Contoh Makalah Akhlak Tasawuf

BAB I
PENDA
HULUA
N

A. Latar Belakang
Akhlak
muslim

Tasawuf

adalah

salah

khasanah

yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan.

Akhlak tasawuf tampil, mengawal dan
hidup


satu

umat

agar

selmat dunia

manusia, khususnya yang

memandu perjalanan

dan akhirat. Kepada umat

beriman kepada Allah, diminta agar

akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW dijadikan
contoh dalam


kehidupan berbagai bidang. Mereka

yang

mematuhi perintah ini dijamin keselamatan di dunia dan akhirat.
Ajaran akhlak disamping memiliki nilai-nilai yang bersifat
mutlak, absolute, dan

universal sebagaimana terdapat dalam

al-Qur’an dan al- hadis, juga menerima ajaran

yang bersifat

rasional, lokal dan cultural. Peranan yang dimainkan oleh etika,
moral, dan susila, yaitu

sebagai sarana atau

partner


untuk

menjabarkan akhlak islam yang terdapat dalam al- Qur’an dan

1

al-hadis, sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan alQur’an dan al-hadis tersebut.
Untuk
susila,

lebih

memahami apa

dalam makalah ini kami

itu

etika,


moral

dan

akan mencoba menguraikan

tentang apa dan bagaimana hubungan antara Etika, moral dan
Susila, serta pengertian baik buruk dan penentuannya.
B. Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian Akhlak dan Susila?

2.

Bagaimana hubungan antara Etika, Moral dan Susila?

3.


Apa pengertian baik buruk dan apa sajakah aliran-alirannya ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Akhlak dan Susila

1

2. Mengetahui perbedaan hubungan antara Etika, Moral
dan Susila
3. Mengetahui pengertian baik buruk dan apa sajakah
aliran-alirannya

2

B
A
B

I
I


P
E
M
B
A
H
A
S
A
N

A. Pengertian
Akhlak dan
Susila
a. Pengertian Akhlak
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa
Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan
(wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti

al- sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at,
watak

dasar),

maru’ah
(agama)1.

al-‘adat (kebiasaan,kelaziman),

(peradaban
Sedangkan

yang

baik),

pengertian

terminologi berarti tingkah laku

didorong oleh
melakukan suatu
ulama

suatu

al-din

Akhlak

secara

seseorang

yang

keinginan secara

perbuatan yang


akhlak yaitu

dan

al-

baik.

sadar

untuk

Menurut tiga

Ibnu Maskawaih, Al Ghazali, dan

Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang

melekat


pada

diri

seseorang

yang

dapat

memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan
pikiran terlebih dahulu.
Terdapat 4 ciri seseorang dikatakan berakhlak, yaitu:
1. Perbuatan yang baik atau buruk
2. Kemampuan melakukan perbuatan
3. Kesadaran akan perbuatan itu

4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan
perbuatan baik atau buruk

Dari sifatnya, akhlak dapat dikelompokkan menjadi dua,
antara lain:
1. Akhlak Mahmudah
Adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak terpuji ini dilahirkan
dari sifat-sif at yang terpuji pula.
2. Akhlak Madzmumah
Adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan
jahat yang merusak iman seseorang dan
menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk
1

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Rajawali Pers,
Jakarta, Cetakan 15, 2017, hlm. 1.

akhlak madzmumah adalah segala sifat yang
bertentangan dengan akhlak mahmudah.
Lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa si A
misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka
sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan
dan dimanapun sikapnya

itu

dibawanya,

sehingga

menjadi identitas yang

membedakan dirinya dengan

orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan,
dan kadang-kadang bakhil, maka
dapat

si A tersebut belum

dikatakan sebagai seorang yang

dermawan.

Demikian juga jika kepada si B kita mengatakan bahwa
ia termasuk orang
taat

yang taat beribadah, maka

sikap

beribadah tersebut telah dilakukanya dimanapun ia

berada.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,
tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan

suatu

perbuatan ia tetap

sadar.

Oleh

sehat

akal

pikiranya dan

karena itu, perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang dalam keadaan tidur, hilang ingatan, mabuk,
atau

perbuatan reflek

sebagainya bukanlah
akhlak
yang

adalah
sehat

seperti berkedip, tertawa dan
perbuatan

perbuatan

akal

akhlak.

Perbuatan

yang dilakukan oleh orang

pikiranya. Namun, karena perbuatan

tersebut sudah mendarah daging, sebagaimana disebutkan
pada sifat pertama, maka pada saat akan mengerjakannya
sudah

tidak

lagi

memerlukan pertimbangan atau

pemikiran lagi. Hal yang demikian tak ubahnya dengan
seseorang yang sudah
shalat

lima

mendarah daging

waktu, maka

mengerjakan

pada saat datang panggilan

shalat ia sudah tidak merasa berat lagi mengerjakanya,
dan tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan mudah dan
ringan dapat mengerjakanya.

Ketiga,

bahwa

perbuatan yang

perbuatan

timbul dari dalam

akhlak
diri

orang

adalah
yang

mengerjakanya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari
luar.

Perbuatan

dilakukan atas

akhlak

adalah

perbuatan

yang

dasar kemauan, pilihan dan keputusan

yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika ada seseorang
yang melakukan perbuatan, tetapi

perbuatan tersebut

dilakukan karena paksaan, tekanan atau

ancaman dari

luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk kedalam
akhlak

dari

orang

yang

hubungan ini Ahmad Amin

melakukannya.

Dalam

mengatakan, bahwa ilmu

akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan
manusia yang dapat dinilai baik atu buruk. Tetapi tidak
semua amal yang baik atu buruk itu dapat dikatakan
perbuatan akhlak. Banyak

perbuatan yang tidak dapat

disebut perbuatan akhlaki, dan tidak
baik
tidak

atau

dapat

dikatakan

buruk. Perbuatan manusia yang

dilakukan

atas dasar

kemauanya atau

pilihanya sperti

bernafas,berkedip, berbolak- baliknya hati,
ketika
tidaklah

dan

kaget

tiba-tiba

terang

setelah

sebelumnya gelap

disebut

akhlak,

karena

perbuatan tersebut

yang dilakukan tanpa pilihan.

Keempat,
perbuatan yang
bukan

bahwa perbuatan akhlak adalah
dilakukan dengan seesungguhannya,

main-main atau

menyaksikan orang
seterusnya,

karena bersandiwara. Jika kita

berbuat kejam, sadis,

tapi perbuatan tersebut kita

jahat,

dan

lihat dalam

pertunjukan film, maka perbuatan ters ebut tidak tidak
dapat disebut perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut
bukan perbuatan yang sebenarnya. Berkenaan dengan ini,
maka

sebaiknya seseorang tidak

cepat-cepat menilai

orang lain sebagai berakhlak baik atau berakhlak buruk,
sebelum

diketahui

perbuatan

tersebut

sebenarnya. Hal

dengan
memang

ini perlu

termasuk makhluk yang
berpura-pura.

Untuk

sesungguhnya dapat

sesungguhnya
dilakukan

bahwa
dengan

dicatat, karena manusia
pandai bersandiwara, atau

mengetahui

perbuatan

dilakukan melalui cara

yang
yang

kontinue dan terus-menerus.
Kelima, sejalan dengan ciri
perbuatan akhlak

yang

keempat,

(khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang
dilakukan karena ikhlas

semata-mata karena Allah,
orang

atau

bukan

karena ingin

dipuji

karena ingin mendapat sesuatu pujian.

Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar
karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.
Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh
menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang
memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan
aliran

dan

para

Kesemua aspek
kemudian

tokoh
yang

membentuk

yang

mengembangkanya.

terkandung dalam
satu

kesatuan

akhlak ini
yang

saling

berhubungan dan membentuk suatu ilmu 2.
b.
Susil
a

Menurut M. Said, susila atau kesusilaan berasal dari
kata susila, yang

mendapat awalan ke dan akhiran an.

Kata

susila

selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan

hidup

yang lebih baik. Orang yang susila adalan orang yang
berkelakuan baik,
adalah orang
zina

atau

sedangkan orang

yang

asusila

yang berkelakuan buruk. Para

pelaku

pelacur misalnya, sering

diberi gelar

tunasusila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “su” dan

“sila”. “su” berarti baik, bagus, dan “sila” berarti dasar,
prinsip, peraturan hidup atau
n
o
r
m
a
.
3

Selanjutnya kata susila dapat pula berati sopan,
beradab, baik

budi bahasanya. Dan kesusilaan sama

dengan kesopanan. Dengan demikian, kesusilaan
mengacu

kepada

mengarahkan,
hidup

yang

berlaku dalam

upaya

membimbing,

membiasakan,

dan

ebih

memandu,

memasyarakatkan

sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang
masyarakat. Kesusilaan menggambarkan

keadaan dimana orang

selalu

menerapkan nilai-nilai

yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk
membimbing orang agar berjalan dengan baik juga
berdasarkan pada nilai nilai yang berkembang

2

Ibid., hlm. 4-6

3

Ibid., hlm. 80-81

dalam masyarkata dan mengacu kepada sesuatu yang
dipandang baik oleh masyarakat.4

B. Hubungan Antara Etika, Moral, dan Susila
Pada dasarnya, akhlak dan susila memiliki
tujuan yang sama, yaitu menjadikan manusia yang baik
dan berbudi.
Ada beberapa persamaan antara

Etika, Moral,

dan Susila, yaitu sebagai berikut:
1.

Etika,
ajaran

Moral, dan
atau

Susila

mengacu pada

gambaran tentang perbuatan,

tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
2. Etika, Moral, dan Susila merupakan prinsip
atau

aturan

martabat

hidup manusia untuk mengukur

dan

Semakin tinggi
susila

harkat

kemanusiaannya.

kualitas etika,

moral, dan

seseorang atau sekelompok orang,

semakin tinggi pula kualitas kemanusiaannya.
Sebaliknya semakin rendah kualitas etika,
moral,

dan

sekelompok orang

susila

seseorang

atau

semakin rendah pula

kualitas kemanusiaannya.

3.

Etika,

moral, dan

sekelompok

susila

orang

merupakan faktor

seseorang atau

tidak

semata-mata

keturunan yang

tetap, stastis, dan konstan, tetapi

bersifat

merupakan

potensi positif yang dimiliki setiap orang.5
4. Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat
dikatakan bahwa etika,
moral, dan

susila

itu

sama,

menentukan hukum atau nilai
perbuatan yang

yaitu

untuk

dari

suatu

dilakukan manusia untuk

ditentukan baik-buruknya.

4

Abuddin Nata, op. cit., hlm 81.
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm.
17.
5

Selain persamaan tersebut, ada pula perbedaan
antara etika, moral dan

susila

yang

menjadi ciri

khas masing- masing. Berikut ini adalah perbedanperbedaan antara etika, moral, dan susila:
1. Perbedaan dalam sumber yang menjadi patokan
untuk menentukan baik dan buruk.
Etika

: Penilaian baik dan buruk

berdasarkan pendapat akal pikiran.
Moral

: penilaian baik dan buruk

berdasarkan norma atau adat kebiasaan.
Susila : bersumber pada nilai-nilai yang
berkembang dan dipandang baik oleh masyarakat
2. Perbedaan dalam sifat pemikiran dan
kawasan pembahasan.

maka

Etika

lebih

pada

moral

banyak bersifat teoristis,
dan susila

lebih

banyak

bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku
manusia secara umum sedang moral dan susila
bersifat lokal atau individual. Etika menjelaskan
baik

dan

menyatakan
perbuatan. 6

buruk
ukuran

sedang moral
tersebut

dalam

dan

susila
bentuk

C. Pengertian Baik Buruk serta Beberapa Aliran
Tentang Baik dan Buruk
Pengertian baik secara bahasa adalah terjemahan
dari kata khoir dalam bahasa Arab,
bahasa Inggris. Louis
mengatakan bahwa yang
yang
baik

atau

good

dalam

Ma`luf dalam

kitab Munjid,

disebut baik

adalah sesuatu

telah mencapai kesempurnaan. Selanjutnya, yang
itu juga

adalah sesuatu yang mempunyai

nilai

kebenaran atau nilai yang diharapkan dan memberikan
kepuasan. Yang baik itu juga sesuatu yang sesuai dengan
keinginan. Dan yang disebut baik
yang

mendatangkan

senang atau
disebut

baik

rahmat,

atau

laku

tersebut menuju

6

Ibid., hlm. 19

adalah sesuatu

memberikan perasaan

bahagia. Adapula pendapat bahwa yang
kebaikan

diinginkan, diusahakan dan
Tingkah

itu

manusia

adalah

sesuatu

yang

menjadi tujuan manusia.

adalah

baik,

apabila

hal

kesempurnaan manusia. Sedangkan kebaikan disebut
nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang
menjadi kebaikan yang kongkrit. 7
Dari

beberapa kutipan diatas, menggambarkan

bahwa yang

disebut baik adalah segala

berhubungan

dengan

yang

luhur,

sesuat u yang
bermartabat,

menyenangkan dan disukai manusia. Dengan mengetahui
sesuatu yang baik, maka
mengetahui yang
buruk

akan

mempermudah dalam

buruk. Dalam bahasa Arab,

itu dikenal dengan istilah

dengan sesuatu yang
seharusnya, tak

tidak

syarr.

baik,

yang

Dan diartikan

tidak

seperti yang

sempurna dalam kualitas, dibawah

standar, kurang dalam nilai, keji jahat, tidak bermoral dan
perbuatan yang
masyarakat
dikatakan

bertentangan dengan

yang
buruk

berlaku. Dengan
itu

adalah

norma-norma

demikian

sesuatu

yang

yang
dinilai

sebaliknya dari yang baik.
Definisi

diatas,

memberikan

kesan

bahwa

sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relatif sekali,
karena tergantung pada pandangan dan penilaian masingmasing yang merumuskan. Dengan demikian nilai baik
atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan

subyektif,

karena

bergantung kepada individu

yang

menilainya. 8
Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah,
begitu juga patokan
yang digunakan orang untuk menentukan baik dan buruk
manusia. Beberapa aliran filsafat yang mempengaruhi
pemikiran akhlak diantaran ya adalah ;
a. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat
(Sosialisme)
Baik

dan

buruk

menurut aliran

ditentukan berdasarkan adat istiadat
dan

dipegangi

oleh

yang

masyarakat.

Orang

ini

berlaku
yang

mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
baik, dan orang yang menentang tidak mengikuti adatistiadat dipandang buruk
secara

adat.

Adat

dan

mendapat hukuman

istiadat selanjutnya dipandang

sebagai pendapat umum. Ahmad Amin
bahwa tiap

bangsa atau

mengatakan

daerah mempunyai adat

tertentu mengenai baik dan buruk. 9
b. Baik & Buruk Menurut Aliran Hedonisme
7

Abuddin Nata, op. cit., hlm. 104.

8

Ibid., hlm. 106.

9

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang , Jakarta, 1983, hlm.87.

Aliran

ini

bersumber pada

adalah

aliran

filsafat

pemikiran filsafat

Yunani

yang
Kuno.

Terutama pemikiran filsafat Epicurus (341-270
SM),

kemudian dikembangkan oleh

berikutnya dikembangkan oleh
paham ini,

Freud.

bahwa perbuatan yang

perbuatan yang

Cyrenics,
Menurut

baik

adalah

banyak mendatangkan kelezatan,

kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. 10
c. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme
(Humanisme)
Intuisi adalah kekuatan batik
menetukan sesuatu baik atau

buruk

yang

dapat

dengan sekilas

tanpa melihat buah atau akibatnya. Kekuatan batin atau
suara

hati adalah merupakan potensi rohaniah yang

secara fitr ah telah ada pada diri manusia. Paham ini
berpendapat bahwa

setiap

kekuatan insting batin
baik

dan buruk

Kekuatan

batin

yang

manusia mempunyai
dapat

membedakan

dengan

sekilas

pandang.

kadang

berbeda refleksinya,

karena pengaruh masa, tempat dan lingkungan. Akan
tetapi dasarnya tetap sama dan berakar pada tubuh
manusia. Misal, apabila ia melihat suatu

perbuatan,

maka ia mendapat semacam ilham atau petunjuk yang

10

dapat

memberi tahu

nilai

perbuatan itu,

lalu

menetapkan hukum baik dan buruknya. Oleh karena
itu, manusia sepakat tentang keutamaan seperti benar,
dermawan, berani. Mereka juga
buruk

sepakat menilai

terhadap perbuatan yang salah, pendusta, dan

pengecut.
d. Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna.
Kalau

ukuran ini berlaku bagi

individual, dan
negara

jika

disebut

perorangan disebut

berlaku bagi

sosial.

Paham

masyarakat dan
ini

mendapatkan

perhatian dizaman sekarang. Di abad sekarang ini,
kemajuan dibidang teknologi meningkat tajam,
kegunaanlah yang

menentukan segala

Kelemahannya paham ini
kegunaan dari sudut

dan

sesuatunya.

adalah hanya

melihat

materialistik. Misal, orang tua

jumpo semakin kurang mendapatkan penghargaan,
karena

secara

material

sudah

tidak

kegunaannya. Padahal kedua orang tua tetap
10

Ibid., hlm. 92

11

lagi

berguna untuk dimintai nasihat, doa dan
pengalaman masa lalu yang sangat berharga.
e. Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme
Paham ini
adalah

berpendapat bahwa yang

yang mencerminkan kekuatan dalam

baik
hidup

manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan
orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik.
Paham ini lebih cenderung pada sikap binatang, dan
berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah
yang baik. Paham ini pernah dipraktekkan oleh para
penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yang
lemah, tertindas dan

bodoh. Dengan kekuatan dan

kekuasaan yang dimiliki, ia dapat
pola

hidup

Kekuatan
status
dan

feodalisme, kolonialisme dan
dan

sosial
aturan

mengembangkan
diktator.

kekuasaan menjadi lambang

dan

untuk dihormati. Ucapan, perbuatan
yang

dikeluarkan menjadi pegangan

masyarakat meskipun salah.
Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana
ilmu

pengetahuan dan teknologi sudah

banyak

dikuasai oleh masyarakat, maka paham vitalisme tidak

akan

mendapatkan tempat lagi, kemudian beralih

dengan sifat demokratis.
f.

Baik dan Buruk Menurut Paham Religiosisme
Paham
dianggap
dengan
buruk

ini

baik
kehendak

berpendapat

bahwa

yang

adalah perbuatan

yang

sesuai

Tuhan,

sedangkan

adalah perbuatan yang tidak

kehendak Tuhan. Paham ini,
teologis yaitu

perbuatan

sesuai

dengan

terhadap keyakinan

keimanan kepada Tuhan sangat

memegang peranan penting. Karena tidak

mungkin

orang berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, apabila
yang melakukan tidak beriman kepadaNya.
Perlu

diketahui, bahwa di dunia

ini ada

bermacam-macam agama yang dianut, dan masingmasing agama menentukan baik

buruk

menurut

ukurannya agama masing-masing. Agama Hindu,
Budha, Yahudi, Kristen dan

Islam,

masing-masing

agama tersebut memiliki pandangan dan tolok

ukur tentang baik dan buruk antara yang satu dengan
lainnya berbeda-beda dan juga ada persamaannya.
g. Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi
Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu
yang

ada

di alam

berkembang

dari

ini mengalami evolusi, yaitu
apa

adanya

sampai

pada

kesempurnaan. Paham seperti ini tidak hanya berlaku
pada

benda-benda yang tampak, seperti binatang,

manusia dan

tumbuh-tumbuhan, akan

tetapi juga

berlaku pada

benda

dilihat dan

yang

tidak

dapat

diraba oleh indra, seperti moral dan akhlak.
Salah seorang ahli filsafat Inggris bernama
Herbert Spencer (18201903) berpendapat bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh
secara

sederhana,

meningkat

sedikit

kemudian
demi

sedikit

berangsur-angsur
berjalan kearah

cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu
baik apabila dekat dengan cita-cita tersebut, dan buruk
apabila jauh daripada cita-cita tersebut. Adapun tujuan
manusia dalam hidup ini ialah untuk mencapai citacta tujuan atau mendekatinya.
Paham ini, bahwa cita-cita manusia dalam
hidup

adalah untuk mencapai

kesenangan

dan

kebahagiaan.
menurut
perbuatan

Kebahagiaan

keadaan

yang

manusia

disini

berkembang

mengitarinya.

Kalau

sesuai dengan keadaan yang

diharapkan yaitu lezat dan bahagia, maka hidupnya
akan bahagia dan senang, begitu
Paham ini

juga sebaliknya.

yang menjadikan ukuran perbuatan baik

manusia adalah merubah diri sesuai dengan keadaan
yang

berlaku. Paham ini

pendapat

Darwin

(1809-1882).

bahwa perkembangan alam
alam,

sesuai
Dia

Abuddin Nata, op. cit., hlm. 112-119

dengan

menjelaskan

didasari oleh ketentuan

perjuangan hidup, dan kekal

pantas. 11

11

juga

bagi yang lebih

B
A
B
I
I
I
P
E
N
U
T
U
P

A. Kesimpulan
Berdasarkan

uraian

diatas

dan

makalah

sebelumnya, dapat diketahui bahwa antara akhlak is lam
yang

bersumber pada

wahyu dapat

menerima atau

mengakui peranan yang dimainkan oleh etika, moral, dan
susila,

yaitu

sebagai

sarana

atau

partner

untuk

menjabarkan akhlak islam yang terdapat dalam al- Qur’an

dan

al-hadis, sepanjang etika,

moral

dan

susila

itu

sejalan dengan al- Qur’an dan al-hadis tersebut.
Dengan demikian ajaran

akhlak disamping

memiliki nilai-nilai yang bersifat mutlak, absolute, dan
universal sebagaimana terdapat dalam al -Qur’an dan alhadis, juga menerima ajaran yang bersifat rasional, lokal
dan

cultural. Sehingga ajaran

islam

dapat

hadir

dan

diterima oleh se luruh lapisan sosial.
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative,
karena bergantung pada pandangan dan penilaian masingmasing yang merumuskannya. Dengn demikian nilai baik
atau buruk bersifat subyektif karena bergantung kepada
individu yang menilainya.
Aliran filsafat yang

mempengaruhi pemikiran

akhlak tersebut adalah Baik Buruk Menurut Aliran Adat
Istiadat (Sosialisme), Baik
Hendonisme, Baik
(Humanisme),

Buruk

Baik

Buruk

Menurut Aliran

Menurut Paham Intuisisme
Buruk

Utilitarianisme, Baik Buruk
Baik

Buruk

Menurut

Paham

Menurut Paham Vitalisme,

Menurut Paham Religiosisme, dan Baik

Buruk Menurut Paham Evolusi.
B. Saran
Demikianlah
Buruk

dalam

makalah

tentang

“Baik

dan

Perspektif Etika, Moral dan Susila” kami

sampaikan. Kami

menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna, maka dari itu kami sangat berharap
kritik dan saran kalian semua, agar menjadi pembelajaran
bagi kami untuk kedepannya agar menjadi lebih baik. Atas
partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

D
A
FT
A
R
P
U
ST
A
K
A

Amin, Ahmad. 1983. Etika (Ilmu Akhlak).
Jakarta: Bulan Bintang. Anwar, Rosihon. 2010.
Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. 2017. Cet. 15. Akhlak Tasawuf dan
Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers.