Analisis data dasar Rangkuman (1)

BAB I
LANDASAN TEORI
Berikut merupakan teori-teori pendukung yang digunakan dalam pengerjaan
laporan modul 1 “Analisis Data Dasar dan Perencanaan Kebutuhan Material, Mesin,
dan Peralatan dari modul Process Layout.

1.1

Perencanaan Fasilitas
Perencanaan

fasilitas

merupakan

langkah

awal

sebelum


melakukan

perancangan tata letak fasilitas suatu pabrik. Didalam perencanaan fasilitas pabrik ada
dua hal pokok yang penting yaitu pertama berkaitan dengan perencanaan lokasi
pabrik (plant location) yaitu penetapan lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi harus
ditempatkan dan yang kedua adalah perancangan fasilitas produksi (facilities design)
yang akan meliputi perancangan struktur bangunan (structure design) , perancangan
tata letak fasilitas produksi (facilities plant layout design) dan perancangan sistem
pemindahan material. Secara skematis dan hirarki dari perencanaan fasilitas pabrik
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Sritomo, 2009):

Gambar 1.1 Skema Perencanaan Fasilitas Pabrik

BAB I Landasan Teori
1.2

Modul I Process Layout

Perancangan Fasilitas
Perancangan fasilitas adalah proses menganalisis, membentuk konsep,


merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini
umumnya digambarkan sebagai rencana lantai, yaitu suatu susunan fasilitas fisik
(perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan
antara manusia, mesin, peralatan, material, energi, uang (modal), informasi, dan
sumber daya alam, untuk menghasilkan suatu produk secara efektif dan efisien
(Apple, 1990).
Ruang lingkup pengerjaan perancangan fasilitas mencakup beberapa kajian
diantaranya (Apple, 1990):
1. Pengangkutan
2. Penerimaan
3. Gudang bahan baku
4. Produksi
5. Perakitan
6. Pengemasan dan pengepakan
7. Pemindahan barang
8. Pelayanan pegawai
9. Kegiatan produksi penunjang
10. Pergudangan
11. Pengiriman

12. Perkantoran
13. Fasilitas luar (penunjang)
14. Bangunan
15. Lahan
16. Lokasi
17. Keamanan
18. Buangan

PT ABILITY MANUFACTURING

2

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Ada beberapa permasalahan yang mungkin terjadi dalam hal perancangan
fasilitas yaitu (Apple, 1990):
a. Perubahan rancangan.
Seiring dengan perubahan rancangan produk maka akan menuntut

perubahan proses atau operasi yang diperlukan. Sehingga hal ini
memerlukan perancangan ulang tata letak.
b. Perluasan departemen.
Penambahan produksi suatu komponen produk tertentu akan memerlukan
perubahan dalam tata letak.
c. Pengurangan departemen.
Kondisi ini terjadi apabila terjadi suatu kondisi penurunan jumlah
produksi secara drastis dan menetap.
d. Penambahan produk baru.
Dalam hal ini terjadi penambahan produk baru yang berbeda dengan
produk yang sedang diproduksi. Sehingga terjadi kondisi kemungkinan
penambahan mesin baru sehingga memerlukan penyusunan ulang fasilitas.
e. Memindahkan satu departemen.
Memindahkan

suatu

departemen

ke


lokasi

baru

memerlukan

penataletakkan ulang pada wilayah baru.
f. Peremajaan peralatan yang rusak.
Persoalan ini akan menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk
mendapatkan tambahan ruang.
1.3

Tata Letak Fasilitas
Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai menganalisis, membentuk

konsep, merancang, dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa.
Kegiatan perancangan fasilitas berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik
suatu lingkungan (Apple, 1990).


PT ABILITY MANUFACTURING

3

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Selain itu tata letak fasilitas juga didefinisikan sebagai tata cara pengaturan
fasilitas– fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi (Sritomo,
1992).
Berikut beberapa peranan penting dari perancangan tata letak fasilitas (Apple,
1990):
a. Suatu perencanaan aliran barang yang efisien merupakan prasyarat untuk
mendapatkan produksi yang ekonomis.
b. Pola aliran barang yang merupakan dasar bagi perencanaan fasilitas fisik
yang efektif.
c. Perpindahan barang merubah pola aliran statis menjadi suatu kenyataan
yang dinamis, menunjukkan cara bagaimana suatu barang dipindahkan.
d. Susunan fasilitas yang efektif disekitar pola aliran barang dapat

menghasilkan pelaksanaan yang efisien dapat meminimumkan biaya
produksi.
e. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum.
Secara umum, tipe-tipe tata letak fasilitas dapat dibedakan menjadi empat
jenis diantaranya adalah (Sritomo, 1992):
a. Product Layout
Product layout merupakan pengaturan dan penempatan fasilitas produksi
yang diperlukan kedalam departemen secara khusus. Dalam tipe tata letak
ini produk akan dikerjakan hingga selesai pada satu departemen yang
sama. Tipe tata letak ini cocok untuk produksi produk dengan variasi
rendah, dan volume produksi tinggi. Berikut merupakan contoh tipe tata
letak product layout:

PT ABILITY MANUFACTURING

4

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout


Gambar 1.2 Contoh Produk Layout
b. Fixed Layout
Fixed Layout

merupakan pengaturan fasilitas produksi seperti mesin,

manusia, dan komponen lainnya yang beergerak menuju komponen
produk utama. Tipe tata letak ini biasa digunakan untuk produksi produk
dengan ukuran yang cukup besar sperti kapal laut, pesawat, dan lainnya.
Berikut merupakan contoh tipe tata letak fixed layout:

Gambar 1.3 Contoh Fixed Layout
c. Process Layout
Process layout merupakan metode pengaturan dan penempatan segala
jenis mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe/jenis yang sama
kedalam satu departemen. Mesin akan dikelompokkan sesuai fungsi kerja

PT ABILITY MANUFACTURING


5

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

dan prosesnya. Tata letak ini cocok untuk kegiatan produksi dengan
variasi produk yang tinggi, namun dengan volume produksi yang kecil.
Berikut merupakan contoh tipe tata letak process layout:

Gambar 1.4 Contoh Process Layout
d. Group Technology Layout
Group technology layout merupakan tata letak yang didasarkan pada
pengelompokan produk atau komponen yang akan dibuat. Dalam hal ini
pengelompokannya tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir,
tetapi dikelompokkan berdasarkan langkah pemrosesan, bentuk, dan
mesin/peralatan yang dipakai. Berikut merupakan contoh tipe tata letak
group technology layout:

Gambar 1.5 Contoh Group Technology Layout


PT ABILITY MANUFACTURING

6

BAB I Landasan Teori
1.4

Modul I Process Layout

Analisis Data Dasar
Analisis data dasar perlu dilakukan untuk mendapatkan karakteristik tata letak

yang diinginkan sebelum melakuykan perancangan terhadap suatu kegiatan
manufaktur. Hasil analisis data dasar akan memberikan suatu gambaran tentang
produk yang akan dibuat, bagaimana proses produksi akan dilakukan yang
ditumjikkan oleh gambar urutan produksi dan peta proses operasi, seberapa besar
jumlah produk yang akan dihasilkan, yang mana semuanya merupakan bagian dari
tahap perancangan proses produksi. Data dasar yang dibutuhkan dalam perancangan
fasilitas adalah (Apple, 1990):

1. Peramalan penjualan
2. Jadwal produksi.
3. Jumlah unit produksi
4. Urutan produksi
5. Urutan komponen
6. System persediaan
7. Gambar
8. Metode terdahulu
9. Operasi yang dilakukan
10. Tata letak terdahulu
11. Waktu baku produksi
12. Persentase scrap
13. Gambar bangunan
14. Batas beban lantai dan langit-langit
Data dasar yang yang dibutuhkan untuk masing-masing komponen
dikumpulkan dalam bentuk part list, routing sheet, dan bill of material, serta gambar
komponen.

PT ABILITY MANUFACTURING

7

BAB I Landasan Teori
1.

Modul I Process Layout

Part List
Part list merupakan lembaran yang berisikan deskripsi dari produk atau
komponen yang dibuat. Informasi yang terdapat pada sebuah part list adalah:
a. Nomor komponen
b. Nama komponen
c. Jumlah komponen
d. Bahan
e. Dimensi bahan dasar
f. Dimensi bahan jadi
g. Berat bahan dasar
h. Harga bahan dasar
i. Klasifikasi produksi (MFG atau BO)

2.

Routing Sheet
Routing sheet adalah suatu proses penyimpulan langkah-langkah operasi yang
diperlukan untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi yang diinginkan,
dimana untu kproses tersebut dibutuhkan informasi-informasi mengenai
proses produksi (Sritomo, 2003). Informasi yang terdapat pada routing sheet
adalah :
a. Nama dan nomor komponen
b. Urutan operasi
c. Nama operasi
d. Keterangan operasai
e. Nama dan jumlah mesin
f. Jumlah dan besar perkakas serta alat bantu lain
g. Jumlah departemen
h. Waktu proses

PT ABILITY MANUFACTURING

8

BAB I Landasan Teori
3.

Modul I Process Layout

Bill of Material
Bill of material Merupakan daftar dari seluruh material,parts, subassemblies,
serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi
suatu unit produk. Kegunaan bill of material adalah untuk mengetahui
kebutuhan serta jenis material yang digunakan. Informasi yang terdapat pada
bill of material adalah:
a.

Spesifikasi bahan

b. Dimensi komponen
c. Jumlah unit produksi
d. Level komponen
e. Klasifikasi komponen produksi (MFG atau BO)
f. Gambar komponen
Gambar dari komponen-komponen yang membentuk sutau produk akhir,
dimana didalamnya terdapat informasi berupa dimensi, dan bentuk
komponen.
1.5

Peta- peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara

sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat pete-peta ini kita bisa melihat
semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk
ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian mengambarkan semua langkah yang
dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan,sampai
akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau merupakan bagian dari
produk lengkap. Terdapat empat macam lambang yang digunakan untuk pembuatan
suatu peta kerja yaitu sebagai berikut (Sutalaksana, 1979):
1. Melambangkan operasi. Suatu benda atau bahan dikatakan dalam proses
operasi apabila bahan tersebut mengalami perubahan.
2. Merupakan lambing dari kegiatan pemeriksaan terhadap barang atau
komponen.

PT ABILITY MANUFACTURING

9

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

3. Merupakan lambing dari kegiatan transportasi bahan.
4. Merupakan lambing yang digunakan apabila terjadi proses penyimpanan
bahan atau produk.
1.5.1

Peta Proses Perakitan
Peta perakitan atau sering disebut Assembly Chart, merupakan gambar grafis

dari urutan aliran komponen dan perakitan bagian dalam perakitan bagian kedalam
suatu produk. Peta proses perakitan akan menunjukkan cara yang mudah dipahami
tentang komponen-komponen yang membentuk produk, bagaimana komponen ini
bergabung, komponen yang menjadi suatu rakitan bagian, aliran komponen kedalam
sebuah rakitan, keterkaitan komponen dengan rakitan bagian, gambaran menyeluruh
dari proses rakitan, urutan waktu komponen bergabung, dan suatu gambaran awal
dari pola aliran bahan (Apple,1990).
1.5.2

Peta Proses Operasi
Merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-

langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutanurutan operasi dan pemeriksaan. Dalam peta proses operasi
terdapat beberapa informasi yang diperlukan untuk analisa lebih
lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan
tempat atau alat atau mesin yang digunakan. Biasanya peta proses
operasi

digunakan

untuk

mengetahui

kebutuhan

mesin,

memperkirakan kebutuhan bahan baku, melakukan perbaikan cara
kerja, dan menentukan tata letak pabrik (Sutalaksana, 1979).
Adanya informasi-informasi yang dicatat melalui peta proses operasi dapat
diperoleh beberapa manfaat diantaranya dapat mengetahui kebutuhan mesin dan
penganggarannya, dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku, sebagai alat
untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara
kerja yang dipakai, sebagai alat untuk latihan kerja, dan lain-lain (Sutalaksana, 1979).

PT ABILITY MANUFACTURING

10

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979):
1.

Membuat kepala judul “Peta Proses Operasi” yang diikuti oleh identifikasi
serta lainnya seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, dan
nomor peta.

2.

Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.

3.

Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan
terjadinya perubahan proses.

4.

Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan sesuai dengan urutan
operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau secara
berurutan sesuai dengan proses yang terjadi.

5.

Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, gambar peta pada

bagian produk yang paling banyak memerlukan operasi sebaiknya dipetakan terlebih
dahulu, dan ini dilakukan pada bgaian peta sebelah kanan. Secara sketsa, prinsipprinsip pembuatan peta proses operasi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini
(Sutalaksana, 1979).

PT ABILITY MANUFACTURING

11

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Gambar 1.6 Peta Proses Operasi
Keterangan:
W

= Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan.

O – N = Nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut.
I – N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut.
M

= Menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.

1.6

Perencanaan Kebutuhan Material
Perencanan kebutuhan bahan baku adalah suatu konsep dalam manajemen

produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan produk
dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai
dengan kebutuhan
Kebutuhan Material dapat dihitung dengan rumus :

Kebutuahn Material =

PT ABILITY MANUFACTURING

…(1)

12

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Langkah-langkah dalam merencanakan kebutuhan material:
1. Menentukan input dan output masing-masing komponen untuk setiap proses
operasi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung input dari masingmasing proses adalah:
input=

…(2)

Perhitungan dilakukan dari operasi terakhir, kemudian dilanjutkan ke operasi
sebelumnya. Untuk mengetahui %Scrap dapat dihitung dengan:

%Scrap=

…(3)

2. Menghitung jumlah kebutuhan material
3. Membuat rekapitulasi kebutuhan material, atau sering disebut kebutuhan
material actual, yang sebelumnya sudah memerhitungkan ukuran dimensi dan
jumlah komponen. Untuk menghitung kebutuhan bahan dapat digunakan
persamaan berikut:

Kebutuhan Bahan=

...(4)

Untuk menghitung unit per bahan dasar adalah sebagai berikut:

Kebutuhan Bahan =

PT ABILITY MANUFACTURING

…(5)

13

BAB I Landasan Teori
1.7

Modul I Process Layout

Perencanaan Kebutuhan Mesin dan Alat Bantu
Perhitungan kebutuhan mesin dilakukan untuk memperoleh luas area yang

dibutuhkan sebagai sarana pendukung pada lantai produksi. Dalam satu perusahaan
manufaktur yangmemproduksi suatu produk, maka kebutuhan jumlah mesin sangat
bergantung terhadap beberapa faktor yaitu (Hadiguna, R.A):
1. Rencana produksi
2. Target produksi
3. Kapasitas produksi
4. Waktu produksi yang dibutuhkan
Untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
rumus berikut (Tompkins, 1996):
F=

…(6)

Keterangan:
F

= Jumlah Mesin (Unit)

S

= Waktu Proses Operasi Per Komponen (Detik)

Q

= Output Per Operasi Per Hari

E

= Efisiensi

H

= Jumlah Waktu Mesin Yang Tersedia Per Hari (Detik)

R

= Reliability Mesin
Proses perhitungan jumlah mesinyang dibutuhkan pada setiap operasi

dilakukan dalam table perhitungan kebutuhan mesin. Jadi untuk menghitung
kebutuhan suatu mesin, dikelompokkan opersai yang menggunkan mesin
sejenis,dengan variabelnya waktu operasi, waktu set-up, dan target produksi operasi
tersebut. Dengen demikian perhitungan jumlah kebutuhan mesin dapat dirumuskan
sebagai berikut:

PT ABILITY MANUFACTURING

14

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Jumlah Mesin =

…(7)

Alat bantu yang dibutuhkan tergantung pada jenis mesin yang digunakan.
Penentuan jumlah peralatan/alat bantu yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan
menggunkan persaamaan berikut:
Jumlah Peralatan = Jumlah alat bantu yang dibutuhkan x Jumlah mesin actual
1.8

…(8)

Perencanaan Kebutuhan Operator
Setiap mesin membutuhkan operator untuk mengawasi atau menjalankan

mesin tersebut. Untuk mengoptimalkan pemakaian sumber daya manusia, perlu
dilakukan perhitungan jumlah operator yang dibutuhkan untuk setiap mesin. Ini
bertujuan supaya jumlah operator sesuai dengan kebutuhan untuk pengoperasian
mesin pabrik. Untuk menghitung jumlah operator digunakan persamaan berikut:

Jumlah Operator/Mesin =

1.9

…(9)

Multi Process Production Cahrt (MPPC)
MPPC merupakan peta kerja yang dibuat untuk memberikan gambaran

pekerjaan

dari banyak produk secara mendetail

untuk setiap

produknya

(Sritomo,1995). Simbol-simbol yang di pergunakan dalam MPPC ini sama dengan
simbol- simbol yang di gunakan pada OPC, antara lain operasi, pemeriksaan dan
penyimpanan. Hanya saja pada cara penomorannya dilakukan berdasarkan urutanurutan proses operasi perkomponen.
MPPC adalah suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan proses untuk
masing-masing komponen yang akan di produksi. Pembuatan MPPC dilakukan

PT ABILITY MANUFACTURING

15

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

berdasarkan peta proses operasi dan routing sheet yang telah dibuat sebelumnya.
(Aplle, 1990)
Apabila didefinisikan MPPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik bahan baku maupun
bahan tambahan, seperti urutan-urutan operasi, pemeriksaan dan penyimpanan, serta
dalam menggambarkannya dipisahkan antara Rough Lumber, Fabrikasi dan
Assembling, atau dapat di katakan MPPC adalah suatu peta yang menggambarkan
jumlah pemakaian kebutuhan mesin dari Routing Sheet.
Kebutuhan mesin dari tiap-tiap proses yang sama untuk setiap part
dijumlahkan agar dapat ditemukan jumlah mesin secara keseluruhan yang dibutuhkan
perusahaan agar dapat memproduksi sesuai target.

Deskripsi
Peralatan

FABRIKASI
001

002

003

PERAKITAN

004

005

006

007

008

009

010

011

Jumlah Mesin
012

013

I1

Teoritis

Aktual

2.48

3

3.16

4

2.84

3

5.65

6

2,18

3

Receiving
0.22

Meja Fabrikasi

0.61

O-1

0.25

O-5

1.2

0.29
O-9

0.35

0.07
O-13

0.19

0.5

0.51
O-17

0.29

0.28

O-21

0.45

O-25

0.43

Mesin Potong
O-2

0.61

Mesin Serut

O-3

0.84

Mesin Bor

O-4

O-6

O-10

0.58

0.74
O-7

2.48
O-8

O-11

0.25
O-12

O-14

0.26
O-15

0.39
O-16

O-18

0.22
O-19

0.19
O-20

O-22

O-26

0.33

0.1

O-27

O-23

0.78

0.72
O-24

O-28

0.44

Meja Assembling

Stop

0.51

O-29

A

B

C

D

E

F

G

O-31

O-30

H
A+B

D+I

0.2

0.19

O-32

J

I
C+H

0.2

0.53

O-34

O-33

K
E+J

L
F+K

0,11

I-1

M
G+L

Gambar xx. Contoh MPPC

PT ABILITY MANUFACTURING

16

BAB I Landasan Teori

Modul I Process Layout

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatann Multi Process Production
Chart (MPPC):
1. Urutan proses operasi dan perakitan harus asama dengan informasi yang
dihasilkan oleh AC dan OPC.
2. Simbol yang digunakan dalam MPPC sama dengan sibol yang digunakan
pada OPC.
3. Penomoran dilakukan sesuai urutan proses operasi per komponen.
4. Kebutuhan mesin teritoris sama dengan jumlah kebutuhan setiap mesin
dalam satu kegiatan, tetapi tidak sama dengan jumlah kebutuhan seluruh
mesin untuk satu komponen.

PT ABILITY MANUFACTURING

17

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63