MAKALAH MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA PEN

1

MAKALAH MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA
PENYAKIT-PENYAKIT MENULAR PASCA TERJADINYA
SUATU BENCANA

DOSEN PEMBIMBING :
Nur Cholis, SKM, M. Kes
Evy Diah W, S. Si, M. Kes

DISUSUN OLEH :
Vira Anita Ratnamulya (NIM: P27834071031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 ANALISIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

1

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya, serta telah memberikan jalan dari
pemikiran kepada penulis sehingga makalah yang berjudul PENYAKITPENYAKIT MENULAR PASCA TERJADINYA SUATU BENCANA dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan kali ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung,
kepada:.
1. Bapak Nur Cholis, SKM, M. Kes sebagai dosen penanggung jawab
Mata Kuliah Manajemen Penanganan Bencana.
2. Ibu Evy Diah W, S. Si, M. Kes sebagai dosen Mata Kuliah
Manajemen Penanganan Bencana.
3. Dan Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan demi kelancaran
pelaksanaan dan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini, oleh karenannya penulis mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun, agar makalah ini benar-benar sempurna. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pendalam bagi para pembaca.
Surabaya, 26 November 2017


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata pengantar.....................................................................................................i

2

Daftar isi.............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II Pembahasan...........................................................................................3
2.1 Penyakit-penyakit Menular Pasca Terjadinya Suatu Bencana....................3
2.2 Cara Menangulangi dan Mencegah Penyakit-penyakit Menular Pasca
Terjadinya Suatu Bencana...........................................................................5
BAB III Penutup...............................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................21
3.2 Saran..........................................................................................................23

Daftar Pustaka..................................................................................................24

1

BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Bencana menurut WHO adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah
yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta
memburuknya kesehatan serta pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari luar lokasi bencana. Secara geografis
Indonesia merupakan salah satu Negara yang rawan terhadap bencana alam
seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung, dll, karena terletak paa
titik pertemuan dari tiga lempengan besar yaitu lempeng Eurasian, lempeng
Pasifik, dan lempeng Indo-Australia. Dampak buruk akibat bencana antara lain:
penyakit menular, kurangnya air bersih, kesulitan makanan dan gangguan gizi
serta gangguan kesehatan mental. Penyakit yang timbul sangat tergantung dengan
jenis bencananya.
Penelitian Rossi, dkk (2007) menunjukkan bahwa ketersediaan pangan
menjadi masalah utama pada beberapa hari pascabencana. Penyakit ikutan

pascabencana dapat muncul akibat rusaknya infrastruktur penunjang. Simak
peningkatan kasus leptospira yang signifikan akibat tercemarnya air oleh tikus
pada banjir di Jakarta. Pada kondisi ini kejadian luar biasa infeksi saluran
pernafasan akut, diare, dan penyakit kulit menular mudah merebak di tempattempat penampungan pengungsi yang padat.
Oleh sebab itu, disini penulis akan mengupas tuntas mengenai penyakitpenyakit menular yang terjadi pasca terjadinya bencana, beserta cara
penanggulangan dan pencegahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja penyakit-penyakit menular pasca terjadinya suatu bencana?
2. Bagaimana cara menanggulangi dan mencegah penyakit-penyakit
menular pasca terjadinya suatu bencana?
1.3 Tujuan Penulisan

2

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja penyakit-penyakit menular pasca terjadinya
suatu bencana?

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi dan mencegah
penyakit-penyakit menular pasca terjadinya suatu bencana?

BAB II
PEMBAHASAN

3

2.1 Penyakit-penyakit Menular Pasca Terjadinya Suatu Bencana
Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam.
Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami.
Banyak korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana
menyebabkan korban yang selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan
tempat tinggal. Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah
kesehatan. Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah
kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan patah
tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana yang selamat dan
tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya tidak
memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria,
ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.

Pada umumnya masalah kesehatan pasca benca dapat dibagi dalam 3 fase:
2.1.1

Penyakit akut pasca bencana
Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana
yang terjadi. Misalnya, kasus gempa bumi di Padang tanggal 30
September 2009, penyakit yang berhubungan langsung dengan
gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera
kepala dan patah tulang.

2.1.2

Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana

1) Malaria
Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat
berada di pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles
bisa menginfeksi korban-korban bencana.


2) DBD

4

Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan
bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korbankorban bencana.
3) Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi
yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio
kolera, Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat
kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari
yang rusak.
4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
5) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini
timbul karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang

menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban
banjir.
6) Tipes
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya
tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena
penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan
makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.
2.1.3

Masalah kesehatan mental akibat bencana
Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi
stres akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang
berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga
atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam.

2.2 Cara Menanggulangi dan Mencegah Penyakit-penyakit Menular Pasca
Terjadinya Suatu Bencana

5


2.2.1

Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Aropheles).
Secara epidemmiologi penyakit malaria dapat menyerang orang baik lakilaki maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai
orang dewasa.
Plasmodium malaria, seperti yang kita kenal beberapa macam
plasmodium malaria yaitu, plasmodium vivax, plasmodium ovale,
plasmodium falsifarum, plasmodium malariae, plasmadium knowlesi
 Gejala penyakit malaria sering kita jumpai adalah sebagai
berikut:
1. Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala
2. Pucat karena kurang darah
3. Kadang-kaang dimula8i ndengan badan terasa lemah, mual/muntah
tidak nafsu makan
4. Gejala spesifik daerah, seperti diare pada anak



Gejala malaria berat adalah sebagai berikut:
1. Kejang-kejang
2. Kehilangan kesadaran
3. Kuning pada mata
4. Panas tinggi
5. Kencing berwarna teh tua
6. Nafas cepat
7. Muntah terus
8. Pingsan sampai koma
Adapun penderita malaria bisa sembuh total jika diobati dan dirawat

dengan benar. Berbagai jenis obat-obatan antimalaria dipakai untuk
mengobati sekaligus mencegah penularan malaria.
Obat-obatan yang diberikan tergantung pada beberapa hal, yaitu
tingkat keparahan gejala-gejalanya, jenis parasit yang menjadi penyebabnya,
lokasi penularan malaria, serta kondisi pasien. Jika pasien sedang hamil,
pengobatannya akan dibedakan dengan penderita yang sedang tidak hamil.


Cara Pencegahan Penyakit Malaria Yaitu:

1. Menghindari gigitan nyamuk
2. Tidur memakai kelambu
3. Menggunakan obat nyamuk

6

4. Memakai obat oles anti nyamuk
5. Memasang kawat kasa pada ventilasi
6. Menjauhkan kandang ternak dari rumah
7. Mengurangi berada di luar rumah pada malam hari


Cara Mengobati Penyakit Malaria Yaitu:
1. Meminum obat doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu
setelah keluar dari lokasi endemis malaria
2. Membersihkan lingkungan
3. Menimbun genangan air
4. Membersihkan lumut
5. Gotong

royong

membersihkan

lingkungan

sekitar

dan

mencegahnya dengan kentongan
6. Menebar kan pemakan jentik
7. Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan
jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.
8. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva
(bubuk abate) pada genangan air atau menebarkan ikan atau
hewan (cyclops) pemakan jentik.
9. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di
rawa payau sepanjang pantai

2.2.2

DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue banyak terjadi di Indonesia.

Bahkan di ibukota Jakarta pun sering terjadi. Penyakit ini sangat
mematikan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui penyebab,
cara pencegahan, dan juga cara penyembuhannya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegepty yang telah menggigit dan menghisap darah penderita DBD.
Jika nyamuk ini menggigit anda, maka anda bisa tertular penyakit DBD.

7

Ciri2 nyamuk ini adalah warna kaki dan badannya belan putihhitam/bergaris-garis.


Cara Mengobati Penyakit DBD Yaitu:
1. Memberi obat penurun panas seperti Tempra untuk anak-anak atau
panadol untuk orang dewasa, pastikan obat mengandung
Parasetamol
2. Jika deman tidak turun setelah 1 hari diberi obat, maka segera
periksa darah untuk memastikan demam berdarah.
3. Jika positif, segera bawa ke rumah sakit untuk diinfus.
4. Memberikan minum yang banyak agar tidak dehidrasi. Untuk
orang dewasa sekitar 20 gelas sedang/hari. Jika loambung kuat
atau tidak memiliki maag, bisa diberikan Pocari Sweat atau Air
Kelapa.
5. Banyak makan meski mual, seperti makan bubur kacang hijau,
bubur ayam, dan lain sebagainya, untuk mengatasi mual bisa
minum obat Primperan.
6. Meminum 2 sendok makan madu dan juga sari kurma 2-3 jam
sekali untuk meningkatkan stamina.
7. Adapun obat alternatifnya yaitu jus jambu merah, dan juga obat
Cina Angkak



Cara Mencegah Penyakit DBD Yaitu:
1. Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayinya. ASI berguna
sebagai antibodi pada bayi karena didalam ASI terkandung
enzim-enzim pencernaan yang diperlukan oleh bayi sehingga bila
besar nanti, Anak akan memiliki daya tahan tubuh yang baik.
2. Mencuci botol susu anak dengan baik dan benar.
3. Membersihkan bahan-bahan makanan dengar air bersih

2.2.3


Diare
Gejala- gejala Penyakit Diare Yaitu:
1. Sering buang air besar dengan tinja cair terus menerus.

8

2. Disertai muntah yang berulang-ulang.
3. Lemah lemas dan ngantuk.
4. Adanya penurunan kesadaran.
5. Sudah tidak merasa haus lagi.
6. Tidak ingin makan.
7. Sakit perut hingga kejang pada perut.
8. Buang air kecil menjadi jarang atou tidak buang air kecil lagi.
9. Kulit tampak keriput,
10. Sering juga disertai kejang dan demam tinngi.
Bila timbul gejala diatas segera hubungi dokteragar mendapat
penanganan yang lebih baik lagi.


Penyebab-penyebab Penyakit Diare Yaitu:
1. Adanya infeksi dari virus, bakteri dan parasit yang berasal dari
makanan dan minuman yang tercemar atou kotor.
2. Seperti infeksi penyakit lain yang sedang diderita , seperti radang
tenggorokan dan infeksi telinga.
3. Alergi terhadap makanan atou obat-obatan tertentu.
4. Akibat dari pemanis buatan.



Cara Mengatasi Penyakit Diare Yaitu:
1. Berikan oralit atou air tajin sebagai cairan pengganti. Mengapa
oralit ? Karena saat diare tubuh tidak saja kekurangan cairan
tetapi juga Elektrolit sehingga tidak akan membentu jika hanya di
berikan air putih saja.

9

2. Kurangi pemberian sayur dan buah-buahan karena akan sulit
untuk dicerna.
3. Tetap diberika ASI pada bayi yang terserang diare. Biasanya
anak-anak yang terserang penyakit diare anak-anak yang tidak
mendapatkan ASI.
4. Bila anak-anak mengalami diare, segeralah kedokter agar dapat
ditangani sedini mungkin. Sebab beberapa diare butuh antibiotik
tertentu untuk mengatasinya.


Cara Mencegah Penyakit Diare Yaitu:
1. Sebaiknya ibi memberikan ASI pada bayinya. ASI berguna
sebagai antibodi pada bayi karena didalam ASI terkandung
enzim-enzim pencernaan yang diperlukan oleh bayi sehingga bila
besar nanti, Anak akan memiliki daya tahan tubuh yang baik.
2. Mencuci botol susu anak dengan baik dan benar.
3. Membersihkan bahan-bahan makanan dengar air bersih.

2.2.4

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan)
Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract infections

(URI/URTI) terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa
penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan atas adalah pilek,
sinusitis, tonsillitis, dan laringitis. Sedangkan Infeksi saluran pernapasan
bawah atau lower respiratory tract infections (LRI/LRTI) terjadi pada jalan
napas dan paru-paru. Beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi
ini adalah bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
Infeksi saluran pernapasan dapat dialami oleh segala usia. Meski
demikian, kondisi ini lebih rentan diderita oleh anak-anak karena sistem
pertahanan tubuh mereka terhadap virus penyebab infeksi belum terbentuk.


Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan
Beberapa jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi

saluran

pernapasan

atas,

di

antaranya

adalah

Influenza

dan

10

Parainfluenza, Thinoviruses, Epstein-Barr Virus (EBV), Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup A, Pertussis, serta Diphteria.
Sedangkan beberapa jenis virus atau bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah, di antaranya adalah
Influenza A, Human metapneumovirus (hMPV), Respiratory syncytial
virus (RSV), Varicella-zoster virus (VZV), H. influenzae, Streptococcus
pneumoniae,

Klebsiella

pneumoniae,

Staphylococcus

aureus,

Enterobacteria dan bakteri anaerob.
Orang yang sehat dapat tertular infeksi saluran pernapasan setelah
menghirup percikan air liur yang mengandung virus atau bakteri yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin. Selain dari kontak
langsung, penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung dengan
diperantarai oleh benda-benda yang sudah terpapar virus atau bakteri dari
penderita infeksi saluran pernapasan.


Gejala Infeksi Saluran Pernapasan
Gejala infeksi saluran pernapasan atas dapat berupa batuk, hidung

tersumbat, pilek, bersin-bersin, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit
kepala, serta demam. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung selama
3 hingga 14 hari.
Sedangkan gejala infeksi saluran pernapasan bawah dapat berupa
batuk berdahak, sesak napas, mengi, dan demam. Pada anak-anak dan
bayi, gejala lain yang mungkin timbul, adalah sulit makan, rewel, dan
gangguan tidur.


Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan
Untuk mendiagnosis infeksi saluran pernapasan atas biasanya

hanya berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan kadang-kadang
pemeriksaan darah. Tanda-tanda yang dapat ditemukan dokter adalah
tenggorokan merah, hidung merah dan bengkak, amandel membengkak,
nyeri tekan pada daerah pipi, serta muncul benjolan di sekitar leher.
Penyebab tersering dari infeksi saluran napas atas adalah virus, sehingga

11

tidak diperlukan pemeriksaan lanjutan lainnya, kecuali dokter mencurigai
penyebab lain seperti bakteri dan alergi. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan seperti pemeriksaan darah dan kultur bakteri dengan
mengambil sampel dari swab hidung, tenggorokan, atau dahak. CT scan
sinus

juga

perlu

dilakukan

bila

sinusitis

mengakibatkan

gangguan penglihatan, keluar ingus yang banyak, dan sudah dialami
lebih dari 4 minggu.
Untuk infeksi saluran napas bawah, selain memerhatikan tandatandanya (misalnya sesak napas), dokter juga akan mengukur tingkat
oksigen dalam darah (pulse oximetry) untuk mendeteksi adanya
gangguan pernapasan. Di samping itu, pemeriksaan penunjang di
laboratorium juga perlu dilakukan, seperti:
1. Foto Rontgen. Pemeriksaan dengan foto Rontgen dada dilakukan
untuk melihat corakan dan kondisi paru-paru serta jalan napas.
2. Pemeriksaan d Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terlihat
peningkatan jumlah sel darah putih dalam darah yang merupakan
tanda infeksi.
3. Pemeriksaan dahak atau s Biakan atau kultur dari sampel dahak
atau sputum dilakukan untuk melihat pertumbuhan bakteri.
4. Bila dicurigai penyebab infeksi adalah tuberkulosis, dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosisnya.


Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan
Penyebab infeksi saluran napas atas, bronkitis, dan bronkiolitis

umumnya adalah virus, dan tidak ada terapi yang spesifik untuk
mengobati berbagai tipe virus yang menyerang saluran napas atas.
Infeksi saluran napas atas karena virus dapat sembuh sendiri dan tidak
diperlukan obat-obatan. Penderita dapat meredakan gejala infeksi
saluran pernapasan dengan cara mandi air hangat, minum air hangat,
berkumur dengan air garam, mengompres wajah dengan air hangat,
menghindari udara dingin, banyak minum air, dan beristirahat. Dalam hal
obat-obatan untuk mengurangi gejala, penderita dapat mengonsumsi obat

12

yang dijual bebas di pasaran guna meredakan gejala infeksi saluran
pernapasan, misalnya paracetamol untuk demam, atau obat batuk pilek
lainnya. Jika infeksi saluran pernapasan disebabkan oleh bakteri, maka
dokter akan meresepkan antibiotik.
Pengobatan terhadap pneumonia bertujuan untuk mengobati infeksi
dan mencegah komplikasi, serta sangat tergantung dari beratnya
penyakit, usia, dan riwayat kesehatan penderita. Pengobatan pun dapat
dilakukan dengan perawatan di rumah sakit bila terdapat tanda seperti
sesak, penurunan kesadaran dan tekanan darah, memerlukan oksigen
tambahan atau alat bantu napas lainnya, penurunan fungsi ginjal, dan
berusia lebih dari 65 tahun.
Pada kasus tertentu, penanganan medis secara lebih serius
diperlukan jika penderita infeksi saluran pernapasan memiliki atau
mengalami kondisi tertentu, seperti:
1. Menderita penyakit paru yang sudah ada sebelumnya, seperti asma,
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkiektasis.
2. Menderita penyakit jantung, hati, atau ginjal.
3. Menderita cystic fibrosis atau multiple sclerosis.
4. Batuk yang telah berlangsung selama lebih dari tiga minggu.
5. Penurunan berat badan.
6. Nyeri pada dada.
7. Benjolan di leher.
8. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita
diabetes dan minum obat kortikosteroid.


Komplikasi Infeksi Saluran Pernapasan
Komplikasi yang umumnya timbul akibat infeksi saluran

pernapasan atas adalah infeksi sekunder karena bakteri, seperti
pneumonia, bronkitis, infeksi telinga tengah (otitis media), atau
meningitis yang

menyebar

dari

sinusitis.

Sedangkan

komplikasi

yang dapat muncul akibat infeksi saluran pernapasan bawah meliputi
sepsis, empiema, abses paru, dan efusi pleura.

13

Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan



Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
risiko terkena infeksi saluran pernapasan, di antaranya adalah:
1. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
2. Berolahraga secara teratur.
3. Berhenti merokok dan menghindari asap rokok.
4. Mengurangi tingkat stres.
5. Menghindari kontak langsung dengan penderita infeksi.
6. Mencuci tangan setelah melakukan kegiatan.
7. Selalu menutup mulut dan hidung setiap bersin atau batuk.
8. Menjaga kebersihan diri dan barang-barang di sekitar.
Selain cara-cara tersebut, pemberian vaksin flu untuk melindungi
diri dari infeksi saluran pernapasan juga dapat dilakukan, terutama pada
anak-anak. Bagi ibu yang memiliki bayi, dianjurkan untuk menyusui
bayinya guna membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka.

2.2.5

Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira

yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini.
Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu
anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti
sapi, serta babi.
Leptospirosis juga dapat menyerang manusia melalui kontak langsung
dengan air (air banjir, kolam, sungai, danau, atau air selokan) atau tanah
yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira.
Leptospirosis rentan menyerang orang-orang yang biasa berurusan dengan
hewan. Jarang sekali penyakit ini ditulari dari manusia.


Penyebab Penyakit Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang

dibawa oleh hewan-hewan tertentu. Leptospira adalah organisme yang
hidup di perairan air tawar, tanah basah, lumpur, dan tumbuh-tumbuhan.
Bakteri ini dapat dapat menyebar melalui banjir. Hewan pembawa bakteri

14

leptospira umumnya tidak memiliki tanda-tanda sedang mengidap
leptospirosis karena bakteri ini dapat keluar melalui urine mereka.
Keluarnya bakteri melalui urine hewan liar maupun hewan piaraan yang
terinfeksi dapat berlangsung secara terus menerus atau hanya sesekali
selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Bakteri yang kemudian
masuk ke air atau tanah ini bisa bertahan hingga beberapa minggu hingga
berbulan-bulan.
Leptospirosis umumnya banyak ditemui di area tropis dan
subtropis, di mana udaranya panas dan lembap yang membuat bakteri ini
dapat bertahan hidup lebih lama, seperti Tiongkok, India, dan Asia
Tenggara. Para pekerja yang sering berurusan dengan hewan juga
memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi leptospirosis, misalnya
seorang peternak, nelayan, pekerja di saluran pembuangan limbah, dan
dokter hewan.
Bakteri leptospira dapat masuk melalui mata, hidung, mulut, atau
luka terbuka pada kulit, terutama jika Anda sering menghabiskan waktu
berada di area, baik air maupun tanah, yang terkontaminasi bakteri ini.
Waspadai juga infeksi bakteri leptospira ketika Anda melakukan kegiatan
di luar ruangan seperti berkemah dan memancing atau berkunjung ke
daerah yang sedang menghadapi epidemi leptospirosis.
Bakteri ini juga dapat menyebar melalui gigitan hewan atau cairan
tubuh lain (kecuali ludah) dan ketika meminum air yang terkontaminasi,
misalnya sehabis banjir atau ketika melakukan olahraga yang
berhubungan dengan air. Hewan piaraan jarang menjadi penyebab
menyebarnya leptospirosis walau terdapat juga kasus leptospirosis yang
disebarkan oleh tikus piaraan.
Kasus penyebaran leptospirosis juga jarang disebarkan oleh sesama
manusia walau masih mungkin terjadi melalui hubungan seksual atau
melalui ASI dari ibu yang terinfeksi bakteri ini kepada bayi.

15



Gejala Penyakit Leptospirosis
Leptospirosis memiliki gejala yang umumnya menyerupai flu, yaitu

demam, nyeri otot, dan pusing. Leptospirosis juga tidak memiliki gejalagejala yang signifikan sehingga sulit untuk terdiagnosis. Gejala
leptospirosis umumnya berkembang dalam waktu 1-2 minggu atau
hingga satu bulan setelah penderitanya terpapar bakteri ini dan cenderung
membaik minimal dalam lima hari hingga maksimal satu minggu setelah
gejala muncul. Gejala lain yang mungkin muncul, yaitu:
1. Mual
2. Muntah
3. Meriang
4. Sakit kepala
5. Nyeri otot
6. Sakit perut
7. Diare
8. Kulit atau area putih pada mata yang menguning
9. Demam tinggi
10. Ruam
11. Iritasi atau kemerahan di area mata
12. Batuk
13. Kehilangan nafsu makan
Gejala leptospirosis yang lebih berat bisa berujung kepada
komplikasi yang lebih serius, berupa pendarahan hingga gagal fungsi
pada organ-organ tertentu. Kondisi pasien secara umum akan membaik
dari gejala awal yang muncul, namun selanjutnya akan menjadi sakit
kembali dan berkembang biak menjadi kondisi yang lebih serius. Kasus
leptospirosis yang memburuk ini dapat terjadi pada 1 dari 10 penderita
pada 1-3 hari setelah gejala awal mereda. Jika tidak segera ditangani,
penderita dapat mengalami kerusakan otak, gagal fungsi ginjal, dan
gangguan fungsi paru-paru. Kasus ini cenderung dikenal dengan nama
penyakit Weil. Beberapa gejala yang mungkin dialami, yaitu:
1. Sakit di area dada

16

2. Napas yang pendek/kehabisan napas
3. Pembengkakan pada pergelangan tangan atau kaki
4. Warna kulit menguning atau bagian putih pada mata yang
menguning (penyakit kuning)
5. Gejala yang menyerupai penyakit meningitis atau radang otak
(ensefalitis), seperti kejang, sakit kepala dan muntah
6. Batuk darah
Diagnosis Penyakit Leptospirosis



Diagnosis leptospirosis dapat dipastikan melalui gejala yang
diderita, riwayat pasien dan pemeriksaan fisik pasien. Biasanya terapi
sudah mulai diberikan jika memang sudah dicurigai leptospirosis pada
tahap ini.
Pemeriksaan

laboratorium

biasanya

dilakukan

untuk

mengonfirmasi diagnosa dan menentukan derajat kerusakan organ serta
derajat keparahan komplikasi. Pemeriksaan darah dan urine untuk
mengisolasi bakteri dari cairan tubuh penderita sulit dilakukan. Oleh
karena itu, tes serologi mungkin akan dilakukan untuk membantu
mengkonfirmasi diagnosa.


Pengobatan Penyakit Leptospirosis
Infeksi leptospirosis diobati dengan suntikan antibiotik untuk

membasmi bakteri dan mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu
akibat kondisi ini. Obat-obatan antibiotik yang umumnya digunakan
adalah penisilin dan tetracycline. Antibiotik biasanya diberikan selama
satu minggu dan proses pengobatan ini harus diikuti hingga akhir demi
memastikan semua bakteri hilang sehingga mencegah kemungkinan
terulangnya infeksi dari bakteri yang sama. Walau demikian, masih
dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas terapi
antibotik terhadap leptospirosis.

17

Selain obat-obatan antibiotik, obat pereda rasa sakit yang memiliki
kandungan parasetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala awal
leptospirosis, antara lain:
1. Sakit kepala
2. Nyeri otot
3. Demam
Pada kasus leptospirosis yang parah (penyakit Weil) dan/atau yang
terjadi pada masa kehamilan, pasien dapat dirujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan dan pengawasan yang lebih menyeluruh. Hal ini
dilakukan untuk mencegah leptospirosis menyebar ke organ lain atau
janin. Penderita akan diberikan suntikan antibiotik secara langsung ke
dalam pembuluh darah. Jika infeksi telah menyerang organ tubuh, maka
beberapa perawatan tambahan diperlukan untuk menjaga sekaligus
mengembalikan fungsi dan kondisi tubuh, seperti:
1. Infus, untuk memasukkan cairan dan nutrisi tambahan yang
dibutuhkan tubuh.
2. Ventilator, sebagai alat bantu pernapasan.
3. Dialisis, untuk membantu fungsi ginjal yang terganggu dalam
proses pembuangan zat yang tidak dibutuhkan tubuh.
Perawatan di rumah sakit biasanya membutuhkan waktu beberapa
minggu bahkan berbulan-bulan tergantung dari tingkat keparahan
leptospirosis, kondisi tubuh, dan respons pasien terhadap pengobatan.
Komplikasi

serius

pada

paru

yang

disebut

severe

pulmonary

hemorrhagic syndrome merupakan penyebab kematian utama penderita
leptospirosis di negara-negara berkembang. Selain itu, gagal ginjal akut
dan disfungsi hati merupakan komplikasi lain yang dapat timbul pada
kondisi ini.


Pencegahan Penyakit Lepcospirosis
Jika Anda berniat bepergian ke daerah yang memiliki angka

leptospirosis yang tinggi atau sering terlibat kontak dengan hewan secara

18

langsung, maka Anda memiliki risiko tertular yang lebih besar. Lakukan
beberapa langkah pencegahan berikut ini.
1. Gunakan pakaian yang melindungi tubuh serta bersihkan dan tutup
luka dengan sebaik mungkin agar tidak terkena kontak langsung
dengan hewan pembawa bakteri leptospira.
2. Gunakan juga pakaian yang layak saat akan berolahraga atau
beraktivitas di luar ruangan yang berisiko menimbulkan cedera atau
luka ketika berada di area yang rawan terdapat bakteri leptospira.
3. Mandi setelah selesai melakukan aktivitas di lingkungan berair,
terutama di area yang berisiko.
4. Jangan menyentuh bangkai hewan secara langsung.
5. Gunakan sarung tangan ketika berniat membersihkan urine atau
kotoran hewan yang diduga terinfeksi bakteri leptospira.
6. Biasakan mencuci tangan setelah terlibat kontak dengan hewan
yang terinfeksi leptospirosis.
7. Bersihkan permukaan yang terkena urine atau kotoran hewan yang
terinfeksi leptospirosis dengan larutan pembersih antibakteri atau
campuran air dan pemutih dengan perbandingan volume air dan
pembersih sebanyak 10:1.
8. Waspadai air yang akan diminum, pastikan kemasan air tertutup
dan tersegel dengan baik atau air sudah direbus sebelumnya.
9. Vaksinasi hewan piaraan atau ternak Anda agar terhindar dari
leptospirosis.
2.2.6

Tipes
Tifus atau lebih mudah diucap oleh masyarakat Indonesia dengan

sebutan tipes merupakan sebuah penyakit yang mengjangkiti manusia
karena terjadinya peradangan pada usus. Penyakit tipes merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella yang menyelinap
kedalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan berupa usus, setelahnya
bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan media darah sebagai
perantaranya (infeksi sistematik).

19

Jika Anda adalah orang yang berkecimpung di dunia kedokteran pasti
sudah tidak asing dengan penyakit ini, namun apabila Anda (pembaca)
merupakan orang awam dengan bidang kedokteran dan ingin mengetahui
bagaimana sih bibit bebet dan bobot tentang penyakit ini, berikut ini akan
dijelaskan mengenai penyakit tipes dimulai dari gejala, penyebab, dan cara
mencegahnya.


Gejala Penyakit Tipes
1. Keracunan Makanan (Salmonellosis)
Terasa nyeri di bagian perut, sering mual, dehidrasi (kehausan),
muntah, diare, dan demam merupakan tanda atau gejala tipes yang
disebabkan oleh keracunan makanan.
2. Radang

Usus

Gejalanya bisa berupa demam, diare yang disertai darah, dan rasa
nyeri di bagian perut.
3. Keracunan

Darah

Jika keracunan darah maka akan timbul beberapa gejala seperti
demam, berat badan turun drastis, rasa nyeri di perut, bernafas
lebih cepat, tekanan darah menurun, ukuran hati membesar, sering
kedinginan (menggigil), nafsu makan terganggu, jantung berdetak
lebih kencang, sering kaget, dan limfa membesar.
4. Lemas,

Pusing,

dan

Sakit

Perut

Akibat demam yang tinggi biasanya penderita akan sering lemas
disertai kepala pusing. Karena hati dan limfa membengkak
biasanya penderita juga akan merasakan sakit di bagian perut.
5. Pingsan


Penyebab Penyakit Tipes
1. Adanya bakteri yang menyusup kedalam tubuh, nama bakteri
tersebut adalah Salmonelia Typhi. Bakteri ini bisa masuk karena
sebelumnya menempel pada makanan dan minuman.
2. Tidak mencuci tangan dengan bersih ketika ingin makan

20



Cara Mencegah Penyakit Tipes
1. Jangan sembarangan jajan di pinggir jalan karena anda tidal tahu
apakah proses pengolahan, baik itu menggoreng ataupun
merebsnya dengan cara uang benar dan dilakukan di tempat yang
bersih atau kotor.
2. Jika ingin mengonsumsi telur, pastikan untuk menggoreng atau
merebus telur sampai benar-benar matang, jangan dibuat setengan
matang.
3. Tingkatkan sistem imun anda agar terhindar dari tipes dengan cara
melakukan imunisasi tipes pada dokter
4. Jaga juga kesehatan anda dengan cara beristirahat yang cukup dan
berkualitas, sehari minimal 7-8 jam.
5. Olahraga secara teratur, lebih baik anda lakukan ketika pagi hari
saat angin masih segar dan belum tercampur dengan polusi.
6. Jika anda sudah pernah menderita tipes, usahakan untuk
mengurangi waktu kerja anda atau setidaknya jangan sampai anda
kelelahan karena penyakit ini sewaktu-waktu bisa kambuh.
7. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.

BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Penyakit-penyakit menular pasca terjadinya bencana yaitu:

21

1) Malaria
Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di
pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa
menginfeksi korban-korban bencana.
2) DBD
Misalnya

banjir,

air

yang

tergenang

dapat

menyebabkan

bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korbankorban bencana.
3) Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang
jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera,
Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat kurangnya
asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak.
Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah
melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan.
Diare yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat
seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa
menyebabkan

dehidrasi

dan

bisa

membahayakan

jiwa.

Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal,
kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah.
Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan,
infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.
Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari
makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum
cairan rehidrasi oral-oralit.
4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute
respiratory infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

22

infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai
berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alveoli. Secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian
atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk jaringan saluran
pernapasan).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari, Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi
akut

pada

bronkus

(biasa

disebut

bronchopneumonia).

Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena
paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah
frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada
anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali
permenit atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari
lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan, tidak dikenal
diagnosis pnemonia.
Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang
memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.
5) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini
timbul karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang
menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban
banjir.

23

6) Tipes
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya
tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena
penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan
makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.
3.4 Saran
1. Bencana merupakan suatu kehendak tuhan yang mana tidak kita ketahui
kapan akan terjadinya. Oleh sebab itu, kita sebagai makhluk tuhan harus
menjaga lingkungan tempat tinggal kita agar bencana tersebut bisa
diminimalisir.
2. Adapun untuk pemerintah bisa lebih cepat dan tanggap dalam menolong
korban bencana, dan memfasilitasi para warga dalam menangani maupun
mencegah terjadinya bencana tersebut.

DAFTAR PUSTAKA



https://news.detik.com/opini/834037/penyakit-pascabencana
http://srimurny.blogspot.co.id/2011/03/manajemen-bencana-dan-penyakit-




pasca.html
http://www.alodokter.com/malaria
https://infoindonesiakita.com/2010/11/24/cara-mencegah-dan-



menyembuhkan-penyakit-demam-berdarah-dengue/
http://gejalapenyakitlo.blogspot.co.id/2013/11/cara-mengatasi-dan-





mencegah-penyakit_21.html
http://www.alodokter.com/infeksi-saluran-pernapasan
http://www.alodokter.com/leptospirosis
https://manfaatnyasehat.blogspot.co.id/2014/05/gejala-tipes.html

24