Pengertian Bela Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara yang dilakukan secara
teratur, menyeluruh, dan terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara.
Dasar hukum undang-undang tentang upaya bela negara yaitu:
 Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
 Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

B. Fungsi dan Tujuan Bela Negara
Tujuan bela negara, diantaranya:






Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
Melestarikan budaya
Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945

Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara

Sedangkan fungsi bela negara, diantaranya:





Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman;
Menjaga keutuhan wilayah negara;
Merupakan kewajiban setiap warga negara.
Merupakan panggilan sejarah;

C. Manfaat Bela Negara
Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari bela negara:
 Membentuk sikap disiplin waktu,aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.
 Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
 Membentuk mental dan fisik yang tangguh.

 Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
 Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
 Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
 Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.

 Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
 Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin, .
 Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan:
 Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga)
 Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
 Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
 Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
 Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
 Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)

 Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
 Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)

Mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan?
Pada dasarnya setiap orang membutuhkan suatu organisasi yang disebut negara.
Apa yang akan terjadi jika tidak ada negara? Thomas Hobbes pernah melukiskan
kehidupan manusia sebelum adanya negara yaitu ”manusia merupakan serigala bagi
manusia lainnya” (Homo Homini Lupus) dan ”perang manusia lawan manusia” (Bellum
Omnium Contra Omnes). Dengan demikian, jika tidak ada negara pasti tidak akan ada
ketertiban, keamanan, dan keadilan.
Banyak pendapat para ahli tentang negara, namun secara umum negara dapat
diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati wilyah tertentu dan diorganisasi
oleh pemerintahan yang sah. Negara itu sendiri ada dapat disebabkan karena
kenyataan atau berdasarkan teori. Asal usul negera berdasarkan kenyataan terbagi 4
yakni:
 Pendudukan
Suatu daerah belum ada yang menguasai dan kemudian diduduki sekelompok manusia
(bangsa). Contoh: Liberia yang diduduki oleh budak-budak negro yang telah
dimerdekakan tahun 1847.
 Pelepasan

Suatu daerah yang semula menjadi wilayah atau termasuk daerah negara tertentu,
kemudian melepaskan diri dan menyatakan kemerdekaannya. Contoh: Belgia
melepaskan diri dari Belanda dan merdeka tahun 1839.
 Peleburan

Beberapa negara melakukan peleburan menjadi suatu negara baru. Contoh:
pembentukan kerajaan Jerman tahun 1871.
 Pemecahan
Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian di atas bekas wilayah negara itu timbul
negara-negara baru. Contoh: Kolombia pecah tahun 1832 menjadi Venezuela dan
Kolombia itu sendiri.
Sedangan asal usul negara berdasarkan teori adalah:
 Teori Ketuhanan
Menurut teori ini negara terbentuk karena adanya kehendak Tuhan. Hal ini didasarkan
pada keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada, terjadi atas kehendak Tuhan,
termasuk negara.
 Teori Perjanjian Masyarakat
Menurut teori ini, negara terbentuk karena adanya perjanjian antara individu-individu
yang disebut perjanjian masyarakat (contract social). Perjanjian di antara manusia itu
melahirkan negara. Bersamaan dengan perjanjian masyarakat tersebut, diadakan pula

perjanjian antara masyarakat dengan penguasa, yang isinya pernyataan manusia untuk
menyerahkan hak-hak yang diberikan alam kepada penguasa serta mereka berjanji
akan taat kepadanya.
 Teori Kekuasaan
Menurut teori ini, negara ada atau terbentuk karena faktor kekuasaan ataupun
kekuatan. Jadi, negara terbentuk karena adanya orang kuat yang mendirikan negara.
Dengan kekuatannya, orang tersebut dapat memaksakan kehendaknya terhadap orang
lain.
 Teori Hukum Alam
Menurut teori ini, negara ada karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang bermacam-macam. Secara sendiri-sendiri manusia tidak mungkin dapat
memenuhi semua kebutuhannya. Oleh sebab itu, manusia memerlukan kerja sama
dengan manusia lain. Dalam kerja sama itu muncul kelompok masyarakat, yang
kemudian berkembang menjadi besar, dan akhirnya terbentuklah negara.
Supaya hidup tertib, aman, dan damai maka diperlukan negara. Negara akan tegak
berdiri jika dipertahankan oleh setiap warga negaranya. Oleh karena itu, membela
negara sangat penting dilakukan oleh setiap warga negaranya. Ada beberapa alasan
mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan oleh setiap warga negara
Indonesia, diantaranya yaitu:
a. untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman;

b. untuk menjaga keutuhan wilayah negara;

c. merupakan panggilan sejarah;
d. merupakan kewajiban setiap warga negara.
Alasan-alasan pentingnya usaha pembelaan negara tersebut dapat dihubungkan
dengan Pertama, teori fungsi negara; Kedua, unsur-unsur dan sifat negara; Ketiga,
aspek sejarah perjuangan bangsa (merupakan panggilan sejarah); dan Keempat,
peraturan perundang-undangan tentang kewajiban membela negara.
1. Fungsi Negara dalam kaitannya dengan Pembelaan Negara
Para ahli merumuskan fungsi negara secara berbeda-beda tergantung pada titik
berat perhatian dan latar belakang perumusan tujuan dan fungsi negara tersebut.
Selain itu, penafsiran rumusan fungsi negara dipengaruhi oleh pandangan atau ideologi
yang dianut oleh negara atau ahli tersebut. Namun demikian, Budiardjo (1978:46)
menyatakan bahwa setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan
beberapa fungsi minimum yang mutlak perlu yaitu:
1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban atau bertindak sebagai stabilisator.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Bagi negara-negara
baru, fungsi ini dianggap sangat penting karena untuk mencapai kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat diperlukan campur tangan dan peran aktif dari negara.
3. Fungsi Pertahanan, yaitu untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar,
sehingga negara harus diperlengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan, yang dilaksanakan melalui badan-badan pengadilan.
Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi minimum, yang berarti fungsi negara
tersebut bisa berkembang lebih luas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai negara.
Jadi fungsi negara tidak bisa dipisahkan dari tujuan negara karena keduanya saling
berkaitan, sehingga para ahli seringkali menggandengkan tujuan dengan fungsi negara.
Pada dasarnya fungsi-fungsi negara tersebut berkaitan dengan usaha pembelaan
negara. Namun salah satu fungsi negara yang sangat penting bagi jaminan
kelangsungan hidup negara adalah fungsi pertahanan negara. Fungsi Pertahanan
negara dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan negara terhadap segala
kemungkinan serangan dari luar.
Fungsi pertahanan negara tidak bisa dipisahkan dengan pembelaan
terhadap
negara sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang nomor 3 tahun 2003 bahwa “
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara” (Pasal 9 ayat 1). Hal ini
mengandung makna bahwa partisipasi warga negara dalam melaksanakan fungsi
pertahanan negara merupakan wujud upaya pembelaan negara. Selain fungsi

pertahanan, terdapat fungsi lain yang juga sangat penting dalam upaya pembelaan
negara yaitu fungsi keamanan (ketertiban) untuk mencegah bentrokan-bentrokan dalam

masya-rakat. Di negara kita untuk melaksanakan fungsi keamanan tersebut dibentuk
lembaga yang kita kenal POLRI.
Berdasarkan uraian di atas, fungsi negara yang sangat penting untuk memelihara
ketertiban dan menjamin kelangsungan hidup atau tetap tegaknya negara adalah
fungsi pertahanan dan ketertiban (keamanan). Untuk mewujudkan fungsi pertahanan
dan keamanan tersebut selain negara harus memiliki alat-alat pertahanan dan
keamanan, juga diperlukan keikutsertaan segenap warga negara untuk membela
negara dalam upaya pertahanan dan keamanan negara. Dengan demikian,
keikutsertaan segenap warga negara dalam melaksanakan fungsi pertahanan dan
keamanan negara berkaitan dengan upaya membela negara.
Fungsi pertahanan dan keamanan negara sangat urgen dalam kehidupan negara
dan merupakan prasyarat bagi fungsi-fungsi lainnya, karena negara hanya dapat
menjalankan fungsi-fungsi lainnya jika negara mampu mempertahankan diri dari
berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam. Dalam organisasi negara, fungsi
pertahanan dan keamanan sangat penting karena negara tidak akan dapat
mensejahterakan rakyat, meningkatkan kualitas pendidikan, menegakkan keadilan, dan
lain-lain jika tidak mampu mempertahankan diri terhadap ancaman baik dari luar

maupun dari dalam.
Hal ini mengandung arti bahwa untuk mempertahankan dan megamankan negara
bukan hanya kewajiban TNI dan POLRI, tetapi juga merupakan kewajiban setiap warga
negara Indonesia.
Pandangan lain tentang fungsi-fungsi negara dikemukakan oleh Charles Merriam
(1947) dalam buku Systematic Politics yang dikutip Budiardjo, yaitu bahwa negara
memiliki lima fungsi fungsi :
a.
b.
c.
d.
e.

keamanan ekstern
ketertiban intern
fungsi keadilan
kesejahteraan umum
kebebasan.

Sedangkan Jacobsen dan Lipman (1936) mengklasifikasikan fungsi negara

menjadi fungsi essensil, fungsi jasa, dan fungsi perniagaan.
Fungsi essensil (essential functions) adalah fungsi yang diperlukan demi kelanjutan
negara yang meliputi:
a. pemeliharaan angkatan perang
b. pemeliharaan angkatan kepolisian untuk menindas kejahatan dan penjahat
c. pemeliharaan pengadilan untuk mengadili pelanggar hokum
d. mengadakan perhubungan luar negeri

e. mengadakan sistim pemungutan pajak, dan sebagainya.
Selain fungsi esensial, negara pun memiliki fungsi-fungsi jasa (service functions).
Fungsi jasa yaitu seluruh aktivitas yang mungkin tidak akan ada apabila tidak
diselenggarakan oleh negara, yang meliputi antara lain pemeliharaan fakir miskin,
pembangunan jalan, pembangunan jembatan, terusan-terusan, dan lain-lain.
Di negara kita, khususnya pemeliharaan fakir miskin diatur dalam Pasal 34 UUD 1945.
Artinya negara (pemerintah) harus memperhatikan dan mengupayakan perbaikan nasib
fakir miskin. Tugas-tugas pemeliharaan fakir miskin dapat saja diselenggarakan oleh
perorangan seperti adanya panti-panri yang tidak dikelola oleh negara. Demikian pula
pembuatan jembatan dan pembangunan jalan dapat saja dilaksanakan oleh
masyarakat seperti sering kita lihat di masyarakat pedesaan melalui kegiatan gotongroyong.
Terakhir adalah fungsi-fungsi perniagaan (business function) yang meliputi

fungsi jaminan sosial, pencegahan pengangguran, perlindungan deposito-deposito,
dan lain-lain. Fungsi ini dapat juga diselenggarakan oleh individu atau kelompok
(biasanya untuk memperoleh laba) apabila hal tersebut tidak diselenggarakan oleh
negara.
2. Unsur-Unsur Negara
Suatu organisasi dalam masyarakat baru dapat dikatakan negara apabila telah
memenuhi unsur-unsur yang harus ada dalam suatu negara.
Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan oleh negaranegara Pan-Amerika di Kota Montevideo, bahwa suatu negara harus mempunyai unsurunsur :
a) penduduk yang tetap
b) wilayah tertentu
c) pemerintah
d) kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain
Sedangkan Oppenheim-Lauterpacht berpandangan bahwa unsur-unsur pembentuk
(unsur konstitutif ) negara adalah
a) harus ada rakyat
b) harus daerah
c) pemerintah yang berdaulat.
Selain unsur tersebut ada unsur lain yaitu adanya pengakuan oleh negara lain
sebagai unsurdeklaratif .
Dalam kaitannya dengan upaya pembelaan negara, salah satu sasaran yang
penting dan mesti dibela oleh pemerintah dan setiap warga negara adalah wilayah

negara. Wilayah negara (teritorial) merupakan wadah, alat, dan kondisi juang bagi
berlangsungnya penyelenggaraan upaya pembelaan negara.
Wilayah negara negara Republik
Indonesia terbentang sangat luas dan
terdiriatas beribu-ribu pulau. Keberadaan pulau-pulau terluar Indonesia yang
berhadapan langsung dengan negara tetangga seringkali menimbulkan konflik
perbatasan yang mengganggu dan mengancam keutuhan wilayah negara kita.
Untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan teritorial dan keutuhan wilayah
negara, diperlukan alat atau lembaga pertahanan dan keamanan negara dengan
didukung oleh peran aktif dan loyalitas setiap warga negara. Karena betapa pentingnya
keutuhan wilayah dan kedaulatan negara, maka UUD 1945 menegaskan bahwa
keikutsertaan setiap warga negara dalam mempertahankan, mengamankan dan
membela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban.
Dalam kaitannya dengan konsep upaya pembelaan negara, keempat unsur
negara tersebut memiliki keterkaitan dan kedudukan yang sangat penting. Unsur
penduduk (dalam arti warga negara) merupakan unsur pendukung dalam
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara, di samping mempunyai kewajiban
untuk membela negara. Warga negara (dalam posisinya masing-masing) memiliki
peranan penting dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara dan
keutuhan wilayah negara dari berbagai ancaman yang datang dari dalam dan luar
negeri. Sedangkan unsur pemerintah yang berdaulat memiliki posisi sangat penting
baik sebagai penentu kebijakan maupun sebagai pelaksana dalam arti
mengkordinasikan kegiatan pertahanan dan keamanan negara dalam upaya
pembelaan terhadap negara. Pemerintah yang dilengkapi TNI dan POLRI merupakan
komponen utama dalam pertahanan dan keamanan negara yang selalu siap siaga
menghalau setiap ancaman dari luar dan dalam negeri. Unsur wilayah merupakan
merupakan wadah, alat, dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan
upaya pembelaan negara.
Unsur terakhir adalah pengakuan dari negara lain. Realisasi dari adanya pengakuan
dari negara lain diantaranya diwujudkan dalam bentuk kerjasama dalam berbagai
aspek / bidang kehidupan termasuk bidang pertahanan dan keamanan Negara.
Kerjasama Internasional khususnya di bidang pertahanan merupakan salah satu upaya
mempertahankan negara Republik Indonesia yang tidak lain merupakan upaya untuk
membela negara dari berbagai ancaman yang datang dari luar dan dalam negeri.
Keterlibatan Indonesia secara aktif dalam menjamin stabilitas dan perdamaian dunia
telah ditunjukkan melalui pengiriman pasukan perdamaian ke sejumlah negara di dunia
yang dilanda konflik. Keterlibatan TNI dalam pasukan PBB telah dimulai sejak tahun
1957 dengan mengirimkan Kontingen Garuda (KONGA – I) ke Mesir dengan kekuatan
559 pasukan.

Selain meiliki unsur yang diuraikan di atas, negara-negara memiliki sifat-sifat

khusus.Negara merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki kedaulatan atau
kekuasaan tertinggi. Negara mempunyai sifat-sifat khusus, yakni.

1. Memaksa
Negara memiliki kekuasaan memaksa agar peraturan perundangundangan ditaati
sehingga ketertiban dalam masyarakat terjamin dan anarki atau kekacauan dapat
dicegah.
2. Monopoli
Negara memiliki monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dan masyarakat.
3. Mencakup Semua
Menyeluruh bermakna mencakup semua. Maksudnya, peraturan perundang-undangan
yang dibuat negara berlaku untuk semua warga negara tanpa terkecuali.
3. Sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Dilihat dari aspek sejarah perjuangan bangsa, masyarakat Indonesia telah
membuktikan dirinya yang selalu berpartisipasi dan manunggal dengan aparat
pertahanan dan keamanan dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Pembinaan rasa kebangsaan itu telah dirintis sejak kebangkitan nasional
tahun 1908 yang kemudian dipertegas pada tahun 1928, dan akhirnya diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945.
Partisipasi warganegara dalam pembelaan negara dapat dilihat dengan
dibentuknya berbagai organisasi rakyat untuk pembelaan negara seperti kelaskaran,
barisan cadangan, pasukan gerilya desa (pager desa), mobilsasi pelajar (mobpel),
organisasi keamanan desa (OKD), organisasi perlawanan rakyat (OPR), dan
pembentukan Hansip, Wanra, dan Kamra. Hal ini menunjukkan bahwa keikutsertaan
segenap warga negara dalam pembelaan negara merupakan panggilan sejarah yang
wajib dilakukan oleh kita semua sebagai generasi penerus bangsa, sebagai pemilik
negara, dan sebagai bagian dari negara.
Negara Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 bertekad
bulat untuk membela, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, serta
kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tekad tersebut
kemudian dinyatakan dengan tegas dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 bahwa
“negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kata-kata
“segenap bangsa” dapat diartikan seluruh warga negara Indonesia yang meliputi rakyat
dan pemerintah. Sedangkan “tumpah darah Indonesia” dapat dimaknai sebagai tanah
air (wilayah) Indonesia.

4. Perundang-Undangan tentang Kewajiban Membela Negara
Dilihat dari perundang-undangan, kewajiban membela negara dapat ditelusuri
dari ketentuan dalam UUD l945 dan undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang
pertahanan negara. Dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat 1 ditegaskan bahwa “ tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”. Sedangkan dalam ayat 2 disebutkan bahwa “ usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2) tersebut, ada beberapa hal
yang mesti kita pahami yaitu 1) keikutsertaan warga negara dalam pertahanan dan
keamanan negara merupakan hak dan kewajiban; 2) pertahanan dan keamanan
negara menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta; 3) kekuatan
utama dalam sistem pertahanan adalah TNI, sedangkan dalam sistem keamanan
adalah POLRI; 4) kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan sebagai
kekuatan pendukung.
Konsep yang diatur dalam Pasal 30 tersebut adalah konsep pertahanan dan kemanan
negara. Sedangkan konsep bela negara diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 3 bahwa
“ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Ikut serta pembelaan negara tersebut diwujudkan dalam kegiatan penyelenggaraan
pertahanan negara, sebagaimana ditegaskan dalam UU No.3 tahun 2002 Pasal 9 ayat
(1) bahwa “ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Kemudian dalam UU
RI nomor 3 tahun 2002 bagian menimbang huruf (c) ditegaskan antara lain ”dalam
penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara…”.
Sedangkan pertahanan negara adalah segala usaha untuk memepertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara (Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 3 tahun 2002). Dengan demikian, jelaslah
bahwa keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diwujudkan dalam
keikutsertaannya pada segala usaha untuk memepertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Kata “wajib” yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 3 dan undang-undang
nomor 3 tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 mengandung makna bahwa setiap warga negara,
dalam keadaan tertentu dapat dipaksakan oleh negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Namun demikian, di negara kita sampai saat ini belum ada
keharusan untuk mengikuti wajib militer (secara masal) bagi segenap warga negara
Indonesia seperti diberlakukan di beberapa negara lain. Sekalipun demikian,
adakalanya orang-orang yang memiliki keahlian tertentu (biasanya sarjana) yang
dibutuhkan negara dapat diminta oleh negara untuk mengikuti tes seleksi penerimaan
anggota TNI sekalipun orang tersebut tidak pernah mendaftarkan diri.

Hal ini dibenarkan karena negara diberi tugas untuk menjalankan fungsi-fungsi yang
diembannya dalam rangka mewujudkan tujuan negara yang telah ditetapkan. Selain itu,
negara berwenang memaksa karena memang negara memiliki sifat khusus yang
dikenal dengan sifat hakekat negara, yaitu sifat memaksa, monopoli, dan mencakup
semua. (H.J. Laski, 1966).
Sifat memaksa yang berarti bahwa negara mempunyai kekuasaan untuk
memakai kekerasan fisik secara legal. Untuk mengefektifkan sifat memaksa ini negara
memiliki alat-alat negara seperti polisi dan tentara. Laski berpendapat bahwa sifat
hakikat dari negara terletak dalam kekuasaanya untuk memaksakan kaidah-kaidah
yang telah ditetapkan negara kepada setiap orang yang hidup dalam lingkungan
perbatasannnya. Misalnya : negara mewajibkan setiap warga negara untuk membayar
pajak dan mentaati peraturan yang berlaku.
Sifat monopoli yang berarti bahwa negara mempunyai monopoli dalam
menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, negara dapat
melarang suatu organisasi politik tertentu berkembang atau menyebar di wilayah
negara tersebut. Contoh: di negara kita melalui ketetapan MPRS nomor
XXV/MPRS/1966 melarang organisasi PKI berkembang di seluruh wilayah negara
republik Indonesia.
Sifat mencakup semua yang berarti bahwa seluruh peraturan perundangundangan dalam suatu negara berlaku untuk semua orang yang terlibat di dalamnya
tanpa kecuali. Hal ini berarti semua orang dan semua anggota negara harus taat dan
patuh pada peraturan perundang-undangan “yang berlaku”. Misalnya, negara
memerintahkan kepada semua orang untuk tidak mencuri atau membunuh, dan negara
akan menghukum setiap orang yang melanggar perintah itu.

Bentuk Penyelenggaraan Usaha Pembelaan Negara
Menurut Pasal 9 ayat (2) Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara
diselenggarakan melalui:
a) Pendidikan kewarganegaraan;
b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c) Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara suka rela
atau secara wajib; dan
d) Pengabdian sesuai dengan profesi.

DAFTAR PUSTAKA
http://kr33z.xtgem.com/pengertian%20bela%20negara
http://brainly.co.id/tugas/368218
http://www.kitapunya.net/2015/06/pengertian-dasar-hukum-dan-prinsip-belanegara.html https://akhinanaufal.wordpress.com/2016/07/15/manfaat-bela-negara/
http://ppkn-smp.blogspot.co.id/2015/12/contoh-bela-negara-dalam-kehidupan.html
https://harissuwondo.wordpress.com/pembelaan-negara/