Analisis Hukum Lingkungan atas Material

Analisis Hukum Lingkungan atas Material Pasir (Tambang
Galian C) Ilegal di Desa Sojomerto, Batang
Khoiril Huda
khoirilhudaws@students.unnes.ac.id
Abstrak
Sungai Petung di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang tidak memiliki izin
galian c, namun daerah ini seakan kebal terhadap hukum dan belum pernah di
tinjau langsung oleh pihak yang bersangkutan. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa tambang yang sudah beroperasi selama puluhan tahun ini tergolong
ilegal, tapi tidak pernah kena penertiban. Hingga akhirnya Gubernur Jateng
melakukan sidak (inspeksi mendadak) pada Selasa (22/3) bersama pihak
kepolisian setelah mendapat keluhan dari warga. Warga sering mendengar
akan diadakannya razia terhadap daerah tambang ini, tapi ada kabar yang
berhembus bahwa daerah galian ini dibekeingi oleh salah seorang petinggi di
DPRD Jateng. “Inisialnya adalah RS” berdasarkan pertanyaan kepada beberapa
warga pada saat dilakukannya sidak oleh Gubernur Jateng itu. Lingkungan
masyarakat terpengaruh dengan adanya pertambangan ilegal ini. Akibat
adanya galian ini, air warga tercemar dan mengganggu Sumber air masyarakat
Desa Polodro dan sekitarnya. Hal yang mencengangkan adalah ungkapan dari
sopir truk yang mengangkut material itu menyebutkan bahwa pasir dibawa ke
Semarang, dan dikirim ke salah satu BUMN(Badan Usaha Miliki Negara). Untuk

membantu masyarakat menghadapi bekingan pertambangan itu, Ganjar
menghubungi Kapolres Batang AKBP Juli Agung Nugroho. Warga juga diminta
untuk kompak membuat portal, sehingga truk itu tidak bisa masuk ke wilayah
mereka lagi. Kepada BUMN terkait, Ganjar mengimbau agar dicari tahu terlebih
dahulu pasokan maerial yang mereka pakai. Lingkungan masyarakat
terganggu dengan adanya galian ilegal in dan menyebabkan debit air di Desa
sekitar pertambangan berkurangi.
Kata kunci: Galian C Ilegal, Desa Sojomeroto, Lingkungan, Beking.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kasus
Di dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan bahwa “bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Kata “dikuasai”
dalam pasal ini mengandung arti bahwa negara diberi kebebasan untuk
mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan
galian tambang yang diberikan seluasluasnya untuk kemakmuran bagi seluruh
rakyat Indonesia . Sebelum melakukan kegiatan usaha pertambangan pasir
haruslah memiliki izin, setiap usaha pertambangan haruslah mempunyai izin
yang sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 35 UU MINERBA “usaha
pertambangan dilaksanakan dalam bentuk izin usaha pertambangan (IUP)”.


Pada kenyataannya masih banyak usaha pertambangan yang tidak memiliki
izin usaha pertambangan.1
Ilmu lingkungan dan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan karena
saling berkaitan, tetapi dapat dibedakan. Berbicara mengenai ilmu lingkungan
tidak dapat lepas dari konsep ekologi dan dan ekosistem. 2 Sedangkan hukum
lingkungan memiliki pengertian keseluruhan peraturan yang mengatur entang
tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap
lignkungan, yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan
suatu sanksi oleh pihak berwenang.3 Banyak sekali masalah lingkungan yang
muncul, seperti pecemaran, kerusakan dan bencana dari masa ke masaterus
berlangsung dan semakin luas. Selain menyebabkan kualitas lingkungan
menurun, dampak yang muncul juga menyebabkan kondisi kesehatan
masyarakat semakin parah. Kualitas lingkungan yang buruk bisa disebabkan
karena pertambahan penduduk yang semakin banyak dan meningkatnya
kebutuhan akan sumber daya.
Setiap tahun, banyak pihak ang berlomba-lomba membangun gedung
mewah, kawasan perkantoran dan perumahan yang terkadang lupa
mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan alami yang bisa saja
memberi bencana kepada manusia jika tidak bisa mengendalikan

lingkungannya. Eksploitasi sumberdaya alam semakin tinggi dan cenderung
melupakan aspek lingkungan hidup. Kerusakan fisik mulai terlihat akibat dari
eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan.kawasan hutan lindung semakin
berkurang, munculnya pertambangan ilegal, pembakaran hutan dan banyak
sekali masalah terkait lingkungan alamiah di Indonesia.
Kronologi Kasus
Pencemaran sumber mata air di Desa Polodoro dan sekitarnya
disebabkan karena pertambangan galian c ilegal yang belum pernah
ditertibkan oleh pihak berwenang. Masayarakat sudah sering mengadukan
kepada pemerintah Kabupaten Batang, akan tetapi tak kunjung ditindaklanjuti.
Salah satu penyebab daerah ini tidak pernah terkena penertiban karena ada
salah seorang petinggi DPRD Jateng yang mejadi beking pertambangan ilegal
di Desa Sojomerto. Adapun dugaan hasil dari sidak(inspeksi mendadak) yang
dilakukan oleh Gubernur Jateng dan perangkat kepolisian mengetahui bahwa
petinggi DPRD itu berinisial RS. Daerah tambang di desa ini seakan-akan ada
pihak yang menghalang-halangi ketika muncul kabar penertiban.
Debit air yang bersumber dari mata air di dekat sungai mulai berkurang
dengan adanya pertambangan ilegal. Masyarakat mulai mengeluhkan hal ini
dan berharap kedepannya pihak pemerintah bisa membantu mereka. Oleh
sebab itu, Ganjar selaku Gubernur Jateng langsung menelpon Kapolres Batang

agar kasus ini segera diusut dan diselesaikan agar masyarakat memiliki
kekuatan untuk mengusut beking yang ada dibalik pencemaran lingkungan ini.
Disisi lain, Ganjar juga meminta waarga untuk kompak membuat portal agar
truk ilegal tidak berani masuk ke Desa mereka, dan apabila ada yang memaksa
masuk dimintai surat ijin. Jika tdak memiliki surat ijin, masyarakat berhak
mengusir truk yang ingin mengambil material dari Desa mereka.
1 Alnoventio Bahtiar, “PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) SEBAGAI UPAYA
PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DI KABUPATEN
SLEMAN”, Jurnal Hukum UAJY, Vol.-, Januari, 2016. Hlm.1.
2 Mohammad Erwin, 2011, HUKUM LINGKUNGAN Dalam Sitem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup,PT. Refika Aditama, Bandung, hlm.6.
3 R.M. Gatot P.Soemartono, 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.45.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng
menyebutkan bahwa wilayah tambang galian c di Desa Polodoro, Kecataman
Reban, Batang dipastikan ilegal. Loksi tambang sesuai dengan tata ruang
kabupaten hanya ada di tiga kecamatan, yakni: Kecamatan Bawang, Bandar,
dan Gringsing. Selain tiga kecamatan itu dipastikan ilegal. Pemkab Batang saat
ini sedang mengajukan revisi tata ruang. Rencana kedepannya setiap
kecamatan meiliki area tambang yang diizinkan. Penyelenggaraan kegiatan

pertambangan Panas Bumi bertujuan: a.mengendalikan pemanfaatan kegiatan
pengusahaan Panas Bumi untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan
serta memberikan nilai tambah secara keseluruhan; dan
b. meningkatkan pendapatan asli daerah dan mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah demi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.4
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan
atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi
dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Berkurangnya ketersediaan air
yang disebabkan adanya lokasi penambangan pasir yang tidak mengindahkan
konservasi lahan dan tanah. Keluhan masyarakat sudah munculakibat air yang
ada di beberapa sumber yang dibuat secara swadaya kini kian menyusut,
padahal air sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Semenjak
Indonesia menerapkan sistem perekonomian yang terintegrasi dan berorientasi
pada modal atau kapiatl, pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber
penggerak kegiatan ekonomi menjadi hal yang tak terelakkan. Muncul berbagai
dinamika dalam lingkungan Indonesia yang mengarah kepada berkurangnya
nilai kelestarian alam.5

Rumusan Masalah
Untuk memperoleh analisa kasus bullying ini akan dimunculkan beberapa
rumusan masalah, diantaranya:
1. Bagaimana pencemaran dan perusakan lingkungan yang terjadi akibat
pertambangan ilegal?
2. Bagaimana pertanggungjawaban korporasi/perusahaan dalam tindak
pidana lingkungan?
3. Bagaimana langkah kedepan untuk menghadapi masalah lingkungan di
Indonesia?
PEMBAHASAN
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan yang Terjadi Akibat
Pertambangan Ilegal
Dari wakut ke waktu, bahaya senantiasa mengancam kelestarian
lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan. Terganggunya
kelestarian ekosistem dari suatu lingkungan seringkali disebabkan oleh
pencemaran dan perusakan lingkungan. Pencemaran dan perusakan
lingkungan memiliki makna yang berbeda, yaitu: 6 1.Pencemaran lingkungan
berarti masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

4 Ps 3 Perda Prov. Jateng Nomor 8 Tahun 2010.
5Eko Handoyo, “Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta,
Vol.3, No.2, Juli-Desember,2009,hlm.21.
6 Muhammad Erwin.,op.cit, hlm.35.

hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat (12)
UU No.23 Tahun 1997. 2.Perusakan lingkungan adalah tindakan yang
enimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap fisik dan/atau
hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan (pasal 1 ayat (14) UU No.23 Tahun
1997).
Jika ada seseorang yang melakukan perusakan lingkungan, otomatis dia
melakukan pencemaran dan begitupun sebaliknya. Perbedaannya terletak
pada intensitas perbuatan yang dilakukan terhadap lingkungan dan kadar
akibat yang diderita oleh lingkungan akibat perbuatan tersebut. Pencemaran
lingkungan menimbulkan kerugian yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk: 7
a.Kerugian ekonomi dan sosial
b.Gangguan sanitary
Menurut golongannya, pencemaran itu dibagi atas:8
a.Kronis; dimana kerusakan terjadi seara progresif tetapi lambat.

b.Kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul dari
kecelakaan.
c.Berbahaya; dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada radioaktivitas
terjadi kerusakan genetis.
d.Katastrofis; di sni kematian oranisme hidup banyak dan mungkin organisme
hidup itu menjadi punah.
Akibat adanya galian c ilegal di desa Sojomerto, Kab.Batang itu terjadilah
pencemaran air. Air yang merupakan sumber daya alam yang memiliki peran
fungsi sangat vital bagi kelaangsungan umat manusia. Tiada kehidupan tanpa
air. Jumlah air di bumi hanya ±1.360 .600 .000 Km3 yang terdiri dari air asin
± 97,25 , air permukaan 1 , air tanah 23,965%, dan air salju (es) 75%. 9 Air
dibutuhkan oleh manusia, dan makhluk hidup lainnya. Apabila jaring atau siklus
hidrologi rusak dan terganggu, sistemnya tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya akibat limbah industri, peruskan hutan, penambangan ilegal dan lain
sebagainya. Dapat dibayangkan, jumlah air yang sangat minim di permukaan
bumi ini menjadi berkurang apabila banyak pertambangan ilegal yang tidak
memperhatikan dampak lingkungannya.
Bentuk Pertanggungjawaban Korporasi/Perusahaan dalam Tindak
Pidana Lingkungan.
UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah

mengadopsi pertanggunjawaban korporasi yang terdapat dalam pasal 45-47.
Apabila perbuatan pidana atau tindak pidana pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan,
perserikatan, yayasan, atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat
dengan sepertiga.10 Perbuatan pidana atau tindak pidana yang dilakukan oleh
badan hukum atau korporasi serta oleh pengurusnya sebagaimana diatur
dalam pasal 46, akan diberikan sanksi sebagaimana diatur dalam KUHP(Kitab
Undang-undang Hukum Pidana) dan Undang-undang ini, terhadap pelaku
perbuatan pidana atau tindak pidana lingkungan hidup dapat pula dikenakan
tindakan tata tertib, sebagai berikut:11
7 Ibid.,hlm.36.
8 Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm.99.
9 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1987, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pengembangan, UI Press, Jakarta, hlm.60.
10 Ps 45 UU No.23 Tahun 1997.
11 Ps 47 UU No.23 Tahun 1997.

a.
Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, dan/atau

b.
Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan, dan /atau
c.
Perbaikan akibat tindak pidana, dan/atau
d.
Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau
e.
Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau
f. Menempatkan perusahaan dibawah pengampuan paling lama 3 tahun.
Namun sayangnya, dalam ketentuan pidana tentang korporasi dalam UU
ini tidak mengatur cara pelaksanaan putusan apabila korporasi tidak mau
melaksanakan putusan tersebut. Menurut Muladi, bentuk pertanggungjawaban
koperasi ini hendaknya memperhatikan kecenderungan internasional yang
harus memperhatikan hal-hal berikut:12
a. Korporasi mencakup baik badan hukum maupun non badan hukum seperti
organisasi dan sebagainya.
b. Korporasi dapa bersifat privat dan dapat pula bersifat publik.
c. Apabila diidentifikasikan bahwa tindak pidana ligkungan dilakukan dalam
bentuk organisasional, maka orang alamiah (managers, agents, employess)
dan korporasi dapat dipidana baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

d. Terdapat kesalahan manajemen dalam korporasi dan terjadi apa yang
dinamakan breach of a statutory or regulatory provision.
e. Pertanggungjawaban badan hukum dilakukan terlepas dari apakah orangorang yang bertanggungjawab di dalam badan hukum tersebut berhasil
diidentifikasi, dituntut dan dipidana.
f. Segala sanksi pidana dan tindakan pada dasarnya dapat dikenakan pada
korporasi, kecuali pidana mati dan pidana penjara.
g. Penerapan sanksi pidana terhadap korporasi tidak menghapuskan
kesalahan perorangan.
h. Pemidanaan terhadap korporasi hendaknya memperhatikan kedudukan
korporasi untuk mengendalikan perusahaan melalui kebijakan pengurus atau
para pengurus yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan dan keputusan
tersebut telah diterima oleh korporasi tersebut.
Langkah Kedepan untuk Menghadapi Masalah Lingkungan di
Indonesia.
Upaya mengatasi permasalahan/kendala-kendala sepertiyang terjadi
dalam kasus diatas kiranya perlu dimiliki 3 kata kunci, yakni: persepsi,
kesadaran dan penataan. Persepsi disini memiliki arti cara pandang kita
terhadap penegakan hukum lingkungan yang merupakan tanggung jawab
bersama dan demi kelangsungan hidup bersama juga. Setelah persamaan
persepsi, maka muncullah kesadaran untuk sungguh-sungguh menegakkan
hukum lingkungan.
Ada beberapa solusi yang ditawarkan, diantaranya:
a. Langkah yang bersifat struktural. Masyarakat sangat penting dalaman
menciptakan pengawasan dan tekanan terhadap penegakan hukum yang
berkaitan dengan lingkungan.
b. Langkah yang bersifat teknis. Yakni langkah berupa kekuatan informasi di
masyarakat terkait hukum dan penegakannya.
Kewajiban Rehabilitasi Lahan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan
adalah suatu upaya pemanfaatan lahan pasca penambangan melalui rona
perbaikan lingkungan fisik terutama pada bentang lahan yang telah dirusak. 13
12 Muhammad Erwin.,op.cit, hlm.33.
13 Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto., “KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN
LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN PASIR DI DESA KENINGAR DAERAH KAWASAN
GUNUNG MERAPI”, Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 9 (2), 2011,hlm.78.

Upaya rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan secara ekologis atau
difungsikan menurut rencana peruntukannya dengan melihat konsep tata
ruang dan kewilayahan secara ekologis.
Berikut ini Tata Cara Izin Usaha Pertambangan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah(Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral).
A. Dasar
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di Provinsi Jawa Tengah;
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Izin Khusus di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara;
6. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah;
B. Tahapan dan Syarat
1. Permohonan WIUP
a. Syarat Administrasi :
UNTUK PERORANGAN
 Surat permohonan
 copy KTP
 Copy Nomor pokok wajib pajak
UNTUK BADAN USAHA DITAMBAHKAN
 Surat Keterangan Domisili
 Profil adan usaha yang memuat susunan pengurus perusahaan badan
usaha
 Akte pendirian badan usaha dan perubahan terakhir yang disahkan
pejabat
b. Syarat Teknis
 Peta Situasi (Memuat topografi dan situasi wilayah)
 Titik Koordinat (sejajar dengan garis lintang dan garis bujur menggunakan
Datum GeodesiNasional)
c. Syarat Finansial
 Bukti Pembayaran Pencadangan Wilayah
 Bukti Pembayaran Cetak Peta
2. Permohonan IUP Eksplorasi
a. Syarat Administrasi :
UNTUK PERORANGAN
 Surat permohonan
 copy KTP
 Copy Nomor pokok wajib pajak
UNTUK BADAN USAHA DITAMBAHKAN
 Surat Keterangan Domisili
 Profil Perusahaan yang memuat susunan pengurus perusahaan badan
usaha
 Akte pendirian badan usaha dan perubahan terakhir yang disahkan
pejabat

b. Syarat Teknis
 Daftar riwayat hidup dan Surat pernyataan tenaga ahli pertambangan/
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun
 Copy Peta dan SK WIUP
 Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya Eksplorasi
c. Syarat Finansial
 Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan eksplorasi
 Bukti pembayaran pencadangan wilayah dan cetak peta Syarat
Lingkungan
d. Syarat Lingkungan
 Pernyataan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan dibidang
lingkungan
hidup
(Surat
pernyataan
yang
ditandatangani
dan
mencantumkan materai 6.000)
3. Permohonan IUP Operasi Produksi
a. Syarat Administrasi :
UNTUK PERORANGAN
 Surat permohonan
 copy KTP
 Copy Nomor pokok wajib pajak
UNTUK BADAN USAHA DITAMBAHKAN
 Surat Keterangan Domisili
 Profil Perusahaan yang memuat susunan pengurus perusahaan badan
usaha
 Akte pendirian badan usaha dan perubahan terakhir yang disahkan
pejabat
b. Syarat Teknis
 Daftar riwayat hidup dan Surat pernyataan tenaga ahli pertambangan/
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun
 Copy IUP Eksplorasi yang telah dilegalisir
 Laporan lengkap eksplorasi
 Laporan studi kelayakan
 Rencana reklamasi dan pasca tambang
 Rencana Kerja dan Anggaran Biaya
 Rencana pembangunan sarana prasarana tambang dan penunjang
kegiatan OP
c. Syarat Finansial
 Laporan keuangan tahun terakhir yang diaudit oleh akuntan publik
d. Syarat Lingkungan
 Pernyataan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan dibidang
lingkungan
hidup
(Surat
pernyataan
yang
ditandatangani
dan
mencantumkan materai 6.000)
 Persetujuan dokumen lingkungan hidup dan izin lingkungan.
KESIMPULAN
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pertambangan ilegal
galian c pada kasus di salah satu desa di Kabupaten Kudus ini memberi
dampak nyata di kehidupan sehari-hari masyarakat. Pasokan air dan jumlah
debit di sumber mata air yang biasa digunakan warga kini tercemar dan
jumlahnya berkurang. Korporasi yang melakukan tindak pidana lingkungan
tentu harus ditindak oleh pihak berwenang dan bentuk pertanggungjawaban
koperasi hendaknya memperhatikan kecenderungan internasional Adapun
langkah kedepan untuk menghadapi masalah lingkungan di Indonesia adalah

menerapkan langkah yang struktural dan bersifat teknis. Di sisi lain kewajiban
reklamasi lahan bisa dilakukan oleh pengusaha secara langsung mereklamasi
lahan atau memberikan sejumlah uang sebagai jaminan akan melakukan
reklamasi.
Kewajiban pasca tambang yang bersifat fisik mempunyai dimensi
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan konflik
pada masyarakat dengan pemerintah dan juga usaha pertambangan. Oleh
karena itu pengelolaan pasca tambang bukan merupakan masalah fisik, tetapi
merupakan political will pemerintah untuk meregulasi secara benar dengan
memperhatikan kaidah lingkungan. Kemudian mengimplementasikannya
dengan mengedepankan kepentingan masyarakat lokal dan mengacu kepada
falfasah ekonomi dan sosial serta akuntabilitas yang dapat dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Bahtiar,Alnoventio., “PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT
PENAMBANGAN PASIR DI KABUPATEN SLEMAN”, Jurnal Hukum UAJY,
Vol.-, Januari, 2016.
Erwin, Mohammad., 2011, HUKUM LINGKUNGAN Dalam Sitem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup,PT. Refika Aditama, Bandung.
Handoyo,Eko., “Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal Ilmu
Hukum Pandecta, Vol.3, No.2, Juli-Desember,2009.
Ps 3 Perda Prov. Jateng Nomor 8 Tahun 2010.
Ps 45 UU No.23 Tahun 1997.
Ps 47 UU No.23 Tahun 1997.
Soemartono, R.M. Gatot P., 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm.45.
Soerjani, Moh., Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1987, Lingkungan: Sumber Daya
Alam dan Kependudukan dalam Pengembangan, UI Press, Jakarta.
Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto., “KAJIAN DAMPAK
KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN PASIR
DI DESA KENINGAR DAERAH KAWASAN GUNUNG MERAPI”, Jurnal
Ilmu Lingkungan, Vol 9 (2), 2011.

Pimwan
Disebut
Bekingi
Galian
Maret_2017_Halaman 1&11.

C

Ilegal_Radar

Semarang_23

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63