KAJIAN URGENSI TRANSPORTASI UMUM HYPERLO

Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH - 2017
Rabu - Kamis, 17 - 18 Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

KAJIAN URGENSI TRANSPORTASI UMUM HYPERLOOP
RUTE SURABAYA - JAKARTA BERDASAR MANAJEMEN PERMINTAAN
TRANSPORTASI DAN PERENCANAAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN
Ibnu Fauzi1 dan Okkie Putriani2
1

Program Studi Magister Teknik Sipil Bidang Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: ibnu.fauzi.civil@gmail.com
2
Program Studi Magister Teknik Sipil Bidang Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: okkieandfriends@gmail.com

ABSTRAK
Kebutuhan transportasi berkaitan dengan efektifitas beserta dampak lingkungan menjadi pertimbangan
utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan transportasi berkelanjutan. Wilayah Gerbangkertosusila
(Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah metropolitan terbesar
kedua di Indonesia yang berpusat di Megapolitan Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Megapolitan Jakarta. Kondisi tersebut

mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota yang berjarak 769
km jika ditempuh melalu jalur darat pantura. Pada penelitian metode yang digunakan adalah dengan
metode evaluasi yang bertujuan untuk menganalisa kondisi eksisting pada rute Surabaya - Jakarta dengan
pilihan moda transportasi udara yaitu pesawat terbang dan transportasi darat menggunakan kereta api.
Berdasarkan proyeksi OD Nasional 2011 pada tahun 2016 terdapat 30.246 pergerakan penumpang harian
dari Surabaya ke Jakarta dan 34.790 pergerakan untuk sebaliknya dengan pertumbuhan penduduk rerata
pertahun di Kawasan Surabaya 1,00 % selama 5 tahun terakhir serta 2,55% untuk Kawasan Jakarta. Dari
data tersebut diperoleh prosentase rerata penumpang yang menggunakan kereta api adalah sebesar 18,51%,
moda pesawat terbang 39,14% dan 42,35% menggunakan moda transportasi lainya. Pertimbangan akan
lingkungan baik polusi gas buang kendaraan, efisiensi bahan bakar dan biaya serta keselamatan transportasi
menjadi faktor penentu kajian urgensi hadirnya transportasi umum Hyperloop, sebuah inovasi transportasi
berkecepatan tinggi dengan pergerakan tekanan rendah yang memungkinkan kapsul bergerak dengan
kecepatan tinggi. Pada tahun 2050 diprediksi akan terjadi lebih dari 14,8 juta pergerakan dari Surabaya
menuju Jakarta dan untuk arah Jakarta menuju Surabaya lebih dari 28,7 juta. Konsumsi energi Hyperloop
didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih
hemat jika dibanding kereta api. Nilai angka ini menjadi pertimbangan tersendiri dibutuhkannya opsi
Hyperloop sebagai moda transportasi alternatif terbaik dari pilihan moda transportasi yang telah ada. Baik
dari sisi kecepatan, keamanan, pelayanan, dan efektifitas, serta lingkungan berkelanjutan.
Kata kunci: urgensi, evaluasi, hyperloop, transportasi umum, sustainable transportation


1. PENDAHULUAN
Menurut proyeksi Bappenas dan UNFPA (2013) dalam dokumen “Indonesia Population Projection 2010 – 2035”,
populasi penduduk Indonesia di tahun 2050 diperkirakan akan mencapai 321,37 juta jiwa dan sebanyak 54,7%
terpusat di area Pulau Jawa. Semakin padat sebuah kawasan maka akan berbanding lurus dengan kebutuhan
transportasi penduduknya terlebih Pulau Jawa menyumbang sekitar 60 persen dari perekonomian nasional.
Gerbangkertosusila, adalah akronim dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan.
Pembentukan Satuan wilayah Pembangunan (SWP) Gerbangkertosusila sendiri, menurut Perda Provinsi Jawa Timur
No.4/1996 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No.47/1996 tentang RTRW Nasional, bertujuan untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan antar Daerah. Wilayah Gerbangkertosusila merupakan wilayah metropolitan
terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek yang berpusat
di Jakarta. Jakarta sebagi Ibukota Negara mempunyai karakteristik kebutuhan transportasi yang berbeda, status
sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi nasional membutuhkan konektifitas transportasi yang tinggi antara Jakarta
dengan pusat ekonomi di daerah-daerah guna memperlancar distribusi serta pemerataan pembangunan. Surabaya
sebagai salah satu pintu gerbang penghubung pusat ekonomi nasional dengan kawasan Indonesia timur mempunyai
peran sangat vital bagi 110 juta penduduk Indonesia bagian timur. Dewasa ini pergerakan manusia dari Jakarta1

Surabaya yang berjarak 769 km jika ditempuh melalu jalur darat pantura dilayani oleh berbagai moda transportasi
antara lain bus AKAP, kereta api, kapal roro, pesawat terbang dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi
pribadi. Kota Jakarta dan Surabaya sebagai Kota Megapolitan di Indonesia mengakibatkan tingginya kebutuhan
transportasi umum yang menhubungkan kedua kota. Dari beberapa moda tersebut kereta api dan pesawat terbang

merupakan moda transportasi umum yang dianggap cukup efisien saat ini, namun kedepan melihat pertumbuhan
penduduk, ekonomi dan teknologi yang sangat berpengaruh pada kebutuhan transportasi terutama berkaitan dengan
efesiensi waktu, energi serta minim polutan dibutuhkannya sebuah terobosan moda transportasi umum berkelanjutan
yang sesuai denagn Transportation Demand Management (TDM). Menurut The Centre of Sustainable
Transportation Canada (2002) Sistem transportasi yang berkelanjutan adalah pembatasan emisi, pemborosan dalam
kemampuan bumi menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui,
membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui agar kualitasnya tetap terjaga, menggunakan dan
memperbarui bagian-bagiannya, dan meminimalkan penggunaan lahan dan produksi yang menimbulkan kegaduhan.
Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang
melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Pertengahan Maret 2017
Hyperloop Transportation Technologies (HTT) telah singgah ke Indonesia untuk melakukan penandatangan kontrak
studi kelayakan dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia sebagai perjanjian pertama Hyperloop di
Asia Tenggara, selain di Repubik Ceko, Perancis, dan Abu Dhabi. Dengan hadirnya transportasi umum super cepat
Hyperloop berteknologi kapsul kompresor menggunakan jalur khusus pipa vakum raksasa, penelitian dilakukan
untuk mengkaji studi komparasi dua moda transportasi ini. Tipe Hyperloop yang akan ditinjau lebih lanjut adalah
Alpha by Hyperloop-One, kendaraan umum yang mampu melaju hingga 1.226 km/jam. Kecepatan tersebut dapat
menempuh jarak Jakarta - Surabaya dengan waktu 36 menit.

TINJAUAN PUSTAKA
Moda Transportasi

Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain.
Sedangkan Moda Transportasi adalah jenis atau bentuk (angkutan) yang digunakan untuk memindahkan orang dan
atau barang dari tempat asal ketempat lain (tujuan) (Morlok, 1978).

Angkutan Umum
Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan
sistem sewa atau bayar. Dalam hal angkutan massal, biaya angkutan menjadi beban tanggung jawab bersama,
sehingga sistem angkutan umum menjadi lebih efisien karena biaya angkutan menjadi semakin murah. Keberadaan
angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti pengurangan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Hal
ini sangat penting artinya berkaitan dengan pengendalian lalu lintas (Warpani, 2002).

Transportasi Berkelanjutan
Pengembangan transportasi yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat jauh ke depan, berdasarkan
perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Perencanaan jangka pendek harus
didasarkan pada pandangan jangka panjang, sehingga tidak terjadi perencanaan “bongkar-pasang” (Munawar, 2007).
Definisi sustainable transportation dari The Centre of Sustainable Transportation Canada (2002). Sistem
transportasi yang berkelanjutan adalah sistem transportasi yang (a). Menjadi akses utama yang dibutuhkan oleh
individu dan masyarakat agar keamanannya lebih terjaga, manusiawi, tidak mencemari lingkungan, dan memberikan
keadilan baik di dalam maupun antargenerasi; (b). Dapat dioperasikan secara efisien; memberikan pilihan moda
transportasi dan mendukung pergerakan aspek ekonomi; (c). Membatasi emisi, pemborosan dalam kemampuan

bumi menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, membatasi
penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui agar kualitasnya tetap terjaga, menggunakan dan memperbarui
bagian-bagiannya, dan meminimalkan penggunaan lahan dan produksi yang menimbulkan kegaduhan.

Transport Demand Management
Transportation Demand Management (TDM) yang juga dikenal dengan sebutan mobility management meliputi
semua metode yang dapat meningkatkan pemanfaatan fasilitas dan sarana transportasi yang telah ada dengan lebih
efisien dengan mengatur atau meminimalisasi pemanfaatan kendaraan bermotor dengan mempengaruhi perilaku
perjalanan yang meliputi: frekuensi, tujuan, moda dan waktu perjalanan (Tanariboon, 1992 dan OTE, 2002a).

Urgensi
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga (2008), urgensi
adalah keharusan yang mendesak; hal sangat penting. Pengertian Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernam
“urgere” yaitu (kata kerja) yang berarti mendorong dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama “urgent” yang
2

memiliki arti (kata sifat) dan dalam dalam bahasa indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah Urgensi menunjuk pada
sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan. Dengan demikian mengandaikan ada suatu
masalah dan harus segera ditindak lanjuti


2. METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini meode yang diguankan adalah metode penelitain evaluatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2007)
menyebutkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Secara garis besar prosedur penelitian yang dilakukan disajikan dalam Gambar 1.
PERSIAPAN
PENELITIAN
1. Studi Pustaka
2. Penyususnan
Metodologi
Penelitian

PENGUMPULAN DATA
Data Primer
Survey pengamatan lapangan
dan persepsi
Data Sekunder
1. Dokumen perencanaan dan
pengembangan wilayah
2. Dokumen studi dan kondisi

transportasi
3. Data statistik

ANALISIS DATA
1. Analisis kondisi
eksisting transportasi
& pergerakan
penumpang
2. Analisis suistanable
transportation
3. Kajian pengembangan
Hyperloop

KESIMPULAN
1. Kondisi
eksisting
transportasi
2. Prediksi
pergerakan
penumpang

3. Potensi
Hyperloop

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah
metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingginya
kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota, berikut adalah pergerakan yang terjadi antara
Kawasan Gerbangkertosusila dan Jabodetabek
Tabel 1. Proyeksi Pergerakan Area Surabaya-Jakarta OD 2016

Asal

Tujuan Adm. Jakarta Jakarta Jakarta
Kep.
Pusat
Utara
Barat

Seribu

Sidoarjo
Mojokerto
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Kota Mojokerto
Kota Surabaya

3,172
1,438
1,196
1,718
1,274
156
3,152

112,937 167,354
48,858 72,419

42,454 63,033
60,999 90,399
45,059 66,673
5,524
8,176
238,742 475,503

Jakarta
Selatan

Jakarta
Timur

Kab.
Bogor

Bekasi

Kota
Kota

Bogor Bekasi

Kota
Depok

Tangerang

Kota
Kota
Tange- Tangerang
rang
Selatan

183,217
79,398
68,883
98,811
73,210
8,963
173,263

234,403
101,490
88,210
126,450
93,531
11,459
591,260

351,309
152,317
132,167
189,501
139,961
17,196
340,769

246,720
107,081
93,303
133,210
98,636
12,087
238,930

96,796
41,957
36,227
52,048
38,506
4,742
93,749

119,269
51,804
44,951
64,440
47,592
5,839
115,869

220,755
72,778
98,361
124,790
107,111
9,584
238,518

211,777
69,795
94,367
119,595
102,625
9,191
228,828

183,695
79,420
69,104
99,042
73,393
8,966
591,208

222,641
96,489
84,170
120,147
89,129
10,908
219,043

221,398
72,990
98,647
125,153
107,423
9,612
239,213

Sumber : Proyeksi Data OD Nasional 2011

Tabel 2. Proyeksi Pergerakan Area Jakarta - Surabaya OD 2016
Tujuan
Asal

Gresik

Bangkalan Mojokerto

Kota
Mojokerto

Kota
Surabaya

Sidoarjo

Lamongan

1,499

1,245

1,401

162

3,660

2,351

1,808

Jakarta Pusat

37,585

31,123

35,300

4,086

199,941

59,099

45,346

Jakarta Utara

71,812

59,369

67,457

7,794

495,895

112,902

86,799

Jakarta Barat

84,088

69,847

79,065

9,137

801,284

132,445

101,706

Jakarta Selatan

77,540

64,399

73,058

8,442

189,961

122,100

93,705

Jakarta Timur

97,805

81,094

92,046

10,635

645,885

153,970

118,273

Adm. Kep. Seribu

Kab. Bogor

189,759

157,101

178,849

20,665

464,095

298,752

229,426

Bekasi

171,308

142,191

161,470

18,657

417,897

269,449

207,997

Kota Bogor

45,949

38,104

43,433

5,027

112,564

72,571

55,442

Kota Bekasi

125,689

104,520

118,362

13,697

311,656

197,803

152,641

76,719

63,512

72,316

8,343

187,619

120,591

92,774

136,634

131,463

93,438

12,594

355,192

205,270

186,692

Kota Depok
Tangerang
Kota Tangerang

116,973

112,516

80,050

10,788

304,399

175,910

160,000

Kota Tangerang Selatan

150,674

144,971

103,039

13,888

391,688

226,362

205,875

Sumber : Proyeksi Data OD Nasional 2011

dari Tabel 1. dapat dilihat pergerakan manusia dari Surabaya-Jakarta di tahun 2016 mencapai 11 juta lebih dan
3

untuk pergerakan dari Jakarta-Surabaya hampir mendekati angka 12,7 juta pergerrakan. Saat ini pergerakan manusia
dari Jakarta-Surabaya dilayani oleh berbagai moda transportasi umum antara lain bus AKAP, kereta api, kapal roro,
pesawat terbang dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi pribadi. Dari beberapa moda tersebut kereta api
dan pesawat terbang merupakan moda transportasi umum yang dianggap cukup efisien dari segi waktu.

Kereta api
Berdasarkan data PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sepanjang tahun 2016 ada hampir 4,4 juta penumpang yang
menggunakan moda Kereta Api baik untuk relasi Surabaya-Jakarta maupun sebaliknya dan pada 5 tahun terakhir
pertumbuhan penumpang kereta api mencapai 15%. Setiap hari ada 9 rangakain Kereta Api yang melayani rute
tersebut diantaranya adalah Argo Bromo Anggrek, Bima, Sembrani, Gumarang, Kertajaya, Bangunkarta, Jayabaya
dan Gaya Baru Malam Selatan. Kereta api yang beroperasi menggunakan lokomotif CC206 dengan kecepatan 70
hingga 120 km/jam, waktu tempuh untuk rute Jakarta-Surabaya dengan KA eksekutif Argo Bromo Angrek maupun
Sembrani adalah 9 - 10jam dengan jumlah penumpang harian untuk relasi Jakarta-Surabaya 5.395 penumpang dan
rute sebaliknya 6.040 penumpang.

Pesawat terbang
Konektivitas Jakarta-Surabaya melalui moda transportasi udara setiap tahunnya tumbuh di kisaran angka 5%. Untuk
rute penerbangan Surabaya-Jakarta rata-rata dilayani oleh 120 penerbangan setiap harinya dengan jumlah
pergerakan penumpang mencapai 12.760 pax baik yang menuju Jakarta via Bandara Halim Perdana Kusuma
maupun Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, sedangkan rute sebaliknya adalah 12.554 pax. Kondisi
perekonomian yang terus membaik dan peningkatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia menjadi salah satu
faktor pemicu bergairahnya maskapai untuk membuka rute penerbangan Jakarta-Surabaya, meski demikian kondisi
infrastruktur Bandara yang tidak mendukung secara optimal pertumbuhan tersebut karena pada umumnya kondisi
Bandara Juanda dan Halim Perdana Kusuma serta Soekarno-Hatta sudah mendekati pada tahap maksimal didalam
pengembangannya.

Urgensi sustainable transportation
Sustainibilitas transportasi sendiri dapat didefiniskan sebagai berikut: “Sustainable transportation is about meeting
helping meet the mobility needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their
needs.” (WCED 1987). Dan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sub
bab Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan beberapa sasaran utamanya
adalah
1.

Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda
dan antar moda, melalui Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor (jam) untuk koridor utama dari
2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama.
2. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan transportasi.
3. Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem
dengan menurunkan tingkat emisi sesuai dengan Rencana Aksi Nasional untuk menurunkan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK) di sektor transportasi dan energi sebesar 4,95 persen dengan usaha sendiri, atau
9,66 persen ditambah dengan bantuan asing dari Business as Usual (BAU) hingga tahun 2020.
Berikut adalah kondisi transportasi penghubung Jakarta-Surabaya di tahun 2016 yaitu moda kereta api dan pesawat
terbang yang disampaikan Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016
Rute
Pealayanan

Moda
Kereta Api Pesawat Terbang

Lainnya

Total

SBY-JKT

19.97%

42.19%

37.84%

100.00%

JKT-SBY

17.06%

36.08%

46.86%

100.00%

Average

18.51%

39.14%

42.35%

100.00%

Sumber : PT KAI dan PT Angkasa Pura 1, diolah

dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 65.036 pergerakan orang dari Jakarta-Surabaya maupun sebaliknya
hanya 18,51% yang sudah tercover oleh Kereta Api, 39,14% Pesawat Terbang dan sisanya sebanyak 42,35%
menggunakan moda transportasi lain seperti Bus AKAP dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi laut
kapal roro dan kendaraan pribadi. Dan pada Tabel 4. disajikan informasi mengenai predik jumlah pergerakan
penumpang dari tahun 2020 sampai dengan 2050.

4

Tabel 4. Prediksi Jumlah Pergerakan
Tahun

Jumlah Penumpang (day )
JKT-SBY
Total
30,246
34,790
65,036
31,312
38,335
69,647
32,692
43,218
75,910
34,133
48,722
82,855
35,637
54,928
90,565
37,207
61,924
99,132
38,847
69,811 108,658
40,559
78,703 119,262

SBY-JKT

2016
2020
2025
2030
2035
2040
2045
2050

Jumlah Penumpang (year )
JKT-SBY
Total
11,039,622
12,698,483
23,738,105
11,428,847
13,992,374
25,421,221
11,932,533
15,774,535
27,707,068
12,458,417
17,783,685
30,242,102
13,007,477
20,048,734
33,056,211
13,580,735
22,602,274
36,183,009
14,179,257
25,481,050
39,660,307
14,804,157
28,726,486
43,530,644
SBY-JKT

Sumber : Proyeksi Data OD Nasional 2011

Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016 ada 3 moda transportasi utama yang digunakan
mobilitas dari Jakarta-Surabaya maupun arah sebaliknya yaitu Pesawat Terbang, Kereta Api dan Angkutan darat
berbasis jalan raya, dari masing-masing moda mempunyai kelemahanya masing-masing baik didalam
pengoperasianya maupun pengembangan seperti disampaikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Kelemahan Moda Transportasi Penghubung Jakarta-Surabaya

Efesiensi Waktu
Kecepatan
Ketepatan

Moda Transportasi
Pesawat Terbang
Kereta Api
Angkutan Jalan (Bus)
1 hour 10 minute
9 hour
14 hour 45 minute
up to 800km/jam
up to 120 km/jam
up to 125 km/jam
Relatif tepat waktu, namun sangat Relatif tepat waktu
Jarang tepat waktu karena sangat di pengaruhi oleh
kondisi lalulintas jalan/kemacetan
dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan
mesin pesawat (faktor teknis)

Frekuensi

60 penerbangan/day

9 Keberangkatan/day

10 Keberangkatan/day

Kapasitas

up to 220/flight

up to 53/bus

Konsumsi Energi

0.16 lt/km/orang

up to 1484/keberangkatan
(ekonomi class )
0.002 lt /km/orang

Kadar Emisi CO2

54.3 kgs/passenger

17.8 kgs/passenger

68.5 kgs/passenger

Tarif
Pengembangan

IDR 399 K - 1645 K
Terkendala pada terbatasnya
runway dan kapasitas
terminal/airport

IDR 150 K - 465 K
Belum ada pihak swasta yang
masuk sehingga saat ini terkesan
masih dimonopoli oleh PT. KAI
sehingga pengembangan untuk
relasi ini cukup lambat

IDR 200 K - 350 K
Tergantung pada kondisi ruas jalan yang tersedia,
pertumbuhan jalan di Indonesia setiap tahunnya
hanya 1%. Kondisi jalan eksisting 23,31 % dalam
kondisi sedang, 19,78 % dalam kondisi rusak
dan 14,71% dalam kondisi rusak berat

Indikator

0.0125 lt/km/orang

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Efisiensi waktu, energi, frekuensi, dan cost menjadi faktor utama di dalam sustainable transportation jika melihat
tabel 5. diatas angkutan jalan (bus) mempunyai harga tiket dengan kisaran cukup terjangkau oleh masyarakat hal ini
ditunjukan dengan hampir 42% pengguna angkutan umum Jakarta-Surabaya menggunakan Bus, namun angkutan
bus memiliki ketepatan yang buruk dan selisih efesiensi waktu bila dibanding dengan moda lain cukup jauh. Melihat
kondisi diatas kedepan jika tidak ada sebuah terobosan yang tepat akan menimbulkan masalah baru dari masalah
sosial, ekonomi dan lingkungan sehingga diperlukanya sebuah perencanaan transportasi yang matang dan
berkelanjutan serta mengadopsi moda transportasi yang efesien baik dari segi waktu, biaya, energi dan mampu
mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat di dalam meningkatkan pendapatan perkapita.

Hyperloop
Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang
melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Teknologi Hyperloop
menggunakan maglev, motor induksi linier yang terletak di sepanjang tabung untuk mempercepat dan
memperlambat kapsul dengan kecepatan yang sesuai setiap rute tabung. Rolling resistance dihilangkan dan
hambatan udara menjadi berkurang, kapsul dapat meluncur dengan tranfer udara bertekanan tinggi ke rendah.
(Musk, 2013). Konsep Hyperloop secara eksplisit dilaksanakan dengan open-sourced oleh Elon Musk dalam hal ini
Tesla dan SpaceX serta dikompetisikan untuk dapat dikembangkan secara lebih mendalam. Beberapa perusahaan
komersial dan kelompok mahasiswa mengejar perkembangan teknologi Hyperloop dengan pesat (Chee, 2015).
Beberapa perusahan dan kelompok akademisi yang secara profesional mengembangkan konsep Hyperloop:
5



MIT (Massachusetts Institute of Technology), satu kelompok berisi 30 tenaga ahli, dengan pendekatan
sistem levitasi dan suspensi elektrodinamik. (Lee, 2016)
• Hyperloop One, sistem propulsi Hyperloop yang dites pada gurun pasir Nevada. Termasuk bekerja sama
dengan Dubai, Uni Emirat Arab dan Moskow, Rusia. (Marcus, 2016)
• Delft Hyperloop, dari Netherlands memberikan usulan rute Eropa dari Paris ke Amsterdam. (van
Miltenburg, 2016)
• Hyper Polandia, berbasis mahasiswa Warsaw University of Technology mengusulkan Hyperloop untuk
rute potensial Cracow ke Gdansk, Polandia. (Wedziuk, 2016)
• Transpod, pengembangan hyperloop dari Kanada yang mengembangkan Hyperloop antara Toronto dan
Montreal. (Bambury, 2016)
• HTT (Hyperloop Technology Transportation), pengembang Hyperloop yang melakukan perjanjian
dengan dengan beberapa negara, seperti pemerintah India, Slowakia dan Indonesia.
Dan berikut adlah komponen Hyperloop Alpha yang akan dikembangkan di Indonesia oleh perusahaan HTT
(Hyperloop Technology Transportation)

Gambar 2. Spesifikasi Hyperloop

Kajian peluang pengembangan Hyperloop
Di dalam konsep sustainable transportation oleh World Commission on Environment and Development (WCED)
secara implisit tercakup 3 (tiga) dimensi, yakni:
1. Sustaibilitas ekonomi (economic efficiency), yakni di dalam pembangunan, maka aspek efisiensi ekonomi
harus menjadi tujuan. Di dalam sektor transportasi, maka efisiensi, kelancaran, keselamatan, dan efektivitas
transportasi harus menjadi pertimbangan.
2. Sustainibilitas lingkungan (ecological stability): yakni di dalam pembangunan transportasi maka
keseimbangan lingkungan tidak terganggu, baik oleh emisi maupun penggunaan infrastruktur, agar
ekosistem yang ada tetap stabil sesuai fungsi ekologinya.
3. Sustainibilitas sosial (distributional / social equity); yakni kebutuhan dan kemerataan sosial harus dijamin
di lama pembangunan transportasi. Semua stakeholders harus menjadi pertimbangan yang tidak terpisahkan
dari tujuan-tujuan lainnya.
Ketiga dimensi ini telah terpenuhi dalam kriteria pengembangan Hyperloop yang termuat dalam Report “Hyperloop
Commercial Feasibility Analysis: High Level Overview” dikeluarkan oleh US. Departement of Transportation dan
diteliti lebih lanjut oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA). Faktor kecepatan dan konsumsi
energi menjadi dua faktor unggulan Hyperloop, dengan kecepatan rata-rata 600 mph mampu memangkas waktu
tempuh antara Jakarta-Surabaya yang semula 70 menit jika menggunakan moda transportasi pesawat menjadi 36
menit. Bahan bakar Hyperloop yang menggunakan listrik dan sumber daya tenaga matahari membuat moda
transportasi ini zero emission pada fase operasi, hal tersebut di sampaikan pada tabel berikut ini.
6

Tabel 6. Hyperloop Commercial Feasibility Analysis: High Level Overview
Indikator

Hyperloop Commercial Feasibility Analysis

Waktu Perjalanan

Kecepatan Maksimal
Kecepatan rata-rata

720 mph (HTT), 750 mph (HT), 760 mph (Alpha)
600 mph (Alpha, SF to LA)

Frekuensi

30 – 120 per jam dengan 30 detik - 2 menit headway

Tarif

Los Angeles - San Francisco

Kenyamanan Penumpang

Belum diketahui, Potensi mabuk perjalanan “Vomit Comet ”

$20 tetapi belum menutup biaya proyek (Alpha)

Keandalan

Terlindung dari cuaca

Konsumsi Energi

Bahan bakar

Listrik

Sumber daya

Tenaga matahari dengan cadangan bateri

Konsumsi Energi British Thermal Unit
standart (BTUs) tiap penumpang

Rute pendek: 5-6x lebih hemat bahan bakar dari angkutan udara
Rute panjang: 2-3x lebih hemat bahan bakar dari kereta api

Emisi - Fase Operasi

Tidak ada (Zero )

Emisi - Fase Konstruksi

Tidak nol, berdasarkan pembuatan tabung dan kendaraan

Kapasitas - penumpang per kendaraan

28 per kendaraan (fleksibel)

Kapasitas - penumpang per penumpang

840 – 3,360 per jam

Penumpang per tahun

15 juta per tahun (kapasitas maksimum)

Kapasitas

Sistem Interoperabilitas

Tidak interoperabilitas, tidak mampu menyediakan transit lokal

Biaya Kapital dari Mode
Transportasi

Biaya infrastruktur (per mile )

Alpha: $17 jutaHyperloop Technologies : $25-27 juta (minus lahan) $64 juta (di bawah air)

Catatan

Berdasarkan dari proposal estimasi yang dipresentasikan oleh Hyperloop Alpha. HT
diperkirakan termasuk akusisi lahan

Sumber : US. Departement of Transportation

Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara
dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api. Dan berikut adalah Petunjuk Perkiraan Biaya untuk Hyperloop
yang tertera pada Tabel 7.
Tabel 7. Petunjuk Perkiraan Biaya
Component
Tube Construction
Pylon Construction
Tunnel Construction
Propulsion
Solar Panels & Batteries
Station & Vacuum Pumps
Permits & Land
Total

Cost
(Million USD)
650
2550
600
140
210
260
1000
5410

Note
709.2 miles of Tube
25k pylons
15.2 miles of tunnel
Linear induction motors
Panels cover both tubes
2 stations @ $125 m each
2 stations @ $125 m each

Sumber : US. Departement of Transportation

Tabel 7. menunujukan biaya perkomponen dari 354,6 mile atau setara 570,67 km rute pada Hyperloop Alpha yang
digunakan untuk mobilasi penumpang. Perhitungan ini tidak termasuk biaya pods. Jarak ini hampir sama dengan
Bandung - Surabaya melalui jalur transportrasi udara.

4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

2.

Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan
wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan
istilah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut
mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota, pergerakan yang
terjadi antara Kawasan Gerbangkertosusila dan Jabodetabek sepanjang tahun 2016 adalah 23.738.105
pergerakan penumpang.
Berdasarkan data yang di olah dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Angkasa Pura I (Persero)
diketahui bahwa dari 65.036 pergerakan orang dari Jakarta-Surabaya maupun sebaliknya hanya 18,51%
yang sudah tercover oleh Kereta Api, 39,14% Pesawat Terbang dan sisanya sebanyak 42,35%
7

3.

4.

menggunakan moda transportasi lain seperti Bus AKAP dan sebagian kecil menggunakan moda
transportasi laut kapal roro dan kendaraan pribadi.
Efisiensi waktu, energi, frekuensi, dan cost menjadi faktor utama di dalam sustainable transportation jika
melihat tabel 5. angkutan jalan (bus) mempunyai harga tiket dengan kisaran cukup terjangkau oleh
masyarakat hal ini ditunjukan dengan hampir 42% pengguna angkutan umum Jakarta-Surabaya
menggunakan Bus, namun angkutan bus memiliki ketepatan yang buruk dan selisih efesiensi waktu bila
dibanding dengan moda lain cukup jauh.
Faktor kecepatan dan konsumsi energi menjadi dua faktor unggulan Hyperloop, dengan kecepatan rata-rata
600 mph mampu memangkas waktu tempuh antara Jakarta-Surabaya yang semula 70 menit jika
menggunakan moda transportasi pesawat menjadi 36 menit. Bahan bakar Hyperloop yang menggunakan
listrik dan sumber daya tenaga matahari membuat moda transportasi ini zero emission pada fase operasi.
Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan
udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api

Saran
1.

2.
3.

Dalam mengatasi permasalahan transportasi serta pemenuhan kebutuhan demand perlu adanya konektivitas
antar moda, Hyperloop hadir sebagai komplementer dari moda transportasi yang sudah ada dan kedepan
Pemerintah perlu membuat sebuah peraturan baku maupun regulasi tertulis yang mengatur moda
transportasi Hyperloop lebih lanjut.
Di dalam penelitian ini perlu diadakan kajian lebih lanjut dari aspek ekonomi maupun finansial yang lebih
meluas guna mendapatkan hasil yang rinci, detail dan tepat.
Perlu diadakan penelitian lebih mendalam mengenai kenyamanan penumpang moda transportasi Hyperloop

DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA)
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Bambury, 2016. Toronto to Montreal in less than 30 minutes. How a Canadian company plans to make it happen.
……CBC Radio: Canada
Catherine L. Taylor, David J. Hyde, Lawrence C. Barr. (2016). ”Hyperloop Commercial Feasibility Analysis: High
……Level Overview”. US. Departement of Transportation. USA.
Chee, Alexander. 2015. The Race to Create Elon Musk’s Hyperloop Heats Up. Wall Street Journal.
Deacon, Bob. 1983. Social Policy and Socialism. Pluto Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
……Pustaka Utama.
Heidenheimer, Arnold J.; Hugo Heclo; Carolyn Teich Adams. 1983. Comparative Public Policy. St. Martin’s Press.
Jones, Gavin W. 2010. The 2010-2035 Indonesian Population Projection: Understanding the Causes, Consequences
and Policy Option For Population and Development. UNFPA: Jakarta
Lee, Dave. 2016. Magnetic Hyperloop pod unveiled at MIT. BBC News: Nort America
Marcus, Steve 2016. 0 to 400 mph in 2 seconds? Russian Railways eyes supersonic Hyperloop technology. Reuters:
……England.
Morlok , Edward K., 1978, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi , Penerbit Erlangga. Jakarta
Munawar, A. 2007. Pengembangan Transportasi yang Berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas
Gadjah Mada. 7 Februari 2007. Yogyakarta.
Munda, G. 2005. Multi Criteria Decision Analysis and Sustainable Development. State of the Art Surveys. Springer:
…….New York.
Musk, Elon. 2013. Hyperloop Alpha. SpaceX.
NN, 2002, Definition and Vision Of Sustainable Transportation, Canada: The Centre fot Sustainable Transport
Raka, G. 2003. Menggarisbawahi Peran Idealisme, Karakter dan Komunitas dalam Transformasi Institusi. Makalah
Orasi Ilmiah. Sidang Terbuka Senat Peringatan Dies Natalis ke-44 Institut Teknologi Bandung. 2 Maret.
Bandung.
Renn, O., Webler, T., Rakel, H., Dienel, P. dan Johnson, B. 1993. Public participation in decision making: A three…….stage procedure. Science Policy.
Tanariboon, Yordphol. (1992). An Overtime and Future Direction of TDM in Asian Metropolises . Regional
Development Dialogue vol.13 no.3
Van Miltenburg, Olaf. 2016. TU Delft onthult Hyperloop-ontwerp Vervoermiddel van de toekomst. Means of
…….transport of the future. Tweaker: Dutch.
Warpani, P. Suwardjoko. (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung : Penerbit ITB.
WCED. 1987. Our Common Future. OxfordUniversity Press, Oxford.
Wedziuk, Emilia. 2016. Hyperloop made in Poland gets more and more realistic. ITkey Media: Poland.
8