Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Perbaikan Jalan Menggunakan Metode AHP-TOPSIS (Studi Kasus: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ponorogo)

  

Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 4365-4370 http://j-ptiik.ub.ac.id

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Perbaikan Jalan

Menggunakan Metode AHP-TOPSIS

  

(Studi Kasus: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten

1 Ponorogo) 2 3 Firdaus Rahman , Muhammad Tanzil Furqon , Nurudin Santoso

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 3 Email: firdausrahman2103@gmail.com nurudin.santoso@ub.ac.id

  

Abstrak

  Infrastruktur jalan memiliki peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya. Sekitar 49,12 % dari total panjang jalan kabupaten pada tahun 2013 adalah termasuk dalam kategori baik, 24,16 % termasuk dalam kategori sedang, rusak ringan 16,64 % dan rusak berat 10,08 %. Sasaran strategis Ditjen Bina Marga adalah kemantapan jalan daerah mencapai 70 %. Dalam pelaksanaan perbaikan jalan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ponorogo menggunakan musyawarah untuk penentuan prioritas perbaikan jalan. Sedangkan penentuan prioritas perbaikan jalan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

  • – TOPSIS (The Technique for

  

Order of Preference by Similarity to Ideal Solution ) mengkombinasikan beberapa faktor yang

  mempengaruhi dalam prioritas perbaikan jalan antara lain : kondisi jalan baik, kondisi jalan sedang, kondisi jalan rusak, kondisi jalan rusak berat, lalu lintas harian, akses, klasifikasi ruas dan kebijakan bupati. Dari penelitian ini diperoleh nilai akurasi tertinggi sebesar 49,31% dan nilai akurasi terendah sebesar 32,87%. Rendahnya tingkat akurasi sistem disebabkan dalam perbaikan jalan secara di lapangan masih terdapat beberapa kepentingan-kepentingan individu sehingga masih ada ketidak tepat sasarannya dalam penanganan jalan yang ada.

  Kata kunci: perbaikan jalan, AHP, TOPSIS

Abstract

Road infrastructure has an important role in supporting the economic, social and cultural sectors.

  

Approximately 49.12% of the total district road length in 2013 is included in the good category, 24.16%

included in the medium category, slightly damaged 16.64% and heavily damaged 10.08%. The strategic

target of the Directorate General of Highways is the stability of the road area reaches 70%. In the

implementation of road improvements by the Office of Public Works and Spatial Planning of the

Ponorogo District, it is necessary to consult the priority of road improvement. Modifying road priority

priority with AHP (Analytical Hierarchy Process) method - TOPSIS (Preferential Technique with

Equalization with Ideal Solution) combines several interrelated factors in road improvement process

including: good road conditions, road conditions, defective road conditions, road conditions severely

damaged, daily traffic, access, secrets of segments and regent policies. From this study. The low level

of system required in the case of there are still some individual interests so there is still mismatch target

in the implementation of existing roads.

  Keywords: road repair, AHP, TOPSIS

  dalam mobilitas sehari-hari dalam berbagai 1.

   PENDAHULUAN bidang kehidupan. Proses pembangunan

  infrastruktur jalan maupun pemeliharaannya Infrastruktur dalam negeri adalah sektor sebagian besar masih ditangani oleh pemerintah terpenting dalam hal memacu pertumbuhan karena jalan pada dasarnya merupakan barang ekonomi. publik dan menjadi prioritas dari pemerintah

  Pembangunan dan pemeliharaan jalan dikarenakan terus bertambahnya populasi yang baik akan sangat membantu masyarakat

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

4365

  Annisa Arfani Yusuf

  Disebutkan bahwa Panjang jalan raya di Kabupaten Ponorogo yang tergolong jalan kabupaten adalah 916,11 km. Sekitar 49,12 persen dari totall panjang jalan kabupaten pada tahun 2013 adalah termasuk dalam kategori baik, 24,16 persen termasuk dalam kategori sedang, rusak ringan 16,64 persen dan rusak berat 10,08 persen (JATIM, 2015)

  Sasaran strategis Ditjen Bina Marga salah satunya adalah kemantapan jalan daerah yang mencapai 70 % (PUPR, 2015). Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha perbaikan terhadap jalan tersebut. Adanya ruas jalan yang usianya sudah melewati batas rencana tapi belum mendapatkan anggaran untuk perbaikan. Dalam hal ini pemerintah harus mempunyai prioritas jalan mana yang harus mendapat pemeliharaan.

KAJIAN PUSTAKA

  Sistem pendukung keputusan adalah bagian dari sistem informasi, dapat digunakan sebagai pendukung suatu organisasi atau perusahaan dalam melakukan/pengambilan keputusan sehingga diharapkan dapat membimbing, memberi informasi dan memberi prediksi serta mengarahkan pengguna dalam mengambil keputusan untuk mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan.

  masyarakat Indonesia sehingga kebutuhan akan mobilitas semakin tinggi.

  Berdasar pada Undang

  2.1. Jalan

  tentang Analisis Perbandingan Metode Gabungan AHP dan TOPSIS dengan Metode TOPSIS. Pada penelitian tersebut menggunakan inputan 4 kriteria utama dan 8 kriteria sekunder. Dengan akurasi 100% pada pengujian 24 data uji mahasiswa penerima beasiswa. (yusuf, 2016) 2.

  (Ferdiansyah, 2015) Dalam penelitian yang dilakukan

  • –Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 jalan merupakan bagian jalan maupun bangunan pelengkap berguna untuk lalu lintas umum, baik terdapat dibawah tanah, diatas tanah, dibawah air, diatas air, kecuali rel atau kabel. Memiliki fungsi penting yang dapat mendorong pembangunan wilayah.

  Dalam penelitian oleh Nurrochman Ferdiansyah, Harliana, dan Otong Saeful Bachri tentang penetuan prioritas perbaikan jalan di dinas bina marga kabupaten Cirebon dengan metode TOPSIS menggunakan 6 kriteria yaitu Lalu lintas harian (LHR), klasifikasi jalan, kondisi jalan sedang, kondisi jalan rusak, kondisi jalan rusak berat, dan Prosentase kerusakan.

  (1) Dengan x = banyaknya elemen e.

  Tabel 1. Nilai Indeks Random Konsistensi Matriks Nilai R 1,2

  IK= Indeks Konsistensi R = Nilai Random Indeks Dengan nilai R seperti pada Tabel 1 berikut

  (2) Dengan : RK = Rasio Konsistensi

  IK R

  RK =

  Menghitung Rasio Konsistensi

  IK = − −1

  Penggabungan metode AHP dengan TOPSIS ini dikarenakan pada metode TOPSIS input bobot berupa nilai preferensi yang tidak terdapat perbandingan antar kriteria secara perhitungan, oleh sebab itu metode TOPSIS sebaikanya digabungkan dengan metode lain. Penggunaan metode AHP sebagai gabungan TOPSIS dikarenakan metode ini dalam pencarian bobot antar kriteria dilakukan dengan mencari matriks perbandingan berpasangan yang harus membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lain dan juga terdapat proses untuk mengecek nilai bobot yang diperoleh sudah konsisten atau tidak.

  d. Nilai konsistensi Menghitung Indeks Konsistensi menggunakan persamaan:

  c. Sintesis

  b. Menentukan prioritas elemen

  a. Identifikasi masalah

  Langkah AHP (Kusrini, 2007):

  Metode AHP adalah metode pengambilan keputusan multikriteria dapat menyelesaikan masalah kompleks.

  Metode TOPSIS merupakan metode pengambilan keputusan tidak hanya berdasar pada faktor keuntungan namun juga dipengaruhi oleh faktor yang merugikan dalam pengambilan keputusan. Dan banyak diimplementasikan untuk permasalahan pengambilan keputusan dengan praktis. Dikarenakan metode ini termasuk mudah dan efisien.

  2.2. Prosedur Analytical Hierarchy Process

  Separation Measure Max

  • = √∑ (
  • − )

  Pengumpulan data berfungsi untuk memperoleh informasi dari pihak-pihak yang terkait dengan sistem yang akan dibuat. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berfungsi untuk mengembangkan sistem pendukung keputusan perbaikan jalan. Data yang dimaksud adalah data-data tentang kerusakan jalan ringan / sedang / berat, lalu lintas harian, akses jalan, klasifikasi jalan, kebijakan bupati, serta nilai kepentingan dari setiap kriteria perbaikan jalan. Data diambil dengan melakukan ijin dan wawancara kepada pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Wilayah Ponorogo.

  (7)

  f. Separation Measure Min

  − = √∑ ( −

  − )

  2 =1

  (8)

  g. Nilai setiap alternatif

  = − −+ +

  (9) 3.

   METODOLOGI

2.3. Metode TOPSIS

  3.1. Pengumpulan Data

  4. PERANCANGAN

  2 =1

  Berikut merupakan perancangan sistem yang akan di bangun yang ditunjukkan pada Gambar 1.

  c. Ideal positif

  (4) Dimana : B ij = Rating bobot ternormalisasi. w i = Nilai dari setiap bobot kriteria. x ij = Nilai dari matriks ternormalisasi.

  = hasil dari penjumlahan nilai setiap alternatif pada setiap kriteria.

  2 =0

  √∑

  (3) Dengan : r ij = nilai normalisasi setiap alternatif pada setiap kriteria. x ij = Nilai setiap alternatif pada setiap kriteria.

  2 =0

  = √∑

  a. Matriks ternormalisasi

  Metode TOPSIS merupakan metode dengan konsep bahwa nilai keputusan terbaik bukan hanya berdasarkan kedekatan dengan solusi positif namun juga berdasarkan dengan kedekatan yang rendah dengan solusi negatif. Menggunakan prosedur seperti berikut.

  3 0,58 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57

b. Matriks keputusan Pembobotan = .

  • 1
  • (5)
  • =
  • = { max

  ∶ ( ) e.

  d. Ideal negatif

  , … . ,

  Gambar 1. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan

  Dengan :

  ∶ ( )

  min

  ∶ ( )

  − =

  min

  −

  1 , … . ,

  − Berikut ini merupakan diagram alir gabungan metode AHP dengan metode TOPSIS yang ditunjukkan pada Gambar 2.

  (6) Dengan :

  = { max

  ∶ ( )

  −

  Gambar 2. Diagram Alir Gabungan Metode AHP- TOPSIS

  Diagram alir subprogram perhitungan AHP

  Gambar 4. Diagram Alir Metode TOPSIS ditunjukkan pada Gambar 3.

  5. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pengujian akan dilakukan dengan beberapa skenario pengujian sesuai dengan perancangan pengujian. Berikut merupakan hasil pengujian.

  5.1. Pengujian Akurasi

  Pengujian akurasi digunakan untuk mendapatkan tingkat akurasi dari sistem pendukung keputusan prioritas perbaikan jalan dengan metode AHP-TOPSIS. Skenario pengujian akurasi dilakukan dengan cara memasukkan alternatif dan kriteria dari jalan yang berada di kabupaten Ponorogo. Diperoleh hasil prioritas 73 jalan teratas seperti yang terdapat pada Tabel 2 berikut.

  Tabel 2. Hasil Prioritas Pengujian Akurasi No Nama Ruas Jalan

  1 SAMPUNG - POHIJO

  2 SLAHUNG - NGRAYUN

  3 KESUGIHAN -SERAG

  4 MLARAK - PULUNG

  Gambar 3. Diagram Alir Metode AHP

  5 BUNGKAL - KUPUK Diagram alir subprogram TOPSIS yang

  6 PRAYUNGAN - PENGKOL digunakan untuk penentuan prioritas

  7 MRAYAN - MONTONGAN ditunjukkan pada Gambar 4.

  8 KARANGPATIHAN - NGILO-ILO

  62 JAJAR - WONODADI

  8 KARANGPATIHAN - NGILO-ILO

  9 BROTO - NGRAYUN

  10 WRINGINANOM - GAJAH

  11 TEMON - SURU

  12 DANYANG - SERANGAN

  13 BADEGAN - WATUPATOK

  14 SEMPUREJO - GAJAH …. ….….….….….….….….….….…….

  57 POHIJO - KUNTI

  58 TANJUNGSARI - GESING

  59 SAMPUNG - PARANG

  60 SOOKO - BENDUNGAN

  61 SEMANDING - NGEBEL

  63 DAYAKAN - TRINCING

  6 PRAYUNGAN - PENGKOL

  64 BAOSAN LOR - MRAYAN

  65 SINGGAHAN - BEKIRING

  66 TUMPAKPELEM - MANDING

  67 TUMPAKLEGO - GAJAH

  68 NGAMBAAN - MLANCAR

  69 SEMANDING - SEKODOK

  70 BRAHU - NGLUMPANG

  71 WARU DOYONG - TEMPURAN

  72 KESUGIHAN - NGEBEL

  73 CEPOKO - SELUR Dengan adanya perubahan matriks perbandingan berpasangan maka bobot yang diperoleh pun mengalami perubahan. Perubahan tersebut membuat tingkat akurasi naik dari 47.94% menjadi 49.31%.

  5.3. Perancangan Pengujian Akurasi Skenario Kedua

  Pengujian akurasi skenario pertama dilakukan dengan mengubah perbandingan berpasangan awal antar kriteria sehingga diperoleh bobot kriteria. Pengubahan perbandingan berpasangan ini dilakukan dengan melakukan transpose terhadap matriks perbandingan berpasangan awal. Dengan hasil prioritas seperti tertera pada Tabel 4.

  Tabel 4. Hasil Prioritas Pengujian Akurasi Skenario Kedua No Nama Ruas Jalan

  7 MRAYAN - MONTONGAN

  5 BUNGKAL - KUPUK

  9 BROTO - NGRAYUN

14 SEMPUREJO - GAJAH … ………………….………………….

  65 SINGGAHAN - BEKIRING

  10 WRINGINANOM - GAJAH

  11 TEMON - SURU

  12 DANYANG - SERANGAN

  13 BADEGAN - WATUPATOK

  57 POHIJO - KUNTI

  58 TANJUNGSARI - GESING

  59 SAMPUNG - PARANG

  60 SOOKO - BENDUNGAN

  61 SEMANDING - NGEBEL

  62 JAJAR - WONODADI

  63 DAYAKAN - TRINCING

  64 BAOSAN LOR - MRAYAN

  66 TUMPAKPELEM - MANDING

  4 MLARAK - PULUNG

  67 TUMPAKLEGO - GAJAH

  68 NGAMBAAN - MLANCAR

  69 SEMANDING - SEKODOK

  70 BRAHU - NGLUMPANG

  71 WARU DOYONG - TEMPURAN

  72 KESUGIHAN - NGEBEL

  73 CEPOKO - SELUR Berdasarkan Tabel 1, didapatkan tingkat akurasi dari sistem pendukung keputusan prioritas perbaikan jalan dengan metode AHP- TOPSIS sebagai berikut :

  =

  35 73 ∗ 100 % = 47.94%

5.2. Perancangan Pengujian Akurasi Skenario Pertama.

  Pengujian akurasi skenario pertama dilakukan dengan mengubah perbandingan berpasangan awal antar kriteria sehingga diperoleh bobot kriteria. Pengubahan perbandingan berpasangan ini dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan nilai dari matriks perbandingan berpasangan yang ada. Dari hasil perhitungan TOPSIS diperoleh 73 ruas jalan teratas seperti pada Tabel 3 berikut.

  Tabel 3. Hasil Prioritas Pengujian Akurasi Skenario Pertama No Nama Ruas Jalan

  1 SAMPUNG - POHIJO

  2 SLAHUNG - NGRAYUN

  3 KESUGIHAN -SERAG

  1 SAMPUNG - POHIJO

  sistem pendukung keputusan penentuan prioritas perbaikan jalan dengan metode AHP-TOPSIS didapatkan kesimpulan bahwa hasil pengujian menghasilkan tingkat akurasi paling tinggi sebesar 49,31% dan tingkat akurasi terendah sebesar 32,87%. Tingkat akurasi yang diperoleh tidak terlalu tinggi dikarenakan pada pelaksanaan perbaikan jalan, masih terdapat kepentingan-kepentingan pribadi didalamnya sehingga adanya ketidaktepat sasaran dalam penanganan perbaikan jalan.

14 SEMPUREJO - GAJAH …. ….….….….….….….….….….…….

  71 WARU DOYONG - TEMPURAN

  72 KESUGIHAN - NGEBEL

  73 CEPOKO - SELUR Dengan adanya perubahan matriks perbandingan berpasangan maka bobot yang diperoleh pun mengalami perubahan. Perubahan tersebut membuat tingkat akurasi turun dari 47.94% menjadi 32.87% dengan rincian 24 data benar dan 49 data salah. Penurunan akurasi terjadi signifikan dikarenakan transpose matriks menyebabkan kriteria yang seharusnya memiliki bobot tertinggi setelah dilakukan transpose akan memiliki bobot terendah sebaliknya kriteria yang memiliki bobot terendah setelah transpose akan memiliki bobot tertinggi

  Dari penelitian prioritas perbaikan jalan dengan menggunakan metode AHP-TOPSIS maka diambil beberapa kesimpulan antara lain :

  1. Implementasi sistem pendukung

  keputusan penentuan prioritas perbaikan jalan dengan metode AHP-TOPSIS menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : melakukan perhitungan bobot tiap kriteria yang mempengaruhi prioritas perbaikan jalan menggunakan metode AHP, melakukan nilai alternatif dengan metode TOPSIS, dan melakukan perangkingan dengan mengurutkan niilai alternatif mulai dari yang paling besar.

  2. Hasil evaluasi atau pengujian terhadap

  JATIM,

  7. DAFTAR PUSTAKA

  69 SEMANDING - SEKODOK

  B. (2015). Dokumentasi Hasil

  Pelaksanaan Pembangunan Kabupaten dan Kota Se-Jawa TImur Tahun 2015.

  Surabaya. Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem

  Pendukung Keputusan.CV Andi Offset:Yogyakarta. PUPR. (2015). Rencana Strategis Kementrian

  Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019. Jaksel.

  Ferdiansyah, Nurrochman., dkk.2015. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Perbaikan Jalan Di Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon Dengan Metode Topsis

  Yusuf, Annis Arfani.2016. Analisis Perbandingan Metode Gabungan AHP dan TOPSIS dengan Metode TOPSIS.

  70 BRAHU - NGLUMPANG

  68 NGAMBAAN - MLANCAR

  2 SLAHUNG - NGRAYUN

  11 TEMON - SURU

  3 KESUGIHAN -SERAG

  4 MLARAK - PULUNG

  5 BUNGKAL - KUPUK

  6 PRAYUNGAN - PENGKOL

  7 MRAYAN - MONTONGAN

  8 KARANGPATIHAN - NGILO-ILO

  9 BROTO - NGRAYUN

  10 WRINGINANOM - GAJAH

  12 DANYANG - SERANGAN

  67 TUMPAKLEGO - GAJAH

  13 BADEGAN - WATUPATOK

  59 SAMPUNG - PARANG

  60 SOOKO - BENDUNGAN

  61 SEMANDING - NGEBEL

  62 JAJAR - WONODADI

  63 DAYAKAN - TRINCING

  64 BAOSAN LOR - MRAYAN

  65 SINGGAHAN - BEKIRING

  66 TUMPAKPELEM - MANDING