Kriminologi X&XI Recent site activity teeffendi Kriminologi X&XI

Teori
kriminologi

Teori Sosiologi kriminal
Teori-teori dalam kelompok ini sama sekali
mengabaikan arti dari struktur biologis dan
psikologis dari individu. Teori-teori dalam
kelompok teori individual memberikan
gambaran bahwa perilaku khususnya perilaku
jahat disebabkan oleh adanya sesuatu yang
berbeda dalam fisik atau kondisi mentalnya.
Teori-teori faktor sosiologis mencari sebabsebab yang berbeda dalam kejahatan
2

Teori Sosiologi kriminal
Adler membagi teori sosiologi kriminal ke
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Teori Strain (Strain Theories);
2. Teori Penyimpangan Budaya (Cultural
Deviance Theories);
3. Teori Kontrol Sosial (Social Control Theories)

(Lihat Freda Adler, et al, 1998: 124)
3

Kelompok Strain Theories
Teori-teori ini memfokuskan ini pada
pengaruh tekanan sosial yang
menyebabkan masyarakat melakukan
tindakan kriminal.
Di dalam pengelompokan teori ini akan
dibahas teori Anomie dari Emile Durkheim
dan teori Strain dari Robert K. Merton.
4

Teori Anomie
Kata Anomie dipelopori dan pertama
digunakan oleh Emile Durkheim dalam bukunya
yang berjudul ”Suicide”. Di dalam bukunya
tersebut Durkheim menguraikan penyebab
bunuh diri sebagai perwujudan suatu kondisi
tidak nyaman dalam diri atau individu.

5

Teori Anomie
Anomie adalah suatu kondisi dimana terjadi
perbedaan yang mendasar antara tujuan
budaya dengan alat-alat sah yang tersedia
untuk kelompok tertentu dalam masyarakat
dalam mencapai tujuan tersebut. Anomie juga
merupakan kondisi masyarakat dimana tujuantujuan tertentu ditekankan lebih dari apa yang
diterima dari tujuan tersebut.
(Lihat Robert F Meier, 1989: 138)

6

Teori Anomie
Hasil karya Durkheim tentang Anomie patut
dicatat karena muncul dimana dunia ilmu
pengetahuan sedang mencari abnormalitas
pelaku kejahatan, Durkheim justru
mengemukakan normalnya kejahatan di

masyarakat. Perbuatan manusia (dan terutama
perbuatan salah) tidak terletak pada diri
individu tetapi terletak pada kelompok dan
organisasi sosial.

7

Teori Anomie
Ide dasar yang menarik perhatian dari konsep
anomie adalah kegunaan konsep yang dimaksud
lebih lanjut untuk menjelaskan penyimpangan
tingkah laku yang disebabkan kondisi ekonomi
dalam masyarakat.
Durkheim memiliki keyakinan, bahwa hasrat
manusia tak terbatas. Karena alam tak mengatur
batas-batas biologis yang ketat untuk kemampuan
manusia, sebagaimana diatur untuk binatang dan
tumbuhan.

8


Teori Strain
Teori Strain merupakan pengembangan dari Teori
Anomie Emile Durkheim. Teori ini dikembangkan
oleh Robert K. Merton untuk melihat dan
menganalisa keadaan masyarat Amerika pada
tahun sekitar 1938.
Robert K. Merton melihat penyimpangan pada
masyarakat Amerika pada waktu itu merupakan
suatu gejala anomali yang dapat dianalisa
penyebab dan akibatnya.
9

Teori Strain
Menurut Merton, masyarakat Amerika telah
melembaga suatu cita-cita untuk mengejar sukses
semaksimal mungkin yang umumnya diukur dari
harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
Untuk mencapai maksud-maksud tersebut,
masyarakat telah menetapkan cara-cara tertentu

yang diakui dan dibenarkan dimana harus
ditempuh seseorang. Dalam kenyataannya tidak
semua orang mencapai cita-cita melalui jalan yang
dibenarkan

10

Teori Strain
Di dalam mencapai cita-cita tersebut terdapat
individu yang berusaha mencapainya dengan cara
melanggar undang-undang. Pada umumnya yang
melakukan pelanggaran itu adalah masyarakat
golongan tertentu yaitu masyarakat kelas bawah dan
minoritas.
Ketidaksamaan kelas atau kondisi sosial yang ada
pada masyarakat Amerika disebabkan proses
terbentuknya masyarakat itu sendiri, yang menurut
pandangan Merton, struktur masyarakat demikian
adalah anomistis.
11


Teori Strain
Di dalam mencapai cita-cita tersebut terdapat
individu yang berusaha mencapainya dengan cara
melanggar undang-undang. Pada umumnya yang
melakukan pelanggaran itu adalah masyarakat
golongan tertentu yaitu masyarakat kelas bawah dan
minoritas.
Ketidaksamaan kelas atau kondisi sosial yang ada
pada masyarakat Amerika disebabkan proses
terbentuknya masyarakat itu sendiri, yang menurut
pandangan Merton, struktur masyarakat demikian
adalah anomistis.
12

Teori Strain
Struktur sosial merupakan akar dari masalah
kejahatan. Strain teori berasumsi, bahwa individu
pada dasarnya taat hukum, tetapi berada di bawah
tekanan besar mereka melakukan kejahatan,

disparitas antara tujuan dan sarana inilah yang
memberikan tekanan.
Struktur sosial adalah akar dari semua permasalahan,
struktur sosial membatasi akses untuk mendapatkan
tujuan melalui alat-alat yang sah seperti pendidikan
tinggi, bekerja keras, koneksi keluarga, ras dan bahkan
bahasa.

13

Cultural Deviance
Theories
Jika strain theories melihat kepada tingkah laku
kriminal yang disebabkan karena pemenuhan
kebutuhan ekonomi atau karena pengaruh ekonomi,
Cultural Deviance Theories memandang kejahatan
sebagai seperangkat nilai-nilai yang khas pada
masyarakat kelas bawah. Namun keduanya, baik strain
maupun cultural menempatkan penyebab kejahatan
pada ketidakberuntungan posisi orang-orang di strata

bawah dalam satu masyarakat yang mengakui sistem
sosial dengan kelas.
14

Cultural Deviance
Theories
Terdapat beberapa teori yang dapat
dikategorikan dalam teori penyimpangan
budaya. Setidaknya terdapat tiga bentuk teori
yang merupakan bagian dari teori
penyimpangan budaya yaitu:
1. Social disorganization theory;
2. Differential association theory;
3. Culture conflict theory.
15

Social Disorganization
Theory
Social disorganization theory memfokuskan diri pada
perkembangan area-area yang angka kejahatannya

tinggi yang berkaitan dengan disintegrasi nilai-nilai
konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi yang
cepat, peningkatan imigrasi dan urbanisasi.
Teori ini dicetuskan oleh Thomas dan Znaniecki yang
meneliti para petani Polandia yang bermigrasi ke
wilayah Industri Amerika. Teori ini kemudian
dikembangkan oleh dua sarjana Universitas Chicago,
yaitu Robert E. Park dan Ernest W. Burgess.
16

Social Disorganization
Theory
Robert E Park meneliti karakteristik daerah (area)
dan bukannya meneliti para penjahat untuk
penjelasan tentang tingginya angka kejahatan.
Bersama dengan Ernest W. Burgess, Park
mengembangkan pemikiran tentang natural urban
area yang terdiri atas zona-zona konsentrasi yang
memanjang keluar dari distrik pusat binis di tengah
kota sampai ke zona komuter di pinggiran kota.

17

Natural Urban Area

18

Social Disorganization
Theory

Konsep Natural Urban Area dari Park dan Burgess
tersebut dipakai sebagai model dalam penelitian
Clifford Shaw dan Henry McKay. Di dalam
penelitiannya, Shaw dan McKay memperoleh data,
terdapat 55.998 persidangan anak yang terjadi
selama 30 tahun, terhitung mulai tahun 1900 –
1933, yang mengindikasikan sebagai berikut:
19

Hasil penelitian Shaw dan
McKay

1.
2.

3.

4.

5.

Tingkat kejahatan menyebar berbeda diseluruh kota;
Sebagian besar kenakalan terjadi di area yang paling dekat
dengan pusat bisnis dan menurun sesuai dengan jarak dari
pusatnya;
Beberapa area secara konsisten memiliki tingkat kejahatan yang
tinggi, tanpa memperhatikan etnis apakah yang paling banyak
pada populasi tersebut;
Area dengan tingkat kenakalan tinggi memiliki karakteristik,
persentase tinggi para imigran, non kulit putih, keluarga dengan
penghasilan rendah dan persentase rendah dari kepemilikan
rumah;
Di area dengan tingkat kenakalan tinggi terdapat norma non
konvensional yang diterima secara umum, tapi norma ini disaingi
oleh norma konvensional yang dibuat oleh beberapa penduduk. 20

Differential Association
Theory
Teori asosiasi diferensial atau Differential Association
Theory dikemukakan pertama kali oleh Edwin H.
Shuterland pada tahun 1934 dalam bukunya, The
Principle of Criminology. Sutherland memiliki
pemikiran yang lebih sistematis dibanding Shaw dan
McKay dalam mengamati bahwa nilai-nilai
menyimpang yang ada di masyarakat di transmisikan
kegenerasi berikutnya.
21

Differential Association
Theory
Sembilan proposisi dasar dalam teori ini menurut
Sutherland adalah:
1. perilaku kejahatan dapat dipelajari;
2. tingkah laku kriminal dipelajari dalam interaksi
dengan orang lain dalam proses komunikasi;
3. Bagian terpenting dari mempelajari tingkah laku
kriminal itu terjadi di dalam kelompok yang dekat;
4. ketika tingkah laku kriminal dipelajari,
pembelajaran itu termasuk (a) teknik melakukan
kejahatan, (b) arah khusus dari motif-motif,
dorongan-dorongan, rasionalisasi dan sikap;

22

Differential Association
Theory
5. arah khusus dari motif dan dorongan itu dipelajari
melalui definisi-definisi dari aturan hukum apakah
menguntungkan atau tidak;
6. seseorang menjadi delinquent karena definisidefinisi yang menguntungkan untuk melanggar
hukum;
7. differential assosiasi ini mungkin berbeda-beda
dalam frekuensi, rentang waktu, prioritas serta
intensitasnya;
23

Differential Association
Theory
8. proses mempelajari tingkah laku kriminal melalui
asosiasi dengan dengan pola-pola kriminal dan anti
kriminal melibatkan semua mekanisme yang ada
disetiap pembelaliran lain;
9. walaupun perilaku kriminal merupakan ungkapan
dari kebutuhan dan nilai-nilai umum, tingkah laku
kriminal tidak dijelaskan oleh kebutuhan dan nilainilai umum itu, karena tingkah laku non criminal
juga ungkapan dari kebutuhan dan nilai-nilai yang
sama
(Lihat Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2002: 76) 24

Culture Conflict Theory
Menurut Thorsten Sellin, norma yang mengatur
kehidupan kita sehari-hari atau conduct norms
merupakan aturan-aturan yang merefleksikan sikapsikap dari kelompok-kelompok yang masing-masing
dari kita memilikinya. Setiap kelompok memiliki
conduct norms yang mungkin berbeda antara satu
kelompok dengan kelompok yang lain. Menurut teori
ini, perbedaan antara pelaku kejahatan dan non
pelaku kejahatan adalah bahwa masing-masing
menganut conduct norms yang berbeda.
25

Culture Conflict Theory

Sellin membedakan antara konflik primer dan konflik
sekunder.
Konflik primer terjadi ketika norma-norma dari dua
budaya bertentangan. Pertentangan itu bisa terjadi
diperbatasan antara area-area budaya yang
berdekatan.
Konflik sekunder muncul jika satu budaya berkembang
menjadi budaya yang berbeda-beda.
26

Social Control Theories
Teori-teori kontrol sosial memiliki pendekatan
yang berbeda, teori tersebut berdasarkan pada
asumsi, bahwa motivasi untuk melakukan
kejahatan merupakan bagian dari kondisi alami
manusia. Konsekuensinya, teori-teori sosial
kontrol mencari untuk menemukan, kenapa
manusia tidak melakukan kejahatan
27

Social Control Theories
Teori kontrol sosial terutama dikembangkan di
Amerika Serikat dan untuk pertama kali
disistematisasi oleh Travis Hirschi, dan
mendapat perhatian yang meningkat dalam
tahun-tahun berikutnya di Belanda
Pengertian teori kontrol merujuk pada setiap
perspektif yang membahas ihwal pengendalian
tingkah laku manusia.
28

Social Control Theories

Sebagaimana kelompok-kelompok teori
sebelumnya, teori-teori yang termasuk ke
dalam kelompok teori kontrol sosial adalah
sebagai berikut:
1. Social Bonds dari Travis Hirschi;
2. Containment Theory dari Walter C. Reckless.
29

Social Bonds
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, teori
kontrol sosial memandang kejahatan dari sudut
pandang yang berbeda. Titik tolak dari teori kontrol
sosial adalah jawaban dari pertanyaan kenapa tidak
semua orang melakukan kejahatan. Jawabannya
adalah, timbulnya delinquency apabila ikatan dengan
pergaulan hidup menjadi lemah atau retak.
(Lihat JE Sahetapy, 1992: 20)
30

Social Bonds
Menurut Hirschi ada empat ikatan sosial yang
mendorong seseorang untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya sehingga tidak melakukan tindak
pidana:
1. Attachment, melibatkan diri dalam lingkungannya;
2. Commitment, keterikatan seseorang dengan sistem;
3. Involvement, terlibat aktif dalam sistem;
4. Beliefs, percaya pada nilai-nilai pergaulan hidup.
Semakin kuat ikatan tersebut,maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya penyimpangan.
31

Containment Theory
Menurut Reckless, untuk melakukan kejahatan atau
penyimpangan, seseorang telah melanggar sesuatu yang
disebut dengan pengurungan luar dan pengurungan
dalam yang bersama-sama cenderung mengisolasi
seseorang baik dari dorongan maupun tarikan tersebut.
Pengurungan luar antara lain: aturan yang berisi
pedoman bertingkah laku manusia, kesempatan bagi
individu untuk memperoleh status sosial, pengenalan
manusia dengan manusia lainnya dalam kelompok dll.
Pengurungan dalam antara lain: kontrol diri, ego yang
kuat, rasa bertanggungjawab yang tinggi dll.
32

Containment Theory

Kemungkinan terjadinya penyimpangan berhubungan
secara langsung dengan sejauh mana dorongan internal
(kebutuhan yang harus segera dipenuhi) dan tekanan
eksternal (kemiskinan, pengangguran, tertutupnya
kesempatan) serta tarikan-tarikan eksternal dikontrol
oleh pengurungan dalam dan pengurungan luar.
(Lihat Topo Santoso dan Eva A.Z., 2002: 96)
33

Daftar Bacaan
1. Adler, Freda et al, Criminology, 1998;
2. JE Sahetapy, Teori Kriminologi Suatu Pengantar,
1992;
3. Made Darma Weda, Kriminologi, 1996
4. Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, 2001

34

Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami

_/|\_
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com

35