PEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  

PEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK

DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA

1 1 1 Bambang Sugiyono , Rahmaniar , dan Nuyah 1 Baristand Industri Palembang

  E-mail:

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik kompon karet ban dalam sepeda dengan menggunakan bahan pelunak minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 2 (dua) faktor, yaitu konsentrasi minyak yang digunakan (5 phr, 10 phr dan 15 phr) dan jenis minyak sebagai bahan pelunak (minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit). Hasil penelitian diperoleh untuk parameter kekerasan semua perlakuan tidak memenuhi persyaratan SNI ban dalam dari karet untuk sepeda motor (SNI 06-1542- 1989), sedangkan parameter Tegangan putus dan Perpanjangan putus untuk semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI ban dalam sepeda (SNI 06-7066-1989). Nilai tegangan putus untuk masing-masing 2 2 2 2 perlakuan yaitu A 1 B 1 = 109,67 kg/cm , A 2 1 B 2 = 108,67 kg/cm , A 2 2 B 1 = 123,33 kg/cm , A 2 B 2 = 120,67 kg/cm ,

  A 3 B 1 = 142,33 kg/cm , dan A 3 B 3 = 141,33 kg/cm . Nilai perpanjangan putus yaitu A 1 B 1 = 640 %, A 1 B 2 = 639 %, A 2 B 1 = 675,33%, A 2 B 2 = 668,67%, A 3 B 1 = 691,67%, dan A 3 B 3 = 685,33%.

  Kata kunci: bahan pelunak, kompon karet, minyak kernel kelapa sawit, minyak minarek Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5

  Yogyakarta, 26 Oktober 2016

USE OF PALM KERNEL OIL AS SOFTENING AGENT FOR BICYCLE TIRES RUBBER

COMPOUND

1 1 1 Bambang Sugiyono , Rahmaniar , dan Nuyah 1 Baristand Industri Palembang

  E-mail:

  

ABSTRACT

The objectives research was to determine the effects minarek oil and palm kernel oil addition on the

characteristics of bycicles tire rubber compound. The experimental design used in this research are factorial

randomized block design using 2 factors, namely the quantity of oils (5, 10 and 15 phr) and types of oil

(minarek oil and palm kernel oil). The results were obtained for all treatment parameters do not meet the

requirements of SNI tires of rubber for motorcycles, whereas tensile strength and elongation at break for all

treatment meet the requirements of SNI tires in bicycles (SNI 06-7066-1989). Tensile Strength for each

2 2 2 2 treatment are A 1 B 1 = 109.67 kg/cm , A 2 1 B 2 = 108.67 kg/cm , A 2 2 B 1 = 123.33 kg/cm , A 2 B 2 = 120.67 kg/cm , A 3 B 1 = 142.33 kg/cm , and A 3 B

3 = 141.33 kg/cm . Elongation at break are A

1 B 1 = 640%, A 1 B 2 = 639%, A 2 B 1 = 675.33%, A 2 B 2 = 668.67%, A 3 B 1 = 691.67%, dan A 3 B 3 = 685.33%.

  Keywords: softening agen, rubber compound, palm kernel oils, minarek oil Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016 PENDAHULUAN

  Bahan pelunak merupakan bahan sebagai penyusun struktur molekul yang digunakan dalam pembuatan kompon untuk barang jadi karet. Bahan pelunak merupakan senyawa organik yang dikenal dengan nama peptiser, tenderizer atau softener. Fungsi bahan pelunak adalah untuk mencegah pengerasan kompon karet dengan penambahan sesuai formula barang jadi karet yang diinginkan.

  Bahan pelunak saat ini kebanyakan berasal dari minyak bumi (petroleum oil) yaitu jenis minyak mineral seperti parafinik, naftalenik dan aromatik. Bahan pelunak yang berasal dari minyak bumi mempunyai kelemahan, antara lain tidak ramah lingkungan, menyebabkan iritasi, korosif dan bersifat karsinogenik (Rahman, 2005). Dikhawatirkan pada periode tahun yang akan datang minyak bumi akan semakin langka karena penggunaannya yang terus-menerus.

  Oleh karena itu, pada periode ini banyak penelitian mengenai penggunaan bahan pelunak dari sumber nabati yang terbaharukan untuk mencegah kelangkaan minyak bumi yang tersedia di bumi ini. Minyak bumi yang sering digunakan sebagai bahan pelunak dalam pembuatan kompon karet adalah minyak minarek. Minyak Minarek merupakan minyak yang sering digunakan dalam pengolahan kompon karet. Minyak Minarek sebagai proccessing oil sangat penting perannya dalam pembuatan komponen karet pada industri ban dan industri barang karet, yaitu : memperbaiki proses penulakan dan pemekaran karet dan menurunkan kekentalan komponen karet (Rahman, 2005). Penggunaan minyak minarek yang mempunyai kelemahan, antara lain lama untuk terbaharukan, dapat menyebabkan iritasi, bersifat karsinogenik, bersifat korosif dan tidak ramah lingkungan. Selain itu, kersediaan minyak minarek di Indonesia tergantung dari banyaknya impor atas minyak tersebut. Minyak nabati yang akan digunakan sebagai bahan pelunak adalah minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Produksi kelapa sawit semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 mencapai 12.477.752 ton, tahun 2009 mencapai 13.872.602 dan pada tahun 2010 mencapai 14.038.148 ton (BPS, 2013). Dengan demikian jumlah inti kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan untuk olahan semakin

  • – meningkat. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 53% (Mangoensoekardjo, 2003). Dari data tersebut, minyak inti kelapa sawit berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan pelunak dalam pembuatan kompon karet. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak inti kelapa sawit (PKO) menggantikan minyak minarek sebagai bahan pelunak terhadap kualitas fisik dan kimia kompon karet yang dihasilkan.

  BAHAN DAN METODE Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet alam : Styrene Butadiena rubber (SBR), Natural Rubber (NR), Minarek oil, sulfur, carbon black, TMQ, asam stearat, MBTS, TMTD, ZnO, NaCl, minyak kernel kelapa sawit, dan bahan untuk uji mutu produk di laboratorium.

  Peralatan

  Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan metler p1210 kapasitas 1200 g, timbangan duduk merek Berkel kapasitas 15 kg, open mill L 40 cm D18 cm kapasitas 1 kg, cutting scrab besar, gunting, autoclave, kuas dan seperangkat alat ekstraksi.

  Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5

  Yogyakarta, 26 Oktober 2016 Metode

  Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF). Faktor pertama (A), yaitu :

  1. Jumlah bahan pelunak 5 phr

  2. Jumlah bahan pelunak 10 phr

  3. Jumlah bahan pelunak 15 phr Faktor kedua (B), yaitu :

  1. Minyak Minarek

  2. Minyak Kernel Kelapa Sawit

  Prosedur Penelitian

  Pembuatan Kompon Karet

  a. Penimbangan Bahan yang diperlukan untuk masing-masing formulasi kompon ditimbang sesuai perlakuan. Jumlah dari setiap bahan di dalam formulasi kompon dinyatakan dalam phr (berat per seratus karet).

  b. Mixing (pencampuran) Proses pencampuran dilakukan dalam gilingan terbuka (open mill), yang telah dibersihkan. Selanjutnya dilakukan proses:

  • Mastikasi Natural Rubber (NR) selama 1-3 menit, dilanjutkan mastikasi SBR (Styrene Butadiene Rubber)/karet sintetis selama 1-3 menit.
  • Pencampuran karet dengan bahan kimia (pembuatan kompon karet/ vulkanisasi) :
  • Bahan penggiat/activator, ZnO dan asam stearat ditambahkan, dipotong setiap sisi, satu sampai tiga kali selama 2-3 menit.
  • Antioksidan TMQ ditambahkan, dipotong setiap sisi sampai 3 kali selama 2–3 menit.
  • Filler (pengisi) /carbon black ditambahkan sesuai formula.
  • Minyak Minarek/minyak kernel kelapa sawit ditambahkan, setiap sisi campuran karet dengan bahan kimia tadi dipotong sampai dua atau tiga kali selama 3-8 menit.
  • Sisa filler ditambahkan dan campuran dipotong setiap sisi dua atau tiga kali selama 3–8 menit.
  • Accelerator MBTS dan TMTD ditambahkan, setiap sisi campuran dipotong dua atau tiga kali selama 1 –3 menit.
  • Kompon dikeluarkan dari open mill dan ditentukan ukuran ketebalan lembaran kompon dengan menyetel jarak roll pada cetakan sheet, dikeluarkan dan diletakkan diatas plastik transparan dan kompon dipotong disesuaikan dengan barang jadi yang akan dibuat.
  • Kompon karet diperam selama 24 jam kemudian digiling selama 2-3 menit di open mill dengan penambahan vulkanisator (sulfur) untuk mematangkan kompon karet.
  • Diagram alir pembuatan kompon seperti pada Gambar 1.

  Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5

  6. Accelerator (1-3 menit)

Kompon disesuaikan

ketebalannya

  ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Natural Rubber Styrene Butadiene Rubber

Compounding

  

Dilakukan penggilingan

dengan Open Mill dan

dipotong 2-3 kali untuk

homogenisasi

  1. Activator (2-3 menit)

  2. Antioksidan (2-3 menit)

  4. Bahan Pelunak (3-8 menit)

  5. Sisa filler (2-3 menit)

3. Filler (2-3 menit)

  

Kompon diperam selama

24 jam

Kompon divulkanisasi

(sulfur)

  

Percetakan barang jadi

karet

Gambar 1. Tahapan proses pembuatan kompon karet

  Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

Mastikasi

(1 sd. 3 menit)

  

Gambar 2. Hasil uji kekerasan kompon karet dengan beberapa perlakuan

71,00 70,00

  67,00 67,67 65,00 65,00

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 K e ke rasan ( S h o re A ) Perlakuan

  HASIL DAN PEMBAHASAN Kekerasan

Kekerasan dari vulkanisat karet berbeda-beda, tergantung pada jumlah bahan pengisi dan jumlah bahan

pelunak yang digunakan dalam kompon (Thomas, 2003). Pada Gambar 2 dapat dilihat hasil uji kekerasan

kompon karet yang menggunakan beberapa perlakuan.

Hasil pengujian kekerasan kompon karet diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan A1B1 (minyak minarek 5

phr) yaitu sebesar 71 shore A dan nilai terendah pada perlakuan A3B1 (minyak minarek 15 phr) dan A3B2

(minyak kernel kelapa sawit 15 phr) yaitu sebesar 65 shore A. Nilai kekerasan kompon karet untuk semua

perlakuan (A1B1, A1B2, A2B1, A2B2, A3B1, dan A3B2) tidak memenuhi persyaratan standar Ban dalam dari

karet untuk sepeda motor sesuai SNI 06-1542-1989 yaitu 50 + 5 Shore A, karena hasil yang diperoleh tidak

sesuai persyaratan.

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5

  Yogyakarta, 26 Oktober 2016

Kekerasan kompon karet terjadi, karena adanya reaksi ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai

poliisoprene (1-6 per-rantai) dengan gugus aldehida terkondensasi yang ada didalam bahan bukan karet

(Refrizon, 2003). Kecepatan reaksi kondensasi ikatan silang aldehida lebih cepat dibandingkan kecepatan

pemutusan ikatan rantai oleh reaksi oksidasi sehingga karet akan mengalami pengerasan. Penambahan

bahan pelunak akan mengurangi reaksi kondensasi ikatan silang aldehida sehingga kekerasan karet

berkurang.

  

Minyak kernel kelapa sawit mengandung gugus oxiren sebagai akibat epoksidasi ikatan rangkap yang

terdapat pada minyak. Menurut Marlina 2009, gugus oxiren akan berikatan pada ikatan rangkap yang

terdapat pada rantai poliisoprene sehingga ikatan rangkap akan putus. Nilai kekerasan kompon karet

perlakuan A3B1 dan A3B2 yaitu sebesar 65 shore A. Penambahan bahan pelunak dari minyak minarek

memberikan kontribusi yang sama dengan penambahan minyak kernel kelapa sawit sebagai bahan

pelunak. Minyak kernel kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti minyak minarek

dalam pangolahan kompon karet untuk mengurangi sifat karsinogenik dan lebih ramah lingkungan.

Bahan pelunak minyak kernel kelapa sawit dengadan minyak minarek sama-sama memberikan nilai

kekerasan yang memenuhi dengan syarat mutu kompon untuk ban dalam sepeda.

  Tegangan putus

Tegangan putus adalah besarnya beban yang diperlukan untuk meregangkan potongan uji sampai putus,

2

dinyatakan dengan kg tiap cm luas penampang potongan uji sebelum diregangkan. Jika nilai tegangan

putus semakin besar, menunjukkan bahwa kompon karet semakin elastis (Basseri A, 2005). Dengan

pengujian ini dapat ditetapkan waktu vulkanisasi optimum suatu kompon dan pengaruh pengusangan pada

waktu vulkanisasi.

Gambar 3 dapat dilihat hasil uji tegangan putus kompon karet yang menggunakan beberapa perlakuan.

Hasil pengujian tegangan putus kompon karet memberikan nilai tertinggi pada perlakuan A3B1 (minyak

2

minarek 15 phr) yaitu sebesar 142,33 kg/cm , nilai terendah pada perlakuan A1B2 (minyak kernel kelapa

2

sawit 5 phr) yaitu sebesar 108,67 kg/cm . Nilai tegangan putus kompon karet untuk semua perlakuan

  

(A1B1, A1B2, A2B1, A2B2, A3B1, dan A3B2) memenuhi persyaratan standar ban dalam sepeda sesuai

2 dengan SNI 06-7066-2005 yaitu Min. 100 kg/cm , karena hasil yang diperoleh sesuai persyaratan SNI.

  160 142,33 141,33 140

  

123,33

120,67 )

  120 109,67 108,67 A re o

  100 h S (

  80

  60 rasan ke e

  40 K

  20 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 Perlakuan

  

Gambar 3. Hasil uji tegangan putus kompon karet dengan beberapa perlakuan

Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

Penambahan bahan pelunak berupa minyak kernel kelapa sawit memberikan nilai tegangan putus yang

mendekati nilai tegangan putus pada kompon dengan penambahan minyak minarek, hal ini karena karena

minyak kelapa sawit mengandung asam laurat yang larut dalam pelarut polar dan non polar. Sehingga

dapat memperkuat ikatan antar molekul yang menyebabkan kompon karet lebih elastis.

  Perpanjangan Putus

Perpanjangan putus adalah pertambahan panjang suatu potongan uji bila diregangkan sampai putus,

dinyatakan dengan persentase dari panjang potongan uji sebelum diregangkan. Pengujian perpanjangan

putus (elongation at break) bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tegangan dan regangan dari karet

vulkanisat dan thermoplastik dan termasuk penentuan yield point melalui kekuatan dan pertambahan

panjang vulkanisat karet ketika mengalami penarikan sampai perpanjangan tertentu dan sampai putus.

  700 691,67 685,33 690

  )

675,33

680

   A 668,67 re

  670 o h S

  660 (

  650 640,00 639,00 rasan

  640 ke e

  630 K

  620 610

A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

  Perlakuan

Gambar 4. Hasil uji perpanjangan putus kompon karet dengan beberapa perlakuan

Gambar 4. dapat dilihat hasil uji Perpanjangan Putus kompon karet yang menggunakan beberapa perlakuan.

  

Hasil pengujian perpanjangan putus kompon karet menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A3B1

(minyak minarek 15 phr) yaitu sebesar 691,67%, nilai terendah pada perlakuan A1B2 (minyak kernel kelapa

sawit 5 phr) yaitu sebesar 639%. Nilai perpanjangan putus kompon karet untuk semua perlakuan (A1B1,

A1B2, A2B1, A2B2, A3B1, dan A3B2) memenuhi persyaratan standar ban dalam sepeda sesuai dengan SNI

yaitu Min. 450 %, karena hasil 06-7066-2005 yang diperoleh sesuai persyaratan SNI.

Menurut Herminiawati (1999), perpanjangan putus dipengaruhi kadar bahan pengisi dan bahan pelunak. Nilai

perpanjangan putus dipengaruhi oleh penambahan Carbon black yang digunakan, makin besar carbon black

yang ditambahkan sebagai filler, semakin tinggi nilai perpanjangan putus. Perpanjangan putus dipengaruhi

juga oleh bahan pelunak yang ditambahkan, makin tinggi bahan pelunak yang ditambahkan, makin rendah

nilai perpanjangan putus yang akan dicapai. Hal ini terjadi karena pada saat terjadi ikatan antara minyak

kernel kelapa sawit dengan ikatan tak jenuh rantai polimer karet, semakin banyak terbentuk ikatan dengan

polimer karet maka akan mengurangi keleluasaan gerak rantai polimer karet (Prasetya, 2016).

  Hasil penelitian yang disajikan dalam bagian ini adalah hasil bersih. Proses analisis data seperti perhitungan statistik dan proses pengujian hipotesis tidak perlu disajikan. Pembahasan merupakan ulasan hasil, makna hasil penelitian, kesesuaian hasil atau penelitian terdahulu dan peran hasil tersebut terhadap solusi masalah yang disebutkan dalam pendahuluan.

  Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban

  ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5

  Yogyakarta, 26 Oktober 2016 KESIMPULAN

  Penggunaan minyak kernel kelapa sawit dan minyak minarek berpengaruh terhadap sifat fisik kompon ban dalam sepeda yang dihasilkan yaitu : Kekerasan, Tegangan putus, dan Perpanjangan putus. Hasil pengujian kompon ban dalam sepeda dari semua perlakuan untuk Kekerasan tidak memenuhi persyaratan Ban dalam dari karet untuk sepeda motor (SNI 06-1542-1989) yaitu A1B1 = 71 shore A, A1B2 = 70 shore A, A2B1 = 67 shore A, A2B2 = 67,67 shore A, A3B1 = 65 shore A, dan A3B3 = 65 shore A, Tegangan putus memenuhi persyaratan Ban dalam sepeda (SNI 06-7066-2005) yaitu A1B1 = 109,67 kg/cm2, A1B2 = 108,67 kg/cm2, A2B1 = 123,33 kg/cm2, A2B2 = 120,67 kg/cm2, A3B1 = 142,33 kg/cm2, dan A3B3 = 141,33 kg/cm2, dan Perpanjangan putus memenuhi persyaratan Ban dalam sepeda (SNI 06-7066-2005) yaitu A1B1 = 640 %, A1B2 = 639 %, A2B1 = 675,33 %, A2B2 = 668,67 %, A3B1 = 691,67 %, dan A3B3 = 685,33 %.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Terima kasih disampaikan kepada Balai Besar Karet, Kulit, dan Plastik yang telah memberikan fasilitas, Baristand Industri Palembang, Dewan Redaksi, Mitra Bestari dan pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam terbitnya tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

  

Agarwal, K., Setua, D.K., and KK. Sekhar. (2005). Scanning electron microscopy study on the influence of temperature

on tear strength and failure mechanism of natural rubber vulcanizates. J. Polymer Testing, 24, page: 781

  • –789.

    Badan Pusat Statistik. (2013). Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton) tahun 1995 - 2012.

  Jakarta : BPS.

Basseri, A. (2005). Pedoman Praktis dan Pengujian Fisika Teknologi Barang Jadi Karet. Bogor: Balai Penelitian Teknologi

Karet Bogor.

  

Herminiwati, Purnomo, D., dan Supranto. (2003). Sifat Filler Kayu Kering terhadap Vulkanisat Karet. Majalah Barang

Kulit, Karet dan Plastik 19(1): 32-39.

Kok, C.M. and V.H. Yee. (1985). The Effects of Crosslink Density and Crosslink Type on The Tensile and Tear Strengths

of Nr, Sbr and Epdm Gum Vulcanizates. Eur. Polym. J. Vol. 22, No. 4. pp. 341 345, 198.

Mangoensoekardjo, S. (2003). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan 1. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Marlina, P. (2009). Pencegahan Penurunan Mutu pada Kompon Karet dengan Penambahan Minyak Biji Karet Epoksi.

  Tesis S2. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Prasetya, H. A. (2016). Pengaruh Bahan Pengisi Arang Aktif Tempurung Kelapa dan Pelunak Minyak Biji Karet pada

Karakteristik Karet Wiper Blade. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 27 (1) : 31 - 39. Palembang.

  Rahman, N., 2005. Pedoman Pemilihan dan Sifat-sifat Elastomer. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.

Refrizon. (2003). Viskositas Mooney Karet Alam. Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

  Universitas Sumatera Utara, Medan. SNI 06-7099-2005. Ban dalam sepeda. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.

Thomas. J. (2003). Desain Kompon. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan

abjad menggunakan author date system APA style. (Times New Roman, 12 pt, spasi 1,5)

  Pemanfaatan Minyak Kernel Kelapa Sawit sebagai Bahan Pelunak dalam Pembuatan Kompon Karet untuk Ban