Juniar Roza K - S1 S..>

  

KARAKTER TOKOH UTAMA

CERPEN USHI WO TSUNAIDA TSUBAKI NO KI

Karya Niimi Nankichi

  Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi

  Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

  Universitas Diponegoro Oleh :

  Juniar Roza Kusumadewi NIM : 13050111150011

  

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2013

HALAMAN PERNYATAAN

  Dengan sebenarnya, penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan dari hasil penelitian untuk suatu gelar sarjana atau diploma di suatu universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh yang penulis ketahui, skripsi ini juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain, kecuali yang telah tercantum dalam rujukan dan daftar pustaka. Penulis bersedia menerima sangsi apabila terbukti melakukan penjiplakan.

  Semarang, September 2013 Juniar Roza K

HALAMAN PERSETUJUAN

  Disetujui oleh Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. Yudiono KS, SU Zaki Ainul Fadli, M. Hum

  NIP. 19481027 197603 1 001

  

HALAMAN PENGESAHAN

  Diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Program Studi Strata I Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang Pada hari : Tanggal : Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Ketua Drs. Yudiono KS, SU ……………………………… NIP. NIP. 19481027 197603 1 001 Anggota I Zaki Ainul Fadli, SS, M. Hum ……………….……………...

  Anggota II Kyouji Honda, M. A …………….………………..

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Motto :

  

"Untuk meraih sebuah kesuksesan, karakter seseorang adalah lebih penting dari

pada Intelegensi."

  (Gilgerte Beaux)

  

Jangan takut mengambil satu langkah besar jika memang dibutuhkan. Anda tak

dapat menyeberangi jurang hanya dengan dua lompatan kecil.

  (David L. George)

  

Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena

tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan tidak

dapat dihancurkan.

  (Hitopadesa) Persembahan :

  

Skripsi ini kupersembahkan untuk keluarga besarku, orang-orang terdekat, dan

teman-temanku. Terima kasih atas doa, motivasi dan bantuannya selama ini.

  

PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb .

  Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah melimpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat.

  Penulis juga panjatkan syukur alhamdulillah, karena hanya dengan keridho’an- Nya skripsi yang berjudul “Karakter Tokoh Utama Cerpen Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki” karya Niimi Nankichi dapat terselesaikan dengan baik.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada :

  1. Bapak Drs. Agus Maladi Irianto, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang

  2. Bapak Drs. Surono, S. U, selaku Ketua Jurusan Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang

  3. Ibu Nur Hastuti, S. S, M. Hum, selaku Dosen Wali Akademik Program Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang

  4. Bapak Drs. Yudiono, KS, SU, selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak Zaki Ainul Fadli, SS, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas waktu, kesabaran, arahan, bimbingan, dan nasehatnya selama menjadi pembimbing.

  5. Seluruh dosen Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang yang telah membagikan ilmu yang bermanfaat.

  6. Seluruh keluarga besar dan orang-orang terdekatku yang selalu mendoakan dan memotivasiku dalam segala hal, terima kasih.

  7. Teman-teman di manapun berada, terima kasih atas doa, dukungan, nasehat dan bantuannya selama ini, kebersamaan kita akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupku.

  Sebagai manusia biasa, dengan segala kerendahan hati dan keterbatasannya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penulisannya, karena penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

  Wassalamualaikum Wr. Wb .

  Semarang, September 2013 Penulis

DAFTAR ISI

  PRAKATA …………………………………………………………. vi DAFTAR ISI ……………………………………………………….. viii ABSTRAKSI ……………………………………………………….. x

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………

  1 1.1 LATAR BELAKANG ……………….………………..

  1 1.2 RUMUSAN MASALAH ……………..……………….

  4 1.3 TUJUAN PENELITIAN ……………….……………..

  5 1.4 MANFAAT …………………………….……………...

  5 1.5 RUANG LINGKUP ……………………..…………….

  6 1.6 METODE PENELITIAN ………………….………….

  6

  1.7 SISTEMATIKA PENULISAN …………….…………

  7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ……

  8 1. 1 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………

  8 1. 2 KERANGKA TEORI ………………………………..

  9 BAB III ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA CERPEN USHI WO TSUNAIDA TSUBAKI NO KI …………………………..

  21 3.1 METODE TELLING ………………………………….

  22

  3.1.2 KARAKTERISASI MELALUI PENAMPILAN TOKOH 23

  3.1.3 KARAKTERISASI MELALUI TUTURAN PENGARANG 25

  3.2 METODE SHOWING …………………………………

  31 3.2.1 KARAKTERISASI MELALUI DIALOG ………….

  31

  3.2.2 KARAKTERISASI MELALUI LOKASI DAN SITUASI PERCAKAPAN ………………………….

  35

  3.2.3 KARAKTERISASI MELALUI JATIDIRI TOKOH YANG DITUJU OLEH PENUTUR ………………..

  36 3.2.4 KUALITAS MENTAL TOKOH …………………...

  37 BAB IV SIMPULAN ……………………………………………….

  51 DAFTAR PUSTAKA YOUSHI LAMPIRAN BIODATA

  

ABSTRACT

Kusumadewi, Juniar. “Karakter Tokoh Utama Cerpen Ushi wo Tsunaida Tsubaki

no Ki Karya Niimi Nankichi”. Thesis. Department of Japanese Studies Faculty of

Humanities. Diponegoro University. The First Advisor Drs. Yudiono KS, SU. The

Second Advisor Zaki Ainul Fadli, S. S, M. Hum.

The purpose of this research is analyze the character of the main character of the

short story Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki. The data used in this research is the

short story Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki, published by Niimi Nankichi in the

literature anthology in 1986.

The theory used in this research is telling method and showing method by

Albertine Minderoop. This theory used to analyze the character of the main

character of the short story Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki. The second theory

used in this research is structural theory by Burhan Nurgiyantoro. This theory

used to analyze theme, plot, setting and the message in this short story.

Keywords : Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki, telling method, showing method,

structural

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

  Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008 : 2)

  Karya sastra anak, baik itu berupa cerpen, puisi, ataupun drama, biasanya menggunakan tema yang mendidik. Tema-tema yang mengangkat masalah pendidikan sangat baik untuk diterapkan dalam karya sastra anak ini, karena dapat memberikan pesan moral, pengetahuan, dan nilai kehidupan bagi anak-anak selaku pembacanya. Selain itu karya sastra ini juga dapat dinikmati oleh orang dewasa sekalipun, mengingat pesan moral yang tersimpan dalam suatu cerita, tidak hanya ditujukan kepada orang-orang dengan golongan usia tertentu saja, tetapi juga untuk mereka yang membaca karya sastra tersebut.

  Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang berbentuk tulisan dengan isi ceritanya lebih pendek (tidak sekompleks) novel. Di berbagai negara, seperti Indonesia cerpen banyak digemari tidak hanya oleh anak-anak saja, melainkan orang dewasa sekalipun membaca cerpen. Mereka yang lebih suka membaca cerpen diantaranya memiliki alasan, seperti membaca cerpen tidak menghabiskan banyak waktu, karena bisa habis dibaca hanya dalam sekali duduk.

  Selain itu lebih mudah dipahami, karena isi ceritanya tidak sekompleks novel.

  Cerpen biasanya merupakan gambaran hidup sang pengarang atau sebuah cerita yang menyangkut masalah kehidupan manusia lain, yang dituangkan dalam sebuah tulisan. Ada pula cerpen yang dibuat berdasarkan kisah fiksi belaka. Isi cerpen yang dibuat baik yang cerita fiksi maupun berdasarkan kisah nyata, biasanya terkandung beberapa amanat dan pesan kehidupan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya.

  Indonesia dan Jepang merupakan contoh negara yang banyak memproduksi cerpen untuk anak-anak. Cerpen-cerpen tersebut diterbitkan dalam sebuah buku, media cetak (seperti : koran, majalah, dan buku ajar), internet, serta ada yang dikemas dalam sebuah antologi kesusastraan. Beberapa cerpen dari Jepang yang dikemas dalam antologi kesusatraan, diantaranya seperti : Majyutsu (Ilmu Sihir) karya Akutagawa Ryunosuke, Ippon Ashi no Heitai (Prajurit Berkaki Satu) karya Suzuki Miekichi, Gonkitsune (Si Rubah Gong) dan Ushi wo Tsunaida Tsubaki no

  

Ki (Sapi yang Terikat di Pohon Camelia) karya Niimi Nankichi . Cerpen yang

  berjudul Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki inilah yang akan dijadikan sebagai objek material dalam penelitian ini.

  Alasan pemilihan objek material ini karena sosok pengarang cerpen tersebut yaitu Niimi Nankichi merupakan seorang penulis sastra anak terkenal di Jepang.

  Cerpen Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki merupakan salah satu karya besar (masterpiece) miliknya. Penulis sastra anak yang dijuluki sebagai Hans Christian Andersen-nya (Penulis dan Penyair terkenal asal Denmark) Jepang ini, mulai menulis sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan saat itu ia sudah berhasil menciptakan karya pertamanya, yaitu sebuah haiku (syair Jepang) yang ia persembahkan saat upacara kelulusan SD. Semasa hidup Niimi Nankichi telah menghasilkan beberapa karya sastra anak, seperti cerpen yang bergenre fabel dengan judul Gonkitsune dipublikasikan di majalah Akai Tori edisi bulan Januari tahun 1932, cerpen yang berjudul Ojiisan no Ranpu yang dipublikasikan pada tahun 1942, dan cerpen Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki yang diterbitkan beberapa bulan setelah kematiannya (tahun 1943). Cerpen-cerpen tersebut dikemas dalam sebuah antologi kesusatraan dengan judul Gongkitsune Yudzuuru, bersama dengan beberapa cerpen karya Kinoshita Junji.

  Pada tahun 1994 dibukalah sebuah museum untuk memperingati 50 tahun kematian Niimi Nankichi. Museum tersebut dibangun oleh asosiasi insinyur dan arsitek bangunan yang ada di Prefektur Aichi, Jepang. Hal tersebut di atas membuktikan bahwa karya-karya Niimi Nankichi mendapat apresiasi dari masyarakat Jepang, khususnya di kota kelahirannya Handa (Prefektur Aichi).

  Beberapa cerpen anak karya Niimi Nankichi telah beredar di Indonesia. Salah satunya adalah cerpen Ushi wo Tsunaida Tsubaki no Ki. Cerpen ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang menemukan sumber mata air di tengah gunung dan mempunyai ide untuk membangun sumur yang dapat menampung air tersebut agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Beberapa kejadian yang dialami tokohnya dan sifat-sifat yang diperlihatkan tokoh tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah inspirasi dan tauladan bagi para pembaca mengenai arti sebuah perjuangan untuk dapat meraih apa yang diinginkan, meskipun dengan keadaan sosial-ekonomi yang tidak mendukung, serta banyaknya kendala yang ditemui di tengah-tengah perjalanan.

  Berdasarkan uraian di atas itulah penulis telah meneliti tentang karakter tokoh utama cerpen yang digambarkan oleh pengarang sehingga ia mampu mewujudkan keinginannya tersebut. Keberadaan tokoh ini, tidak hanya menjelaskan siapa dan bagaimana tokoh ini berperan dalam cerpen tersebut, tetapi juga dapat mempengaruhi tokoh lain dan jalannya cerita cerpen Ushi Wo

  Tsunaida Tsubaki No Ki , bahkan karakter yang tergambar dari tokoh ini bisa menentukan sebuah tema yang terkandung dalam cerpen ini.

  Selain unsur tokoh, dalam sebuah karya sastra juga terdapat unsur-unsur pembangun lainnya. Setiap unsur-unsur tersebut juga saling berkaitan satu sama lain. Dalam penelitian ini, penulis juga menganalisis unsur-unsur seperti tema, alur, latar, dan amanat yang terdapat dalam cerpen tersebut.

  Penulis meneliti karakter tokoh utama cerpen ini dengan menggunakan metode karakterisasi telaah fiksi, yaitu dengan menggunakan metode telling (metode langsung) dan metode showing (metode tak langsung) milik Albertine Minderop. Kedua metode ini biasanya digunakan oleh pengarang fiksi jaman dahulu. Sedangkan unsur-unsur struktural lainnya diteliti dengan menggunakan metode struktural pada umumnya.

2. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya adalah bagaimana karakter tokoh utama yang digambarkan oleh pengarang cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki, sehingga ia mampu mewujudkan keinginannya, dan bagaimana analisis unsur struktural lainnya dalam cerpen tersebut.

  3. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui watak atau karakter dari seorang tokoh utama cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki, yang digambarkan oleh pengarang sehingga ia mampu mewujudkan keinginannya, walaupun dalam perjalanannya mengalami banyak kendala. Selain itu analisis unsur struktural dilakukan untuk mengetahui keterkaitan diantara unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut.

  4. MANFAAT

  Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan yang luas bagi para pembaca mengenai karya sastra, yaitu tentang cara menganalisis karakter tokoh utama cerpen dengan menggunakan metode telling dan metode showing.

  Manfaat secara praktis dalam penelitian ini menambah pengetahuan para pembaca dalam bidang kesusastraan, khususnya sastra anak Jepang, yang dikaji dari segi strukturalnya yang mengenai karakterisasi tokoh utama cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki karya Niimi Nankichi.

5. RUANG LINGKUP

  Pembatasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada analisis karakter tokoh utama cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki melalui metode telling dan metode showing, serta analisis unsur struktural lain seperti tema, alur, latar, dan amanat.

6. METODE PENELITIAN Penelitian karya sastra ini menggunakan metode telling dan metode showing.

  Penulis menggunakan kedua metode tersebut untuk menganalisis unsur tokoh dan penokohan, yaitu tentang karakter tokoh utama cerpen ini.

  Langkah awal yang dilakukan penulis adalah menentukan cerpen yang akan dianalisis. Setelah data primer yang berupa cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No

  Ki dipilih, langkah selanjutnya adalah menerjemahkan cerpen tersebut. Setelah

  mengetahui isi cerita dengan baik, penulis menentukan objek apa yang akan diteliti dan metode yang akan digunakan untuk menganalisisnya.

  Langkah selanjutnya adalah mencari data sekunder, berupa buku-buku tentang teori sastra, teori psikologi sastra, metode karakterisasi telaah fiksi, maupun data-data lain dari internet sebagai penunjang untuk menganalisis cerpen tersebut.

  Setelah data-data terkumpul, cerpen ini dianalisis sesuai dengan metode yang digunakan. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu menyajikan hasil analisis cerpen tersebut.

7. SISTEMATIKA PENULISAN

  Penulisan hasil laporan penelitian disajikan dalam bentuk sistematika berikut ini : Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan itu sendiri.

  Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori, berisi tentang penelitian sebelumnya, dan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis cerpen. Bab 3 Analisis Cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki, akan menguraikan analisis tentang karakter tokoh utama, melalui metode telling dan metode showing, serta analisis unsur struktural lain yang membangun karya sastra tersebut.

  Bab 4 Penutup, berisi tentang simpulan hasil penelitian cerpen. Lalu diikuti dengan daftar pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

  2. 1. TINJAUAN PUSTAKA

  Karya sastra Jepang sudah banyak yang beredar di Indonesia, seperti novel, cerpen, drama, dan film. Beberapa diantaranya adalah film Hachiko karya Seijiro Koyama, novel Utsukushisa To Kanashimi To karya Kawabata Yasunari, novel

  

Bocchan karya Natsume Souseki, cerpen Yabu No Naka karya Akutagawa

  Ryunosuke, dan lain-lain. Sebagian besar dari karya sastra tersebut juga telah dijadikan sebagai bahan penelitian studi pustaka bagi mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda-beda pula, sesuai dengan apa yang menjadi objek penelitian.

  Pada penelitian ini, penulis memilih cerpen anak Jepang yang berjudul Ushi

Wo Tsunaida Tsubaki No Ki untuk dianalisis mengenai karakter tokoh utamanya.

  Cerpen ini merupakan karya sastra anak Jepang yang ditulis oleh pengarang sastra anak, Niimi Nankichi. Menurut sepengetahuan penulis, penelitian mengenai karakter tokoh utama cerpen ini, belum pernah dilakukan sebelumnya, baik oleh individu maupun instansi yang ada di Indonesia. Penulis meneliti karakter tokoh cerpen ini menggunakan dua macam metode karakterisasi telaah fiksi. Kedua metode tersebut adalah metode telling (secara langsung) dan metode showing (secara tak langsung). Kedua metode ini biasa digunakan oleh pengarang fiksi jaman dahulu untuk menyajikan gambaran tokoh-tokoh dalam karya sastra.

  Penggunaan kedua metode tersebut pada penelitian cerpen ini dimaksudkan untuk mengetahui pelukisan karakter atau watak yang diperankan oleh para tokoh dalam cerita. Karakter tokoh yang digambarkan dengan metode-metode ini tidak hanya diketahui melalui penggambaran secara fisik (penampilan fisik dan nama yang digunakan) semata, tetapi para peneliti bebas berekspresi dalam menentukan karakter seorang tokoh yang ditelitinya melalui dialog dan tingkah laku mereka, termasuk motivasi yang melandasi tindakannya tersebut.

  2. 2. KERANGKA TEORI

  Pada sebuah cerpen ataupun jenis karya sastra lainnya, terdapat beberapa unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah tokoh, alur, latar, amanat, dan lain-lain. Salah satu unsurnya yaitu tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam suatu karya sastra. Seorang pengarang akan menceritakan sebuah cerita melalui tokoh-tokoh tersebut. Pengarang akan menggambarkan bagaimana karakter yang melekat pada diri seorang tokoh sebagai pelaku untuk menghidupkan cerita yang ditulisnya.

  Masing-masing karakter yang melekat pada tokoh itulah yang biasanya mampu menghidupkan suatu konflik diantara tokoh-tokoh yang lain sehingga membuat cerita tersebut menarik.

  Pada penelitian ini penulis menggunakan metode telling (secara langsung) dan showing (secara tak langsung) untuk meneliti karakter tokoh utama cerpen

  

Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki karya Niimi Nankichi. Menurut Aminudin

  (2002:79) yang tercantum dalam situs

  

http://rahmad.blogspot.com/2011/06/tokohdanpenokohandalamkajianprosa.html ,

  tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.

  Menurut Sudjiman (1988:16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (http://rahmad.blogspot.com/2011/tokoh-dan-penokohan-

  

dalam-kajian-prosa.html ). Tokoh-tokoh dalam karya sastra dapat dibedakan

  menjadi dua macam berdasarkan tingkat pentingnya peran (Nurgiyantoro, 1995:176), yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

  Definisi lain mengenai tokoh utama menurut Abrams melalui Nurgiyantoro adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2002:165). Tokoh utama ini memiliki peranan penting dalam cerita. Ia adalah tokoh yang lebih banyak diceritakan dan dikenai kejadian daripada tokoh lainnya. Pentingnya keberadaan tokoh utama ini karena selain banyak diceritakan, ia mampu mempengaruhi jalannya cerita (plot atau alur).

  Setiap tokoh dalam karya sastra selalu memiliki watak atau karakter yang melekat pada dirinya. Karakter seorang manusia, tidak terkecuali tokoh karya sastra, biasanya merupakan suatu ciri khas manusia tersebut. Karakter ini dapat diketahui dari nama, tingkah laku, serta gaya bicaranya kepada orang lain. Ada yang memiliki karakter baik dan bisa dijadikan tauladan bagi masyarakat, adapula yang memiliki karakter yang cenderung tidak baik, dan bisa merugikan orang lain maupun dirinya sendiri. Karakter tokoh inilah yang diteliti oleh penulis.

  Menurut definisi, karakter, atau dalam Bahasa Inggris, character berarti watak, peran, huruf (Echols dan Shadily melalui Minderop, 2005:2). Karakter (character) bisa berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra, reputasi dan tanda atau huruf (Bornby melalui Minderop, 2005:2). Menurut Albertine Minderop dalam bukunya yang berjudul Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, definisi karakterisasi atau dalam Bahasa Inggris characterization, berarti pemeranan, pelukisan watak.

  Beberapa definisi karakter di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak yang dimiliki oleh seseorang, yang bisa mencerminkan sifat dan sikap orang tersebut dalam kehidupannya. Karakter yang ada dalam suatu karya sastra merupakan pencerminan suatu tokoh yang digambarkan oleh pengarang karya sastra dan berperan dalam sebuah cerita karya sastra.

  Cara menentukan karakter tokoh dalam suatu karya sastra dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis karakter tokoh utama cerpen ini adalah dengan menggunakan metode telling dan metode showing.

  a. Metode Telling Metode telling adalah metode yang digunakan untuk menentukan karakter (watak) para tokoh secara langsung. Metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang (Pickering dan Hoeper melalui Minderop, 2005:6). Metode ini mencakup tiga hal, yaitu karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (characterization through the use of names), karakterisasi melalui penampilan tokoh (characterization through appearance), dan karakterisasi melalui tuturan pengarang (characterization by the author) (Minderop, 2005:8).

  1. Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh Sebuah nama yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, ataupun nama julukan yang diberikan untuk seseorang biasanya merupakan gambaran/pelukisan watak yang menonjol pada diri orang tersebut. Begitu juga dengan nama yang diberikan oleh seorang pengarang karya fiksi terhadap tokoh tertentu dapat melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain (Minderop, 2005:8).

  Penggunaan nama ini mengacu pada karakter dominan yang dimiliki oleh tokoh, seperti tokoh Roger Chilingsworth dalam The

  Scarlet Letter karya Nathaniel Hawthorne. Penggunaan nama “Chill” di

  sini memiliki arti perasaan tidak nyaman atau orang yang sikapnya dingin (Minderop, 2005:9).

  Ada pula pengarang memberikan sebuah nama yang memiliki arti kebalikan dari makna nama itu sendiri, misalnya tokoh Fortunato dalam

  The Cast of Amontillado karya Edgar Allen Poe yang senantiasa bernasib

  sial (unfortunate of men), padahal kata “fortunato” berarti beruntung (Minderop, 2005:10), dan sebuah nama yang bisa memperjelas penampilan fisiknya, seperti pada tokoh Ichabod Crane dalam The

  Legend of Sleepy Hollow karya Washington Irving, “Crane” yang berarti

  burung yang berkaki panjang atau mesin bertangkai panjang, adalah seorang tokoh yang berprofesi sebagai kepala sekolah yang bertubuh jangkung (Minderop, 2005:9). Penggunaan nama tokoh ini tidak hanya bisa mengetahui karakter yang dimiliki oleh para tokoh saja, melainkan juga mampu menentukan sebuah tema suatu cerita.

  2. Karakterisasi melalui penampilan tokoh Penampilan para tokoh dapat menentukan karakter seorang tokoh dengan melihat penampilan tokoh itu sendiri. Penampilan tokoh di sini bisa mengenai pakaian yang ia kenakan, bagaimana ekspresinya, serta bagaimana kondisi fisik dan tingkat kesejahteraan tokoh yang digambarkan oleh pengarang. Misalnya, seorang tokoh yang penampilannya compang-camping, lusuh, kurus, dan hidup di sebuah gubug, menandakan bahwa tokoh tersebut adalah orang miskin.

  3. Karakterisasi melalui tuturan pengarang Karakterisasi melalui cara ini dapat memberikan tempat yang luas bagi pengarang untuk menuturkan kisah sebuah cerita dalam karya sastra yang ditulisnya. Pengarang tidak hanya sekedar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya (Minderop, 2005:15). b. Metode Showing Metode showing merupakan cara menentukan karakter seorang tokoh secara tak langsung. Metode ini lebih banyak menganalisis karakter seorang tokoh melalui dialog dan tingkah laku mereka. Seorang peneliti yang ingin menganalisis karakter seorang tokoh dengan menggunakan metode ini pun bebas berekspresi dalam menentukan sebuah karakter yang melekat pada diri tokoh tersebut sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Metode ini meliputi 6 cara, yaitu melalui dialog, lokasi dan situasi percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, tekanan, dialek dan kosakata, serta melalui tindakan para tokoh.

  1. Karakterisasi melalui dialog Karakter seorang tokoh dapat diketahui melalui percakapan atau dialog antar tokoh-tokohnya. Suatu dialog dapat menjelaskan bagaimana watak atau karakter seorang tokoh ketika ia sedang berbicara ataupun menanggapi sebuah pembicaraan dengan orang lain.

  2. Lokasi dan situasi percakapan Lokasi yang dipilih oleh orang-orang untuk melakukan sebuah pembicaraan dapat menggambarkan situasi percakapan tersebut.

  Percakapan antara dua orang atau lebih dan terjadi di tempat yang tertutup biasanya menjelaskan bahwa pembicaraan tersebut bersifat serius dan rahasia, berbeda halnya jika percakapan itu terjadi di jalan atau tempat umum lainnya.

  3. Jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lainnya (Minderop, 2005:31).

  4. Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui alunan dan aliran tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. Misalnya, para tokoh yang terlibat dalam suatu diskusi yang hidup menandakan bahwa mereka memiliki sikap mental yang open-minded. Ada pula tokoh yang gemar memberikan opini, atau bersikap tertutup (close-minded), atau tokoh yang penuh rahasia dan menyembunyikan sesuatu (Pickering dan Hoeper melalui Minderop, 2005:33).

  5. Nada suara, tekanan, dialek, dan kosakata Nada suara dalam suatu karya sastra seperti cerpen dan novel, walaupun diekspresikan secara eksplisit atau implisit dapat memberikan gambaran kepada pembaca bagaimana karakter tokoh tersebut dilukiskan, apakah ia merupakan orang yang pemalu, kasar, atau bijaksana. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang watak tokoh bahkan dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal (Pickering dan Hoeper melalui Minderop, 2005:34). Dialek dan kosakata dapat memberikan gambaran tentang karakter seorang tokoh dengan mengungkap pendidikan, profesi, dan status sosialnya.

  6. Tindakan para tokoh Tindakan para tokoh ini dapat mengungkap karakter seorang tokoh melalui tingkah lakunya, ekspresi wajahnya atau bahasa tubuh (gesture), dan motivasi yang melandasi tokoh tersebut dalam melakukan sesuatu. Untuk membangun watak dengan landasan tingkah laku, penting bagi pembaca untuk mengamati secara rinci berbagai peristiwa dalam alur karena peristiwa-peristiwa tersebut dapat mencerminkan watak para tokoh, kondisi emosi dan psikis – yang tanpa disadari – mengikutinya serta nilai-nilai yang ditampilkan (Pickering dan Hoeper melalui Minderop, 2005:38).

  Ekspresi wajah para tokoh dapat diketahui dari tingkah laku samar- samar atau spontan dan tidak disadari sering kali dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang kondisi batin, gejolak jiwa atau perasaan si tokoh (Pickering dan Hoeper melalui Minderop, 2005:42).

  Karakter seoranag tokoh dapat pula diketahui dari motivasi yang melandasi tokoh tersebut saat melakukan sesuatu hal.

  Penelitian mengenai karakter tokoh ini tidak hanya dapat mengetahui bagaimana seorang pengarang melukiskan perwatakan seorang tokoh dalam cerita, melainkan dapat pula menentukan sebuah tema yang terkandung dalam cerita tersebut. Pada penelitian ini juga dipaparkan unsur pembangun karya sastra lainnya. Unsur-unsur tersebut antara lain : alur, latar, dan amanat yang terkandung dalam cerpen ini.

  a. Tema Tema (theme), menurut Stanton (1965:88) dan Kenny (1966:20), adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Nuriyantoro, 1995:67). Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko dan Rahmanto melalui Nuriyantoro, 1995:68).

  Tema menjadi dasar pengembanan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak (Nurgiyantoro, 1995:68).

  Berdasarkan beberapa pengertian tentang tema tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema dapat juga dikatakan sebagai ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita. Pada umumnya tema tidak dilukiskan secara terang-terangan oleh pengarang, namun bersifat abstrak dan tersembunyi dibalik cerita itu sendiri, sehingga untuk menafsirkan suatu tema yang terkandung dalam sebuah cerita harus menyimpulkan dari keseluruhan cerita dan tidak berdasarkan pada bagian-bagian cerita tertentu saja. Penentuan tema ini juga dapat diketahui melalui karakter atau watak tokoh utama suatu cerita yang dilukiskan oleh pengarangnya. b. Alur Stanton (1965:14) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (1966:14) mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat (Nurgiyantoro, 1995:113).

  Plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams melalui Nurgiyantoro, 1995:113).

  Alur terdiri dari tiga unsur, yaitu peristiwa, konflik dan klimaks. Plot atau biasa disebut alur merupakan jalan cerita atau rangkaian beberapa kejadian atau peristiwa dalam cerita sebuah karya sastra, baik yang terjadi secara berurutan yang sesuai dengan urutan waktu maupun peristiwa- peristiwa yang sudah terjadi. Beberapa peristiwa ini dituangkan oleh pengarang dalam sebuah cerita sesuai dengan urutan waktu kejadiannya atau bahkan dipaparkan secara kilas balik (flashback) sesuai dengan kebutuhan, sehingga isi cerita menjadi satu kesatuan yang dapat dimengerti dan menarik bagi pembacanya. c. Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams melalui Nurgiyantoro, 1995:216).

  Latar terdiri dari tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat merupakan tempat terjadinya suatu peristiwa tersebut.

  Tempat ini bisa berupa apa saja, seperti : rumah, kamar, sekolah, atau bahkan yang menyangkup wilayah yang luas (kota, desa, dan negara).

  Latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa itu terjadi. Masalah waktu dalam karya naratif, menurut Genette (1980:33-35), dapat bermakna ganda : disatu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan dipihak lain menunjuk pada waktu dan urutan yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995:231).

  Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, yaitu mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial (http://odazzander.blogspot.com/2012/03/latar-atau-setting-dalam- cerpen.html ). d. Amanat Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca. Pesan dapat berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya (http://www.sarjanaku.com/2011/08/pengertian-cerpen.html). Pesan moral yang terkandung dalam sebuah cerita karya sastra biasanya merupakan pedoman hidup pengarang karya sastra mengenai nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan kepada pembaca karya sastra.

  Moral dalam cerita, menurut Kenny (1966:89), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Pengarang menyampaikan pesan moral atau amanat melalui tindakan para tokoh yang ditampilkan, agar hikmah dari beberapa peristiwa yang tertuang dalam cerita dapat tersampaikan dengan baik.

BAB III ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA CERPEN USHI WO TSUNAIDA TSUBAKI NO KI Dalam bab ini tertuang analisis karakter tokoh utama cerpen Ushi Wo Tsunaida Tsubaki No Ki . Dalam penganalisisan karakter tokoh, digunakan pendekatan

  obyektif, yaitu melalui metode telling dan metode showing menurut Albertine Minderop. Karakterisasi tokoh utama melalui metode telling adalah menganalisis karakter suatu tokoh cerita melalui penggunaan nama tokoh, penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang.

  Karakterisasi tokoh utama metode showing merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis karakter tokoh melalui dialog dan tingkah laku tokoh tersebut. Metode ini dapat diketahui dari lokasi dan situasi percakapan yang dilakukan para tokoh, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental tokoh, dan tingkah laku seorang tokoh yang melandasi tindakannya tersebut.

  Karakter tokoh ini tidak terbatas pada sifat atau watak yang dimiliki tokoh tersebut, melainkan juga berhubungan erat dengan unsur intrinsik lain, seperti tema, alur, latar, dan amanat cerita yang terdapat dalam cerpen Ushi Wo Tsunaida

  Tsubaki No Ki . Berikut analisis karakter tokoh utama cerpen tersebut :

  3. 1. METODE TELLING 3. 1. 1. Karakterisasi Melalui Nama Tokoh

  Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Kaizo. Nama kaizo di sini dalam Bahasa Jepang ditulis dengan huruf kanji 海蔵さん. Nama ini terdiri dari dua huruf kanji, pertama adalah kanji 海 = dalam kunyoumi (cara baca dari Jepang) dibaca umi, dan dalam onyoumi (cara baca dari cina) bisa dibaca kai atau gai. Kanji umi ini dalam bahasa Jepang berarti laut. Kedua, kanji 蔵 = kura (kunyoumi), zou atau sou (onyoumi), yang artinya gudang, lumbung, tempat penyimpanan. Kanji 海 dan 蔵 jika digabungkan menjadi 海蔵 (dibaca kaizou), yang berarti gudang laut atau dapat dikatakan tempat penyimpanan air yang banyak.

  Sesuai dengan namanya tokoh Kaizo adalah orang yang berhubungan dengan air dan gudang atau tempat penyimpanan. Tokoh ini dalam cerpen diceritakan berawal dari ketika ia melihat air pegunungan yang menyembur terus- menerus. Hal itulah yang membuatnya ingin menggali sebuah sumur untuk menampung air tersebut agar dapat dimanfaatkan dan membantu orang-orang.

  Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Kaizo adalah seorang yang memiliki hati seluas samudra (laut), karena ia ingin mewujudkan keinginannya untuk membangun sumur untuk orang banyak, hal ini sesuai dengan nama kai dari kanji 海 (umi) yang berarti laut.

  3. 1. 2. Karakteristik Melalui Penampilan Tokoh

  Penampilan para tokoh yang digambarkan pengarang dalam cerpen merupakan salah satu cara untuk mengetahui karakter atau sifat yang dimiliki oleh tokoh tersebut secara langsung. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Kaizo. Penampilan Kaizo yang menarik becak, menjelaskan bahwa tokoh ini digambarkan sebagai seorang penarik becak. Berikut kutipannya :

  海蔵さんは、からの人力車をひきながら家に帰ってゆくとき、 「三十円な。……三十円か。」 と、何度もつぶやいたのでありました。

  Kaizo san wa, kara no jinrikisha wo hikinagara ie ni kaetteyuku toki, “sanjuuen na. …sanjuuen ka.”to, nandomo tsubuyaita node arimashita.

  Saat Kaizo pulang ke rumah sambil menarik becaknya yang kosong, berulang kali ia bergumam “30 yen…30 yen ya?” (ごんぎつね.夕鶴, 1986:97)

  Hal ini juga diperjelas dari penampilannya yang memakai topi caping (manjuugasa = sejenis topi yang biasa dikenakan para penarik becak di Jepang jaman dahulu), berikut kutipannya :

  「ああ、あれがもう鳴き出したな。あれをきくと暑くなるて。」 と、海蔵さんが、まんじゅう笠をかむりながらいいました。

  “Aa, are ga mou nakidashitana. Are wo kikuto atsukunarute.”to, Kaizo san ga, manjuu gasa wo kamurinagara iimashita.

  “Ah, hewan itu sudah bernyanyi. Kalau mendengar mereka berarti ini sudah memasuki musim panas.” kata Kaizo sambil memakai topi jeraminya.

  (ごんぎつね.夕鶴, 1986:92) Pekerjaan Kaizo sebagai penarik becak tersebut dijalankannya saat waktu senggang saja, karena pekerjaan utama ia sehari-hari adalah bertani. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh ini merupakan seorang yang pekerja keras. Keadaan ekonomi yang pas-pasan sebagai petani desa, membuatnya bekerja keras membantu perekonomian keluarganya dengan bekerja sambilan menarik becak. Berikut kutipannya :

  二人は百姓仕事をし、暇なときには海蔵さんが、人力車を曳きに出 ていたのであります。

  Futari wa hyakushoushigoto wo shi, himanatoki niwa kaizousan ga, jinrikisha wo hikinideteita no dearimasu.

  Mereka bekerja sebagai petani, saat waktu luang, Kaizo san pergi keluar untuk menarik becak.

  (ごんぎつね.夕鶴, 1986:97) Penampilan tokoh Kaizo di akhir cerita digambarkan sebagai seorang tentara. Ia memakai topi warna hitam dan kuning, serta pakaian warna hitam

  (seragam lengkap tentara Jepang jaman dahulu). Berikut kutipannya : 村の方から行列が、しんたのむねを下りて来ました。行列の先頭に は黒い服、黒と黄の帽子をかむった兵士が一人いました。それが海 蔵さんでありました。 Mura no hou kara gyouretsu ga, shintanomune wo oritekimashita.

  Gyouretsu no sentou ni wa kuroi fuku, kuro to ki no boushi wo kamutta heishi ga hitori imashita. Sore ga Kaizo san dearimashita.

  Sekelompok barisan dari arah desa datang menuruni shintanomune. Ada seorang tentara yang memakai topi warna hitam dan kuning, serta pakaian warna hitam adalah pemimpin barisan tersebut. Dia adalah Kaizo san.

  (ごんぎつね.夕鶴, 1986:112) Hal ini menunjukkan bahwa tokoh ini memiliki sifat pemberani, karena ia tidak takut untuk membela negaranya yang sedang berperang melawan musuh

  (Rusia) dengan mengabdi sebagai tentara dan ikut dalam peperangan. Meskipun pada akhirnya Kaizo diceritakan gugur dala medan perang (Jepang - Rusia).

  3. 1. 3. Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang

  Pengarang menggambarkan tokoh Kaizo sebagai orang yang memiliki sifat peduli terhadap orang lain. Hal ini ditunjukkannya ketika ia tengah membela temannya (Risuke) yang sedang dimarahi oleh tuan pemilik tanah (tokoh

  

Jinushi san ). Saat itu sapi milik Risuke yang diikatkan ke pohon camelia

memakan semua daun camelia yang ada di sekitar tanah milik tuan tanah tersebut.