BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi aset tetap pada perusahaan sektor manufaktur Di bei tahun 2014-2017 - Perbanas Institutional Repository

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut (Irham, 2014:31). Unsur-unsur pokok dalam laporan keuangan adalah aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban.

  Setiap perusahaan pada dasarnya pasti memiliki sejumlah aset yang berguna untuk menghasilkan suatu produk. Tanpa adanya suatu aset dalam suatu perusahaan, membuat perusahaan tidak dapat menghasilkan suatu produk untuk dijual. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, peran suatu aset dalam perusahaan sangatlah penting. Pada umumnya aset dalam suatu perusahaan dapat berupa kendaraan, mesin, bangunan, dan lain-lain (Rusdianto,2012:256)

  Aset dapat dikelompokkan menjadi aset lancar, aset tidak berwujud, dan aset berwujud. Menurut PSAK 16 (IAI 2015), Definisi aset tetap adalah aset berwujud yang: a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan Pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal dalam PSAK Nomor 16 tahun 2015 dijelaskan bahwa “Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelas yang sama”. Terdapat beberapa perbedaan perlakuan revaluasi secara pajak dan akuntansi. Menurut sisi perpajakan, revaluasi hanya dilakukan pada suatu titik tertentu dan diperbolehkan melakukan revaluasi lagi untuk jangka 5 tahun kedepan (Waluyo, 2011:197). Sedangkan PSAK 16 mengatur bahwa apabila perusahaan memilih model revaluasi aset tetap maka perubahan kebijakan aktiva tersebut harus dilakukan secara konsisten untuk meyakinkan jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari nilai wajar. Revaluasi harus dilakukan secara reguler dan harus dilakukan untuk seluruh aset dalam kelompok yang sama. Ada dua syarat untuk melakukan revaluasi dalam sisi akuntansi yang terdapat dalam PSAK

  16. Pertama dilakukan untuk seluruh class of asset. Artinya jika satu aset direvaluasi, hal itu juga harus dilakukan terhadap aset di kelas yang sama. Syarat kedua, ketika entitas telah memilih untuk melakukan revaluasi, entitas tersebut tidak bisa kembali ke model historical cost atau yang disebut model biaya.

  Asumsinya informasi fair value ini lebih relevan dibanding informasi historical cost.Pengertian model biaya menurut PSAK Nomor 16 tahun 2015adalah setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Menurut PSAK Nomor 16 tahun 2015 revaluasi adalah setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Jika jumlah tercatat suatu aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Akan tetapi, kenaikan tersebut diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset yang sama akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Akan tetapi, penurunan nilai tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain sepanjangtidak melebihi saldo surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain tersebut mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

  Aset tetap yang dimiliki perusahaan biasanya memiliki nilai yang cukup material dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan tersebut.

  Karena itu, metode penilaian dan penyajian aset tetap perusahaan akan berpengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Rudianto, 2012:257).

  Tujuan utama penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih wajar

  (Waluyo, 2011:191). Tujuan lain dari revaluasi aset tetap adalah untuk memperbaiki posisi keuangan suatu perusahaan karena selisih dari penilaian kembali suatu aset tetap dapat meningkatkan struktur modal sendiri (Cut Annisa dan Musfiari, 2016).

  Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan PSAK 16: terkait Aset Tetap. Sejak proses konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standars) tahap I pada 2012 lalu, sudah terdapat panduan bagi entitas yang ingin melakukan revaluasi aset di Indonesia. Namun masih terdapat keengganan dari entitas untuk merevaluasi aset tetap secara akuntansi karena entitas khawatir harus membayar mahal biaya penilai publik atau takut implikasi pajaknya. PSAK sebenarnya sudah mendukung kebijakan pemerintah mengenai revaluasi aset tetap. Revaluasi ini dilakukan untuk memperbaiki neraca entitas dan tidak akan ada penambahkan cash flow perusahaan yang telah melakukan revaluasi karena perhitungannya hanya dibuku.Terkait dengan terbitnya PMK 191 Tahun 2015, Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI memberikan klarifikasi bahwa revaluasi aset berdasarkan perpajakan harus dibedakan dengan revaluasi berdasarkan akuntansi. Anggota DPN IAI, Rosita Uli Sinaga berpendapat, apabila suatu perusahaan ingin melakukan revaluasi berdasarkan perpajakan saja diperbolehkan atau melakukan revaluasi baik secara perpajakan dan secara akuntansi. Jika suatu perusahaan akan melakukan revaluasi untuk tujuan perpajakan harus mengikuti ketentuan perpajakan, sedangkan revaluasi untuk tujuan akuntansi harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, yaitu PSAK 16: Aset Tetap. Selasa 17/11/2015).

  Sri Mulyani menyampaikan DJKN (Dirktorat Jendral Kekayaan Negara) tahun ini akan meneruskan revaluasi aset negara. Beliau mengatakan bahwa saat ini revaluasi nilai aset negara terus dilakukan dan kenaikannya sangat signifikan. Tujuannya agar neraca keuangan negara semakin sesuai, dalam neraca utang hanya sebagian kecil. Menkeu Sri Mulyani berpesan agar penjaga keuangan negara harus tetap fokus bekerja, fokus untuk memperbaiki Indonesia, menjaga Indonesia menjadi lebih baik lagi, memiliki ambisi memperbaiki, dengan semangat yang makin tinggi. Beliau juga mengatakan bahwa apa yang kita lakukan saat ini, akan sangat besar pengaruhnya bagi rakyat dan Republik Indonesia. Pada sesi dialog dengan pegawai Kemenkeu, Dirjen Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata menyampaikan dari proses revaluasi 2017-2018, aset idle terus dilakukan identifikasi, meskipun masih banyak Kementerian/Lembaga (K/L) yang tidak mengakui asetnya idle krena K/L khawatir asetnya diambil alih oleh pengelola barang. “Setelah revaluasi, akan dilakukan pemanfaatan, dan aset negara diharapkan akan menjadi lebih baik,” ujarnya. Aset yang belum dikatagorikan BMN, eks. perusahaan minyak, lanjutnya, DJKN (Direktorat Jendral Kekayaan Negara) sudah mulai menarik sewa dari pemanfaatan kilang dan pemanfaatan dari tanah-tanah yang dipakai perusahaan minyak dari menyewakan tanah yang dipakai oleh beberapa perusahaan minyak, sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) semakin besar

  Ambisi pemerintah terkait revaluasi aset mulai terlihat jelas pada tahun 2016 ketika Presiden Jokowi mengajak semua perusahaan di Indonesia melakukan revaluasi aset pada tahun tersebut. Menurut Kepala Negara, Tujuan dari dilakukannya revaluasi aset adalah untuk mendongkrak perekonomian nasional agar lebih baik pada tahun 2016, karena hal tersebut akan menjadi kekuatan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi. Pada saat memberikan sambutan di acara Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jokowi mengajak semua perusahaan baik perusahaan kecil ataupun menengah untuk melakukan revaluasi aset.Revaluasi aset juga dapat dijadikan sebagai amunisi tambahan dalam mendorong perekonomian di tahun 2016.Hal ini terbukti dengan keberhasilan PLN dalam memperkuat permodalannya melalui revaluasi aset yang didapat dari selisih nilai aset setelah direvaluasi, yang dimasukkan dalam permodalan.Selain PLN, sejumlah BUMN seperti Pertamina, Bank Mandiri, BRI, BNI, Garuda Indonesia juga sedang melakukan revaluasi asetnya. Dalam satu tahun terakhir ini, banyak perusahaan yang mengalami penurunan penjualan sampai 30%. Banyak dari perusahaan itu juga yang terdampak dari anjloknya nilai tukar rupiah atas dolar AS. Dengan melakukan revaluasi aset, kondisi keuangan perusahaan dapat tertolong dari musibah kebangkrutan. Manfaat revaluasi aset lainnya, adalah naiknya biaya penyusutan pasca revaluasi yang dibebankan dalam laporan keuangan perusahaan dapat meringankan kewajiban perpajakan perusahaan tersebut selama tahun-tahun berjalan. Kemudian, dengan kinerja keuangan perusahaan yang meningkat jelas akan menarik minat para investor. Berbekal modal yang kuat, perusahaan bisa menjaring dana dari penawaran saham perdana, penerbitan obligasi, juga pinjaman bankSelasa 05/01/2016).

  Fenomena ini menjadi fenomena yang sangat menarik untuk diteliti, karena pemerintah saat ini telah antusias dalammenghimbau seluruh perusahaan untuk menerapkan kebijakan revaluasi aset tetap khususnya untuk perusahaan- perusahaan kecil, menengah, hingga perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.

  Berdasarkan data yang ada di Bursa Efek Indonesiapada tahun 2014 sampai tahun 2017, setiap tahunnya telah terjadi kenaikan jumlah beberapa perusahaan sector manufaktur yang telah melakukan revaluasi asetseperti tabel berikut.

TABEL 1.1 JUMLAH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

  (BEI) YANG MELAKUKAN REVALUASI ASET TAHUN 2014-2017 No Tahun Jumlah Perusahaan 1. 2014 5 perusahaan 2. 2015 16 perusahaan 3. 2016 24 perusahaan 4. 2017 29 perusahaan

  Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasil tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa setiap tahun terdapat kenaikan jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  (BEI) yang melakukan revaluasi aset. Peneliti ingin memperkuat motivasi para yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memilih kebijakan revaluasi aset tetap guna memperbaiki kondisi keuangan perusahaan sehingga mampu menarik minat para investor.

  Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang mendukung motivasi manajer untuk melakukan revaluasi aset tetap. Beberapa peneliti sebelumya juga berhasil menunjukkan beberapa faktor yang terbukti berpengaruh terhadap pilihan manajer untuk melakukan revaluasi aset tetap. Penelitian saat ini di motivasi oleh penelitian sebelumnya karena adanya Research Gap antara peneliti satu dengan peneliti lainnya.Hasil penelitian Tunggul dan Aria (2015) pada penelitiannya di perusahaan yang terdaftar di bursa saham beberapa Negara Asean menunjukkan adanya pengaruh rasio leverage, likuiditas, intensitas aset tetap dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Tabari dan Adi (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh rasio leverage terhadap keputusan manajer untuk melakukan revaluasi aset tetap di Perusahaan Tercatat Bursa Efek Teheran (TSE). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Missonier-Piera (2007)di perusahaan Swis yang berhasil membuktikan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap keputusan revaluasi aset tetap. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan revaluasi kebanyakan merupakan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi dan peluang investasi yang lebih kecil. Selain itu, Upward revaluation aset tetap akan meningkatkan nilai buku total asset yang dapat digunakan untuk meyakinkan kepercayaan kreditur sehingga pihak kreditur yakin untuk memberikan pinjaman akan meyakinkan pemberi pinjaman bahwa perusahaan dapat membayar utang.Akibatnya pihak yang meminjamkan (lender) akan melonggarkan batasannya dan menurunkan tingkat bunga utang (Seng dan Su, 2010).Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mario dan Erly(2015), Resti Yulistia, dkk (2015) dan Tay (2014) yang berhasil membuktikan bahwa tingkat

  leverage

  perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap.

  Kapasitas pinjaman perusahaan tidak hanya tergantung pada leverage tetapi juga pada kemampuan perusahaan untuk membayar utang . Likuiditasdapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Sofyan,2015:301). Hasil penelitian Tunggul dan Aria (2015) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina. Asumsinya adalah perusahaan dengan likuiditas tinggi akan lebih leluasa untuk mengambil kebijakan lain dikarenakan mereka tidak terbelenggu oleh masalah likuiditas. Hal ini yang membuat kemungkinan perusahaan yang memiliki likuiditas rendah semakin besar kemungkinan untuk memilih menggunakan metode revaluasi aset tetap. Berbeda dengan hasil penelitian Cut Annisa dan Musfiari (2015) dan Tay (2014) yang belum dapat membuktikan adanya pengaruh likuiditas terhadap keputusan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap.

  Intensitas aset tetap dihitung sebagai aset jangka panjang dibagi bahwa intensitas aset tetap berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Dari hasil penelitian Tunggul dan Aria (2015) juga dapat membuktikan bahwa intensitas aset tetap mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pilihan metode revaluasi aset tetap perusahaan.

  Argumennya adalah bahwa perusahaan dengan intensitas aset tetap yang tinggi cenderung akan lebih memprioritaskan metode pencatatan dan pengakuan aset tetap yang lebih mencerminkan nilai aset yang sesungguhnya. Berbeda dengan hasil penelitian Tabari dan Adi (2014) yang tidak menemukan adanya pengaruh intensitas asset tetap terhadap pilihan perusahaan di kroasia dalam melakukan revaluasi asset. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Resti Yulistia, dkk (2015) dan Seng dan Su (2010) yang juga tidak berhasil menemukan adanya pengaruh intensitas aset tetap terhadap pilihan perusahaan melakukan revaluasi asset.

  Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun (Seftianne, 2011). Hasil penelitian dari Tunggul dan Aria (2015) berhasil membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dan revaluasi aset. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tabari dan Adi (2014), Tay (2014) dan Seng dan Su (2007) bahwa ukuran perusahaan berhubungan signifikan terhadap keputusan manajemen untuk merevaluasi aset tetap.Upward asset revaluation merupakan cara efektif untuk menurunkan pelaporan laba melalui peningkatan biaya depresiasi sebagai akibat peningkatan revaluasi aset (Seng dan Su, 2010). laba perusahaan karena dengan dilakukannya revaluasi aset tetap akan meningkatkan nilai aset perusahaan, semakin tinggi nilai aset perusahaan maka akan semakin besar biaya depresiasinya, dengan semakin besar biaya depresiasi maka akan menurunkan laba perusahaan. Selain biaya depresiasi yang bertambah dibutuhkan biaya penilaian aset jika perusahaan melakukan revaluasi aset yang dapat menyebabkan semakin berkurangnya laba perusahaan.Mengurangnya labaperusahaan diharapkan dapat mengurangi biaya politik perusahaan, hal ini dikarenakan semakin besar perusahaan akan semakin di awasi dan semakin menarik perhatian publik dan pemerintah. Dengan laba yang tinggi juga dapat memikat perhatian dari pihak regulator untuk membuat kebijakan

  • – kebijakan yang baru. Jika perusahaan besar memiliki laba yang kecil diharapkan akan mengurangi pengawasan serta perhatian publik dan pemerintah. Diharapkan juga dengan laba yang kecil tidak akan menarik perhatian para pihak regulator untuk membuat kebijakan-kebijakan baru. Berbeda dengan hasil penelitian Cut Annisa dan Musfiari (2016), Mario dan Erly (2015), RestiYulistia, dkk (2014),Serta Missonier-Piera (2007)yang tidak dapat membuktikan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap.

  Penelitian ini penting untuk dilakukan karena selain terdapat Research

  Gap,

  Penelitian ini juga memberikan masukan kepada manajer perusahaan mengenai beberapa faktor apa saja yang perlu diperhatikanketika mereka akan memilih untuk melakukan revaluasi aset tetap. Diharapkan dengan dipilihnya metode revaluasi aset tetap dapat membantu dalam mendongkrak perekonomian sebelumnya, penelitian ini difokuskan pada revaluasi asset yang menimbulkan kenaikan pada asset tetap perusahaan (upward revaluation) karena akan menambah nilai asset tetap di laporan posisi keuangan perusahaan. Perusahaan melakukan upward revaluation untuk menyajikan situasi keuangan yang menguntungkan dapat menarik minat para investor dan dapat memperkuat peluang investasi mereka (Iatridis, 2011).

  Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, dan terdapatnya Research Gap. maka penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Revaluasi Aset Tetap Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di BEI Tahun 2014-

  2017” sebagai judul dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalampenelitian ini adalah :

  1. ApakahLeverage berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap ?

  2. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap ?

  3. Apakah Intensitas Aset Tetapberpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap?

4. Apakah Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap.

  2. Untuk menguji pengaruh likuiditasterhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap.

  3. Untuk menguji pengaruh intensitas aset tetap terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap.

  4. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap.

1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, maka manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengambil keputusan investasi pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  2. Bagi Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan perihal variabel- variabel yang perlu diperhatikan dalam upaya untuk memotivasi para manajer perusahaan agar memilih suatu kebijakan akuntansi yaitu kebijakan revaluasi aset tetap.

  3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai literatur mengenai revaluasi aset.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untukmengembangkan topik penelitian yang sama serta sebagai pembandingdengan hasil penelitian-penelitian selanjutnya.

  5. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu penulis yang diterima selama di perkuliahan mengenai leverage, likuiditas, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan dan revaluasi aset tetap.

1.5 Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan ini terbagi menjadi lima bab yang disusun secara sistematika sebagai berikut.

  BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang masalah,

  perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang akan diperoleh dan sistematika penulisan proposal.

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mencakup penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka

  pemikiran,dan sebagai akhir dari bab ini disampaikan hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini mencakup rancangan penelitian, batasan penelitian,

  identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, instrumen penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor - faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ke ojk Pada perusahaan pertambangan Yang terdaftar di bei Tahun 2014-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh operating capacity, leverage, dan likuiditas terhadap financial distress dengan ukuran perusahaan sebagai Variabel moderasi pada perusahaan sektor Pertambangan yang terdaftar Di bei tahun 2014-2016 - Perbanas Institutional

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor – faktor yang mempengaruhi internet financial reporting (ifr) pada sektor perbankan Di bursa efek indonesia (bei) - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham pada perusahaan yang terdaftar Di indeks lq 45 - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial Distress pada perusahaan manufaktur sektor Industri tekstil dan garmen yang Terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan Manufaktur di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang listing di bei periode 2012-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan melalui internet financial reporting Pada perusahaan pertambangan di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

Faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi aset tetap pada perusahaan sektor manufaktur Di bei tahun 2014-2017 - Perbanas Institutional Repository

0 0 13