Analisis Novel Midah Si Manis Bergigi Em

ANALISIS NOVEL “MIDAH SI MANIS BERGIGI EMAS”
MENGGUNAKAN KERANGKA SOSIOLOGI SASTRA
Disusun guna memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Kritik Sastra
Dosen Pengampu: Sumartini, S.S., M.A.

Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Ahmad Burhanuddin
Diah Puspitaningrum
Fuad Akbar Adi
Khoyriyah Asadah
Tri Mulyani
Kelompok : 10

(2101412110)
(2101412116)

(2101413065)
(2101413091)
(2101413095)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

PRAKATA
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
beliau kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Anisisi Novel Midah Si Manis
Bergigi Emas”. Dengan

harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan

referensi bagi kita sekaligus manfaat apabila kita mempelajari pelajaran ini.
Makalah ini juga sebagai persyaratan tugas pada mata kuliah Kritik Sastra.Akhir kata,
semoga bisa bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar,dan umum,khususnya pada kelompok
kami dan semua yang membaca makalah ini semoga bisa di pergunakan dengan semestinya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penulis

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………………….
PRAKATA
………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH
……………………………………………………...
C. TUJUAN
………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. SINOPSIS
………………………………………………………….
B. LANDASAN TEORI ………………………………………………………….
C. HASIL ANALISIS
………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN …………………………………………………………………...
B. SARAN
…………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………

3

1
2
3
4
4
4

5
6
10
17
17
18

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sastra lahir, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Karya sastra diciptakan
pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra
menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial.
Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk menaruh minat terhadap masalah
manusia dan kemanusiaan juga menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung
sepanjang hari dan sepanjang zaman. Pengungkapan realitas kehidupan tersebut
menggunakan bahasa yang indah, sehingga dapat menyentuh emosi pembaca.
Sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat sepertii halnya sosiologi.
Usaha manusia untuk menyelesaikan diri dan usahannya dalam masyarakat itu.

Hubungan manusia dengan keluargannya, lingkungannya, politik, negara, dan
sebagainya. Dalam penelitian murni, jelas tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur
sosial, ekonomi dan politik yang juga menjadi urusa sosiologi. Penulis menggunakan
kerangka sosiologi sastra dalam menganilisis novel “Midah Si Manis Bergigi Emas”
Karya Pramoedya Ananta Toer. Penulis bertujuan untuk mengetahui kehidupan yang
terjadi dalam novel ini dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat pada saat ini.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep sosiologi sastra?
b. Apakah hasil analisis novel Midah Si Manis Bergigi Emas menggunakan kerangka
sosilogi Sastra?
C. TUJUAN
a. Mengetahui konsep sosiologi sastra
b. Menganalisis isi novel Midah Si Manis Bergigi Emas

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. SINOPSIS
Judul : Midah, Si Manis Bergigi Emas

Karya : Pramoedya Ananta Toer
Midah adalah putri tunggal dari Haji Abdul, seorang pedangan di Cibatok. Ia
merupakan anak tunggal, sehingga ia sangat disayang dan dimanja oleh keluarganya.
Hingga saat Midah berusia 9 tahun, ibunya melahirkan anak lagi. Otomatis kasih sayang
kedua orang tuanya mulai terbagi. Kemudian lahir pula adik-adik Midah yang lain, dan
kasih sayang kedua orang tuanya berkurang dan hampir tidak diperhatikan. Hal ini
membuat Midah tidak betah di rumah, sering keluar rumah, dan pulang telat, tetapi
anehnya, orang tua Midah tidak pernah menegur perbuatannya. Akhirnya Midah semakin
jarang pulang ke rumah. Ia mulai tertarik dengan lagu-lagu keroncong yang dibawakan
pengamen para jalanan dan Midah pun membeli beberapa piringan hitam yang berisi lagu
keroncong. Saat Midah menyanyikannya, Haji Abdul yang alim terkejut. Baginya
keronconh itu haram, lalu dihancurkannya piringan hitam Midah. ak hanya itu, Midah
juga ditampar dan dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya. Beberapa waktu kemudian,
Midah dijodohkan oleh orang tuanya dengan Haji Terbus dari Cibatok. Namun, Midah
merasa kecewa karena ternyata Haji Terbus telah beristri banyak.
Setelah 3 bulan menikah, Midah kabur dari rumahnya. Ia menginap di rumah bekas
pembantunya, Riah. Karena jauh dari orang tua, Midah memutuskan berbagung dengan
kelompok pengamen jalanan. Ia lalu mendapat julukan Si Manis. Midah pun mulai
mengenal pergaulan bebas, hingga akhirnya dia hamil dan Midah tidak mau menyebutkan
siapa bapaknya. Hinggan usia kandungan 9 bulan lebuh, Midah lalu melahirkan anaknya.

setelah merasa kuat usai proses persalinan, Midah kembelai ke gerombolan pengamen
yang dulu bersamanya, tetapi sambutan kurang hangat yang diterimanya. Bayinya dihina
oleh seorang pengamen wanita dari kelompoknya. Midah marah, baginya bayi itu tidak
bersalah. suatu hari Midah dan gerombolannya mendapat tawaran menyanyi di radio dari
polisi Ahmad, namun tawaran tersebut fiktif. Midah pun mengganti beberapa giginya
dengan gigi emas, namun sayang dia akhirnya diusir dari gerombolannya.

5

Di lain pihak, Haji Abdul jatuh sakit mendengan Midah menjadi pengamen jalanan.
Midah akhirnya pindah ke Jatinegara karena takut ditemukan orang tuanya. Di sana, ia
mengamen dengan menggendong anaknya. Tak disangka, ia bertemu dengan polisis
Ahmad lagi dan ia diajak menginap di rumah polisi itu. Awalnya ia tidak curiga
sedikitpun pada polisi itu. Midah malah jatuh cinta padanya. Mereka berdua pun hidup
layaknya suami-istri. Mereka semakin tenggelam dalam dosa. Sementara itu, ibu Midah
mendapat informasi rumah Midah, lalu mendatanginya. Namun yang dijumpainya di
rumah Midah hanya Ibu Ahmad dan anak Midah, Rodjali. Ibu Midah lalu membawa
Rodjali pulang kerumahnya dan merawatnya. Haji Abdul merasa senang melihat
kedatangan cucunya. Di lain sisi, Midah diketahui hamil lagi. Ia meminta pertanggung
jawaban dari Ahmad, tapi Ahmad tidak mengakuinya. Kini Midah sadar bahwa Ahmad

adalah lelaki pengecut. Karena putus asa, Midah akhirnya kembali ke rumah orang tuanya
dan menceritaka semua kejadian yang menimpanya. Orang tuanya hanya bisa pasrah dan
berdoa setiap harinya. Lebih parah lagi, para tetangganya mulai menghina Midah.
Sekarang situasi berubah, Haji Abdul dianggap sebagai orang pintar, danmulai banyak
orang yang berkunjung ke rumahnya. Midah pun pergi dari rumahnya karena dia ingin
tidak mencemarkan nama baik ayahnya. Sebelum pergi, Midah mengatakan bahwa anak
yang dikandungnya adalah lahir dari cinta, beda dengan ketika Midah mengandung bayi
dari Hati Terbus.
Waktu terus berlalu, setelah lewat 9 bulan, sang bayi pun lahir dan Midah
menggendongnya kemana-mana sambil mencari pekerjaan. Akhirnya pekerjaan lamanya
sebagai penyanyi radio kembali ia dapat. Namun, sekarang Midah tidak hanya menjadi
penyanyi, dia juga menjadi pelacur. Midah tidak lagi memikirkan dosa. Setelah menjadi
terkenal melalui radio, Midah kemudian mulai menggeluti dunia film. Dia juga sukses
karena dia memiliki wajah yang manis dan terkenal dimana-mana.
B. LANDASAN TEORI
1. Sosiologi Sastra
Sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam
masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Oleh
karenanya


sosiologi

berusaha

menjawab

pertanyaan

mengenai

masyarakat

dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup.
Gambaran ini akan menjelaskan cara-cara manusia menyesuaiakan diri dengan
ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme
6

sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu
dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan tertentu dalam strutur sosial. Di
samping itu sosiologi juga menyangkut mengani perubahan-perubahan sosial yang

terjadi secara berangsur-angsur maupun secara revolusioner dengan akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut (Damono, 1978).
2. Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra
a. Konteks Sosial Pengarang
Konteks sosial sastrawan ada hubungannya dengan posisi sosial sastrawan
dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam bidang
pokok ini termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya
sastranya. Oleh karena itu, yang terutama diteliti adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana sastrawan mendapatkan mata pencaharian; apakah ia menerima
bantuan dari pengayom atau dari masyarakat secara langsung atau bekerja
rangkap.
2) Profesionalisme dalam kepengarangan; sejauh mana sastrawan menganggap
pekerjaannya sebagai suatu profesi.
3) Masyarakat yang dituju oleh sastrawan. Dalam hal ini, kaitannya antara
sastrawan dan masyarakat sangat penting sebab seringkali didapati bahwa
macam masyarakat yang dituju itu menentukan bentuk dan isi karya sastra
mereka (Damono, 1979: 3-4).
b. Sastra Sebagai Cermin Masyarakat
Sastra sebagai cermin masyarakat yaitu sejauh mana sastra dianggap sebagai
mencerminkan keadaan masyarakatnya. Kata “cermin” di sini dapat menimbulkan

gambaran yang kabur, dan oleh karenanya

sering disalahartikan dan

disalahgunakan. Dalam hubungan ini, terutama harus mendapatkan perhatian
adalah.
1) Sastra mungkin dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ia
ditulis, sebab banyak ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu
sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis.
2) Sifat “lain dari yang lain” seorang sastrawan sering mempengaruhi pemilihan
dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya.
3) Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan
bukan sikap sosial seluruh masyarakat.
4) Sastra yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang secermatcermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya atau diterima sebagai cermin
7

masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya sastra yang sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan masyarakat secara teliti
barangkali masih dapat dipercaya sebagai bahan untuk mengetahui keadaan
masyarakat. Pandangan sosial sastrawan harus diperhatikan apabila sastra
akan dinilai sebagai cermin masyarakat (Damono, 1979: 4).
c. Fungsi Sosial Sastra
Pendekatan sosiologi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
“Sampai berapa jauh nilai sastra berkait dengan nilai sosial?”, dan “Sampai berapa
jauh nilai sastra dipengaruhi nilai sosial?” ada tiga hal yang harus diperhatikan.
1) Sudut pandang yang menganggap bahwa sastra sama derajatnya dengan karya
pendeta atau nabi. Dalam pandangan ini, tercakup juga pandangan bahwa
sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak.
2) Sudut pandang lain yang menganggap bahwa sastra bertugas sebagai
penghibur belaka. Dalam hal ini gagasan-gagasan seni untuk seni misalnya,
tidak ada bedanya dengan usaha untuk melariskan dagangan agar menjadi best
seller.
3) Sudut pandang kompromistis seperti tergambar sastra harus mengajarkan
dengan cara menghibur (Damono, 1979: 4).
Apabila dikaitkan dengan sastra maka terdapat tiga pendekatan; Pertama,
konteks sosial pengarang. Hal ini berhubungan dengan sosial sastrawan dalam
masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam pokok ini
termasuk pula faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai
perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Hal yang
terutama di teliti dalam pendekatan ini adalah: (a) bagaimana pengarang
mendapatkan mata pencaharian (b) sejauh mana pengarang menganggap
pekerjaannya sebagai profesi dan (c) mayarakat yang dituju oleh pengarang.
Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Hal yang terutama di teliti dalam
pendekatan ini adalah (a) sejauh mana sifat pribadi pengarang mempengaruhi
gambaran masyarakat yang ingin disampaikan (c) sejauh mana genre sastra
yang digunakan pengarang dapat mewakili seluruh masyarakat. Ketiga, fungsi
sosial sastra. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang menjadi perhatian (a)
sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakatnya (b)
sejauh mana pengarang hanya berfungsi sebagai penghibur saja dan (c) sejuah
8

mana terjadi sintesis antara kemungkinan point a dan b diatas (Damono,
1978).
3. Sastra dan Masyarakat
Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu
memberi pengaruh terhadap masyarakat (Semi, 1990: 73). Sastra dapat dikatakan
sebagai cerminan masyarakat, tetapi tidak berarti struktur masyarakat seluruhnya
tergambarkan dalam sastra, yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah
masyarakat secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan
berperan sebagai mikrokosmos sosial, seperti lingkungan bangsawan, penguasa,
gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya. Sastra sebagai gambaran masyarakat
bukan berarti karya sastra tersebut menggambarkan keseluruhan warna dan rupa
masyarakat yang ada pada masa tertentu dengan permasalahan tertentu pula.
Novel merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap
cerminan masyarakat.
Sketsa kehidupan yang tergambar dalam novel akan memberi pengalaman
baru bagi pembacanya, karena apa yang ada dalam masyarakat tidak sama persis
dengan apa yang ada dalam karya sastra. Hal ini dapat diartikan pula bahwa
pengalaman yang diperoleh pembaca akan membawa dampak sosial bagi pembacanya
melalui penafsiran-penafsirannya. Pembaca akan memperoleh hal-hal yang mungkin
tidak diperolehnya dalam kehidupan. Menurut Hauser (Ratna, 2003: 63), karya seni
sastra memberikan lebih banyak kemungkinan dipengaruhi oleh masyarakat, daripada
mempengaruhinya.
Sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat, sebenarnya erat kaitannya
dengan kedudukan pengarang sebagai anggota masyarakat. Sehingga secara langsung
atau tidak langsung daya khayalnya dipengaruhi oleh pengalaman manusiawinya
dalam lingkungan hidupnya. Pengarang hidup dan berelasi dengan orang lain di dalam
komunitas masyarakatnya, maka tidaklah heran apabila terjadi interaksi dan interelasi
antara pengarang dan masyarakat.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan
erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan
masyarakat, sebagai berikut.Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh
tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota
masyarakat.

9

1. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap espek-aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi
masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah
kemasyarakatan.
2. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain,
dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat
jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
3. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menentukan citra dirinya dalam suatu karya (Ratna, 2006: 322-333).
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra
adalah salah satu pendekatan untuk mengurai karya sastra yang mengupas masalah
hubungan antara pengarang dengan masyarakat, hasil berupa karya sastra dengan
masyarakat, dan hubungan pengaruh karya sastra terhadap pembaca. Namun dalam
kajian ini hanya dibatasi dalam kajian mengenai gambaran pengarang melalui karya
sastra mengenai kondisi suatu masyarakat.
C. HASIL ANALISIS
Berdasarkan landasan teori tersebut, penulis akan menganalisis gambaran atau potret
sosial yang terdapat dalam novel Midah Si Manis Bergigi Emas. Penulis menggunakan
teori Wellek & Warren yang mengklasifikasikan 3 ranah penelahaan sosiologi dalam
novel Midah Si Manis Bergigi Emas yakni :
1. Sosiologi Pengarang
Sosiologi pengarang yakni memasalahkan tentang status sosial, ideologi politik
dan lain – lain yang menyangkut diri pengarang. Novel Midah Si Manis Bergigi Emas
merupakan karya Pramoedya Ananta Toer. Pram berusaha menggambarkan kondisi
masyarakat pada masa itu secara detil dan rinci melalui kata-kata dalam novel.
Kondisi yang digambarkan merupakan kondisi yang benar-benar terjadi dalam
kehidupan nyata. Hanya saja Pram menambahkan unsur-unsur fiksi di dalamnya.
2. Sosilogi karya sastra
a. Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena
anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai
dengan peranan sosialnya (Wiliam J. Goode, dalam Soerjono Soekanto, 1990:
10

370). Disorganisasi yang tergambar dalam novel Midah Si Manis Bergigi Emas
yakni beralihnya perhatian orang tua terhadapnya anaknya. Pada awalnya Midah
menjadi anak yang dibanggakan dan dipuja-puja. Namun semenjak kehadiran
adik-adiknya Midah tidak diperhatikan lagi oleh keluarganya dan malah
diacuhkan. Hubungan antara orang tua dan anak yang semakin jauh ini
menyebabkan anak tersebut tidak lagi senang tinggal di rumah. Begitu pula
dengan Midah. Ia tidak mendapat sesuatu lagi dari ibu dan bapaknya—sesuatu
yang dahulu indah dan nikmat. Ia mencari yang indah dan nikmat itu di luar
rumahnya Seperti dalam kutipan :
... Sejak kelahiran si adik ia tidak mendapat perhatian dari bapak juga dari emak.
Berbagai lagak dan laguk ia perlihatkan tapi semua luput. ... (halaman 15)
Klimaks dari disorganisasi keluarga ini ketika Midah ditampar oleh ayahnya
sendiri karena memutar lagu keroncong di rumahnya. Tamparan ayahnya justru
membuat Midah lebih sakit hati dari pada menyakiti badannya. Dapat dilihat
dalam kutipan berikut ini :
... dan waktu dilihatnya Midah masih asyik mengiringi lagu itu, ia tampar gadis
itu pada pipinya. Midah terjatuh di lantai. Kekagetan lebih terasa padaya dari
pada kesakitan. Ia pandangi bapaknya yang bermata merah di depannya,
kemudian dengan ketakutan ia bangun. Ia menangis perlahan. Dan waktu dilihat
mata bapaknya masik mendelikinya, ia menjerit ketakutan. ... (halaman 18)
Disorganisasi keluarga juga terjadi pada rumah tangga Midah dengan Hadji
Terbus, tidak adanya kejujuran diantara mereka membuat Midah merasa
terbohongi karena ternyata Hadji Terbus telah memiliki istri banyak. Sehingga
Midah memilih untuk meninggalkan suaminya dengan keadaan hamil 3 bulan.
... apalagi setelah diketahuinya bahwa Hadji Terbus bukan bujang dan bukan
muda. Bininya telah tersebar banyak diseluruh Cibatok. Ini diketahuinya waktu ia
mengandung tiga bulan. Waktu ia tak sanggup lagi menanggung segalanya,
dengan diam-diam ia kembali ke Jakarta. Tetapi tak berani ia terus ke rumah
orang tuanya. ... (halaman 21)
b. Perjodohan

11

Pada novel ini ditemukan realitas bahwa masyarakat pada masa itu masih
mengenal adat perjodohan. Hadji Abdul mengharuskan Midah mendapatkan jodoh
yang berasal dari Cibatok dan telah bergelar Hadji. Midah dijodohkan dengan
Hadji Terbus. Seorang Hadji di Cibatok yang memiliki harta berlimpah. Seperti
pada kutipan :
...
I”Midah, sekarang engkau sudah besar. Sebentar lagi kawin. Jangan kira engkau
tidak cantik. Sudah banyak bapakmu menerima lamaran. Tapi bapakmu hanya
mau menerima lamaran kalau ada hadji dari Cibatok yang mengerjakannya. ...
...
I... Idemikian pada suatu hari yang mendung, Midah dikawinkan dengan Hadji
Terbus dari Cibatok. ... (halaman 20)
c.

Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut (Soerjono Soekanto, 1990:365). Menurut sejarah, keadaan kaya dan
miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya
perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang
baru. Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problem
sosial karena sikap yang membentuk kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa
miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan. Tetapi merasa harta
miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal
ini terlihat di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta. Pada novel ini terlihat
pada :

... Waktu pagi-pagi bangun ia merasa lelah. Sejak hari itu ia tidak ikut bekerja
dan mencoba menghemat simpanannya sedapat mungkin. Ia kuranngi
makannya. ... (halaman 48)
Dalam kondisi yang seadanya Midah berusaha sebisa mungkin untuk mencukupi
kebutuhannya dengan segala cara.

12

Selain itu juga terdapat pada kutipan :
.... Orang yang dahulu selalu merasa puas akan dirinya, akan kejayaan dan
kebenaran dirinya ini kini mengalami ketumbangan segala : perusahaan, iman,
hari depan, dan kebesaran yang hendak pamerkannya di kampung asalnya
Cibatok. .... (halaman 68)
Hadji Abdul sikapnya berubah setelah kemiskinan menimpa dirinya.
d. Pelacuran
Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan
diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan
mendapat upah (Soerjono Soekanto, 1990:374). Apakah pelacuran merupakan
masalah sosial atau tidak, tidak akan dipersoalkan di sini. Yang penting adalah
bahwa soal tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap moral. Pelacuran yang
dijumpai di kota Jakarta misalnya (dan juga di kota-kota besar lainnya) dikatakan
bukan masalah sosial utama, karena pengaruhnya terhadap ekonomi negara,
stabilitas politik, kebudayaan bangsa atau kekuatan nasional kecil sekali. Pada
novel ini dikisahkan bahwa Midah akhirnya menjadi seorang pelacur karena
kekecewaannya pada lelaki. Terlihat pada kutipan :
... sekali ia hidup untuk beberapa bulan di villa peristirahatan dengan hartawan
Indonesia, tionghoa, Arab dan bangsa apalagi yang tidak. ... (halaman 132)
Pada kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Midah akhirnya melacur.

13

e. Perbedaan persepsi
Persepsi yang berbeda dari setiap orang kadangg kala menimbulkan sebuah
konflik. bukti adanya perbedaan persepsi dalam novel ini dapat dilihat pada
kejadian ketika Midah mulai menyukai lagu keroncong. Kesukaannya pada lagu
Mesir itu juga mengalami perubahan. Dalam pengembaraannya di sekitar
Kampung Duri, Jakarta—tempat ia tinggal sejak dilahirkan—ia menemukan satu
rombongan pengamen kroncong. Situasi demikian menandakan

perbedaan

pandangan atau pemahaman antara Hadji Abdul dan Midah. Perbedaan itu
kemudian menunjukkan adanya kekuasaan atas kelompok yang dianggap lemah.
Hadji Abdul tampak melakukan dominasi dengan melakukan tindakan kekerasan,
namun perlu dicurigai bahwa di dalamnya juga ada bentuk-bentuk kepemimpinan
moral dan intelektual atas kelas yang dianggap lemah.
f. Ironi sosial
Ironi sosial adalah kondisi dimana kondisi yang diharapkan tidak sesuai
dengan kenyataan yang terjadi. yang tercermin dalam novel ini terlihat pula pada
saat Midah melahirkan di rumah sakit. Kondisi Rumah sakit tersebut sangat
kurang fasilitas. Terbukti pada kutipan berikut :
... dari sana sini terdengar keluhan. Dan waktu Midah melihat tiga ulat mati
dalam kangkungnya, ia letakkan kembali makanan itu di mejanya. ... (halaman
53)
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan kondisi yang seharusnya dengan
kenyataannya. Rumah Sakit yang seharusnya menjadi tempat yang bersih dan
steril malah ditemukan kejadian demikian.
3. Sosiologi Sastra
Sosiologi

sastra

merupakan

kajian

ilmiah

dan

objektif

mengenai manusia dalam masyarakat , mengenai lembaga dan
proses sosial . Sosiologi mengkaji struktur sosial dan proses sosial
termasuk
mempelajari

didalamnya
lembaga

perubahan-perubahan
sosial.

agama,

ekonomi,

sosial
politik

yang
dan

sebagainya secara bersamaan dan membentuk struktur sosial guna
memperoleh gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan
14

diri

dengan

lingkungannya,

mekanisme

kemasyarakatan

dan

kebudayaan.
1. Penilaian negatif terhadap seni tarik suara musik keroncong
Dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas terdapat penilaian negative terhadap
seni tarik suara khususnya pada music keroncong. Musik keroncong dianggap
sebagai musik haram yang dibawakan oleh orang-orang jalanan yang mempunyai
adab dan pergaulan yang buruk. Ditunjukkan oleh reaksi Haji Abdul yang
mengetahui Midah memutar music keroncong yang kemudian membuat Haji
Abdul murka.
Mendengar Mores komelayang-layang di rumahnya, jauh-jauh Bapak sudah
berteriak dengan suara kejam: “Haram! Haram! Siapa memutar lagu itu di
rumah” dan waktu dilihatnya, Midah masih asyik mengiringi lagu itu, ia tampar
gadis itu dipipinya. Midah terjatuh di lantai. (halaman 18)
Selain itu, kejadian lain yang membuat music keroncong terlihat negative yaitu
pergaulan yang terjadi pada para anggota music keroncong yang tidak
membedakan jenis kelamin. Anggota pengamen keroncong pun gemar melakukan
perjudian, dan segala tindakan asusila.
…Di malam hari, di kala anggota-anggota gerombolan mengembara mencari
saluran hawa nafsunya, atau sedang bergulat mesra dengan Nini atau sedang
berjudi di bawah lampu listrik yang redup itu, ia berdoa di pojok-pojok kamar.
(halaman 45)
Dari fenomena-fenomena yang diceritakan dalam novel Midah, Simanis Bergigi
Emas berkaitan dengan pengamen keroncong, membawa pembaca pada penilaian
yang negatif pula terhadap para pengamen music keroncong.
2. Fenomena lembaga kesehatan yang memandang dari uang
Beberapa kejadian dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas menjelaskan
adanya fenomena dibidang kesehatan terutama tentang pelayanan pada lembaga
kesehatan yang selalu memandang baiknya pelayanan dilihat dari penampilan
fisik saja. Dijelaskan dari kejadian Midah yang melahirkan anaknya di Rumah
Sakit, namun dibuat rumit oleh perawat karena Midah dating sendiri untuk
melahirkan. Kedatangan Midah yang seorang diri ini membuat pandangan
meragukan dari para perawat untuk member pelayanan yang baik. Selain itu,
Midah juga enggan memberitahu identitasnya saat ditanya oleh bidan yang
melayaninya.
…Waktu sakit pertama menyerang perutnya, buru-buru ia pergi ke Rumah Sakit.
Tetapi alangkah kagetnya, waktu diketahuinya, bahwa tidak segampang yang
dikira-kirakannya untuk dapa tmelahirkan di situ….
15

…..Berkali-kali iabilang, bahwa ia sanggup membayar biaya perawatan
melahirkan, tetapi segala usahanya tidak berhasil. (halaman 48-49)
3. Hubungan antara orang tua dan anak
Orang tua akan selalu melindungi dan menjaga anaknya, seburuk apapun keadaan
yang dialami oleh anak, orang tua senantiasa menyayangi darah dagingnya.
Seperti kejadian yang digambarkan dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas
ketika Midah selalu melindungi anaknya yang masih dalam kandungan serta
ketika anaknya sudah terlahir dan selalu dicaci oleh orang lain sebagai orok
jahanam dan anjing kesakitan. Midah yang selalu memberanikan diri untuk
melawan orang-orang setiap kali anaknya dihina.
Omong kosong, seru yang lain. Yang kedengaran bukan nyanyianmu, tapi tangis
si orok jahanam itu!
Jahanam? Engkau jahanam anakku?(halaman 58)
Selain hubungan antara orang tua dan anak antara Midah dengan anaknya Djali
yang selalu penuh dengan kasih sayang, hubungan orang tua dan anak yang
disorot dalam cerita Midah adalah hubungan Midah dengan orang tuanya Haji
Abdul dan Nyonya Abdul. Sebagaimana jeleknya kelakuan dan kejadian yang
dialami Midah, orang tua Midah akhirnya menyesali perbuatan yang telah
dilakukan hingga membuat Midah menjalani hidup yang penuh derita.
….Haji Abdul sendiri memerlukan ikut campurtangan dalam mencari anaknya. Ia
terus berjalan kaki dari kampong kekampung, dari jalan ke jalan….
Perusahaannya dibiarkannya terlantar. Tiap hari kerjanya hanya mencari
anaknya. (halaman 67-68)
Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas
mengenai hubungan orang tua dan anak membuat pembaca dapat mengambil
pelajaran untuk dapat menjalani hubungan orangtua dan anak yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB III
PENUTUP
3.1.

SIMPULAN
Sosiologi sastra merupakan kajian ilmiah dan objektif mengenai
manusia dalam masyarakat , mengenai lembaga dan proses sosial.
16

Pendekatan yang memandang tentang pandangan pembaca dan
pengaruhnya dengan keadaan social masyarakat. Sosiologi sastra
dibagi menjadi 3 yaitu sosiologi pengarang yang menerangkan tentang
bagaimana keadaan sosiologi pengarang dilihat dari karya sastra yang
dihasilkannya ketika membuat karya sastra tersebut. Selain sosiologi
pengarang, juga terdapat sosiologi sastra, yang melihat keadaan
sosiologi yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri, serta sosiologi
pembaca

yaitu tentang keadaan pembaca dan pengaruh yang

didapatkan berkaitan dengan sosiologi masyarakat.
Novel Midah, Simanis Bergigi Emas merupakan novel karya Pramoedya Ananta Toer
yang menceritakan tentang kehidupan seorang wanita yang ingin hidup bebas karena efek
dari kehidupan keluarga yang tak lagi bahagia seperti ketika ia masih kecil dan masih
menjadi seorangang anak tunggal dan hanya satu-satunya sumber kebahagiaan orang
tuanya. Namun kebebasan yang ia dapatkan adalah kebebasan yang tidak sejalan dengan
baiknya keadaan orang tuanya.
Dalam novel tersebut memuat keadaan sosial yang bermacam-macam dan merupakan
keadaan sosial yang sesuai dengan keadaaan nyata yang ada. Keadaan social masyarakat
yang terdapat dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas menjadi sindiran-sindiran
tersendiri untuk para pembaca terhadap fenomena sosial yang sekarang ini terjadi.
3.2.

SARAN
Dalam analisis karya sastra berdasarkan sosiologi sastra, harus memperhatikan
dengan baik tentang segala aspek. Mampu menghubungkan antara pengarang, karya
sastra, dan pembaca dengan kehidupan social atau keadaan social kemasyarakatan yang
ada dan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Toer, Pramodya Ananta. 2010. Midah Simanis Bergigi Emas. Jakarta:
Lentera Dipantara.

http://skripsi-konsultasi.blogspot.com/2009/07/pendekatan-sosiologi-sastrasebagai.html (Diakses pada 2 Juli 2015 pukul 10.00 WIB)

17

18

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63