Aspek Hukum Penyelenggaraan Tata Ruang d

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Aspek Hukum Penyelenggaraan Penataan Ruang
dan Pertanahan dalam Perspektif PP No. 15
Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang

Oleh:
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

1

• Pendahuluan

2

• Penyelenggaraan Penataan Ruang


3

• Penatagunaan Tanah

4

• Pengendalian Pemanfaatan Ruang

5

• Pengawasan Penataan Ruang

6

• Ketentuan Sanksi

7

• Penutup


KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Ruang tersedia dalam
jumlah yang tetap

• Jumlah populasi dan
kebutuhan semakin
meningkat

Kebutuhan akan ruang semakin meningkat

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
(Mengelola ruang dan memanfaatkan sumber daya alam
yang terkandung didalamnya secara komprehensif dan
terintegrasi serta sebagai tools pengembangan wilayah)

TERWUJUDNYA RUANG WILAYAH NASIONAL
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan

3

SIKLUS
PENYELENGGARAAN
PENATAAN
RUANG (sumber: UU 26/2007)
Siklus
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum
diselenggarakan sesuai
dengan:
a. Rencana Tata Ruang
Wilayah;
b. Rencana Pembangunan
Nasional/Daerah;
c. Rencana Strategis; dan
d. Rencana Kerja setiap
Instansi yang

memerlukan tanah.

PENGATURAN
PENGATURAN

Perencanaan
Tata Ruang

Pemanfaatan
Ruang

UU No.2/2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum

PEMBINAAN
PEMBINAAN

UU 26/2007


Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang

PENGAWASAN
PENGAWASAN

44

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Fungsi
• Acuan penyusunan RPJPD dan RPJMD
• Acuan pemanfaatan
ruang/pengembangan wilayah
• Acuan mewujudkan keseimbangan
pembangunan wilayah
• Acuan lokasi investasi yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta

• Pedoman penyusunan rencana rinci
tata ruang
• Acuan dalam administrasi
Pertanahan

Manfaat
• Mewujudkan keterpaduan
pembangunan dalam wilayah
• Mewujudkan keserasian
pembangunan wilayah dengan
hinterlandnya
• Menjamin terwujudnya tata ruang
yang berkualitas

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Jangka Waktu Rencana Tata Ruang Wilayah 20 Tahun dan ditinjau kembali 1 kali dalam
5 tahun
Rencana Tata Ruang Wilayah dapat ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun,

dalam hal:
• perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar; dan/atau
• perubahan batas teritorial negara, prov., dan/atau kab

Dalam penyusunan rencana tata ruang wajib mengakomodir substansi:
• Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), UU 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan LP2B
• Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
• Serta peraturan perundang-undangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang.
6

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Pasal 1(1) PP No. 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah

• Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan

tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan
tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk
kepentingan masyarakat secara adil.

7

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Penatagunaan (pengelolaan) tanah bertujuan untuk:
• mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;
• mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan
fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;
• mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah;
• menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi
masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah yang telah ditetapkan.
PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

Pengelolaan tata guna tanah yang merupakan upaya Pemerintah dan
berisikan pengaturan dan penyelenggaraan peruntukan, persediaan, dan
penggunaan tanah harus mampu mewujudkan rencana tata ruang wilayah.
8

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Perencanaan

Rencana Umum Tata Ruang

Pemanfaatan

Pengendalian

Penatagunaan Tanah


Peraturan Zonasi, Skala Peta 1:
5000

Inventarisasi
Penguasaan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah

RDTR skala peta: 1:5000

Neraca
Perubahan

Neraca PGT Skala Peta 1:5000

Neraca
Kesesuaian

Neraca
Ketersediaan


Sistem Perizinan
Insentif & Disinsentif
Sanksi

(sumber: UU 26/2007 dan PP 16/2004 tentang
Penatagunaan Tanah)

Pola Penyesuaian
Penguasaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
9

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Dasar Pemberian
Izin
• RTRW
Kab/Kota

• RDTR Kab/Kota
• Peraturan
Zonasi

Izin pemanfaatan ruang dikeluarkan/ diputuskan
oleh Kepala Daerah.

Izin Prinsip dan Izin
Lokasi

• Diberikan berdarkan RTRW Kab/Kota
• Izin Prinsip belum dapat dijadikan dasar untuk
pelaksanaan kegiatan
• Izin lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang
> 1ha untuk non pertanian dan > 25 ha untuk
pertanian

Izin Penggunaan
Pemanfaatan Tanah

• Izin Penggunaan pemanfaatan tanah merupakan
dasar untuk permohonan mendirikan bangunan, ,
diberikan berdasarkan izin lokasi

Izin Mendirikan
Bangunan

• Dasar mendirikan bangunan dalam rangka
pemanfaatan ruang
• Diberikan berdasarkan peraturan zonasi
• Sebagai surat bukti dari Pemda untuk
mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah
ditetapkan

Izin Lain
berdasarkan
Peraturan PerUUan

• Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh masingmasing sektor dan/atau instansi yang
berwenang

PP No.15 /2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Dengan demikian Kepala daerah:
• Bertanggungjawab penuh atas pemanfaatan
ruang yang ada di wilayahnya
• Bertanggungjawab atas pemberian izin yang
tidak sesuai dengan rekomendasi yang
diberikan BKPRD dan pertimbangan teknis
pertanahan dari BPN (Kanwil/Kantah)

11

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Sudah diterbitkannya:
UU No. 2/2012 tentang Pengadaaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
Perpres No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum; dan
Perpres No. 99/2014 tentang Perubahan Kedua Perpres No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, serta perangkat hukum turunannya.

Peraturan tersebut belum dapat mengantisipasi permasalahan kepastian dari sisi perencanaan
pengadaan tanah secara umum karena dalam peraturan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada
masing-masing instansi pemerintah yang membutuhkan tanah.

Untuk daerah-daerah tertentu, walaupun lokasi pembangunan infrastruktur tertentu bagi
kepentingan umum telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), namun sepanjang
instansi pemerintah terkait belum mendapat alokasi anggaran maka penyediaan tanah belum dapat
dilakukan.

Strategi RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan:
Pembentukan lembaga bank tanah sebagai bagian dari pelaksanaan UU 2/2012.

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Pasal 78 ayat (4) huruf b:
Perda RTRW Provinsi ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun sejak UU diberlakukan
Pasal 78 ayat (c) huruf b:
Perda RTRW Kabupaten/Kota ditetapkan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak UU diberlakukan

2015
2010
2007

Pemanfaatan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
Ruang

Perencanaan
Tata Ruang
13

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Potensi konflik pemanfaatan ruang terjadi
karena:
•Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang;
•Rencana tata ruang yang belum
mengakomodir perkembangan
pembangunan; dan
•Perbedaan penafsiran rencana tata
ruang karena belum tersedianya
rencana tata ruang dengan skala yang
memadai.
14

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Belum ditetapkannya Perda Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang
Provinsi dan Kabupaten/kota
Status:
Status

Provinsi

Kabupaten

Kota

Jumlah total

34

398

93

Perda sudah ditetapkan

26

317

81

Status penyelesaian (%)

76.5%

79.6%

87.1%

Pulau Sumatera
No

Provinsi

Pulau Kalimantan
No

Provinsi

1

Sumatera Utara

4

Kalimantan Tengah

2

Riau

5

Kalimantan Selatan

3

Sumatera Selatan

6

Kalimantan Timur

7

Kalimantan Utara

8

Kepulauan Riau

15

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Wilayah yang masih menjadi Kawasan Hutan, tetapi eksistingnya di luar kegiatan
kehutanan, penulisan delineasi kawasan tersebut dalam RTR disesuaikan dengan
Lampiran PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta RTR sebagai berikut:

Nama Unsur

Pengertian

Notasi

Kegiatan
Lainnya pada
Kawasan
Hutan

Deliniasi batas
Dk
rencana
penggunaan
kawasan hutan
untuk
Contoh:
kepentingan
Kt
pembangunan
diluar kegiatan
kehutanan

Keterangan

Dk =Diluar
kegiatan
kehutanan
Kt=
Kawasan
tambang

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Strategi Penguatan Pengendalian
• Pengembangan sistem informasi
pengendalian pemanfaatan ruang;
• Peningkatan SDM Bidang Tata Ruang handal
dan profesional dalam pengendalian
pemanfaatan ruang;
• Menyusun Norma, Standar, Pedoman dan
Kriteria (NSPK) pengendalian pemanfaatan
ruang;
• Pembentukan komunitas pengendalian
pemanfaatan ruang;
• Pembentukan sistem layanan pengaduan
masyarakat terhadap penyimpangan
penataan ruang
17

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

Membangun sistem pengaduan
pelanggaran pemanfaatan ruang

Memperkuat program pengawasan dan
pengendalian

18

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Tujuan

Bentuk Kegiatan

• Menjamin tercapainya
tujuan penyelenggaraan
penataan ruang dan
terlaksananya
penegakan hukum bidang
penataan ruang

• Pemantauan  kegiatan
pengamatan terhadap
penyelenggaraan
penataan ruang secara
langsung, tidak langsung,
dan/atau melalui laporan
masyarakat.
• Evaluasi  kegiatan
penilaian terhadap
tingkat pencapaian
penyelenggaraan
penataan ruang secara
terukur dan objektif.
• Pelaporan  kegiatan
penyampaian hasil
evaluasi.

Dilakukan Oleh
• Pemerintah (sesuai
dengan kewenangannya)
• Pemerintah daerah
(sesuai dengan
kewenangannya)
• Masyarakat (dilakukan
dengan menyampaikan
laporan dan/atau
pengaduan kepada
Pemerintah dan
pemerintah daerah)

Pemerintah

• Pelaksanaan Penataan Ruang
Wilayah Nasional
• Pelaksanaan penataan ruang
Kawasan Strategis Nasional

Pemerintah
Daerah Provinsi

• Pelaksanaan Penataan Ruang
Wilayah Provinsi
• Pelaksanaan penataan ruang
Kawasan Strategis Provinsi

Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota

• Pelaksanaan Penataan Ruang
Wilayah Kab/Kota
• Pelaksanaan penataan ruang
Kawasan Strategis Kab/Kota

MASYARAKAT

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

20

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat

Kewajiban Pemerintah dan
Pemerintah Daerah

• mengawasi pelaksanaan
rencana tata ruang
• melaporkan kepada
instansi dan/atau pejabat
yang berwenang dalam
hal menemukan dugaan
penyimpangan atau
pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana tata
ruang yang telah
ditetapkan.

• memberikan informasi dan menyediakan akses
informasi kepada masyarakat terkait
pengawasan penataan ruang;
• melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pengawasan penataan ruang;
• memberikan tanggapan kepada masyarakat
atas laporan terkait pengawasan penataan
ruang; dan
• menyediakan sarana yang memudahkan
masyarakat dalam menyampaikan pengaduan
atau laporan terhadap dugaan penyimpangan
atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang
yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Pasal 4 ayat (1) Huruf c butir (4) dan (7) Permendagri No. 50/2009
Tugas BKPRD Provinsi:
- Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
penyelenggaraan penataan ruang;
- Melakukan evaluasi atas kinerja pelaksanaan penataan ruang kabupaten/kota.

Pasal 14 ayat (1) Huruf c butir (4) Permendagri No. 50/2009
Tugas BKPRD Kab/Kota:
- Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
penyelenggaraan penataan ruang.

PERLUNYA OPTIMALISASI PERAN BKPRD DALAM PENGAWASAN TEKNIS
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

PENGAWASAN
TEKNIS

 Pengawasan terhadap
keseluruhan proses
 Penyelenggaraan Penataan
Ruang
 Dilaksanakan secara berkala

PENGAWASAN
KHUSUS

 Pengawasan terhadap
permasalahan
 khusus Penataan Ruang
 Dilaksanakan sesuai kebutuhan

BENTUK
PENGAWASAN
PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PPN/

BAPPENAS
Bentuk

Kegiatan





Pengawasan Teknis
Mengawasi Kinerja Pengaturan, Pembinaan, dan Pelaksanaan Penataan Ruang
Mengawasi Kinerja Fungsi dan Manfaat Penyelenggaraan Penataan Ruang
Mengawasi Kinerja Pemenuhan SPM Bidang Penataan Ruang

Hasil

Tindak
Lanjut

Sesuai Ketentuan
Peraturan
PerundangUndangan

Tidak Sesuai Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
Dapat Diselesaikan dalam Proses
Pengawasan Teknis

TIDAK DAPAT
Diselesaikan dalam
Proses Pengawasan
Teknis

Rekomendasi
Peningkatan Kinerja
Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Rekomendasi untuk dilakukan Penyesuaian
dengan Ketentuan Peraturan PerundangUndangan dan/atau dilakukan penertiban
dan pengenaan sanksi administratif

Diselesaikan melalui
Proses Pengawasan
Khusus




Penyampaian Hasil Pengawasan kepada Pemangku Kepentingan
Pelaksanaan Hasil Pengawasan

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Bentuk

Kegiatan

Pengawasan Khusus

Hasil Pengawasan
Teknis




Memeriksa Data dan Informasi
Permasalahan Khusus dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
Melakukan Kajian Teknis terhadap
Permasalahan Khusus dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang

Hasil
Tindak
Lanjut



Permasalahan Khusus




Indikasi
Pelanggaran
Pemanfaatan
Ruang
Laporan
Masyarakat
Bencana

Rekomendasi Penyelesaian
Non Pidana

Indikasi Pidana

Sanksi Administratif

Penyampaian Pelaporan Indikasi Pidana ke
PPNS

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Wewenang PPNS (Selain pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia, PNS tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai
penyidik tindak pidana bidang penataan ruang)
• Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana
• Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana
• Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan
peristiwa tindak pidana
• Melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
tindak pidana
• Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti
• Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Bentuk

Tata Cara

Peringatan Tertulis

Penerbitan surat peringatan tertulis

Penghentian Sementara
Kegiatan

Penerbitan surat keputusan penghentian kegiatan, setelah
peringatan tertulis diabaikan

Penghentian Sementara
Pelayanan Umum

Penerbitan surat keputusan penghentian sementara pelayanan
umum kepada pelanggar, setelah peringatan tertulis diabaikan

Penutupan Lokasi

Penerbitan surat keputusan penutupan lokasi, setelah peringatan
tertulis diabaikan

Pencabutan Izin

Penerbitan surat keputusan pencabutan izin, setelah peringatan
tertulis diabaikan

Pembatalan Izin

Penerbitan surat keputusan pembatalan izin, setelah peringatan
tertulis diabaikan

Pembongkaran
Bangunan

Penerbitan surat keputusan pembongkaran bangunan, setelah
peringatan tertulis diabaikan

Pemulihan Fungsi Ruang

Penerbitan surat pemerintah pemulihan fungsi ruang, setelah surat
peringatan diabaikan

Denda Administratif

Dapat dikenakan bersama dengan sanksi lain atau tersendiri

Kriteria
• Besar atau
kecilnya
dampak
yang
ditimbulkan
• Nilai
manfaat
pemberian
sanksi yang
diberikan
• Kerugian
publik yang
ditimbulkan

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

Pidana Pokok:
 penjara;
 denda;

Pidana

Pidana Tambahan:
 Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya
 Pencabutan izin usaha
 Pencabutan status badan hukum

UNSUR TINDAK PIDANA

SANKSI PIDANA

• Tidak mentaati rencana tata ruang; dan
• mengakibatkan perubahan fungsi ruang.

• penjara paling lama 3 tahun dan denda
paling banyak Rp. 500 juta

• Tidak mentaati rencana tata ruang;
• mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan
• mengakibatkan
kerugian
terhadap
benda/rusaknya barang.

• penjara paling lama 8 tahun dan denda
paling banyak Rp. 1, 5 miliar

• Tidak mentaati rencana tata ruang;
• mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan
• Mengakibatkan Kematian orang

harta
• penjara paling lama 15 tahun dan denda
paling banyak Rp. 5 miliar

• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin • Pidana penjara paling lama 3 tahun dan
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang.
denda paling banyak Rp. 500 juta
(sumber: UUPR)

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

UNSUR TINDAK PIDANA








SANKSI PIDANA

Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin • Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan
paling banyak Rp. 1 miliar
mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin • Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan
paling banyak Rp. 1.5 miliar
Mengakibatkan kerugian thd harta benda/kerusakan
barang.

Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin • Pidana penjara paling lama 15 tahun dan
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan
denda paling banyak Rp. 5 M miliar
Mengakibatkan kematian orang



Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam • Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda
persyaratan izin pemanfaatan ruang.
paling banyak Rp. 500 juta



Tidak memberikan akses terhadap kawasan yg oleh • Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai
paling banyak Rp. 100 juta
milik umum




Pejabat pemerintah penerbit izin; dan
• Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda
paling banyak Rp. 500 jt
Menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
• Dapat dikenai pidana tambahan berupa
pemberhentian tidak hormat dari jabatannya.
(sumber: UUPR)

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

• RTRW Kabupaten/Kota merupakan
dasar hukum dalam pemberian
perizinan pemanfaatan ruang yang
perlu didukung dengan percepatan
penetapan RDTR dan Peraturan Zonasi
(PZ) dalam memberikan Izin Mendirikan
Bangunan.
• RTRW Kabupaten/Kota beserta RDTR
dan PZ yang sudah di Perda-kan
memberikan kepastian hukum untuk
mendorong investasi pembangunan di
daerah karena izin prinsip penanaman
modal dikeluarkan oleh Bupati
berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota,
RDTR, dan PZ.
• Peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan
sanksi harus secara sistemik dan
konsisten diterapkan dalam upaya
pengendalian pemanfaatan ruang.
• Penegakan hukum harus ditegakkan
untuk mewujudkan tertib tata ruang.

• Dalam upaya percepatan penetapan
perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota,
maka yang masih terdapat kawasan
hutan yang belum jelas peruntukkannya
dapat dipercepat melalui penerapan
Delineasi Kawasan Hutan (Lampiran PP
No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian
Peta RTR).
• Dalam rangka mendukung penyelesaian
RDTR dan PZ, salah satu strategi dalam
RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang
adalah Percepatan Penyediaan Peta
Skala Besar (1:5000).
• Dalam rangka Pencadangan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
strategi dalam RPJMN 2015-2019
Bidang Pertanahan adalah penyiapan
regulasi pembentukan lembaga bank
tanah.

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS

TERIMA KASIH
trp@bappenas.go.id; www.bkprn.org
www.scribd.com/Tata Ruang dan Pertanahan
http://groups.google.com/d/forum/bkprn
http://groups.google.com/d/forum/tata-ruang-dan-pertanahan
tanahair.indonesia.go.id (INA GEOPORTAL)

Slide - 31