laporan praktikum uji toxisitas pewangi
LAPORAN BIOLOGI UMUM
UJI TOKSISITAS PEWANGI DAN PELEMBUT MOLTO ULTRA SEKALI BILAS
ANTIBACTERIA TERHADAP KETAHANAN DAN PERILAKU IKAN PLATY
(Xiphophorus maculatus)
Oleh Kelompok III:
1. ELLYANA FIRDAUS (15030194030)
2. MIFTACHUL AMALIYAH (15030194031)
3. MARIA F. M. S OMES (15030194049)
4. DIYAH AMALIA P (15030194075)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi makhluk hidup, dalam kehidupan
sehari-hari manusia pasti menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti minum,
mencuci, industri, pertanian dan lain sebagainya. Peningkatan jumlah penduduk sejalan
dengan peningkatan pencemaran air. Pengertian pencemaran adalah keadaan dimana suatu
lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai
yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya,
sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh pewangi sekali bilas misalnya, mengandung
zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi
makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut. Lingkungan perairan yang
tercemar limbah pewangi kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain
itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan
kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selama hidupnya pula manusia akan membuang kotoran ataupun limbah ke
lingkungan. Limbah tersebut akan kembali ke udara, air ataupun tanah. Telah menjadi sifat
manusia untuk selalu meningkatkan taraf hidupnya. Maka dengan akal pikirannya lahir
berbagai inovasi agar dapat mempermudah kegiatan mereka. Perkembangan tersebut
semakin meningkatkan limbah yang dibuang oleh manusia, dan dengan sendirinya akan
meningkatkan potensi terjadinya penularan penyakit/wabah dan/ataupun keracunan. Salah
satu hasil inovasi dari manusia adalah produk pewangi dan pelembut. Produk pewangi dan
pelembut yang ditawarkan pada saat ini cukup banyak jenisnya, baru-baru ini mucul produk
pewangi dan pelembut dengan inovasi terbaru yakni pewangi dan pelembut sekali bilas yang
dipercaya dapat menghilangkan busa detergen hanya dengan melakukan sekali pembilasan.
Bahan utama pada produk pewangi dan pelembut sekali bilas ini adalah
Surfaktan kationik. Surfaktan sebagai komponen utama sulit didegradasi (diuraikan) alam.
Pada mulanya surfaktan hanya digunakan sebagai bahan utama pembuat deterjen. Namun
karena terbukti ampuh membersihkan kotoran, maka banyak digunakan sebagai bahan
pencuci lain. Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang
dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Sifat aktif permukaan yang
dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan
antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Hal ini membuat surfaktan banyak
digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun, deterjen, produk kosmetika dan
produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan
industri perminyakan, dan lain sebagainya (Scheibel J, 2004).
Pengujian tentang pencemaran perairan akibat penggunaan produk pewangi
dan pelembut yang melebihi batas ambang perlu dilakukan. Pengujian tersebut untuk
mengetahui seberapa besar tingkat toksik suatu bahan yang terkandung dalam produk
pewangi dan pelembut terhadap kehidupan biota air. Berdasarkan uraian tersebut maka
peneliti ingin melakukan pengujian mengenai toksisitas pewangi dan pelembut molto ultra
sekali bilas antibacteria terhadap mortalitas biota perairan khusunya ikan Platy.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah perbedaan pengaruh
konsentrasi produk pewangi sekali bilas terhadap kehidupan ikan Platy (Xiphophorus
maculatus)?
C.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi
produk pewangi sekali bilas terhadap ketahanan hidup ikan.
D. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
toksisitas pewangi dan pelembut sekali bilas dengan berbagai konsentrasi terhadap biota air
dalam ekosistem perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Umum Pewangi dan Pelembut Molto Ultra Sekali Bilas Antibacteria
Softener merupakan bahan pelembut dan pewangi pakaian, biasa dipakai
sebagai pelengkap saat mencuci baju setelah memakai detergen lebih dulu. Wujudnya berupa
cairan kental. Saat ini di masyarakat telah marak produk pelembut dan pewangi sekali bilas.
Produk ini dapat menghilangkan busa deterjen dari pakaian dengan sekali bilas sehingga,
dapat menghemat pemakaian air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Felicia (2011)
sebanyak 73 persen responden mendukung dan ikut berpartisipasi dalam Gerakan Sekali
Bilas yang dihimbau dalam tayangan iklan salah satu produk pelembut dan pewangi pakaian
sekali bilas yang bertujuan untuk penghematan air Negara.
B. Komposisi Bahan Aktif Pewangi dan Pelembut Sekali Bilas
Bahan aktif yang terdapat dalam produk pelembut dan pewangi pakaian sekali
bilas adalah surfaktan kationik 12%, sedangkan bahan aktif yang umum digunakan dalam
deterjen di indonesia adalah linear alkilbenzene sulfonat (LAS) yang termasuk ke dalam
golongan surfaktan anionik. Surfaktan kationik memiliki toksisitas lebih tinggi dari pada
surfaktan anionik (singh et al., 2002).
C. Mekanisme Toksisitas Pewangi dan Pelembut Sekali Bilas
Penelitian Wester dan Roghair (2002) dalam Hanifah menunjukan bahwa
golongan surfaktan anionik memiliki potensi teratogenik terhadap ikan. Teratogenik adalah
perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan
biokimia. Amonium klorida pada tingkat toksik juga dapat menyebabkan peningkatan pH
pada darah, gangguan osmoregulasi, dan kesulitan bernafas.
Hewan berinteraksi dengan lingkungannya agar dapat terus bertahan hidup.
Mereka melakukan adaptasi dengan berbagai cara yang ditunjukkan melalui reaksi-reaksi
dalam berinteraksi antara lain berupa perbubahan organ, sifat, atau perilaku. Reaksi tersebut
tidak akan berubah atau akan berubah secara normal apabila lingkungan sekitarnya juga
dalam kondisi normal atau masih dalam kisaran yang dapat diterima oleh suatu spesies.
Sebaliknya, reaksi pada spesies itu akan berubah secara tidak normal atau bahkan
menyebabkan kematian apabila perubahan yang terjadi pada lingkungan telah melebihi batas
kemampuan (Riefani dalam Lestari, 2011). Perubahan lingkungan yang dimaksud adalah
keadaan dimana lingkungan tempat hewan tersebut hidup mengalami seperti pencemaran.
D. Kajian Umum Ikan Platy (Xiphophorus maculatus)
Ikan dapat digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai kemampuan
merespon adanya bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik
air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi
tertentu. Reaksi yang dimaksud antara lain adanya perubahan aktivitas pernafasan, aktivitas
dan gerakan renang, warna tubuh ikan dan sebagainya. Kemampuan ikan merespon bahan
pencemar sering digunakan dalam pengujian penanganan limbah industri. Limbah industri
pada umumnya melewati beberapa tahapan pengolahan seperti penyaringan secara mekanis
(secara fisik), pengendapan dan penjernihan dengan bahan kimia (secara kimia) serta
penghilangan senyawa berbahaya dengan bakteri pengurai limbah (secara biologis) setelah
melewati ketiga tahapan tersebut air limbah yang sudah diolah dilewatkan dalam kolam kecil
berisi ikan. Apabila masih terdapat bahan pencemar maka ikan akan bereaksi mulai dari
gerakan renang, percepatan gerakan operculum hingga kematian pada air yang masih beracun
(Anonim, 2009)
Ikan Platy merupakan ikan air tawar yang memiliki daya tahan tubuh yang
cukup kuat terhadap perubahan lingkungan akibat pencemaran oleh bahan-bahan yang
bersifat toksik. Tubuh ikan ini kecil, hanya seukuran jari kelingking orang dewasa dengan
panjang sekitar 2 cm. Memilki warna yang mencolok, kombinasi merah dan kuning ataupun
oranye dan hitam. Ikan Platy adalah jenis livebearing dan milik keluarga Poecilliidae. Ikan ini
berasal dari Amerika, tapi ikan liar Poecilliidae hari ini ditemukan di perairan tropis dan
subtropis di banyak bagian dunia. Ikan Platy relatif kokoh, bahkan dapatbertahan hidup
dengan tanpa makanan (Anonim, 2011). Oleh karena itu, ikan ini cocok sebagai bioindikator
toksisitas pencemaran air.
E. Dampak Pencemaran Pewangi Dan Pelembut Sekali Bilas Terhadap Biota Perairan
Dampak dari penggunaan pewangi dan pelembut sekali bilas yang melebihi
batas ambangnya maka dapat mencemari lingkungan khususnya biota di perairan. Bahan
kimia penyusun pewangi dan pelembut memiliki gugus fungsi yang sangat mempengaruhi
toksisitas terhadap kesehatan dan lingkungan. Bahan kimia yang bersifat keras dan lunak
dipengaruhi oleh pH, gugus fungsi bahan kimia penyusun pewangi dan pelembut dan panjang
rantai gugus akil. pH deterjen yang basa bersifat korosif dan iritasi pada kulit. Semakin
panjang cabang rantai surfaktan maka semakin keras bahan pewangi dan pelembut tersebut.
Apabila tidak terdegradasi secara sempurna di perairan dan masuk ke dalam jaringan tubuh
biota air, misalnya ikan baik secara langsung maupun tidak langsung maka dapat terjadi
akumulasi di dalam jaringan tubuh dan bersifat toksik. Masalah lain yang timbul di
lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi di perairan karena penggunaan pewangi dan
pelembut dengan kandungan fosfat yang tinggi, hal yang fatal adalah dapat membunuh biota
perairan.
F. Kerangka Berpikir
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini. Peningkatan jumlah
penduduk sejalan dengan peningkatan pencemaran air. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai hal, misalnya penggunaan pewangi dan pelembut pada saat pencucian dengan dosis
yang melebihi batas ambang. Penggunaan pewangi dan pelembut yang melebihi dosis akan
menjadi limbah pencemar perairan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan, khususnya biota perairan dan kualitas air perairan itu sendiri. Produk pewangi
dan pelembut yang ditawarkan pada saat ini cukup banyak jenisnya, baru-baru ini mucul
produk pewangi dan pelembut sekali bilas yang mampu menghilangkan busa detergen tanpa
membilas tiga kali sehingga dapat mengganggu pelarutan oksigen dalam air. Pengolahan
limbah cair dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologi, sehingga untuk
menentukan cara pengolahan serta yang tepat diperlukan pengujian tentang toksisitas produk
pewangi dan pelembut sekali bilas terhadap biota perairan. Data yang diperoleh juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan dosis yang tepat penggunaan pewangi dan
pelembut sekali bilas untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap ekosistem di perairan.
Peningkatan jumlah penduduk sejalan dengan
peningkatan pencemaran air
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah
konsentrasi pewangi dan pelembut molto ultra sekali bilas anti bacteria
berpengaruh pada ketahanan hidup ikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, karena
adanya variabel manipulasi, variabel kontrol, variabel respon, perlakuan
dan kontrol.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi dalam penelitian ini adalah konsentrasi pewangi dan pelembut
molto ultra sekali bilas antibacteria.
2. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ikan Platy, jumlah ikan Platy pada
setiap gelas dan volume air pada setiap akuarium.
3. Variabel respon dalam penelitian ini adalah mortalitas ikan Molly.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Faktor perlakuan yang digunakan ada satu, yaitu konsentrasi pewangi dan pelembut
molto ultra sekali bilas antibacteria, dengan tiga kali pengulangan. Adapun variasi
konsentrasi pewangi dan pelembut yang diberikan meliputi 0 ppm, 0,2 ppm, 1 tetes/100ml.
Kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut :
D. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring ikan, pH meter air, gelas ukur, kamera
dan alat tulis.
2. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Molly, deterjen cair so klin liquid
antibacteria dan air secukupnya.
E. Analisis Data
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa semakin
banyak jumlah kosentrasi produk pewangi dan pelembutsekali bilas molto
ultra anti bacteria dapat mempengaruhi perilaku ikan. Dimana semakin
banyak konsentrasi pewangi dan pelembut sekali bilas molto ultra anti
bacteria semakin mempercepat kematian ikan terbukti pada tabel no.2
dengan perlakuan ditambahkan larutan pewangi dan pelembut sekali bilas
molto ultra anti bacteria 100 mL , ikan hanya mampu bertahan rata-rata
selama 17,3 menit. Sedangkan pada tabel no.3 mampu bertahan lama karena
konsentrasi pewangi dan pelembut molto ultra sekali bilas antibacteria hanya
sedikit. Hal ini hampir sama dengan tabel no.1 yang tanpa diberi perlakuan.
Selain itu pemberian pewangi dan pelembut molto ultra sekali bilas
antibacteria berpengaruh pada pH air dan ketahanan ikan.
BAB IV
HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
NO
Perlakuan
.
1.
NO
Pengulanga
n
Ditambahka
n 1 mL air
1
2
3
Rata-rata
Perlakuan
Pengulanga
.
n
Awal
7
7
7
7
Awal
pH
Akhi
r
7
7
7
7
pH
Akhi
Kondisi
Kondisi
Air
ikan
Jernih
Jernih
Jernih
Hidup
Hidup
Hidup
Ikan Hidup
Ikan Hidup
Ikan Hidup
Kondisi
Kondisi ikan
Keteranga
Air
n mati
r
2.
Ditambahka
1
7
n larutan
pada menit
Sangat
Berenang
ke17 menit
Keruh
cepat,pingsan
ikan mati
pengharum
,
dan pelembut
sekali bilas 1
mL
Keterangan
2
3
7
Sangat
mati
Gesit,oleng,
1
7
Keruh
Sangat
pingsan mati,
Loncat-
17 menit
Keruh
loncat,
ikan mati
berenang
cepat,mati
Rata-rata
NO
Perlakuan
.
3.
Pengulanga
n
Ditambahka
17,3 menit
1
Awal
7
pH
Akhi
r
7
Kondisi
Kondisi
Air
ikan
Jernih
Tidak ada
n 1 mL air
2
7
7
Jernih
n
Tidak ada
Ikan hidup
perubaha
pelembut
sekali bilas
Ikan hidup
perubaha
dan satu tetes
pewangi dan
Keterangan
3
7
7
Jernih
n
Tidak ada
perubaha
Ikan hidup
n
Rata-rata
7
7
UJI TOKSISITAS PEWANGI DAN PELEMBUT MOLTO ULTRA SEKALI BILAS
ANTIBACTERIA TERHADAP KETAHANAN DAN PERILAKU IKAN PLATY
(Xiphophorus maculatus)
Oleh Kelompok III:
1. ELLYANA FIRDAUS (15030194030)
2. MIFTACHUL AMALIYAH (15030194031)
3. MARIA F. M. S OMES (15030194049)
4. DIYAH AMALIA P (15030194075)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi makhluk hidup, dalam kehidupan
sehari-hari manusia pasti menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti minum,
mencuci, industri, pertanian dan lain sebagainya. Peningkatan jumlah penduduk sejalan
dengan peningkatan pencemaran air. Pengertian pencemaran adalah keadaan dimana suatu
lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai
yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya,
sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh pewangi sekali bilas misalnya, mengandung
zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi
makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut. Lingkungan perairan yang
tercemar limbah pewangi kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain
itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan
kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selama hidupnya pula manusia akan membuang kotoran ataupun limbah ke
lingkungan. Limbah tersebut akan kembali ke udara, air ataupun tanah. Telah menjadi sifat
manusia untuk selalu meningkatkan taraf hidupnya. Maka dengan akal pikirannya lahir
berbagai inovasi agar dapat mempermudah kegiatan mereka. Perkembangan tersebut
semakin meningkatkan limbah yang dibuang oleh manusia, dan dengan sendirinya akan
meningkatkan potensi terjadinya penularan penyakit/wabah dan/ataupun keracunan. Salah
satu hasil inovasi dari manusia adalah produk pewangi dan pelembut. Produk pewangi dan
pelembut yang ditawarkan pada saat ini cukup banyak jenisnya, baru-baru ini mucul produk
pewangi dan pelembut dengan inovasi terbaru yakni pewangi dan pelembut sekali bilas yang
dipercaya dapat menghilangkan busa detergen hanya dengan melakukan sekali pembilasan.
Bahan utama pada produk pewangi dan pelembut sekali bilas ini adalah
Surfaktan kationik. Surfaktan sebagai komponen utama sulit didegradasi (diuraikan) alam.
Pada mulanya surfaktan hanya digunakan sebagai bahan utama pembuat deterjen. Namun
karena terbukti ampuh membersihkan kotoran, maka banyak digunakan sebagai bahan
pencuci lain. Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang
dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Sifat aktif permukaan yang
dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan
antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Hal ini membuat surfaktan banyak
digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun, deterjen, produk kosmetika dan
produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan
industri perminyakan, dan lain sebagainya (Scheibel J, 2004).
Pengujian tentang pencemaran perairan akibat penggunaan produk pewangi
dan pelembut yang melebihi batas ambang perlu dilakukan. Pengujian tersebut untuk
mengetahui seberapa besar tingkat toksik suatu bahan yang terkandung dalam produk
pewangi dan pelembut terhadap kehidupan biota air. Berdasarkan uraian tersebut maka
peneliti ingin melakukan pengujian mengenai toksisitas pewangi dan pelembut molto ultra
sekali bilas antibacteria terhadap mortalitas biota perairan khusunya ikan Platy.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah perbedaan pengaruh
konsentrasi produk pewangi sekali bilas terhadap kehidupan ikan Platy (Xiphophorus
maculatus)?
C.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi
produk pewangi sekali bilas terhadap ketahanan hidup ikan.
D. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
toksisitas pewangi dan pelembut sekali bilas dengan berbagai konsentrasi terhadap biota air
dalam ekosistem perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Umum Pewangi dan Pelembut Molto Ultra Sekali Bilas Antibacteria
Softener merupakan bahan pelembut dan pewangi pakaian, biasa dipakai
sebagai pelengkap saat mencuci baju setelah memakai detergen lebih dulu. Wujudnya berupa
cairan kental. Saat ini di masyarakat telah marak produk pelembut dan pewangi sekali bilas.
Produk ini dapat menghilangkan busa deterjen dari pakaian dengan sekali bilas sehingga,
dapat menghemat pemakaian air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Felicia (2011)
sebanyak 73 persen responden mendukung dan ikut berpartisipasi dalam Gerakan Sekali
Bilas yang dihimbau dalam tayangan iklan salah satu produk pelembut dan pewangi pakaian
sekali bilas yang bertujuan untuk penghematan air Negara.
B. Komposisi Bahan Aktif Pewangi dan Pelembut Sekali Bilas
Bahan aktif yang terdapat dalam produk pelembut dan pewangi pakaian sekali
bilas adalah surfaktan kationik 12%, sedangkan bahan aktif yang umum digunakan dalam
deterjen di indonesia adalah linear alkilbenzene sulfonat (LAS) yang termasuk ke dalam
golongan surfaktan anionik. Surfaktan kationik memiliki toksisitas lebih tinggi dari pada
surfaktan anionik (singh et al., 2002).
C. Mekanisme Toksisitas Pewangi dan Pelembut Sekali Bilas
Penelitian Wester dan Roghair (2002) dalam Hanifah menunjukan bahwa
golongan surfaktan anionik memiliki potensi teratogenik terhadap ikan. Teratogenik adalah
perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan
biokimia. Amonium klorida pada tingkat toksik juga dapat menyebabkan peningkatan pH
pada darah, gangguan osmoregulasi, dan kesulitan bernafas.
Hewan berinteraksi dengan lingkungannya agar dapat terus bertahan hidup.
Mereka melakukan adaptasi dengan berbagai cara yang ditunjukkan melalui reaksi-reaksi
dalam berinteraksi antara lain berupa perbubahan organ, sifat, atau perilaku. Reaksi tersebut
tidak akan berubah atau akan berubah secara normal apabila lingkungan sekitarnya juga
dalam kondisi normal atau masih dalam kisaran yang dapat diterima oleh suatu spesies.
Sebaliknya, reaksi pada spesies itu akan berubah secara tidak normal atau bahkan
menyebabkan kematian apabila perubahan yang terjadi pada lingkungan telah melebihi batas
kemampuan (Riefani dalam Lestari, 2011). Perubahan lingkungan yang dimaksud adalah
keadaan dimana lingkungan tempat hewan tersebut hidup mengalami seperti pencemaran.
D. Kajian Umum Ikan Platy (Xiphophorus maculatus)
Ikan dapat digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai kemampuan
merespon adanya bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik
air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi
tertentu. Reaksi yang dimaksud antara lain adanya perubahan aktivitas pernafasan, aktivitas
dan gerakan renang, warna tubuh ikan dan sebagainya. Kemampuan ikan merespon bahan
pencemar sering digunakan dalam pengujian penanganan limbah industri. Limbah industri
pada umumnya melewati beberapa tahapan pengolahan seperti penyaringan secara mekanis
(secara fisik), pengendapan dan penjernihan dengan bahan kimia (secara kimia) serta
penghilangan senyawa berbahaya dengan bakteri pengurai limbah (secara biologis) setelah
melewati ketiga tahapan tersebut air limbah yang sudah diolah dilewatkan dalam kolam kecil
berisi ikan. Apabila masih terdapat bahan pencemar maka ikan akan bereaksi mulai dari
gerakan renang, percepatan gerakan operculum hingga kematian pada air yang masih beracun
(Anonim, 2009)
Ikan Platy merupakan ikan air tawar yang memiliki daya tahan tubuh yang
cukup kuat terhadap perubahan lingkungan akibat pencemaran oleh bahan-bahan yang
bersifat toksik. Tubuh ikan ini kecil, hanya seukuran jari kelingking orang dewasa dengan
panjang sekitar 2 cm. Memilki warna yang mencolok, kombinasi merah dan kuning ataupun
oranye dan hitam. Ikan Platy adalah jenis livebearing dan milik keluarga Poecilliidae. Ikan ini
berasal dari Amerika, tapi ikan liar Poecilliidae hari ini ditemukan di perairan tropis dan
subtropis di banyak bagian dunia. Ikan Platy relatif kokoh, bahkan dapatbertahan hidup
dengan tanpa makanan (Anonim, 2011). Oleh karena itu, ikan ini cocok sebagai bioindikator
toksisitas pencemaran air.
E. Dampak Pencemaran Pewangi Dan Pelembut Sekali Bilas Terhadap Biota Perairan
Dampak dari penggunaan pewangi dan pelembut sekali bilas yang melebihi
batas ambangnya maka dapat mencemari lingkungan khususnya biota di perairan. Bahan
kimia penyusun pewangi dan pelembut memiliki gugus fungsi yang sangat mempengaruhi
toksisitas terhadap kesehatan dan lingkungan. Bahan kimia yang bersifat keras dan lunak
dipengaruhi oleh pH, gugus fungsi bahan kimia penyusun pewangi dan pelembut dan panjang
rantai gugus akil. pH deterjen yang basa bersifat korosif dan iritasi pada kulit. Semakin
panjang cabang rantai surfaktan maka semakin keras bahan pewangi dan pelembut tersebut.
Apabila tidak terdegradasi secara sempurna di perairan dan masuk ke dalam jaringan tubuh
biota air, misalnya ikan baik secara langsung maupun tidak langsung maka dapat terjadi
akumulasi di dalam jaringan tubuh dan bersifat toksik. Masalah lain yang timbul di
lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi di perairan karena penggunaan pewangi dan
pelembut dengan kandungan fosfat yang tinggi, hal yang fatal adalah dapat membunuh biota
perairan.
F. Kerangka Berpikir
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini. Peningkatan jumlah
penduduk sejalan dengan peningkatan pencemaran air. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai hal, misalnya penggunaan pewangi dan pelembut pada saat pencucian dengan dosis
yang melebihi batas ambang. Penggunaan pewangi dan pelembut yang melebihi dosis akan
menjadi limbah pencemar perairan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan, khususnya biota perairan dan kualitas air perairan itu sendiri. Produk pewangi
dan pelembut yang ditawarkan pada saat ini cukup banyak jenisnya, baru-baru ini mucul
produk pewangi dan pelembut sekali bilas yang mampu menghilangkan busa detergen tanpa
membilas tiga kali sehingga dapat mengganggu pelarutan oksigen dalam air. Pengolahan
limbah cair dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologi, sehingga untuk
menentukan cara pengolahan serta yang tepat diperlukan pengujian tentang toksisitas produk
pewangi dan pelembut sekali bilas terhadap biota perairan. Data yang diperoleh juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan dosis yang tepat penggunaan pewangi dan
pelembut sekali bilas untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap ekosistem di perairan.
Peningkatan jumlah penduduk sejalan dengan
peningkatan pencemaran air
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah
konsentrasi pewangi dan pelembut molto ultra sekali bilas anti bacteria
berpengaruh pada ketahanan hidup ikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, karena
adanya variabel manipulasi, variabel kontrol, variabel respon, perlakuan
dan kontrol.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi dalam penelitian ini adalah konsentrasi pewangi dan pelembut
molto ultra sekali bilas antibacteria.
2. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ikan Platy, jumlah ikan Platy pada
setiap gelas dan volume air pada setiap akuarium.
3. Variabel respon dalam penelitian ini adalah mortalitas ikan Molly.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Faktor perlakuan yang digunakan ada satu, yaitu konsentrasi pewangi dan pelembut
molto ultra sekali bilas antibacteria, dengan tiga kali pengulangan. Adapun variasi
konsentrasi pewangi dan pelembut yang diberikan meliputi 0 ppm, 0,2 ppm, 1 tetes/100ml.
Kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut :
D. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring ikan, pH meter air, gelas ukur, kamera
dan alat tulis.
2. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Molly, deterjen cair so klin liquid
antibacteria dan air secukupnya.
E. Analisis Data
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa semakin
banyak jumlah kosentrasi produk pewangi dan pelembutsekali bilas molto
ultra anti bacteria dapat mempengaruhi perilaku ikan. Dimana semakin
banyak konsentrasi pewangi dan pelembut sekali bilas molto ultra anti
bacteria semakin mempercepat kematian ikan terbukti pada tabel no.2
dengan perlakuan ditambahkan larutan pewangi dan pelembut sekali bilas
molto ultra anti bacteria 100 mL , ikan hanya mampu bertahan rata-rata
selama 17,3 menit. Sedangkan pada tabel no.3 mampu bertahan lama karena
konsentrasi pewangi dan pelembut molto ultra sekali bilas antibacteria hanya
sedikit. Hal ini hampir sama dengan tabel no.1 yang tanpa diberi perlakuan.
Selain itu pemberian pewangi dan pelembut molto ultra sekali bilas
antibacteria berpengaruh pada pH air dan ketahanan ikan.
BAB IV
HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
NO
Perlakuan
.
1.
NO
Pengulanga
n
Ditambahka
n 1 mL air
1
2
3
Rata-rata
Perlakuan
Pengulanga
.
n
Awal
7
7
7
7
Awal
pH
Akhi
r
7
7
7
7
pH
Akhi
Kondisi
Kondisi
Air
ikan
Jernih
Jernih
Jernih
Hidup
Hidup
Hidup
Ikan Hidup
Ikan Hidup
Ikan Hidup
Kondisi
Kondisi ikan
Keteranga
Air
n mati
r
2.
Ditambahka
1
7
n larutan
pada menit
Sangat
Berenang
ke17 menit
Keruh
cepat,pingsan
ikan mati
pengharum
,
dan pelembut
sekali bilas 1
mL
Keterangan
2
3
7
Sangat
mati
Gesit,oleng,
1
7
Keruh
Sangat
pingsan mati,
Loncat-
17 menit
Keruh
loncat,
ikan mati
berenang
cepat,mati
Rata-rata
NO
Perlakuan
.
3.
Pengulanga
n
Ditambahka
17,3 menit
1
Awal
7
pH
Akhi
r
7
Kondisi
Kondisi
Air
ikan
Jernih
Tidak ada
n 1 mL air
2
7
7
Jernih
n
Tidak ada
Ikan hidup
perubaha
pelembut
sekali bilas
Ikan hidup
perubaha
dan satu tetes
pewangi dan
Keterangan
3
7
7
Jernih
n
Tidak ada
perubaha
Ikan hidup
n
Rata-rata
7
7