara hasil koagulasi dengan sari mengkudu matang maupun sari mengkudu yang telah diperam. Adapun data hasil pengamatan secara lengkap diuraikan dibawah ini :

  Sebelum melakukan penelitian, derajat keasaman (pH) dari kedua bahan di ukur dengan menggunakan pH meter dan menunjukkan derajat keasaman sebagai berikut : a.

  Sari buah mengkudu tanpa pemeraman : pH Lateks : 6,44 pH Sari Mengkudu : 4,02 b. Sari buah mengkudu dengan pemeraman selama 7 hari : pH Lateks : 6,80 pH Sari Mengkudu : 3,60

  3.1. Pengaruh Variasi Volume Koagulan

  Tabel 2 Data hasil pengamatan pengaruh variasi volume koagulan (sari mengkudu tanpa pemeraman) terhadap berat karet yang dihasilkan

  Volume Sari Mengkudu (ml) Volume Lateks (ml) Waktu Kontak (Jam) Berat yang Dihasilkan (gr)

  2 15 4 12,574 4 15 4 13,810 6 15 4 14,027 8 15 4 17,202 10 15 4 17,609 Tabel 3 Data hasil pengamatan pengaruh variasi dengan asam sari mengkudu meningkat, dan volume koagulan (sari mengkudu peram) partikel – partikel terdispersi akan lebih mudah terhadap berat karet yang dihasilkan bergabung untuk membentuk agregat yang lebih

  Volume Berat yang Volume Waktu besar (mengalami agregasi) yang menyebabkan

  Sari Dihasilkan

  emulsi pecah dan berat karet yang dihasilkan

  Lateks Kontak Mengkudu (gr) (ml) (Jam) meningkat. (ml)

  Pada waktu terjadinya pemecahan emulsi, 2 15 4 11,754 ada dua gaya yang mempengaruhi proses

  4 15 4 14,325 pemecahan tersebut yaitu gaya tarik – menarik 6 15 4 15,923 yang dikenal dengan gaya Van Der Walls, 8 15 4 16,932 dimana gaya ini menyebabkan partikel – partikel

  10 15 4 17,703 koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap. Kemudian gaya kedua yaitu gaya tolak – menolak yang disebabkan pertumpang tindihan partikel yang bermuatan sama. Hal ini mengakibatkan partikel – partikel tersebut tidak

  19,000

  mau bergabung sehingga memberikan kestabilan

    18,000

  pada system koloid. Koloid pelindung yang

  (gr)

  berfungsi untuk menjaga kestabilan emulsi pada

  17,000 a lk lateks adalah protein (emulgator). si

  16,000 ha

  Selama tidak ada yang mempengaruhi

   di

15,000 kesetimbangan muatan – muatan partikel koloid,

  gaya tolak- menolak yang ada selalu lebih besar

   yang 14,000

  daripada gaya tarik Van Der Walls, dan

  Karet 13,000

  akibatnya partikel koloid akan tetap stabil

  a Mengkudu  Matang

  (Farooq dan Velioglu dalam Cheremisinoff,

  Ber 12,000 Mengkudu  Peram

  1989).

  11,000

  Jika ion – ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan ke dalam target koagulasi,

  10,000

  maka kation tersebut akan masuk ke dalam

  2

  4

  6

  8

  10

  12

  lapisan difusi karena tertarik oleh muatan negatif

  Volume  Koagulan (ml) yang ada pada permukaan partikel koloid.

  Penambahan kation hingga mencapai suatu

  Gambar 1. Perbandingan antara pengaruh

  jumlah tertentu akan merubah partikel koloid ke volume sari mengkudu yang diperam dengan sari suatu tingkat, dimana gaya tarik menarik Van mengkudu matang terhadap berat karet yang Der Walls antar partikel dapat melampaui gaya dihasilkan tolak – menolak yang ada. Dengan demikian partikel koloid dapat saling menempel satu sama

  Pada gambar 1. menunjukkan bahwa, lain. terdapat perbedaan berat karet yang dihasilkan. Pada sari mengkudu matang, volume sari

  3.2. Pengaruh Variasi Waktu Kontak

  mengkudu adalah 10 ml dengan berat karet yang dihasilkan adalah 17,609 gr dan pada sari Tabel 4 Data hasil pengamatan pengaruh variasi mengkudu yang mengalami pemeraman, volume waktu kontak antara sari mengkudu tanpa optimumnya adalah10 ml dengan berat karet pemeraman dengan lateks terhadap berat lateks yang dihasilkan adalah 17,703 gr. yang dihasilkan

  Jelas terlihat tidak ada perbedaan yang

  Waktu Volume Volume Berat

  signifikan antara perlakuan mengkudu yang

  Kontak Lateks Sari yang

  diperam dengan yang matang. Hal ini terjadi

  (Jam) (ml) Mengkudu Dihasilkan

  dikarenakan tidak terjadinya penurunan pH

  (ml) (gr)

  secara signifikan yang diakibatkan oleh proses 0 15 4 14,474 pemeraman.

  12 15 4 11,200 Sedangkan proses penggumpalan terjadi 24 15 4 12,039 karena asam sari mengkudu baik yang di peram 36 15 4 12,090 maupun tidak sudah stabil dan sesuai dengan kebutuhan untuk penggumpalan, sehingga 48 15 4 11,375 interaksi antara air yang terkandung dalam lateks Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 57 Tabel 5 Data hasil pengamatan pengaruh variasi Naik turunnya berat pada waktu kontak yang waktu kontak antara sari mengkudu peram berbeda ada hubungannya dengan aktifitas antara dengan lateks terhadap berat karet yang asam laktat dan alkohol, Berdasarkan pendapat dihasilkan Stainer dkk., 1976, jalur pembentukan alkohol

  

Waktu dan asam laktat berbeda, sehingga

Volume Volume Berat yang Kontak

  Lateks Sari Dihasilkan memungkinkan dalam waktu yang bersamaan (Jam)

  dhasilkan asam laktat dan alkohol. Alkohol

  (ml) Mengkudu (gr)

  • (ml) mempengaruhi kestabilan ion H sehingga terjadi

  perubahan pH yang mengakibatkan fluktuasi 0 15 4 14,639 berat karet yang dihasilkan. Pada penyimpanan 12 15

  4 13,019 24 jam pada sari mengkudu dengan pemeraman 24 15 4 12.408 dan 36 jam pada sari mengkudu matang 36 15 4 12,107 mengalami peningkatan berat. Hal ini diduga 48 15 4 12,605 pada saat itu terjadi peningkatan produksi asam laktat sementara produksi alkohol mengalami penurunan diakibatkan oleh oksidasi lebih lanjut

  15,000

  alkohol menjadi asam organik misalnya asam cuka. (Abu Amar, 2000)

  14,500 Mengkudu  Matang 14,000

  Mengkudu  Peram )

  13,500

  3.3. Pengaruh Variasi Temperatur  (gr 13,000

  Tabel 6 Data hasil pengamatan pengaruh variasi

  12,500 Dihasilkan

  temperatur antara sari mengkudu tanpa

   n

  pemeraman dengan lateks terhadap berat karet

  12,000  ya

  yang dihasilkan

  11,500  Karet

  Suhu Volume Volume Berat yang o 11,000

  (

  C) Lateks Sari Dihasilkan Berat (ml) Mengkudu (gr)

  10,500 (ml)

  10,000

  10 15 4 13,256

  20

  40

  60

  20 15 4 13,457

  Waktu  Kontak (Jam)

  30 15 4 13,961 40 15 4 13,897

  Gambar 2. Perbandingan antara pengaruh waktu

  50 15 4 13,324 kontak sari mengkudu yang diperam dengan sari mengkudu matang terhadap berat karet yang

  Tabel 7 Data hasil pengamatan pengaruh variasi dihasilkan temperatur antara sari mengkudu peram dengan lateks terhadap berat karet yang dihasilkan

  Pada gambar 2 menunjukkan bahwa,

  Suhu Volume Volume Berat yang o terdapat perbedaan berat karet yang dihasilkan. (

  C) Lateks Sari Dihasilkan

  Pada sari mengkudu matang, waktu kontak

  (ml) Mengkudu (gr)

  optimum untuk penggumpalan adalah 36 jam

  (ml)

  dengan berat karet 12,090 gr dan pada sari 10 15 4 13,362 mengkudu yang mengalami pemeraman, waktu

  20 15 4 14,725 kontak optimumnya adalah 24 jam dengan berat 30 15 4 15,892 karet 12,408 gr. Hal ini dikarenakan pH sari 40 15 4 15,373 mengkudu yang telah mengalami pemeraman 50 15 4 13,428 lebih bersifat asam dibandingkan pH sari mengkudu matang.

  Page 58 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

60 Berat

DAFTAR PUSTAKA

  Amar, Abu. Analisa Mikroorganisme,

   Karet  ya n Dihasilkan  (gr ) Suhu  (C) Mengkudu  Matang Mengkudu  Peram

  40

  20

  13,000 13,500 14,000 14,500 15,000 15,500 16,000 16,500

  Minuman Fungsional dari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) . 2005.

  Winarti, Christina. Peluang Pengembangan

  Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet . 2010.

  2011. Safitri, Khairina. Pengaruh Ekstrak Belimbing

  Bahan Penggumpal Lateks dan Hubungannya Dengan Susut Bobot, Kadar Karet Kering dan Plastisitas.

  2003. Purbaya, Mili; dkk. Pengaruh Beberapa Jenis

  dari Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) yang Dihasilkan melalui Fermentasi .

  Hardoko. Mempelajari Karakteristik Sari Buah

  Kandungan Alkohol dan Asam Lemak Sari Buah Mengkudu dengan Gas Chromatography . 2000.

  Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 59

  Gambar 3. Perbandingan antara pengaruh

  Suhu optimum dari penggumpalan variasi temperatur sama-sama bernilai 30

  temperatur sari mengkudu yang diperam dengan sari mengkudu matang terhadap berat karet yang dihasilkan

  Pada gambar 3 menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan berat karet yang dihasilkan. Pada sari mengkudu matang temperatur optimum untuk penggumpalan adalah 30

  o

  C dengan berat karet 13,961 gr dan pada sari mengkudu yang mengalami pemeraman, temperatur optimumnya adalah 30

  o C dengan berat karet 15,892 gr.

  Beberapa cara pengumpalan lateks adalah penurunan pH lateks, penambahan larutan elektrolit, penambahan senyawa penarik air. Penurunan pH lateks dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pembentukan asam-asam hasil penguraian bakteri atau oleh penambahan larutan asam pengumpal. Semakin asam tingkat keasaman dari larutan asam penggumpal maka semakin baik proses penggumpalannnya sebelum mencapai titik optimum.

  o C.

  o

  Tetapi secara nyata terdapat perbedaan dari segi berat yang menggumpal. Sari buah mengkudu yang telah mengalami pemeraman cendrung menghasilkan berat yang lebih besar jika dibandingkan dengan sari mengkudu yang tidak mengalami pemeraman.

  Perbedaan suhu tidak secara jelas mempengaruhi penurunan pH sari buah mengkudu. Hal ini dimungkinkan bahwa sari mengkudu mengandung zat anti mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri khususnya bakteri yang peka terhadap senyawa anti bakteri.

  Dengan demikian hanya bakteri tertentu yang tahan hidup dan berkembang biak. Oleh karena itu perbedaan pH sari buah mengkudu tersebut sedikit perbedaannya. (Abu Amar, 2000)

  4. KESIMPULAN

  Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sari mengkudu baik matang maupun peram dapat digunakan sebagai bahan penggumpal lateks. Untuk kondisi optimum peggunaan koagulan berupa sri mengkudu yakni berada pada volume 10 ml, waktu kontak penggumpalan untuk sari mengkudu tanpa pemeraman adalah 36 jam sedangkan pada sari mengkudu dengan pemeraman adalah 24 jam, dan temperatur sari mengkudu optimum adalah

  30

  C, baik untuk sari mengkudu tanpa pemeraman maupun sari mengkudu dengan pemeraman.

Dokumen yang terkait

APLIKASI TGS 2610 SEBAGAI PENDETEKSI GAS LPG Masayu Anisah1 , Destra Andika Pratama2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Sriwijaya Jalan. Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139 ABSTRAK - APLIKASI

0 0 9

ANALISA PEMANFAATAN TEKNOLOGI BLUETOOTH SEBAGAI SISTEM KOMUNIKASI DATA Yeni Irdayanti Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektronika Politeknik Negeri Sriwijaya ABSTRAK - ANALISA PEMANFAATAN TEKNOLOGI BLUETOOTH SEBAGAI SISTEM KOMUNIKASI DATA

0 0 8

ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS DAN KARDUS UNTUK PENYERAPAN SISA FLUIDA CAIR PADA INDUSTRI (STUDI KASUS di PT. XYZ)

0 0 8

NILAI EKONOMI PENGGUNAAN JERUK NIPIS SEBAGAI KECUTAN DAN SUBTITUSI KORO TUNGGAK DALAM PEMBUATAN TAHU ECONOMIC VALUE OF USE OF ORANGE AS THE COAGULANT AND SUBTITUTION OF KORO TUNGGAK IN MAKING OF TOFU Wahyu Setya Ratri

0 0 9

68 PEMBENTUKAN KOSAKATA BARU SEBAGAI BENTUK COINAGE DALAM MEDIA SOSIAL INSTAGRAM Kartika Tiara Syarifuddin

0 0 19

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERBANDINGAN VOLUME SANTAN DAN SARI NANAS PADA PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

0 7 8

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR CPO SEBAGAI PEREKAT PADA PEMBUATAN BRIKET DARI ARANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

1 4 11

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG UNTUK MENAIKKAN pH PADA PROSES PENGELOLAAN AIR RAWA MENJADI AIR BERSIH

0 0 6

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG DAN LIMBAH KULIT ARI SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE

2 6 9

PEMANFAATAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI PADA CEMENT PORTLAND PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

0 0 9