REKRUTMEN CALON ANGGOTA DPRD OLEH PARTAI

REKRUTMEN CALON ANGGOTA DPRD OLEH PARTAI POLITIK DI KOTA
MALANG (Studi Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Cabang Kota Malang Periode 2014-2019)
Galih Azizkhan, S. IP1
Maratul Makhmudah, S.IP, M.Si2 dan Tri Hendra Wahyudi, S.IP., M.IP 2
1) Alumni Jurusan Ilmu Politik
2) Staff Pengajar Jurusan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Brawijaya
ABSTRACTION

The research appears in line with the legislative recruitment problems due to the
proportional electoral system and provide open space for political parties to perform
pragmatic recruitment, closed recruitment and participative, as well as the legislative
recruitment based on the number of votes by recruiting people outside party that has a lot of
funds and mass base. Based from those problems, this research tries to uncover problems by
focusing recruitment phase which includes certification, nomination and election phase as
explained by Cross and Bottomore, as well as to find the type of political party recruitment
according to Barbara Geddes the recruitment typology of political parties are partisan type,
compartmentalization type, immediate survival type and civil service reform type, with it the
process done by the political parties in recruitment and the dominant type of recruitment used
in the political parties to recruit candidates for members of parliament in Malang on 2014 –

2019 period by Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra Party) and Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) will be known. This research method itself using qualitative
descriptive method with a case study approach and do a little comparison between the two
parties in general recruitment.
The research results showed that Gerindra party done more open recruitment and
participatory than PDIP, but on the other hand, the internal consolidation of PDIP stronger
and started earlier than Gerindra. Exactly, regarding to the typology of recruitment done, the
differences that occurs lie in the source of recruitment of each party. Gerindra party more
dominant on the compartmentalization type and civil service reform type, while PDIP more
inclined to the partisan type and civil service reform. By the result of this research, is
expected in the future that will be a starting point in a more open in the recruitment of
legislatives and utilize the existing resources properly and effectively.
KEYWORDS: Political Recruitment, Political Party

I. Pendahuluan
Keberadaan partai politik adalah suatu hal yang penting dalam menjalankan sistem
politik demokrasi, partai politik didunia khususnya di Indonesia adalah komponen yang
penting dalam proses kehidupan bernegara. Demokrasi menurut Abraham Lincoln

sebagaimana dikutip didalam Soenyono dan Ahmad Sofiani yaitu "Demokrasi adalah

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jadi sebuah pemerintahan dikatakan
demokratis apabila kekuasaan ada ditangan rakyat segala tindakan negara ditentukan oleh
rakyat."1 Melihat definisi diatas, rakyat adalah kekuatan utama dalam pembentukan sebuah
negara, dan aspirasi masyarakat tersebut dihimpun oleh partai politik yang mempunyai fungsi
sebagai sarana penyerap aspirasi rakyat. Jadi peran partai politik dalam kehidupan dinegara
demokrasi sangatlah penting untuk memperkuat sendi-sendi kenegaraan. Partai politik
dianggap memainkan peranan menyeluruh sebelum selama dan sesudah pemilu."2
Partai politik dalam perjalanannya memerlukan dukungan yang nyata dari masyarakat
agar tetap memiliki tujuan perjuangan untuk membangun negara agar lebih baik. Partai
politik mempunyai banyak langkah untuk bertahan dalam percaturan politik, salah satu cara
untuk bertahan adalah penguatan internal partai, perekrutan kader dan perekrutan calon
legislatif.3 Kehadiran kader hasil rekrutan salah satu partai politik untuk bertarung didalam
percaturan politik di suatu daerah dalam pemilihan umum sangatlah penting bagi
kelangsungan partai politik tersebut, posisi dan peran partai politik harus menjadi peran yang
utama dalam mengajukan calon-calon pemimpin yang akan dipilih melalui Pemilu.
Dalam sistem demokrasi, Kekuasaan dipisah menjadi tiga yaitu Eksekutif, Legislatif,
dan Yudikatif. Kekuasaan Legislatif yang dikhususkan membuat hukum, Eksekutif yang
berfungsi menjalankan administrasi pemerintahan dan Yudikatif memiliki tugas diperadilan.4
Jika merujuk kepada pendapat tersebut maka legislatif yang direpresentasikan sebagai
parlemen adalah poin yang penting dalam sistem politik demokrasi yang dianut suatu negara.

Anggota legislatif sendiri didalamnya diisi oleh orang-orang partai politik yang mewakili
masyarakat dari masing-masing partai politik itu sendiri.5
Pentingnya fungsi legislastif yang didalamnya diisi oleh orang-orang partai politik
menyebabkan partai politik dituntut untuk merekrut kader-kader yang berkompeten dan
dipersiapkan mengisi parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Rekrutmen kader adalah salah satu hal utama bagi partai politik, pola rekrutmen kader yang
bagus dan memiliki cara-cara yang elegan akan memberikan dampak yang positif bagi partai

1

Soenyono dan Ahmad Sofiani. 2008. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Agritek Pembangunan. hlm 155
Hans-Diter Klingemann et al. 1999. Partai, Kebijakan dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 392393
3
Schattschneider dikutip Sigit Pamungkas.2012. Partai Politik: Teori dan Pra ktek di Indonesia, Edisi Revisi.
Yogyakarta: Institute Democracy and Welfarism. hlm 90
4
Mostesquie dikutip Ali Abdul Mu’ti. diterjemahkan oleh Rosihon Anwar. 2010. Filsafat Politik Antara Barat
dan Islam. Bandung: Pustaka Setia. hlm 145
5
Tan Malaka. 2012. Parlemen atau Soviet. Jakarta: LPPM Tan Malaka, hlm 34


2

politik itu sendiri, kader-kader tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi
keberlangsungan partai politik itu sendiri.
Fungsi rekrutmen politik menurut Ramlan Surbakti adalah “seleksi dan pemilihan
atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya."6
Jika melihat pendapat tersebut maka sudah seharusnya partai politik melakukan cara yang
baik dalam proses penjaringan kader khusunya kader-kader yang dipersiapkan untuk
menduduki kursi anggota legislatif atau anggota DPR ini.
Adapun beberapa permasalahan yang timbul dari rekrutmen politik setelah adanya
sistem pemilu proporsional ini, pertama sistem pemilihan umum proporsional telah
menguatkan dominasi oligarki dalam proses rekrutmen, elit partai berkuasa penuh dalam
proses penentuan nomor urut yang dilakukan,. Elit partai memiliki kewenangan yang lebih
dengan menempatkan seseorang dalam nomor urut kecil hanya karena memandang calon
tersebut unggul di dalam pendanaan.7 Kedua proses rekrutmen tidak berlangsung secara
terbuka dan partisipatif. Pihak kandidat sama sekali tidak mempunyai kedekatan terhadap
konstituen yang menjadi basisnya karena dia hanya “mewakili” daerah administratif (bukan
konstituen yang sebenarnya). Ketiga, dalam proses rekrutmen, partai politik sering merekrut

terhadap calon yang dipandang sebagai penopang suara dan meninggalkan kader partai yang
mempunyai kemampuan lebih. Terlihat dengannya banyaknya calon legisaltif yang berlatar
belakang populer dan memiliki dana yang besar dijadikan calon legislatif tanpa melalui
proses kaderisasi. 8
Permasalahan yang muncul yang dihadapi oleh partai politik ini menarik untuk
dijadikan sebuah kajian dengan mencoba mengetahui rekrutmen yang dilakukan, karena
seperti yang diungkapkan oleh Cross dan Bottomore bahwa dengan mengetahui rekrutmen
politik kita mengetahui pertama, rekrutmen politik dapat menunjukkan lokus dari kekuasaan
partai politik yang sesungguhnya. Apakah partai politik tersebut bersifat oligarkis atau
bersifat menyebar. Selain itu, Rekrutmen politik dapat menunjukkan bagaimana sirkulasi elit
terjadi. Pasca rekrutmen politik, rekrutmen politik menjadi penentu wajah partai di ruang
publik. Siapa mereka, darimana asalnya, apa ideologinya, bagaimana pengalaman politiknya,
dan bagaimana kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk awal wajah politik partai politik
6

Ramlan Surbakti. 2010, Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. hlm 150-151
Sri Yanuarti Dalam Syamsuddin Harris. 2005. Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai. Jakarta:
Gramedia . hlm 78
8
Sutoro Eko dikutip Ainur Rofieq. Fungsi Rekrtumen Politik pada Calon Legislatif Partai Kebangkitan bangsa

2009. Governance. Vol 1. No 2. Mei 2011. hlm 65
7

di ruang publik, dan rekrutmen politik berada pada posisi sentral dalam mendefinisikan tipe
kepartaian.9 Dengan mengetahui tipe rekrutmen politik suatu prtai politik, maka dapat
diketahui seperti apa cara rekrutmen partai tersebut dan mampu menjelaskan problem yang
terjadi dalam rekrutmen ini.
Kajian tentang rekrutmen politik ini dilakukan kepada 2 (dua) partai, yaitu Partai
Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kedua partai tersebut dapat menjadi
representasi partai yang relatif masih baru dan partai lama. Selain itu, kedua partai tersebut
berhaluan Nasionalis yang tergolong memiliki kekuatan politik cukup besar. Di kota Malang,
prestasi Partai Gerindra mengalami kenaikan. Perolehan suara di Pemilu legislatif 2009-2014
yang hanya memperoleh 2 kursi legislatif, di Pemilu legislatif 2014-2019 perolehan kursi
legislatif naik menjadi 4 kursi dengan perolehan 10,26% suara dan menduduki peringkat
keempat. Sementara itu peningkatan perolehan suara PDIP yang terjadi ditingkat nasional
juga terjadi di kota Malang, PDIP meraih peringkat pertama dengan perolehan suara
sebanyak dengan 23.77% dari total suara dan mendapatkan 12 kursi DPRD Kota Malang,
terjadi penigkatan suara jika dibandingkan di Pemilu Legislatif 2009-2014.10 Maka dari itu,
penting kiranya untuk melihat proses Tahapan rekrutmen dan Tipologi Rekrutmen calon
anggota DPRD yang dilakukan oleh Partai Gerakan indonesia raya (Partai Gerindra) dan

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Cabang Kota Malang.
II. Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi
kasus yang dengan pendekatan ini penelitian memiliki kekhasan obyek dalam sebuah kasus
yang terjadi disuatu tempat, selain itu karena obyek yang diteliti adalah dengan
mengeksplorasi suatu kejadian yang telah terjadi dan sedang aktual muncul di tengah publik,
tema tentang rekrutmen politik dirasa lebih efektif jika menggunakan metode deskriptif
kualitatif, karena dengan metode ini dapat langsung dilakukan ekplorasi obyek penelitian
secara mendalam dan terjun langsung masuk kepada situasi yang terjadi, dalam konteks
rekrutmen calon anggota DPRD ini. Juga dilakukan sedikit perbandingan dalam tahapan
rekrutmen dan juga tipologi yang dilakukan oleh kedua partai politik dalam melakukan
rekrutmen calon anggota legislatif.

9

Cross dan Bottonmore dikutip Sigit Pamungkas. Op.cit. hlm 91,
Lihat Rekapitulasi KPUD Kota Malang. Diakses 12-06 23.21

10


B. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di kota Malang, dan khususnya di Kantor Dewan
Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Malang dan Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai instansi pelaku yang telah menjalankan proses
rekrutmen calon anggota DPRD Kota Malang Periode 2014-2019.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah pertama dengan melakukan
wawancara mendalam (in-depth interview) yang diharapkan mampu menjelaskan pendapat,
keyakinan, serta sikap para informan terhadap proses rekrutmen ini.11 Kedua adalah observasi
yang dianggap sebagai upaya untuk menunjang pemahaman penelitian mengenai kondisi
lapangan serta mengungkapkan keadaan atau kejadian kejadian yang dijelaskan atau terletak
dari hasil wawancara dengan informan. Ketiga, studi dokumentasi dengan melakukan
penelusuran dan identifikasi untuk melengkapi dan mempertajam data dari wawancara dan
observasi.
Pengumpulan data yang utama dilakukan adalah berupa hasil wawancara yang sudah
dilakukan, pedoman wawancara dijadikan acuan untuk memperoleh data yang ditujukan
kepada narasumber, adapun wawancara dilakukan kepada narasumber yang sudah ditentukan
dalam penelitian ini. Narasumber penelitian ini didapat dengan menggunakan pedoman
Purposive. Metode pemilihan narasumber secara purposive dilakukan dengan sengaja


mengambil informan kunci (key informan) yang sesuai dengan tujuan penelitian.12
Ketua tim penyeleksi masing-masing Internal Partai ditetapkan sebagai informan
utama, Ketua Umum DPC Partai Gerindra Widya Farid Iskandar, Sekretaris DPC Partai
Gerindra Taufik Bambang Sekretaris dan Wakil Ketua Tim Seleksi Hardi Prajitno, serta
narasumber dari PDIP yaitu Priyatmoko Oetomo sebagai Pelaksana Tugas DPC PDIP Kota
Malang dijadikan narasumber pertama beserta panitia penjaringan, Sementara itu para
pengurus harian yang sudah terjaring menjadi konstituen sebagai narasumber pendukung.
Dan data yang diperoleh dari teknik dokumentasi yang diperoleh sebagai penguat dari
penelitian ini adalah seperti bentuk surat SK dari DPP, form pendaftaran, jumlah peserta
pendaftar, dan surat administratif yang lain.

11

Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. hlm 44
Bagong Suyanto . 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan . Jakarta : Prenada Media.
hlm.33
12

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman sebagaimana dikutip oleh Idrus yang terdiri dari tiga alur kegiatan Reduksi Data,
Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan.13 Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian
ini antara lain beberapa data yang digali dari hasil wawancara yang keluar dari topik
penelitian, contonya seperti penjelasan mengenai strategi politik dan komunikasi politik yang
sempat dijelaskan oleh narasumber dalam penelitian ini. Kemudian penyajian data dilakukan
dengan pengelempokan data-data yang masuk dalam penelitian kemudian dibuatkan tabel
yang ditujukan untuk memudahkan dalam pengelompokan data-data yang berkait, seperti
tahapan dan tipologi yang ditemukan dalam proses pengumpulan data. Dan setelah itu, datadata yang berkaitan dengan Tahapan dan Tipologi rekrutmen yang diperoleh dilapangan
tersebut kemudian dikumpulkan serta dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulannya sesuai
dengan permasalahn yang ada.
E. Triangulasi Data
Triagulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang lain
dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.14 Pemilihan teknik
triangulasi data dalam penelitian ini sendiri dengan menggunakan teknik berdasarkan sumber,
yaitu dimana dilakukan pengencekan kepada narasumber dan dibandingkan dengan
obeservasi yang sudah dilakukan. selain itu dilakukan wawancara dengan narasumber yang
kedua dan ketiga agar ditemukan kesamaan pendapat, dalam pentlitian ini dilakukan
pengecekan dengan melakukan pertanyaan yang sama kepoada narasumber yang berbeda,
ditemukan kesamaan pendapat yang cenderung menguatkan pendapat dari narasumber

pertama, selain itu juga dilakukan pengeceakan melalui data sekunder, dan data yang muncul
dari narasumber memang sinkron dengan apa yang sudah tertera di data sekunder.
III. Kerangka Berpikir
Kerangka dan alur pikir dalam melakukan penelitian pertimbangan rekrutmen anggota
DPRD Kota Malang periode 2014-2019 ini adalah pertama akan dilihat seperti apa tahapan
yang dilakukan oleh partai politik dalam melakukan rekrutmen calon anggota DPRD ini,
pembagian tahapan rekrutmen calon anggota DPRD dengan berlandaskan kepada teori yang
diungkapkan oleh Norris yang sudah dikutip dalam sub bab landasan teoritis, tahapan
tersebut antara lain adalah tahap sertifikasi, tahap penominasian, setelah itu adalah tahap
13

Miles dan Huberman dikutip Muhammad Idrus. 2013. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: P.T Bumi
Aksara. hlm. 62
14
Moelong. Op.cit. hlm 330

pemilu. Juga dilakukan perbandingan secara umum yaitu mengenai perbedaan dan kesamaan
tentang tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh kedua partai poltiik tersebut,
Setelah itu penelitian dilanjutkan meneliti dan menganalisis pertimbangan partai
politik dalam melakukan rekrutmen calon anggota DPRD, pembahasan secara mendalam
mengenai tipologi rekrutmen atau tipe rekrutmen dalam menyiapkan calon anggota DPRD
oleh partai politik. Permasalah yang terjadi tentang rekrutmen calon legislatif dalam
penelitian ini dengan mengentahui tipe rekrutmen suatu partai politik maka akan memberikan
diketahui kenapa permasalahan teresebut muncul. Supaya mudah untuk dipahami maka
diberikan alur pemikiran yang terdapat di Gambar 2.2 tentang kerangka berfikir dalam
penelitian ini.
Penelitian ini secara khusus menjadikan teori dari Barbara Geddes tentang tipologi
rekrutmen yaitu Partisan, Compartmentalization, Immediate Survival, dan Civil Service
Reform sebagai landasan berfikir.

Pemilihan landasan teori sebagai landasan berfikir

penelitian menimbang bahwa dengan memakai teori tipe ini memudahkan proses pemaparan
data primer dan sekunder yang sudah diolah dan juga memudahkan untuk mengaitkan dengan
kejadian dilapangan, bahwa kedua partai ini dominan dalam pemakaian tipe rekrutmen,
setelah itu juga dilakukan perbandingan secara umum mengenai tipologi rekrutmen yang
dilakukan sehingga dengan begitu memudahkan menarik sebuah kesimpulan dari
permasalahan rekrutmen yang terjadi.
IV. Pembahasan
A. Perbandingan Tahapan Rekrutmen Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Cabang Kota Malang
Tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh partai poltiik secara umum seperti yang
diungkapkan Norris dikutip Sigit pamungkas bahwa tahapan rekrutmen calon legislatif pada
umumnya berkisar kepada tiga tahapan utama, yaitu tahap sertifikasi, tahapan ini adalah
tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam kandidatisasi. Berbagai hal yang
mempengaruhi tahap sertifikasi meliputi aturan-aturan pemilihan, aturan-aturan partai, dan
norma-norma sosial informal. Kedua, yaitu tahap penominasian yaitu meliputi ketersediaan
calon yang memenuhi syarat dan permintaan dari penyeleksi ketika memutuskan siapa yang
dinominasikan. Sementara itu tahap pemilu adalah tahap terakhir yang menentukan siapa
yang memenangkan pemilu.15 Melihat secara umum tahapan yang dilakukan oleh partai

15

Sigit Pamungkas. Op.cit. hlm 93

politik maka diberikan penjelasan mengenai tahapan yang dilakukan oleh Partai Gerindra
maupun PDIP.
Perbedaan dan kesamaan yang terjadi dalam tahapan rekrutmen calon
legislatif merupakan kejadian yang wajar dalam setiap partai politik, termasuk juga ada
beberapa perbedaan dan kesamaan yang terjadi dalam tahapan rekrutmen calon legislatif
yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) dan Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP). Widya Farid selaku Ketua DPC Partai Gerindra
mengungkapkan bahwa tahapan rekrutmen calon legislatif

secara garis besar sebagai

berikut:16
“Kita menyesuaikan jadwal dari KPU, jadi kita tidak membuat jadwal
sendiri, kita menyesuaikan dari jadwal KPU, kita awalnya membuat tim seleksi
sesuai instruksi DPP, setelah itu kita mengumumkan pendaftaran secara
terbuka, melakukan penjaringan, sampai munculnya Daftar Calon Tetap, lah
disaat melakukan penjaringan ini terdapat banyak dinamika politik yang dapt
diambil pelajaran, lah dalam proses tahapan rekrutmen ini terdapat berbagai
hal yang terjadi disetiap tahapan rekrutmen, proses awal kita yang melakukan
dan membentuk panitia seleksi setelah turunnya surat keputusan tentang
pembetukan panitia seleksi, ya kita membentuk, kebetulan ketua seleksinya
adalah bapak Suhardi, proses sosialasi yang dilakukan kita juga tertata
dengan rapi, kita melakukan sosialasi lewat media koran, yaitu jawa pos dan
malang pos di tingkat kota, selain itu media sosial, serta juga sosialisasi yang
dilakukan, setelah dilakukannya seleksi dengan tahapan seleksi administrasi
yaitu pengumpulan berkas-berkas yang mendukung nilai setiap bakal calon
itu,ya seperti itulah, kita lakukan dengan terbuka, setelah itu baru
dilakukannya seleksi tes psikologi, kita bekerjasama dengan fakultas psikologi
UMM, jadi disini yang berwenang melakukan seleksi ya pihak fakultas sesuai
dengan standar psiologi yang ada, baru setelah dilakukannya itu, baru
dilakukan tes wawancara ya seputar wawasan kebangsaan, setelah menjadi 45
orang berkas kita kirimkan ke DPD yang diteruskan ke DPP,ini sudah proses
penentuan nomor urut, sebenarnya penentuan nomor urut itu tidak masalah,
cuman disini kita banyak diprotes mengenai penentuan nomor, padahal
straktat kita sudah jelas bahwa nomor urut diuturkan berdasarkan nilai yang
tertinggi dalam proses seleksi, setelah adanya pengesahan oleh DPP, kita
ajukan Daftar Calon Sementara (DCS)setelah masa perbaikan, baru mucullah
Daftar Calon Teta p (DCT).”

16

Wawancara dengan Narasumber Widya Farid Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Malang
Tanggal 21-08-2014 Pukul 12.32

Sedangkan Priyatmoko Oetomo selaku Ketua Tim Seleksi Dewan Pimpinan Cabang (DPC)
PDIP Kota Malang. Tahapan yang sudah dijelaskan tersebut yaitu: 17
“Proses rekrutmen yang dilakukan sama seperti yang lain, Cuma yang
membedakan bahwa PDIP sudah mulai dari tahun 2012 melakukan
konsolidasi, ditahun tersebut, struktur pimpinan yang terbawah mengajukan
kader internal, PAC mengajukan calon kepada DPC pada tahun 2012, setelah
itu proses pembetukan panitia, kita juga melakukan pendaftaran secara
terbuka kepada masyarakat umum mengingat aturan undang-undang, lalu
proses selekesi yang dilakukan beberapa tahap tersebut anatara lain
pengumpulan berkas administrasi oleh panitia berkas tersebut seperti
kelengkapan yang sudah dicantumkan oleh KPU serta juga berkas-berkas
tambahan sayrat dari PDIP yang sudah ditentukan, setelah itu barulah
diketahui mana calon yang mempunyai nilai tinggi, setelah melakuan
wanwacara juga dengan bakal calon,. Tes Psikooigi sudah menjadi ranah
DPD, barulah calon menjadi yang 120% yang lalu dirimkan ke DPP, DPP
disini berposisi sebagai pengesah, setelah itu berkas dikembalikan lagi ke kita,
kita daftar ke DPU lalu barulah turun DCT dari KPU.”
Terdapat beberapa perbedaan yang terjadi dalam tahapan rekrutmen calon legislatif
dari kedua partai tersebut. Yang pertama adalah perbedaan mengenai permulaan proses
rekrtumen yang terjadi. Partai Gerindra memulai proses rekrutmen dengan diawali dari
turunnya Surat Keputusan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mengenai pembentukan panitia
seleksi calon legislatif. Pihak DPC berangkat dari surat keputusan dan melakukan rapat
internal partai yang dihadiri jajaran pengurus partai di Kota Malang. Sementara PDIP
memulai tahapan rekrutmen diawali pada tahun 2012 dengan pengajuan nama-nama calon
yang dilakukan oleh struktur bawah yaitu Pengurus Anak Cabang (PAC) pada masingmasing daerah pemilihan. Ini menunjukkan perbedaan langkah awal yang dilakukan oleh
kedua partai dan tentu saja secara kesiapan rekrutmen PDIP lebih matang karena bergerak
lebih awal dalam melakukan konsolidasi rekrutmen calon legislatif ini.
Perbedaan yang kedua yaitu proses sosialisasi pendaftaran calon legislatif oleh kedua
partai ini. Partai Gerindra melakukan proses sosialisasi dengan memanfaatkan beberapa
media, diantaranya media masa lokal serta media sosial. Selain itu segenap pihak pengurus
partai di Kota Malang juga melakukan proses sosialisasi kepada masyarakat umum. Berbeda
dengan PDIP yang hanya memanfaatkan struktur pengurus dari ranting dan juga anak cabang
partai dalam prsoes sosialisasi ini. Partai Gerindra terlihat lebih terbuka daripada PDIP dalam
proses rekrutmen jika melihat sosialisasi yang dilakukan oleh kedua partai tersebut. Dengan
memanfaatkan berbagai media, Partai Gerindra memperlihatkan model keterbukaan proses
17

Wawancara Dengan Narasumber Priyatmoko Oetomo Ketua Seleksi DPC PDIP Kota Malang. Tanggal 08-122014

rekrutmen yang dilakukan. Selain itu proses rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Gerindra
lebih terbuka dan partisipatif jika melihat pemanfaatan media dalam proses sosialisasi yang
dilakukan. Dengan melihat perbedaan mengenai keterbukaan informasi pendaftaran yang
dilakukan kedua partai, maka tidak heran jika muncul berbagai kecenderungan masalah yang
muncul dalam rekrutmen yang sudah diangkat di Bab 1 yaitu mengenai masalah rekrutmen
seperti kurangnya partisitipatif masyarakat dan kurangnya keterbukaan informasi.
Ketiga perbedeaan tahapan rekrutmen juga terletak pada seleksi yang dilakukan.
Proses seleksi tes psikologi yang dilakukan oleh DPC Partai Gerindra dengan kerjasama
dengan pihak Universitas Muhammadiyah Malang menjadikan perbedaan dengan PDIP.
PDIP melakukan tes psikologi yang dilangsungkan oleh pihak DPD PDIP Jawa Timur secara
serentak di Kota Surabaya. Pihak DPC PDIP sendiri tidak berwenang dalam tes psikologi ini.
Terlihat bahwa peran DPC Partai Gerindra lebih banyak dalam tahapan seleksi daripada
peran yang dilakukan DPC PDIP.
Tahapan rekrutmen yang dilakukan partai Gerindra dan PDIP ini memiliki beberapa
perbedaan seperti yang sudah dijelaskan, yaitu terletak pada permulaan, sosialisasi dan juga
seleksi rekrutmen calon legisaltif. Namun juga terdapat beberapa kesamaan yang ditemukan
dalam tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh kedua partai politik ini, yang pertama yaitu
kedua partai memiliki persamaan dalam proses pendaftaran yang dilakukan oleh masingmasing panitia seleksi calon legislatif. Kedua yaitu pada proses pengesahan calon legislatif
yang dilakukan oleh DPP kedua partai. Ketiga, kesamaan terlihat dalam tahapan
pemberdayaan dan strategi pemenangan pemilu. Kedua partai sama-sama melakukan
pemberdayaan dengan adanya sosialisasi peraturan KPU dan juga diadakan kaderisasi
internal dengan pembinaan. Persamaan yang ditemukan dalam tahapan rekrutmen calon
legislatif ini disebabkan karena memang secara aturan, KPU sudah menentukan jadwaljadwal yang harus dilalui seperti kapan dilakukannya pendaftaran bakal calon legislatif,
kapan dilakukan masa Daftar Calon Sementara (DCS), dan kapan waktu ditentukannya
Daftar Calon Tetap (DCT). Jadi tidak heran jika terdapat kesaman yang ditemukan dalam
tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Gerindra dan PDIP.
Tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh kedua partai, yaitu Partai Gerindra dan PDIP
mempunyai garis besar sebagai berikut. Tahapan pertama sertifikasi yang didalamnya
terdapat proses sosialisasi dan pendaftaran yang ditemukan perbedaaan tahapan yang
dilakukan kedua partai. Tahap kedua yaitu proses penominasian, yaitu seleksi secara
administrasi, tes psikologi dan tes wawanacara, strategi pemenangan calon legislatif dari
masing-masing partai. Tahapan ketiga yaitu Pemilu. Setiap tahapan yang sudah dilakukan

kedua partai ditemukan perbedaan dan kesamaan yang sudah dijelaskan pada paragrafparagraf sebelumnya.
B. Perbandingan Tipologi Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Gerindra dan
Partai Indonesia Demokrasi Perjuangan
Tipologi rekrutmen adalah tipe rekrutmen yang dilakukan untuk merekrut anggota
legisaltif. Sebagaimana diungkapan Barbara Geddes, bahwa tipe rekrutmen politik terbagi
menjadi empat macam, yang pertama yaitu tipe Partisan. Tipe Partisan adalah pendukung
yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan
strategis. Yang kedua adalah Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang
didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial
politik seseorang, misalnya aktivis LSM. Ketiga adalah tipe Immediate survival, yaitu proses
rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan
orang-orang yang akan direkrut. Dan yang keempat adalah tipe Civil service
reform, merupakan proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon

sehingga bisa mendapatkan kedudukan lebih penting atau lebih tinggi.18 Keempat tipe
rekrutmen ini dapat dijadikan standar orientasi partai politik dalam melakukan rekrutmen
calon anggota legislatif.
Partai Gerindra dan PDIP sendiri lebih dominan kepada tipe rekrutmen yang mana
dapat diketahui dari indikator sebagai berikut, pertama, yaitu syarat dan penunjang yang
ditentukan untuk menjadi calon legislatif. Kedua yaitu komposisi kader dan non-kader yang
menjadi calong legislatif. Ketiga yaitu siapa yang terlibat dan mempunyai legimitasi yang
kuat dalam penentuan calon legislatif. Keempat yaitu tentang penentuan nomor urut calon
legislatif yang dilakukan. Berangkat dari indikator seperti itu maka disusun pertanyaan yang
mengarah kepada indikator tersebut supaya diketahui tipe apa yang dipakai dan dominan
dalam rekrutmen anggota legislatif oleh Partai Gerindra dan PDIP Cabang Kota Malang ini.
Perbandingan tipologi rekrutmen yang sudah dilakukan oleh Partai Gerindra maupun
PDIP, Partai Gerindra membuat standar secara internal dalam pengajuan persyaratan menjadi
calon anggota DPRD dari partai Gerindra. Selain persyaratan secara administrasi yang sudah
ditentukan oleh KPU, Partai Gerindra mengajukan persyaratan tersendiri yaitu berupa hal
yang berkisar kepada nilai penunjang seperti tingkat pendidikan, tingkat loyalistas seorang
pendaftar, dan bagaimana dia dimata masyarakat. Syarat-syarat seperti itu juga sama seperti
yang diajukan oleh PDIP. Perbedaannya PDIP lebih menyoroti nilai-nilai tambahan tersebut,

18

Barbara Geddes.1994. Politician’s Dilemma. California: University of California. hlm 19

dan lebih detail memberikan pengajuan, seperti sudah berapa lama seorang pendaftar yang
mengabdi kepada partai dan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di partai dan keaktifan di
masyarakat dalam berorganisasi. Persyaratan seperti itulah yang lebih dikaji oleh tim seleksi
PDIP. Itulah mengapa rekrutmen PDIP lebih condong kepada tipe Partisan, karena dengan
persyaratan seperti itu, otomatis nilai yang tertinggi adalah pendaftar yang sudah lama
menjadi bagian dari partai. Sebaliknya, walaupun PDIP melakukan rekrutmen secara terbuka,
orang luar yang mendaftar dari luar secara otomatis akan kalah bersaing dengan kader-kader
internal yang mendaftar.
Perbedaan tipologi rekrutmen dari kedua partai ini, Jika melihat di tipe Partisan,
PDIP lebih dominan memakai tipe ini ketimbang Partai Gerindra. Hal ini terlihat bahwa
tingkat loyalitas kader yang diutamakan, dari kader-kader yang loyal tersebut untuk
menyaringnya lagi baru dengan nilai poin tambahan seperti tingkat pendidikan, riwayat di
partai sebagai penunjang untuk lolos seleksi. Berbeda dengan Partai Gerindra yang memakai
tipe Partisan hanya untuk memberikan penghargaan terhadap kader internal namun tetap
dalam koridor kompetisi yang seimbang terhadap orang luar yang mendaftar. Tipe
Compartmentalization, Partai Gerindra lebih dominan dalam pemakaian tipe ini, ini

diwujudkan dengan partai tidak melihat kader ataupun luar kader kalaupun nilai akhir adalah
yang tertinggi ternyata orang luar kader, otomatis orang luar kader tersebut yang lolos
seleksi. PDIP sendiri memakai tipe ini hanya sebatas nilai tambahan untuk kader-kader yang
sudah mendaftar. Dalam tipe Immediate Survival, Partai Gerindra lebih menonjol
menggunakan tipe ini jika dibandingkan PDIP. Pemakaian tipe Immediate Survival yang
dipakai oleh Partai Gerindra itupun tidak sampai mendominasi terhadap tipe yang lain dengan
artian bahwa memberikan indikasi bahwa Partai Gerindra memakai tipe Immediate Survival
secara keseluruhan dalam rekrutmen. Pemakaian tipe ini hanya sebatas umum ini dengan
diperlihatkan bahawa ada titipan kader dari DPP dalam proses rekrutmen. PDIP sendiri sama
sekali tidak memakai tipe immediate survival, pihak DPC yang bertugas secara keseluruhan
dalam penentuan calon legisaltif, pihak DPP hanya bertugas untuk melakukan pengesahan
terhadap berkas yang sudah diajukan oleh DPC.
Selanjutnya tipe terakhir yaitu tipe Civil Service Reform, kedua partai terlihat memakai tipe
ini secara dominan, ini dibuktikan kedua partai sama-sama melihat tingkat loyalitas suatu
kader dan juga kemampuan secara individu dalam melakukan rekrutmen, seorang pendaftar
yang memiliki tingkat loyalitas tertinggi dan kemampuan individu yang cakap akan lolos
seleksi dan mendapatkan nomor urut pertama didapilnya dalam pemilu. Langkah ini adalah
wujud dari reformasi rekrutmen calon anggota DPRD yang dilakukan oleh kedua partai

tersebut, bisa diharapkan dengan dominannya pemakaian tipe ini maka akan memberikan
yang baik bagi masyarakat maupun partai politik itu sendiri. Selain itu dengan pemakaian tipe
ini akan menghapus permasalah yang terjadi dalam rekrutmen calon anggota legisaltif seperti,
oligarki elit partai dalam penentuan calon, kurangnya pemahaman terhadap partai dan calon,
serta adanya kader karbitan yang menjadi calon legisalitf.
V. Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan penelitian yang menyeluruh tentang tahapan dan tipologi yang
dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) dan Partai Demorkasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) ditemukan beberapa kesimpulan.


Tahapan Rekrutmen yang dilakukan Partai Gerindra dan PDIP memiliki kesamaan
yaitu tentang seleksi, verifikasi, dan pendaftaran rekrutmen, selain itu terdapat
perbedaan pada tahapan internal dimana PDIP memulai konsolidasi internal lebih
awal dari pada Partai Gerindra, kedaan tersebut memberikan implikasi bahwa terdapat
kesiapan yang lebih awal yang dilakukan PDIP. Selain terdapat perbedaan mengenai
sosialisasi yang dilakukan, Partai Gerindra terlihat lebih terbuka dan partisipatif
daripada PDIP yang kurang partisipasi sehingga memberikan implikasi tidak tahunya
masyarakat terhadap proses rekrutmen. Penentuan nomor yang dilakukan kedua partai
sama-sama transparan dan berdasarkan aturan baku partai yang menempatkan kader
terbaik di nomor urut atas.



Tipologi rekrutmen yang dilakukan Partai Gerindra lebih dominan kepada tipe
Compartmentalization, dan tipe Civil Service Reform, tipe ini menjadi pertimbangan

utama dalam rekrutmen calon anggota legislatif, sehingga ada beberapa kader luar
yang masuk menjadi calon legislaitf Partai Gerindra. Sementara PDIP lebih dominan
mekai tipe Partisan dan Civil Service Reform, sehingga terlihat begitu kuatnya
konsolidasi partai dari proses rekrutmen calon legisalitf ini. Sehingga terlihat jika
kurang adanya partisipasi masyarakat luar dalam prose rekrutmen calon anggota
legisaltif ini.

Maka dari itu, Partai Politik dalam melakukan rekrutmen sebaiknya mempunyai
standar baku yang lebih terperinci dan ditetapkan oleh undang-undang yang mengikuti
perkembangan zaman, seperti diharuskan calon yang mendaftar harus dari Daerah
Pemilihannya sendiri, agar masalah tidak kenal antara calon dengan konstituen tidak terjadi.
Perlu untuk dilakukan seleksi yang lebih transparan dengan mempublikasikan tahapan setiap
tahapan rekrutmen kepada masyarakat umum. Selain itu, Partai Politik dalam melakukan
rekrutmen sebaiknya dominan

dalam tipologi Civil Service Reform agar memberikan

implikasi yang baik kedepannya, anggota legisaltif yang terpilih hasil dari tipologi ini akan
memiliki kemampuan yang cakap dan dapat bersinergi dengan kepentingan partai politik dan
masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Harris, Syamsuddin. 2005. Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai. Jakarta: Gramedia .
Idrus, Muhammad. 2013. Metode Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta, Erlangga
Klingemann, et al. 1999.Partai, kebijakan dan demokrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Malaka, Tan. 2012. Parlemen atau Soviet.Jakarta: LPPM Tan Malaka
Moleong, Lexy J.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mu’ti, Ali Abdul. 2010. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Pamungkas, Sigit. 2012. Partai Politik: Teori dan Praktik Di Indonesia . Yogyakarta: Institute
For Democracy and Wellfarism.
Sofwani, Ahmad dan Soenyono. 2008. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Agritek
Pembangunan Nasional.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta :
Prenada Media.
Jurnal
Ainur Rofieq. Fungsi Rekrtumen Politik pada Calon Legislatif Partai Kebangkitan bangsa
2009. Governance. Vol 1. No 2. Mei 2011

Website
Rekapitulasi Pemilihan Legislatif. www.kpud-malang.go.id.

Dokumen yang terkait

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STRATEGI ANGGOTA LEGISLATIF DALAM MEMPERKUAT HUBUNGAN DENGAN KONSTITUEN(Studi pada anggota DPRD Kabupaten Pamekasan Periode 2009-2014)

0 81 37

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

2 18 16

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN OLEH OKNUM POLISI DALAM PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR (PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR)

3 64 17

KAJIAN YURIDIS PENGAWASAN OLEH PANWASLU TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KOTA MOJOKERTO MENURUT PERATURAN BAWASLU NO 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1 68 95

KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK MENJADI ANGGOTA PENUH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENJADI ANGGOTA PENUH PERSERIKATAN BANGSA

0 18 17

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52