PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIANC

  Bab

10 PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN

  

ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN

C

  Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C adalah tambang-tambang yang dibudidayakan dan dikelola terhadap tambang-tambang seperti Nikel, Batubara, Bauksit/Alumina dan yang sejenis dengan tambang tersebut berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998, khusus untuk Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C yang diatur sebagai berikut :

  1. Dalam Pelaksanaan pengenaan sektor ini yang dimaksud dengan :

  a. Areal Produktif adalah areal yang telah dieksploitasi/menghasilkan galian tambang (Tahap Eksploitasi); b. Areal Belum adalah areal yang belum menghasilkan tetapi sewaktu- waktu akan menghasilkan galian tambang (tahap penyelidikan umum, eksplorasi dan konstruksi);

  c. Areal Tidak Produktif adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan galian tambang; d. Areal Emplasemen adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan; e. Areal lainnya adalah areal perairan yang digunakan berkaitan untuk pelabuhan khusus dengan usaha pertambangan;

  236

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas …

  f. Hasil Bersih adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang setahun dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang (Run Of

  Mine).

  2. Besarnya NJOP Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C ditentukan sebagai berikut :

  a. Areal Produktif sebesar 9,5 X Hasil Bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan; b. Areal Belum Produktif, areal tidak produktif, dan areal emplasemen di dalam dan di luar wilayah kuasa pertambangan adalah sebesar NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  c. Areal Perairan adalah sebesar luas perairan dikalikan dengan NJOP Perairan yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  d. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan dengan NJOP berupa bangunan yang disusun berdasarkan DBKB sebagaimana ditetapkan dealam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan. Sesuai dengan Pedoman di atas pengenaan tambang ini mirip dengan tambang Migas dan pendekatan penentuan NJOP-nya menggunakan pendekatan

  Pendapatan. Hal ini dilakukan karena khususnya untuk pertambangan bentuk, luas, wujud objek, serta kandungan mineral tambang tidak dapat dilihat karena berada di dalam tanah atau dibawah tanah yang tenggelam dibawah air. Sehingga dengan demikian pendekatan pendapatan adalah pendekatan yang paling tepat digunakan untuk mendapatkan NJOP Objek Pertambangan. Formulir dan susunan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C adalah sebagai berikut :

  Pajak Bumi dan Bangunan 237

  Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PBB……………….

  DAFTAR PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN C TAHUN :……….

  I. DATA SUBJEK

  II. DATA OBJEK

  1. Nama Perusahaan : 1. NOP :

  2. Kontraktor (PSC/KK) :

  2. Jenis Tambang :

  3. Nama Wajib Pajak :

  3.Wilayah Kuasa Pertambangan(WKP):

  4. Alamat Wajib Pajak : 4. Lokasi Objek :

  • Dati II :
  • Dati I :

  5. NPWP :

  5. Luas WKP : ……………….Ha

  III. PERUNTUKAN OBJEK

  No. PERUNTUKAN OBJEK LUAS Bangunan

BUMI

2

Keteranga (m ) n

  Jumlah Luas 2 Unit (m )

  1

  2

  3

  4

  5

  6

1. Bumi :

  a. Areal Produktif

  b. Areal Belum Produktif § Bumi Penyelidikan Umum § Bumi Eksplorasi

  § Bumi Cadangan Produksi c. Areal Tidak Produktif

  d. Areal Perairan untuk Pelabuhan Khusus e. Areal Emplasemen Bangunan : 2.

  a. Perkantoran

  b. Pabrik

  c. Silo

  d. Kilang

  238

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas …

  e. Tangki

  f. Pipa

  g. Gudang

  h. Perumahan i. SaranaOlahraga/Rekreasi j. Bangunan Poliklinik k. Bangunan Social l. Landasan Pesawat Udara m. Jalan diperkeras di lokasi penambangan dan atau dalam komplek n. Dermaga o. Lain-lain Jumlah

  IV. AREAL PRODUKTIF

  1. Produksi dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan :………………… ton/kg/m3 dan sebagainya.

  3

  2. Harga Jual Satuan (ROM) : Rp ……………….ton/kg/m dan sebagainya

  3

  3. Biaya Eksploitasi (ROM) : Rp ………………..ton/kg/ m dan sebagainya ………………., ……………..2004

  Wajib Pajak (…………………………………….) Pajak Bumi dan Bangunan 239

  Formulir Perhitungan Pertambangan untuk Galian C sesuai dengan Lampiran 2 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PBB……………….

  DAFTAR PERHITUNGAN KETETAPAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANASBUMI DAN GALIAN C TAHUN :……….

  I. DATA SUBJEK II. DATA OBJEK

  1. Nama Perusahaan :

  1. NOP :

  2. Kontraktor (PSC/JOB/TAC) :

  2. Jenis Tambang :

  3. Operator :

  3. Wilayah Kuasa Pertambangan :

  4. Wajib Pajak :

  4. Lokasi Objek :

  • Dati II :
  • Dati I :

  5. Alamat :

  5. Luas WKP :

  6. NPWP

III. PERUNTUKAN OBJEK : No. Peruntukan Objek Luas Luas Luas Kelas NJOP Darata Peraira Banguna n n n

  2 2 2 Per Jml (m ) (m ) (m ) 2 m

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  1. Areal Produktif *

  2. Areal Belum Produktif: § Bumi Penyelidikan

  Umum § Bumi Eksplorasi § Bumi Cadangan produksi

  3. Areal tidak Produktif 4.

  Areal Perairan untuk Pelabuhan Khusus 5. Areal Emplasemen

  a. Perkantoran

  b. Pabrik

  240

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas … No. Peruntukan Objek Luas Luas Luas Kelas NJOP Darata Peraira Banguna

  n n n 2 2 2 Per Jml (m ) (m ) (m ) 2 m

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  c. Silo

  d. Kilang

  e. Tangki

  f. Pipa

  g. Gudang

  h. Perumahan i. Sarana Olahraga/Rekreasi j. Bangunan Poliklinik k. Bangunan social l. Landasan Pesawat udara m. Jalan diperkeras di lokasi penambangan dan atau dalam komplek n. Dermaga o. lain-lain. Sub Jumlah (a)

6. Bangunan Emplasemen

  a. Perkantoran

  b. Pabrik

  c. Silo

  d. Kilang

  e. Tangki

  f. Pipa

  g. Gudang

  h. Perumahan i. Sarana Olahrag/Rekreasi j. Bangunan Poliklinik k. Bangunan Sosial l. Landasan Pesawat m. Jalan yang diperkeras di lokasi penambangan dan atau komplek n. Dermaga o. Lain-lain Sub Jumlah (b) NJOP di Luar Areal

  • ). NJOP Areal Produktif dihitung pada angka IV

  b. Harga Jual hasil Produksi persatuan = Rp………………… Barrel

  Mengetahui Kepala Kantor Pelayanan PBB

  …………….,………………….1999 Kepala Seksi Penetapan Petugas Penghitung / Kepala Subseksi Penetapan P3 (……………………….) (……………………………)

  g. Jumlah PBB Terutang (0,5 % X g ) = Rp ………………….

  f. NJKP (20 % X e ) = Rp ………………….

  e. NJOP sebagai Dasar pengenaan PBB = Rp…………………..

  d. Dikurangi NJOP TKP = Rp ………………….

  c. Jumlah NJOP = Rp…………………..

  b. NJOP atas Bumi Produktif (IV) = Rp…………………..

  V. Perhitungan PBB Terutang : a. NJOP di Luar Bumi Produktif (III) = Rp…………………..

  d. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) = 9,5 X c = Rp ………………

  c. Harga Jual hasil Produksi Keseluruhan = a X b = Rp ……………….

  a. Hasil Produksi Tahun …………….. = ………………………Barrel

  Pajak Bumi dan Bangunan 241

  IV. NJOP Bumi Produktif :

  8 Produksi ( c ) = (a)+(b)

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Banguna n (m 2 ) Kelas NJOP Per m 2 Jml

  No. Peruntukan Objek Luas Darata n (m 2 ) Luas Peraira n (m 2 ) Luas

  (…………………..)

  242

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas … Disamping Surat Edaran Tersebut di atas masih terdapat Surat Edaran Direktur PBB atas nama Direktur Jenderal Pajak No. SE-47/PJ.6/1999 perihal Penyempurnaan Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panasbumi dan Galian C sebagaimana diatur dengan Surat Edaran No.26/PJ.6/1999, bahwa mengingat pada tahap penyelidikan umum

  sampai dengan tahap eksplorasi hanya sebagian areal Wilayah Kuasa Pertambangan yang dimanfaatkan oleh Wajib Pajak, maka pengenaan PBB atas areal belum produktif dan areal tidak produktif disempurnakan dengan memperhitungkan tahapan kegiatan penambangan sebagai berikut :

  1. Penyelidikan umum, adalah sebesar 5 % dari luas areal Wilayah Kuasa Pertambangan dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  2. Eksplorasi pada tahun kesatu s/d kelima, masing-masing sebesar 20 % dari luas areal Wilayah Kuasa Pertambanagn dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  3. Eksaplorasi untuk perpanjangan I dan II, adalah sebesar 50 % dari luas areal Wilayah Kuasa Pertambangan dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  4. Pembangunan Fasilitas Eksploitasi (Konstruksi) sampai dengan produksi adalah luas areal Wilayah Kuasa Pertambanagn dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  Contoh Pengenaan PBB Pertambangan Bukan Migas dan bukan Pertambangan Galian C adalah sebagai berikut :

  2 Uraian Luas X NJOP/m Jumlah

  1. Areal Produktif; 9,5 X (Hasil Bersih Tambang Rp……… 1 thn sebelum tahun pajak

berjalan).

  LuasTanah X Tarif (dengan

  2. Areal Belum/Tidak Produktif, Rp……… … penyesuaian) Emplasemen dan areal lainnya; Luas Bangunan X Tarif

3. Bangunan :

  Rp……… (Nilai konversi Biaya

a. Pabrik ….

  pembangunan baru dikurangi

  b. Kantor penyusutan)

c. Lain-lain

  Keterangan :

  Pajak Bumi dan Bangunan 243

  1). Angka Kapitalisasi yang telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 2). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999.

  Sebagai Pembanding kami sajikan perhitungan PBB untuk Tambang Nikel dengan menggunakan tatacara penilaian berdasarkan perhitungan Penilai PBB. PT. Tambang Jaya meperoleh Hak Penambangan dari Negara dalam jangka waktu/masa penambangan selama 15 tahun mulai dari awal tahun , tepatnya tanggal 1 Januari 2001, dengan Wilayah Kuasa Penambangan (WKP) meliputi daerah seluas 1.500 ha . Dari hasil penyelidikan dan eksplorasi dapat diketahui kandungan Nikel dan Bauksit yang sangat menjanjikan, yaitu 3.500.000 ton dengan perbandingan hasil sebagai berikut :

  1. Nikel - 85 % , dengan harga pasaran bijih bauksit Rp 120.000,00/per ton 2. Bauksit - 15 % , dengan harga Rp 150.000,00 / per ton.

  Berdasarkan sumber daya yang ada misalnya seperti teknik yang dimiliki, tenaga kerja, peralatan , dan modal PT. Tambang Jaya mampu menambang dan mengelola dengan hasil rata-rata 15.000 ton sebulan dari kemampuan menambang maksimal sebesar 20.000 ton sebulan.

  Data operasional yang diperoleh adalah sebagai berikut :

  Kegiatan yang dilaksanakan Persentase ( % )

  1. Pengeboran, Peledakan dan penggalian 17 %

  2. Gaji dan Upah 12 %

  3. Pemeliharaan dan Peralatan Mesin 9 %

  4. BBM dan Minyak Pelumas 5 %

  5. Suku Cadang Mesin 7 %

  6. Royalti Penambangan 2 %

  7. Pemeliharaan / Perawatan gedung 2 %

  8. Asuransi 1 %

  9. PBB 1 %

  10. Bunga atas Modal 5 % Jumlah biaya operasional : 60 %

  Apabila nilai kapitalisi ditentukan sebesar 8 % dari hasil bersih , berapakah Nilai usaha pertambangan tersebut?

  Jawaban Nilai Usaha Pertambangan adalah :

  Perkiraan lama masa penambangan berdasarkan jumlah kandungan bahan tambang : Kandungan Bahan Tambang = 3.500.000 Ton Rata-rata kemampuan menambang = 15.000 Ton, apabila dihitung maka lama Penambangan adalah = (3.500.000/15.000) X bulan

  = 233,33 bulan;

  244

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas … Bila dihitung dengan tahun menjadi ( 233,33/12 ) X 1 tahun = 19,4 tahun Dibulatkan = 20 tahun. Produksi Pertambangan per tahun = 15.000 Ton X 12 = 180.000 Ton Hasil Penjualan adalah : Nikel = 0,85 X 180.000 X Rp 120.000,00 = Rp 18.360.000.000,00 Bauksit = 0,15 X 180.000 X Rp 150.000,00 = Rp 4.050.000.000,00 Jumlah Hasil Penjualan Kotor per tahun = Rp 22.410.000.000,00 Biaya Pengeluaran/Ongkos :

  1. Pengeboran, Peledakan, dan Penggalian 17 % = Rp 3.809.700.000,00

  2. Gaji dan Upah 12 % = Rp 2.689.200.000,00

  3. Pemeliharaan dan Peralatan Mesin 9 % = Rp 2.016.900.000,00

  4. BBM dan Minyak Pelumas 5 % = Rp 1.120.500.000,00

  5. Suku Cadang Mesin 7 % = Rp 1.568.700.000,00

  6. Royalti Penambangan 2 % = Rp 448.200.000,00

  7. Pemeliharaan dan Perawataan Gedung 2 % = Rp 448.200.000,00

  8. Asuransi 1 % = Rp 224.100.000,00

  9. Pajak Bumi Dan Bangunan 1 % = Rp 224.100.000,00

  10. Bunga atas Modal 5 % = Rp 1.120.500.000,00

  Jumlah Biaya Per Tahun = Rp 17.703.900.000,00 Hasil Bersih per Tahun : Rp 22.410.000.000,00 – Rp 17.703.900.000,00 = Rp 4.706.100.000,00

  Apabila Hasil bersih telah kita dapatkan maka untuk mencari Nilai Jual Objek Pertambangan adalah dengan menggunakan rumus Years Purchase

  Double Rate seperti berikut ini :

  YP =

  1 isf

  1 i

  X

  • n (

  1 isf ) ( 1 x )

  • + -

  Keterangan :

  i

  = Kadar Kapitalisi = 8 %;

  isf

  = Sinkking Fund = 3 %;

  n

  = Jumlah sisa tahun = 12 tahun ; Apabila masa penambangan yang diberikan 15 tahun ( sejak tahun 2001) dan sekarang tahun 2004 berarti sisa tahun adalah = 15 – 3 = 12.

  X = rate pajak = 40 %.

  Pajak Bumi dan Bangunan 245

  Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

  1 YP =

  ,

  03

  1 ,

  08 X 12

  • (

  1 , 03 ) ( 1 , 4 )

  1

  1 =

  5 = =

  , 08 ( ,

  07 X 1 , 67 ) ,

  2

  • Sehingga bila dikalikan dengan Hasil Bersih = 5 X Rp 4.706.100.000,00 = Rp 23.530.500.000,00 .

  Maka NJOP untuk Pertambangan adalah= Rp 23.530.500.000,00.

  Untuk dapat mengerti dengan baik RUMUS Years Purchase Double Rate memang perlu mempelajari Ilmu Penilaian dan Evaluasi Projek dengan lebih mendalam, untuk itu kami kira akan dengan mudah bila Saudara mempelajari Evaluasi Projek yang dimulai dengan menggunakan Future Value, Present Value dan lain-lain.

  Tatacara pengenaan PBB sektor pertambangan yang didasarkan pada Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya dan Kontrak Kerjasama ditetapkan dalam kontrak yang disepakati bersama, namun Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini Dit PBB dan BPHTB lazimnya mengenakan dengan cara sebagai berikut :

  1. Objek Pajak Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kuasa

  Pertambangan :

  a. Tanah Kosong : NJOP ditentukan berdasarkan harga jual rata-rata tanah sekitarnya NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  b. Tanah Penyelidikan Umum : NJOP ditentukan 2 % X Kelas yang ditentukan (KPPBB/ Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak) NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  c. Tanah Eksplorasi : NJOP ditentukan sebagai berikut :

  • tahun ke-1 s/d ke-3 = 10 % X Tarif - tahun ke-4 s/d ke-5 = 15 % X Tarif NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  d. Tanah/Perairan Persiapan Fasilitas Eksploitasi (Konstruksi), NJOP ditentukan :

  • tahun ke-1 s/d ke-3 = 20 % X Tarif NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  e. Tanah/Perairan Cadangan Tambang : NJOP ditetapkan sama denga kelas 46 (Tarif)

  246

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas … NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  f. Tanah/Perairan Penambangan, NJOP ditentukan untuk :

  • Producing : adalah Nilai Kapitalisasi OP sebesar 10 X Harga jual hasil Tambang di mulut tambang (Run of Mine) dalam satu tahun sebelum tahun pajak yang bersangkutan.

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  • NON Producing Plug and Abandon * Daratan (On Shore) berdasarkan nilai jual tanah sekitarnya

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  • Perairan (Off Shore), setinggi-tingginya pada kelas A – 46 NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  g. Tanah Pengaman : NJOP ditetapkan berdasarkan harga jual rata-rata tanah disekitarnya.

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  h. Tanah Emplasemen : NJOP ditetapkan berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  2. Objek Pajak Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya (KK).

  a. Tanah Kosong : NJOP ditetapkan berdasarkan harga jual rata-rata tanah disekitarnya.

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  b. Tanah Tahap Pra Produksi : NJOP ditentukan kemudian (saat ditetapkan) NJOP ditentukan sama besarnya dengan ketentuan Iuran Tetap pertambangan (Dead Rent) setiap tahun sesuai dengan perkembangan tahap kegiatan penambangan. NJKP = besarnya % NJKP X NJOP ; PBB = 0,5 % X NJKP.

  c. Tanah /Perairan Penambangan yang dieksploitasi.

  NJOP = Nilai Kapitalisasi OP sebesar 10 X Harga jual tambang dimulut tambang (Run of Mine) dalam satu tahun sebelum tahun pajak yang bersangkutan. Pajak Bumi dan Bangunan 247

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP.

  d. Tanah Pengaman : NJOP ditetapkan berdasarkan harga jual rata-rata tanah di sekitarnya ;

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP

  e. Tanah Emplasemen : NJOP ditetapkan berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP.

  3. Objek Pajak Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Kerjasama Batu-Bara (KKS).

  a. Tanah Kosong NJOP ditetapkan berdasarkan harga jual rata-rata tanah disekitarnya.

  NJKP = besarnya % NJKP X NJOP ; PBB = 0,5 % X NJKP. b.Tanah Tahap Pra Produksi :

  NJOP tidak ditetapkan PBB ditentukan pada Iuran Tetap (Lumpsum Payment) setiap tahun c. Tanah /Perairan Penambangan yang dieksploitasi.

  NJOP = Nilai Kapitalisasi OP sebesar 10 X Harga jual tambang dimulut tambang (Run of Mine) dalam satu tahun sebelum tahun pajak yang bersangkutan. NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP. d.Tanah Pengaman :

  NJOP ditetapkan berdasarkan harga jual rata-rata tanah di sekitarnya ; NJKP = besarnya % NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP.

  e. Tanah Emplasemen : NJOP ditetapkan berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, NJKP = besarnya %

  NJKP X NJOP PBB = 0,5 % X NJKP.

  248

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas … Rangkuman :

  • Perhitungan Pengenaan PBB Sektor Pertambanagan berpedoman kepada :

  1). Angka Kapitalisasi yang telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 ; 2). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999.

  • Pengenaan PBB Pertambangan Bukan Migas dan bukan Pertambangan. Galian C adalah sebagai berikut :

  Rp……… …… Rp……… … Rp …………

  a. Areal Produktif adalah areal yang telah dieksploitasi/menghasilkan galian tambang (Tahap Eksploitasi);

  1. Yang dimaksud dengan :

  Jawab :

  3. Surat Edaran Direktur PBB atas nama Direktur Jenderal Pajak No. SE- 47/PJ.6/1999 perihal Penyempurnaan tata cara Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C sebagaimana diatur dengan SE No.26/PJ.6/1999, memberikan kemudahan bahwa mengingat pada tahap penyelidikan umum sampai dengan tahap eksplorasi hanya sebagian areal Wilayah Kuasa Pertambangan yang dimanfaatkan oleh Wajib Pajak, maka pengenaan PBB atas areal belum produktif dan areal tidak produktif disempurnakan dengan memperhitungkan tahapan kegiatan penambangan. Jelaskan !

  2. Jelaskan tentang penentuan besarnya NJOP Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panasbumi dan Galian C .

  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Areal Produktif, Areal belum menghasilkan, Areal tidak produktif, Emplasemen, areal lainnya dan Hasil Bersih .

  Latihan Soal :

  Luas Tanah X Tarif (dengan penyesuaian) Luas Bangunan X Tarif ( Nilai konversi Biaya pembangunan baru dikurangi penyusutan)

  Uraian Luas X NJOP/m

  c. Lain-lain 9,5X (hasil bersih tambang 1 thn sebelum tahun pajak berjalan).

  a. Pabrik

  3. Bangunan :

  Lainnya;

  2.Areal belum/tak Produktif, Emplasemen dan Areal

  1. Areal Produktif;

  2 Jumlah

  b. Kantor

  Pajak Bumi dan Bangunan 249

  b. Areal belum adalah areal yang belum menghasilkan tetapi sewaktu- waktu akan menghasilkan galian tambang ( tahap penyelidikan umum, eksplorasi dan konstruksi);

  c. Areal tidak Produktif adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan galian tambang; d. Areal Emplasemen adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan; e. Areal lainnya adalah areal perairan yang digunakan berkaitan untuk pelabuhan khusus dengan usaha pertambangan; f. Hasil Bersih adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang setahun dikurangi biaya eksploitasi dimulut tambang (Run

  Of Mine).

  2. Besarnya NJOP Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panasbumi dan Galian C ditentukan sebagai berikut :

  a. Areal Produktif sebesar 9,5 X Hasil Bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan; b. Areal Belum Produktif, areal tidak produktif, dan areal emplasemen di dalam dan di luar wilayah kuasa pertambangan adalah sebesar

  NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan ;

  c. Areal Perairan adalah sebesar luas perairan dikalikan dengan NJOP Perairan yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  d. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan dengan NJOP berupa bangunan yang disusun berdasarkan DBKB sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.

  3. Tahapan kegiatan penambangan dilakukan sebagai berikut :

  a. Penyelidikan umum, adalah sebesar 5 % dari luas areal Wilayah Kuasa Pertambangan dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  b. Eksplorasi pada tahun kesatu s/d kelima, masing-masing sebesar 20 % dari luas areal Wilayah Kuasa Pertambanagn dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  c. Eksaplorasi untuk perpanjangan I dan II, adalah sebesar 50 % dari luas areal Wilayah Kuasa Pertambangan dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

  250

Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas …

  d. Pembangunan Fasilitas Eksploitasi (Konstruksi) sampai dengan produksi adalah luas areal Wilayah Kuasa Pertambangn dengan NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.

  • -o0o-

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS PEMBATASAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN PADA SEKTOR PERTAMBANGAN NASIONAL

0 5 98

ANALISIS YURIDIS PEMBATASAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN PADA SEKTOR PERTAMBANGAN NASIONAL

0 3 98

DAMPAK PENGUMUMAN KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA SUB SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA, SUB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI, D

0 5 16

DAMPAK PENGUMUMAN KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA SUB SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA, SUB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI, D

0 3 16

DAMPAK PENGUMUMAN KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA SUB SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA, SUB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI, D

0 4 16

DETERMINAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SUB SEKTOR BATUBARA DAN NON BATUBARA YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 18

DETERMINAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SUB SEKTOR BATUBARA DAN NON BATUBARA YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 1

PEMBERIAN IZIN PENGEBORAN AIR BAWAH TANAH OLEH DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

4 35 47

KONSEP PERIZINAN TERPADU SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI SEKTOR PERTAMBANGAN

0 0 18

SISTEM INFORMASI KARTU INVENTARIS BARANG BERBASIS WEB DI PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN TANAH LAUT

0 0 7