KONSEP PERIZINAN TERPADU SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI SEKTOR PERTAMBANGAN

TINDAK PIDANA KORUPSI SEKTOR PERTAMBANGAN

Nurul Listiyani

1 Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAAB Banjarmasin

Jl. Adhyaksa No. 2, Banjarmasin E-mail: nurullistiyani5@gmail.com Submitted : 28/02/2018 Reviewed 11/03/2018 Accepted:22/03/2018

Abstract:Legal issues raised related to the problem of unintegrated licensing in Indonesia which is one of the indicators caused by inconsistency in the applica- tion of environmental concept as its meaning and scope. With the unintegrated of licensing arrangements, then each sector has its own authority to regulate the re- quirements, procedures, timing and fees for licensing. Through a regulation and conceptual approach, the researcher examines the problematic licensing in min- ing activities that provides a gap in the occurrence of corruption. Non-integration makes the process of publishing mining permits long and complex. Licensing is integrated with fusion of competence which is carried out by means of coordination, it is working together in the exertion of autonomous competence. It is expected to

be a step to prevent the occurrence of gratuity practices undertaken by the appli- cant of the mining business permit to the competent authority to issue the permit.

Keywords: Licensing; Mining; Corruption; Integration Abstrak :Isu Hukum yang diangkat berkaitan dengan persoalan tidak terpadunya

penyelenggaraan perizinan di Indonesia yang salah satu indikatornya disebabkan ketidakkonsistenan penerapan konsep lingkungan hidup sebagaimana makna dan ruang lingkupnya. Dengan ketidakterpaduan pengaturan perizinan tersebut, maka masing-masing sektor memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur persyaratan, prosedur, waktu dan biaya pengurusan perizinan. Melalui pendekatan perudang- undangan dan konseptual, peneliti mengkaji problematika perizinan dalam kegiatan pertambangan yang memberikan celah terjadinya tindak pidana korupsi tersebut. Ketidakterpaduan membuat proses penerbitan izin pertambangan yang panjang dan rumit. Perizinan yang terpadu dengan penyatuan wewenang (fusion of competence) yang dilaksanakan dengan cara koordinasi, yakni kerjasama dalam pelaksanaan wewenang yang bersifat mandiri (working together in the exertion of autonomous competences). diharapkan menjadi langkah untuk mencegah terjadinya praktek gratifikasi yang dilakukan oleh pemohon izin usaha penyelenggaraan perizinan di Indonesia yang salah satu indikatornya disebabkan ketidakkonsistenan penerapan konsep lingkungan hidup sebagaimana makna dan ruang lingkupnya. Dengan ketidakterpaduan pengaturan perizinan tersebut, maka masing-masing sektor memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur persyaratan, prosedur, waktu dan biaya pengurusan perizinan. Melalui pendekatan perudang- undangan dan konseptual, peneliti mengkaji problematika perizinan dalam kegiatan pertambangan yang memberikan celah terjadinya tindak pidana korupsi tersebut. Ketidakterpaduan membuat proses penerbitan izin pertambangan yang panjang dan rumit. Perizinan yang terpadu dengan penyatuan wewenang (fusion of competence) yang dilaksanakan dengan cara koordinasi, yakni kerjasama dalam pelaksanaan wewenang yang bersifat mandiri (working together in the exertion of autonomous competences). diharapkan menjadi langkah untuk mencegah terjadinya praktek gratifikasi yang dilakukan oleh pemohon izin usaha

PENDAHULUAN

hidup orang banyak dimaksud benar- Negara dalam penguasaan atas SDA

benar dilakukan untuk sebesar-besarnya memiliki fungsi untuk membuat kebijakan,

kemakmuran rakyat.

pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan Kekayaan keanekaragaman hayati dan pengawasan ( Putusan Mahkamah Konstitusi sumber daya alam yang dikuasai oleh negara Nomor 001-021-022/PUU-I/2003). Fungsi-

tersebut “melahirkan” tanggung jawab negara fungsi tersebut termanifestasi dalam untuk melakukan perlindungan dan penge- penjelasan Mahkamah Konstitusi sebagai lolaannya. Pasal 2 huruf a Undang-Undang berikut :

Nomor 32 Tahun 2009 tentang UUPPLH

a. Fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh menyatakan bahwa perlindungan dan penge- negara dilakukan oleh pemerintah den-

lolaan lingkungan dilaksanakan berdasarkan gan kewenangannya untuk mengeluarkan

asas tanggung jawab negara. Tanggung jawab dan mencabut fasilitas perizinan (vergun-

negara tersebut dimaknai sebagai berikut: ning), lisensi (licentie), dan konsesi (con-

a. Negara menjamin pemanfaatan sumber- cessie).

daya alam akan memberikan manfaatn

b. Fungsi pengaturan oleh negara (regelan- yang sebesar-besarnya bagi kesejahter- daad) dilakukan melalui kewenangan leg-

aan dan mutu hidup rakyat, baik generasi islasi oleh DPR bersama dengan pemerin-

masa kini maupun generasi masa depan. tah, dan regulasi oleh pemerintah (ekse-

b. Negara menjamin hak warga negara atas kutif).

lingkungan hidup yang baik dan sehat.

c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan lakukan melalui mekanisme pemilikan sa-

c. Fungsi pengelolaan (beheersdaad) di-

pemanfaatan sumber daya alam yang me- ham (share holding) atau melalui keterli-

nimbulkan pencemaran dan/ atau keru- batan langsung dalam manajemen Badan

sakan lingkungan hidup. Usaha Milik Negara atau Badan Hukum

Dalam pengelolaan lingkungan hidup, Milik Negara sebagai instrumen kelem-

upaya utama yang harus dilakukan adalah bagaan melalui mana negara c.q. Pemer-

pencegahan pencemaran atau kerusakan ling- intah mendayagunakan penguasaannya kungan hidup, bukan penanggulangan pence- atas sumber-sumber kekayaan itu untuk maran yang telah terjadi, sesuai dengan prin- digunakan bagi sebesar-besarnya kemak-

sip yang menyatakan “an ounce of prevention muran rakyat.

is worth a pound of cure”. Salah satu tinda-

d. Fungsi pengawasan oleh negara (toezich- kan preventif yang menjadi prinsip dalam thoudensdaad) dilakukan oleh negara c.q.

Hukum Administrasi Negara adalah melalui pemerintah dalam rangka mengawasi dan

prosedur perizinan. Fungsi preventif dari keg- mengendalikan agar pelaksanaan pengua-

iatan usaha yang bersinggungan dengan ling- saan oleh negara atas cabang produksi kungan hidup diwujudkan dalam bentuk izin yang penting atau yang menguasai hajat lingkungan yang dikeluarkan oleh pejabat iatan usaha yang bersinggungan dengan ling- saan oleh negara atas cabang produksi kungan hidup diwujudkan dalam bentuk izin yang penting atau yang menguasai hajat lingkungan yang dikeluarkan oleh pejabat

keempat contoh situasi di atas, merupakan sumber daya alam, contohnya izin usaha per-

pintu masuk yang diduga menjadi celah ter- tambangan.

jadinya potensi korupsi, baik melalui modus Otonomi daerah sebelum berlakun-

kick back (komisi), suap, maupun modus-mo- ya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 dus korupsi lainnya.

(Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor

METODE

5587) tentang Pemerintahan Daerah, yang Jenis Penelitian

memberikan kewenangan kepada kepala Penelitian hukum yang memfokuskan daerah propinsi dan kabupaten/ kota untuk kajian terhadap Problematika perizinan dalam mengeluarkan izin usaha pertambangan, telah

kegiatan pertambangan yang memberikan mengkondisikan kepala daerah menjadi “raja-

celah terjadinya tindak pidana korupsi ini raja kecil” di daerahnya.(Gunawan Sardjito, merupakan penelitian hukum dalam ranah 2009). Izin Usaha Pertambangan mayoritas kajian yuridis normatif atau doktrinal, yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten kota.

menurut Peter Mahmud Marzuki merupakan Bahkan apabila pertambangan terjadi di lahan

proses untuk menemukan aturan hukum, tapal batas (lintas) Kabupaten/ kota yang se-

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin- benarnnya menjadi kewenangan provinsi un-

doktrin hukum guna menjawab isu hukum

tuk mengeluarkan izin, maka biasanya akan yang dihadapi. 2

“disiasati” dengan mengeluarkan 2 (dua) buah IUP masing-masing pemerintah daerah

Pendekatan penelitian

kabupaten/ kota. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 Berdasarkan analisa PWYP (Publish (tiga) pendekatan yang memiliki keterkaitan What You Pay) Indonesia melalui telaah data

secara siginifikan, yaitu pendekatan perun- yang dihasilkan dari Koordinasi dan Super-

dang-undangan, pendekatan konseptual, dan visi (Korsup) KPK bersama Kementerian pendekatan filosofis. ESDM dan pihak-pihak terkait, yang mencak-

up seluruh daerah kaya sumberdaya mineral Jenis dan Sumber Bahan Hukum

dan batu bara (provinsi, kabupaten/bupati) di Jenis bahan hukum yang digunakan Indonesia. Dari data tersebut, diidentifikasi

dalam penelitian ini meliputi bahan hukum terdapat celah-celah potensi korupsi dalam primer, bahan hukum sekunder, dan bahan tahapan dan proses perizinan tambang, se-

hukum tersier. 3 Dalam melakukan analisis ter- jak proses alih fungsi lahan, pemberian Izin hadap isu hukum, maka sumber bahan hukum Wilayah Usaha Pertambangan (WIUP), izin primer yang digunakan terdiri atas: Undang- pencadangan/eksplorasi, hingga keluarnya

izin produksi. 1 2 Peter Mahmud Marzuki. 2013. Penelitian Hukum (Edisi Revisi). Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, hlm. 35.

1 https://pwyp-indonesia.org/id/153659/perizinan- 3 SoetandyoWignjosoebroto. 2002. Hukum tambang-sarat-potensi-korupsi/26/08/2016

Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. diakses tanggal 06 Maret 2018

Jakarta: Huma, hlm. 14

Undang Dasar Negara Republik Indonesia sis yang bersifat materil. 5 Langkah-langkah Tahun 1945 setelah Perubahan Keempat, penelitian yang mendasar adalah pada saat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat melakukan refleksi terhadap asas dan nilai (Tap MPR) Nomor IX/MPR/2001 tentang hukum yang terdapat dalam peraturan pe- Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber

rundang-undangan yang menjadi dasar untuk Daya Alam. Bahan hukum primer yang terdi-

melakukan analisis yuridis terhadap perma- ri atas undang-undang yang mengatur secara

salahan.

khusus tentang lingkungan hidup, yakni: Un- dang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Sumber Daya Alam Batubara

Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Pengaturan pemanfaatan kekayaan alam Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lemba-

didasarkan pada pasal 33 ayat (3) UUD NRI ran negara Republik Indonesia Nomor 5059).

Tahun1945, “Bumi, air dan kekayaan alam Peraturan perundang-undangan di bidang per-

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh tambangan, yakni Undang-Undang Nomor 4

negara dan digunakan untuk sebesar-besar Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral kemakmuran rakyat”. 6 Amanat Pasal 33 ayat dan Batubara (Lembaran Negara Republik (3) UUD NRI Tahun 1945 mengandung asas Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan yang mendasar, yakni asas maksimal yang Lembaran Negara Republik Indonesia No-

tercermin dari kata sebesar-besarnya, sejalan mor 4959), serta Undang-Undang Nomor 31

dengan maksud penggunaannya yang diba- Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. tasi oleh asas kekekalan yanng tercermin dari Sumber bahan hukum sekunder dan tersier kata rakyat, yang mengandung makna meli- juga ikut mendukung keakuratan penelitian puti seluruh generasi Bangsa Indonesia yang yang penulis laksanakan.

keberadaan dan hubungannya dengan sumber kekayaan alam adalah abadi.

Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksud-

5 Anton F Susanto. 2007. Hukum dari Cosilence

kan untuk memperoleh bahan hukum dalam

Menuju Paradigma Hukum Konstruktif

penelitian dengan cara studi kepustakaan.

Transgresif . Bandung: Refika Aditama, hlm. 63.

Studi kepustakaan adalah suatu alat pengum-

6 Notonegoro, menyatakan: “istilah yang perlu kita

pulan bahan hukum yang dilakukan melalui

perhatikan di dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI

bahan hukum tertulis dengan mempergunak- adalah istilah ‘dikuasai’ dengan tidak lebih dahulu an content analysis. 4

mempunyai purbasangka tentang penafsiran daripada istilah-istilah ini, maka dari kenyataan

terdapat dua macam istilah yaitu, ‘dikuasai’ dan

Analisis Bahan Hukum ‘dipergunakan’. Dalam pasal ini kiranya ditarik

kesimpulan, bahwa harus diperbedakan antar

Analisis yang dilakukan adalah dengan cara

dikuasai dan dipergunakan, dalam arti bahwa,

berpikir “order of logic”, yang mengembang-

dipergunakan itu sebagai tujuan dari dikuasai,

kan pola pikir berdasar dari analisis yang pal-

meskipun kata kata penghubungnya itu ‘dan’

ing mendasar dan hakiki dan kepada anali- hingga nampaknya itu sebagi dua hal yang tidak

ada sangkut pautnya dalam hubungan sebab akibat. Lihat Notonegoro: Politik Hukum dan Pembangunan Agraria di Indonesia”. Pancoran

4 Op. cit, hlm.21.

Tujuh. Jakarta.

Sumber daya alam batubara tidak Dari 8 (delapan) urusan pemerintahan hanya dikuasai semata, namun ia juga harus pilihan tersebut, khusus untuk 3 (tiga) jenis diusahakan. Sumber daya alam batubara urusan pemerintahan pilihan, penyelengga- bukan hanya menjadi barang mati atau hanya

raannya hanya diserahkan kepada pemerin- menjadi harta karun yang tidak diolah. Ia tah pusat dan daerah provinsi. Ketiga urusan harus dimanfaatkan agar potensinya dapat pemerintahan pilihan tersebut adalah: 9 memberikan kemanfaatan bagi rakyat. (1) Kelautan; Pengusahaan sumber daya alam umumnya (2) Kehutanan; namun yang berkaitan den- pada tahap awal dimaknai sebagai pengusahaan

gan pengelolaan Taman Hutan Raya Ka- yang berdampak secara ekonomis, yaitu

bupaten/Kota, menjadi kewenangan dae- pendekatan atas pengusahaan sumber daya

rah Kabupaten/ Kota;

alam hanya pendekatan ekonomi semata. (3) Energi dan Sumber Daya Mineral Namun perkembangan kebijakan dewasa ini

(ESDM), namun yang berkaitan dengan menempatkan pengusahaan sumber daya alam

pengelolaan minyak dan gas bumi, mejadi tidak hanya sebatas pendekatan ekonomi,

kewenangan Pemrintah Pusat. Sedangkan namun pendekatan nonekonomi pun menjadi

untuk urusan yang berkaitan dengan pe- prinsip yang melekat dalam pengusahaan

manfaatan langsung Panas Bumi dalam sumber daya alam.

daerah Kabupaten/ Kota, menjadi ke- wenangan daerah Kabupaten/ Kota.

Kewenangan Pengelolaan Pertambangan

Terjadi perubahan yang sangat signifikan

Mineral dan Batubara Menurut Undang-

terhadap pola penyelenggaraan pengelolaan

Undang Pemerintahan Daerah

energi dan sumber daya mineral di Indonesia,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 termasuk pengelolaan sumber daya batubara. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Perubahan drastis ini adalah ditandai dengan 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Neg-

ditariknya kembali kewenangan daerah Ka- ara Republik Indonesia Nomor 5587) tentang

bupaten/ Kota dalam penyelenggaraan energi Pemerintahan Daerah, menempatkan urusan

dan sumber daya mineral. Kewenangan dalam pemerintahan konkuren 7 didasarkan pada pengelolaan sumber daya energi dan mineral prinsip akuntabilitas, efisiensi dan ekster-

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan nalitas, serta kepentingan strategis nasional. 8 Pemerintah Provinsi.

Urusan pertambangan menjadi urusan pemer-

intahan konkuren pilihan. Ada 8 (delapan) Kewenangan Pengelolaan Tambang

urusan yang termasuk dalam urusan pemer-

Mineral dan Batubara Menurut UU

intahan pilihan tersebut, yakni: kelautan dan

Minerba

perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, L andasan filosofis ditetapkannya Un- energi dan sumber daya mineral, perdagan-

dang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 (Lemba- gan, perindustrian, dan transmigrasi.

ran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara No-

mor 4959) tentang Pertambangan Mineral

7 Urusan yang dibagi antara Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/

dan Batubara, yakni bahwa: “Mineral dan

Kota. 8 Pasal 13 UU Nomor 23 Tahun 2014

9 Pasal 14 UU Nomor 23 Tahun 2014 9 Pasal 14 UU Nomor 23 Tahun 2014

kekayaan alam tak terbarukan sebagai karu-

Terjadinya Korupsi Sumber Daya Alam

nia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai

Konsep Perizinan

peranan pengelolaannya harus dikuasai oleh Perizinan merupakan bentuk jamak dari negara untuk memberi nilai tambah secara kata “izin” yang oleh Poerwadarminta diar- nyata bagi perekonomian nasional dalam usa-

tikan dengan perkenan atau pernyataan men-

ha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan gabulkan tiada melarang, atau surat yang rakyat secara berkeadilan.”

menyatakan “boleh melakukan sesuatu”. 12 Tiga unsur esensial yang tercantum dalam

Dalam Blak’s Law Dictionary, izin (licence) landasan filosofis UU Nomor 4 Tahun 2009

berarti :

tersebut adalah : “a permit, granted by an apprropriate

a. Eksistensi sumber daya mineral dan ba- govermental body, generally for a con- tubara;

cideration, to a person, firm, or corpora-

b. Penguasaan negara; dan tion to pursue some occuption or to carry

c. Tujuan penguasaan negara. on some business subject to regulation... Dari landasan filosofis tersebut tersirat

A license is not a contract between the makna tentang hakikat penguasaan negara

state and the license, but is a more peer- atas sumber daya alam. Pengelolaan batubara

sonal permit.” 13

merupakan upaya untuk mengurus, mengen- Pengertian izin menurut Spelt dan Ten dalikan dan merumuskan kebijakan dalam Berge, adalah “Suatu persetujuan dari pen- pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara.

guasa berdasarkan undang-undang atau per- Salim HS 10 memberikan rumusan bahwa

aturan pemreintah, untuk dalam keadaan ter- pengelolaan mineral dan batubara merupakan

tentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan upaya untuk mengurus, mengendalikan, dan larangan perundangan”. 14 Izin menurut Ateng merumuskan kebijakan dalam pelaksanaan Syafrudin berarti dan bertujuan menghilang- kegiatan pertambangan mineral dan batubara.

kan halangan, atau hal yang dilarang menjadi Mengurus diartikan sebagai upaya untuk boleh. 15 Dengan memberi izin, pemerintah mengusahakan dan mengelola sumber daya (Pejabat Tata Usaha Negara) memperkenan- mineral dan batubara. Sedangkan merumuskan

kan orang yang memohonnya untuk melaku- kebijakan diartikan sebagai upaya untuk kan tindakan-tindakan tertentu yang sebena- menyusun, membuat dan menetapkan rnya dilarang. berbagai peraturan perundang-undangan yang

Izin adalah salah satu instrumen yang pal- berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya

alam mineral dan batubara. 11 Mengendalikan

12 W.J.S.Poerwwadarminta.1964 Kamus Umum

diimplementasikan pada upaya melaksanakan

Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka, hlm. 390.

tindakan pencegahan dalam bentuk perizinan.

13 Henry Campbell Black . Op.cit,hlm. 920.

14 N Spelt dan J.B.J.M. ten Berge.1991. Pengantar

Hukum Perizinan. Penyunting Phillipus M. 10 Salim HS.H. 2012. Hukum Pertambangan Mineral

Hadjon. Utrecht, hlm.3.

dan Batubara. Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 55. 15 Ateng Syafrudin. Pengurusan Perizinan (Licensing

11 Ibid, hlm. 61-62. Handling). Bandung. St. Aloysius,t.t., hlm. 9.

ing banyak digunakan dalam hukum adminis- bisa dilepaskan dengan perintah dan kewa- trasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai jiban yang harus ditaati oleh pemegang izin. 21 sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah Di sisi lain, izin berfungsi represif. Izin dapat laku para warga. 16 Perizinan merupakan ba-

berfungsi sebagai instrumen untuk menang- gian dari hubungan hukum antara pemerintah

gulangi masalah lingkungan disebabkan ak- dengan masyarakat dalam rangka menjaga tivitas manusia yang melekat dengan dasar keseimbangan kepentingan masyarakat den-

perizinan.

gan lingkungannya dan upaya mewujudkan Dalam kaitannya dengan kegiatan per- kepastian hukum bagi anggota masyarakat tambangan mineral dan batubara, maka izin yang berkepentingan. 17 lingkungan adalah syarat mutlak yang ha- Perizinan menurut Spelt dan ten Berge rus dipenuhi penanggung jawab usaha untuk adalah izin dalam arti luas, sedangkan izin mendapatkan izin usaha, yang dikeluarkan dalam arti sempit disebut “izin” saja. Izin oleh instansi sektor. Sehingga pada saat keg- (dalam arti sempit) selanjutnya dibedakan iatan pertambangan telah berlangsung, maka dengan bentuk-bentuk perizinan lainnya sep-

instansi sektor tersebut memiliki kewajiban erti dispensasi, konsesi, rekomendasi, tanda untuk melakukan pengawasan terhadap pen- daftar, surat persetujuan, dan pendaftaran. 18 gelolaan lingkungan atas izin usaha pertam- Sejalan dengan pendapat tersebut, Tatiek Sri

bangan yang dikeluarkannya. Djatmiati mengemukakan “Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, penen-

Konstruksi Pengaturan Izin Usaha Pertam- tuan kuota, sertifikasi, dan izin melakukan

bangan Mineral dan Batubara suatu usaha”. 19 Penerbitan izin dalam melakukan keg- Menurut W.F. Prins dan R. Kosim Adis-

iatan pertambangan terkait dengan makna apoetro, izin diartikan dengan perbuatan yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) pemerintah yang memperkenankan suatu UUD NRI 1945. Begitu pula dasar falsafah perbuatan yang tidak dilarang oleh peraturan

pengusahaan batubara yang diatur dalam UU yang bersifat umum. 20 Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Ba-

Izin merupakan alat pemerintah yang tubara, bersandar pada Pasal 33 ayat (3) UUD bersifat yuridis preventif, dan digunakan se-

NRI 1945. Hal tersebut dinyatakan dalam bagai instrumen administrasi untuk mengen-

UU Minerba bahwa “mineral dan batubara dalikan perilaku masyarakat. Izin bersifat sebagai sumber daya alam yang terkandung preventif, karena dalam instrumen izin, tidak

di wilayah hukum pertambangan Indonesia, merupakan kekayaan alam yang dikuasai

16 N. M. Spelt. dan J. B. J. M. Ten Berge. Loc. Cit.

oleh negara untuk sebesar-besar kemakmu-

17 Ateng Syafrudin. Op. cit, hlm. 4

ran rakyat. Namun untuk pengelolaannya dis-

18 N.M.Spelt. dan J.B.J.M. ten Berge. Op. cit, hlm.

erahkan kepada pemerintah dan pemerintah

1-2

daerah, yang berarti pula dalam penerbitan

19 Tatiek Sri Djatmiati. 2002 Prinsip Izin Usaha

perizinannya berada di tangan pemerintah

Industri di Indonesia. Disertasi Universitas Airlangga. Surabaya, hlm. 16.

dan pemerintah daerah sesuai kewenangan-

20 W.F.Prins. dan R. Kosim Adisapoetro.1978

nya masing-masing.

Pengantar Ilmu Hukum Adminsitrasi Negara. Jakarta: Pradnya Paramita, hlm. 72.

21 N.H.T Siahaan. Op. cit, hlm. 239

Pada dasarnya kegiatan pertambangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 24 mineral dan batubara dapat diklasifikasi men-

IUP mempunyai hubungan yang sangat jadi 2 (dua) macam, yakni illegal mining erat dengan wilayah Izin Usaha Pertamban- dan legal mining. 22 Illegal mining merupak-

gan (selanjutnya ditulis WIUP), karena sebe- an kegiatan yang dilakukan oleh orang atau lum IUP diberikan kepada pemohon, maka masyarakat tanpa adanya izin dari pejabat yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah yang berwenang. Legal mining merupakan

menetapkan WIUP. Cara memperoleh WIUP kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh mineral dan batubara adalah dengan cera le- badan usaha atau badan hukum yang didasar-

lang.

kan pada izin yang dikeluarkan oleh pejabat Syarat-Syarat Pemberian Izin Usaha Pertam- yang berwenang.

bangan (IUP)

Izin adalah suatu pernyataan atau per- Kegiatan pertambangan baru dapat di- setujuan yang membolehkan pemegangnya lakukan oleh pemohon setelah diterbitkan- untuk melakukan usaha pertambangan. Usa-

nya IUP oleh pejabat yang berwenang. Untuk

ha pertambangan atau mining business meru- dapat diterbitkannya IUP, baik IUP Eksplorasi pakan “kegiatan dalam rangka pengusahaan maupun IUP Operasi Produksi, maka pemo- mineral dan batubara yang meliputi tahapan hon IUP harus memenuhi persyaratan yang kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, stu-

telah ditentukan dalam peraturan perundang- di kelayakan (feasibility study), konstruksi,

undangan, yakni :

penambangan, pengolahan dan pemurnian,

a. Administratif;

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan

b. Teknis;

pasca tambang. 23 Sedangkan pertambangan

c. Lingkungan; dan

batubara adalah pertambangan endapan kar-

d. Finansial.

bon yang terdapat di dalam bumi, termasuk Seperti yang disebutkan di atas, bahwa bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. UU

salah satu persyaratan yang harus dipenuhi Minerba mengadopsi beberapa bentuk periz-

oleh pemohon IUP adalah persyaratan ling- inan, yakni:

kungan. Persyaratan lingkungan ini terbagi

a. Izin Usaha Pertambangan (IUP), men- menjadi 2 macam, yakni persyaratan ling- cakup IUP Eksplorasi dan IUP Operasi kungan untuk memperoleh IUP eksplorasi Produksi.

dan persyaratan lingkungan untuk mem-

b. Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan peroleh IUP Operasi Produksi. Pemohon IUP

c. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Eksplorasi harus memenuhi persyaratan ling- Permohonan untuk memperoleh IUP kungan, yakni dengan membuat pernyataan dapat diajukan oleh Badan Usaha, Koperasi,

untuk memenuhi ketentuan peraturan perun- dan perseorangan. Badan Usaha adalah setiap

dang-undangan di bidang perlindungan dan badan hukum yang bergerak di bidang pert-

pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan ambangan yang didirikan berdasarkan hukum

persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah oleh pemohon IUP Operasi Produksi meli-

puti:

22 Salim HS. 2014. Hukum Pertambangan Mineral

a. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi

dan Batubara.Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 107. 23 Pasal 1 angka 7 UU Nomor 4 Tahun 2009.

24 Lihat Pasal 1 angka 32 UU Nomor 4 Tahun 2009 24 Lihat Pasal 1 angka 32 UU Nomor 4 Tahun 2009

tasan Korupsi tanggal 29 Maret 2012 tentang

b. Persetujuan dokumen lingkungan hidup pemetaan 10 (sepuluh) Area Rawan Korupsi sesuai dengan ketentuan peraturan pe-

Tahun 2012, telah ditentukan 10 (sepuluh) rundang-undangan. Dalam hal ini, jika area rawan korupsi, yakni 25 : dikaitkan dengan syarat untuk mendapat-

a. Pengadaan barang dan jasa pemerintah; kan izin usaha yang ditetapkan dalam UU

b. Keuangan dan perbankan; Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindun-

c. Perpajakan; gan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup d. Minyak dan gas; adalah berupa izin lingkungan. Di mana e. BUMN dan BUMD; izin lingkungan baru akan diterbitkan f. Kepabean dan cukai;

setelah pemohon izin memiliki dokumen

g. Penggunaan APBN, APBD, dan APBNP keputusan kelayakan lingkungan hidup

ataupun APBDP;

yang mengacu pada penilaian Amdal.

h. Aset negara atau daerah;

i. Pertambangan; dan

Tipologi dan dan Teori yang Melatarbe-

j. Pelayanan umum.

lakangi Tindak Pidana Korupsi Deskripsi area rawan korupsi sebagaima- na tersebut di atas, tentu dapat berubah ses-

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 uai dengan dinamika pembangunan dan ak- sebagaimana diubah dengan Undang-Undang tifitas atau dinamika masyarakat, pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberan- dan negara. Menurut Menteri Dalam Negeri, tasan Tindak Pidana Korupsi, mengelompok- Tjahjo Kumolo 26 mengingatkan tentang pent- kan delik korupsi setidaknya, yakni: ingnya memahami area rawan korupsi yang

a. Kelompok delik yang dapat merugikan antara lain menyangkut perencanaan angga- keuangan negara atau perekonomian neg- ran, penyimpangan belanja hibah dan bansos, ara; pajak dan retribusi daerah, pengadaan barang

b. Kelompok delik penyuapan (aktif mau- dan jasa, belanja perjalanan dinas, perijinan pun pasif); serta jual beli jabatan yang saat ini menjadi

c. Kelompok delik penggelapan dalam ja- trend korupsi. Dalam proses itu, acapkali ter- batan; jadi kongkalikong yang berujung pada ter-

d. Kelompok delik pemerasan dalam ja- jadinya tindak korupsi, entah itu suap, mark batan (knevelarij, extortion);

up atau gratifikasi.

e. Kelompok delik pemalsuan; Menjamurnya tindak pidana korupsi

f. Kelompok delik berkaitan dengan pem- membuat gundah gulana segenap bangsa In- borongan, leveransir, dan rekanan; donesia karena secara faktual upaya-upaya

g. Kelompok delik gratifikasi;

h. Kelompok delik yang merintangi dan menghalang-halangi penanganan perkara

25 Bambang Waluyo. “Optimalisasi Pemberantasan

korupsi.

Korupsi di Indonesia”.Jurnal Yuridis. Vol. 1 No. 2 Desember 2014. Hlm. 169-182.

Selanjutnya dalam kesepakatan bersama

26 https://faktualnews.co/2018/02/18/area-rawan-

antara Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Ko-

korupsi-penjelasan-tjahjo-kumolo/66629/ korupsi-penjelasan-tjahjo-kumolo/66629/

a. Greedy (keserakahan), berkaitan den- sanakan, baik berupa penetapan aturan-aturan

gan adanya perilaku serakah yang se- maupun penetapan langkah-langkah strategis

cara potensial ada pada diri setiap orang dalam rangka optimalisasi pemberantasan ko-

b. Opportunity (kesempatan), berkaitan rupsi. 27 Latar belakang mengapa dilakukan-

dengan keadaan organisasi atau instansi nya tindak pidana korupsi mengandung jawa-

atau masyarakat yang sedemikian rupa ban yang multikompleks. Beberapa pendapat

sehingga terbuka kesempatan bagi ses- dan teori-teori menjelaskan timbulnya praktik

eorang untuk melakukan korupsi. korupsi, sebagai berikut:

c. Need (kebutuhan), berkaitan dengan

1) Teori Klitgaard faktor-faktor yang dibutuhkan oleh Menurut Teori Robert Klitgaard, monop-

individu-individu untuk menunjang oli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of

hidupnya.

power) ditambah dengan besarnya kekua-

d. Exposures (pengungkapan), berkai- saan yang dimiliki (discretion of ofiicial)

tan dengan tindakan-tindakan atau hu- dan tanpa adanya pengawasan yang me-

kuman yang tidak memberi efek jera madai (minus accountability), maka hal

pelaku maupun masyarakat pada um- tersebut menjadi pendorong terjadinya ko-

umnya.

rupsi. Perubahan sistem pemerintahan dari

4) Teori Vroom

sentralistik menjadi otonomi daerah telah Teori Vroom mendalilkan bahwa terdapat menggeser praktik korupsi yang dahulu

hubungan antara kinerja seseorang dengan hanya didominasi oleh pemerintah pusat

kemampuan dan motivasi yang dimiliki. (saat itu kekuasaan ada pada pemerintah

Berdasarkan Teori ini, kinerja (perfor- pusat) kini menjadi marak terjadi di daerah

mance) seseorang merupakan fungsi dari (karena otonomi daerah telah memberikan

kemampuannya (ability) dan motivasi kekuasaan kepada pimpinan di daerah).

(motivation). Kemampuan seseorang di- Hal ini selaras dengan Teori Klitgaard bah-

tunjukkan dengan tingkat keahlian (skill) wa korupsi mengikuti kekuasaan.

dan tigkat pendidikan (know-ledge) yang

2) Teori Ramirez Torez dimilikinya. Sehingga dengan tingkat mo- Teori ini menyatakan bahwa korupsi

tivasi yang sama seseorang dengan skill adalah kejahatan kalkulasi atau perhitun-

dan knowledge yang lebih tinggi akan gan (crime of calculation) bukan hanya

menghasilkan kinerja yang lebih baik. Hal sekedar keinginan (passion). Seseorang

tersebut terjadi dengan asumsi variabel M akan melakukan korupsi jika hasil yang

(motivasi) adalah tetap. Tetapi dalam teori didapat dari korupsi lebih tinggi dan lebih

ini, Vroom juga membuat fungsi tentang besar dari hukuman yang didapat serta ke-

motivasi, yaitu motivasi seseorang akan mungkinan tertangkapnya yang relatif ke-

dipengaruhi oleh harapan (expectation) cil.

orang yang bersangkutan dan nilai (velue)

3) Teori Jack Bologne (GONE) yang terkandung dalam setiap pribadi ses- Teori ini menyebutkan bahwa akar penye-

eorang. Jika harapan seseorang adalah in- bab korupsi ada 4 (empat) hal, yaitu:

gin kaya, maka ada dua kemungkinan yang akan dia lakukan. Jika nilai yang dimiliki

27 Bambang Waluyo. Op.cit.hlm. 170.

positif, maka dia akan melakukan hal-hal berkembang dengan penyebab multifaktor.

yang tidak melanggarhukum agar bisa Oleh karena itu penanganannya perlu dilaku- menjadi kaya. Namun jika dia seseorang kan secara sungguh-sungguh dan sistematis, yang memiliki nilai negatif, maka dia akan

dengan menerapkan strategi yang kompre- berusaha mencari segala cara untuk men-

hensif - secara preventif, detektif, represif,

jadi kaya dan salah satunya dengan cara simultan dan berkelanjutan dengan melibat- korupsi.

kan semua unsur terkait, baik unsur-unsur

5) Teori Kebutuhan Maslow Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, mau- Dalam teorinya, Maslow menggambarkan

pun masyarakat luas. 28

hierarki kebutuhan manusia dalam bentuk Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun piramida. Semakin tinggi hierarki, kebu-

1999 tentang Tindak Pidana Korupsi menga-

tuhan tersebut semakin kecil keharusan tur bahwa sebuah perbuatan termasuk dalam untuk dipenuhi. Teori Kebutuhan Maslow

tindak pidana korupsi apabila seorang Pega- tersebut menggambarkan hierarki kebutu-

wai negeri/ penyelenggara negara menyalah- han dari paling mendasar (bawah) hingga

gunakan kewenangan/ kesempatan/ sarana naik paling tinggi yang merupakan aktu-

yang ada padanya karena jabatan/ kedudukan,

alisasi diri. Kebutuhan paling mendasar untuk menguntungkan diri sendiri/ orang lain, dari seorang manusia adalah sandang dan

yang dapat merugikan keuangan/ perekono- pangan (physical needs). Selanjutnya ke-

mian negara.

butuhan keamanan adalah perumahan atau Salah satu perbaikan yang harus ditangani

tempat tinggal. Kebutuhan sosial adalah adalah dalam proses perizinan. Hal ini dis- berkelompok, bernasyarakat, berbangsa. ampaikan oleh Menteri PPN/ Kepala Bappe- Ketiga kebutuhan paling bawah adalah ke-

nas, Bambang Brodjonegoro, pada sambutan butuhan utama (Prime needs) setiap orang.

Hari Anti Korupsi Sedunia (Harkodia) 2017, Setelah kebutuhan utama terpenuhi, kebu-

berkaitan dengan semakin maraknya korupsi tuhan seseorang akan meningkat kepada yang terjadi pada sektor sumber daya alam. 29 kebutuhan penghargaan diri yaitu keingi-

Menteri Bambang dalam sambutannya men- nan agar kita dihargai, berperilaku terpuji,

gatakan sebagai tindaklanjut dari komitmen demokratis dan lainnya. Kebutuhan paling

dan upaya untuk memberantas korupsi, baik

tinggi adalah kebutuhan pengakuan atas melalui pencegahan dan penindakan, Pemer- kemampuan kita, misalnya kebutuhan un-

intah Indonesia telah menerbitkan Strategi tuk diakui sebagai pimpinan yang dipatuhi

Nasional Pencegahan dan Pemberantasan oleh bawahannya.

Korupsi (Stranas PPK) dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012. Strategi ini

Rekonstruksi Pengaturan Perizinan yang Terpadu Sebagai Langkah Pencegahan

28 Tim Pengkajian SPKN.2002. Upaya Pencegahan

Korupsi Pada Sektor Pertambangan

Penanggualangan Korupsi Pada Pengelolaan Pegawai. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Korupsi Pada Sektor Pertambangan

29 https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-

Korupsi sudah dianggap sebagai penyakit

pers/komitmen-pencegahan-dan-pemberantasan-

moral, bahkan ada kecenderungan semakin

korupsi-telah-dijabarkan-ke-dalam-rkp-tahunan/ diakses tanggal 07 Maret 2018.

merupakan langkah komprehensif dan ho- Hidup dan Kehutanan (LHK) mendata dari listik yang menjadi acuan bagi segenap pe-

seluruh luasan IUP di kawasan hutan se- mangku kepentingan, sehingga pelaksanaan Indonesia (26 juta hektar), 1,37 juta Hektar oleh baik Kementerian/Lembaga, maupun masih berada di Kawasan Hutan Konservasi, daerah tidak berjalan sendiri, sinergis baik dan 4,93 juta Hektar berada di Kawasan Hu- dalam jangka panjang maupun menengah dan

tan Lindung-secara open pit mining. (2) Ter- tahunan,” tutur Menteri Bambang.

dapat perusahaan yang tidak memiliki Nomor Kasus korupsi terkait izin tambang pada Pokok Wajib Pajak (NPWP), namun tetap tahun 2017 yang melibatkan Bupati Konawe

mendapatkan IUP. Padahal perusahaan pe- Utara, Sulawesi Tenggara, Aswad Sulaiman, megang IUP seharusnya memiliki kelayakan adalah sebuah fakta tentang rentannya tindak

(eligibility) yang baik, yang salah satunya di- pidana korupsi yang dilakukan berkaitan den-

tunjukkan melalui kepemilikan NPWP. Ditjen gan perizinan. Dalam kerugian negara yang Pajak mencatat, periode pajak 2010-2012 IUP diduga mencapai 2,3 triliun tersebut, Aswad yang tercatat baru sebanyak 7.834 IUP, dan diduga menerima uang dari 8 (delapan) peru-

dari total jumlah IUP tersebut yang memiliki sahaan tambang Nikel sebagai pemohon izin

NPWP hanya sekitar 76% atau 5.984 IUP. usaha pertambangan eksplorasi. 30 Artinya 24% nya tidak memiliki NPWP. (3)

Kasus tindak pidana korupsi yang Terdapat perusahaan yang tidak berkomitmen berkaitan dengan perizinan selanjutnya yang

menyetor dana jaminan reklamasi dan pascat- melibatkan Bupati Kutai Kartanegara, Rita ambang, namun tetap mendapatkan IUP. Pa- Widyasari, dan Komisaris PT. Media Ban-

dahal menurut ketentuan, komitmen dan alo- gun Bersama, Khairudin. Sumber penerimaan

kasi dana jaminan dari perusahaan merupak- gratifikasi terbesar diperoleh dari para pemo-

an prasyarat untuk mendapatkan izin operasi hon izin lingkungan dan SKKL. Gratifikasi

produksi pertambangan. (4) Terdapat indikasi ratusan miliar diterima oleh Rita, dalam kapa-

tumpang tindih izin (baik antar komoditas sitasnya sebagai pejabat yang mengeluarkan yang sama, maupun komoditas yang berbeda izin lingkungan bagi perusahaan yang akan seperti antara izin sawit dan izin tambang). melaksanakan kegiatan yang berkaitan den-

Korsup KPK menemukan persoalan tumpang gan lingkungan hidup, salah satunya adalah tindih ini merupakan mayoritas penyebab dari usaha pertambangan. 31 status Non-Clean and Clear dari sebuah IUP, Indikasi potensi korupsi sektor pertam-

yang saat ini jumlahnya mencapa 4.023 IUP bangan beserta temuan-temuannya antara lain:

dari total 10.388 IUP di seluruh Indonesia. (1) Terdapat WIUP dan IUP di wilayah hu-

(5) Tunggakan pembayaran pajak dan peneri- tan yang dilarang untuk kegiatan pertam-

maan negara yang tidak diawasi dan ditagih bangan, seperti hutan konservasi dan hutan dengan baik. Akibatnya, penerimaan negara lindung (khusus hutan lindung dengan model

menjadi tersendat dan dapat berpotensi me- penambangan terbuka/open pit mining). Kor-

nimbulkan kerugian negara jika tunggakan sup KPK bersama Kementerian Lingkungan tersebut tidak ditagih. Data Kementerian ESDM mencatat, hingga kini tunggakan baik

30 Trbunnews.com. diakses pada tanggal 05 Maret

dari pemegang kontrak karya maupun peme-

2018, pukul 13.15. Wita.

gang IUP besarnya mencapai 25 Triliun Ru-

31 Ibid. diakses pukul 14.00 Wita 31 Ibid. diakses pukul 14.00 Wita

dang lingkungan hidup dapat telihat, yakni: 34 terjadi karena eksploitasi dan pemanfaatan pertama, pengaturan mengenai izin-izin sek- sumber daya alam yang tidak terukur. Lais toral diatur dalam undang-undang tersendiri

Abid 33 mengungkapkan bahwa indikasi suap dan mengutamakan kepentingan ekonomi. dan manipulasi penerimaan negara dilaku-

Sementara untuk mencapai pembangunan kan penyelenggara negara di tingkat nasional

berkelanjutan seperti yang dijabarkan dalam maupun daerah, di mana caranya adalah me-

penjelasan Pasal 1 angka 3 UUPPLH, diam- lalui sektor penerimaan yang harusnya ma-

anatkan keseimbangan antara kepentingan suk ke kas negara namun justru mengalir ke

ekonomi, ekologi, dan sosial. Kedua, UUP- segelintir oknum birokrat atau swasta. Indika-

PLH yang mengatur lingkungan hidup dan se- si lainnya juga terjadi suap untuk memudah-

harusnya menjadi pedoman bagi penyeleng- kan proses perizinan, misalnya diterbitkannya

garaan perizinan sektoral, justru berdiri send- izin usaha pertambangan atas wilayah usaha

iri. Hal tersebut terjadi karena dalam sistem pertambangan yang terletak dalam kawasan peraturan perundang-undangan di Indonesia 35 hutan lindung. Selanjutnya Lais Abid me-

kedudukan UUPPLH sederajad dengan UU nyebutkan bahwa korupsi sumber daya alam

sektor lainnya seperti UU pertambangan Min- dapat merugikan negara secara ekonomi dan

eral dan Batubara.

ekologi. Dengan ketidakterpaduan pengaturan

Konsep Perizinan Terpadu

perizinan tersebut, maka masing-masing sek- Persoalan keterpaduan dalam sistem per-

tor memiliki kewenangan sendiri untuk men- izinan bidang lingkungan hidup muncul kare-

gatur persyaratan, prosedur, waktu dan biaya na tidak konsistennya penerapan konsep ling-

pengurusan perizinan. Ketidakterpaduan ini kungan hidup sebagaimana makna dan ruang

membuat proses penerbitan izin pertamban- lingkupnya. Padahal jika penerapan konsep gan yang panjang dan rumit. Hal inilah yang lingkungan hidup konsisten dengan pen-

kemudian menimbulkan celah terjadinya gaturan sektor lingkungan hidup, maka akan

praktek suap yang dilakukan oleh pemohon mencerminkan dan sekaligus mampu melak-

izin usaha pertambangan kepada pejabat yang sanakan keterpaduan dalam perlindungan dan

berwenang untuk mengeluarkan izin tersebut. pengelolaan lingkungan hidup.

Panjangnya proses penerbitan izin membuat Tidak konsistennya antara konsep ling-

pemohon izin melakukan gratifikasi 36 dengan kungan hidup, pengelolaan lingkungan hidup

tujuan untuk mempermudah mendapatkan dan ruang hukum lingkungan, baik dalam izin pertambangan. Gratifikasi yang dilaku- pengaturan bidang sektoral lingkungan hidup maupun dalam praktik, mengakibatkan keti-

34 Helmi. Loc.cit, hlm. 228

35 Pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 32 https://pwyp-indonesia.org/id/153659/perizinan-

36 Pemberian dalam arti luas, meliputi pemberian tambang-sarat-potensi-korupsi/26/08/2016

uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman diakses tanggal 06 Maret 2018

tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, 33 Staf Divisi Investigation Indonesia Corruption

perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan Watch (ICW).

fasilitas lainnya.

kan kepada pegawai negeri sipil/ penyelengg- kungan hidup yang bersifat integral (satu ke- ara negara yang berhubungan dengan jabatan/

satuan/ terpadu). Konsep tersebut kemudian kedudukannya dianggap sebagai suap.

berkonsekuensi pada ruang lingkup pengelo- Dalam Teorinya, Teori Jack Bologne laan lingkungan hidup, termasuk ruang ling- (GONE) menyebutkan bahwa akar penyebab

kup sistem perizinan di bidang pemanfaatan korupsi ada 4 (empat) hal, yaitu greedy (ke-

lingkungan hidup, seperti perizinan pertam- serakahan), opportunity (kesempatan), need

bangan.

(kebutuhan), dan exposures (pengungkapan). Perizinan terpadu merupakan instrumen Dalam penerbitan izin pertambangan, fak-

hukum lingkungan yang manfaatnya diten- tor opportunity (kesempatan) yang berkai-

tukan oleh penyelenggaraan sistem dalam tan dengan keadaan organisasi atau instansi perizinan itu sendiri. Jika perizinan hanya atau masyarakat yang sedemikian rupa yang

dimaksudkan sebagai sumber pendapatan membuka kesempatan bagi seseorang untuk bagi pemerintah, akan menimbulkan dampak melakukan korupsi. Keadaan penerbitan izin

negatif bagi lingkungan hidup dan membuka usaha pertambangan yang panjang dan rumit

celah terjadinya tindak pidana korupsi. telah membuka kesempatan seseorang untuk

UUPPLH sebagai norma hukum yang melakukan korupsi.

mengatur lingkungan hidup, mengenal 2 Integrasi berasal dari bahasa Inggris in-

(dua) jenis izin, yakni izin lingkungan dan tegration yang berarti kesempurnaan atau izin usaha dan/ atau kegiatan. Kedua jenis keseluruhan. Definisi konsep integrasi se-

izin ini termasuk dalam ruang lingkup dan cara gramatikal berdasarkan Kamus Besar tunduk pada UUPPLH. Izin lingkungan itu Bahasa Indonesia Pusat Bahasa adalah pem-

sendiri menurut Pasal 40 ayat (1) UUPPLH bauran sehingga menjadi kesatuan yang utuh

menjadi persyaratan untuk memperoleh izin dan bulat. 37 Selanjutnya menurut Achmad usaha dan/ atau kegiatan. Izin usaha dan/ Maulana, 38 integrasi memiliki 2 (dua) penger-

atau kegiatan sebagaimana yang dimaksud tian, yakni: pertama, pengendalian terhadap dalam UUPPLH adalah izin untuk melakukan konflik atau penyimpangan tertentu. Kedua,

pengelolaan sumber daya lingkungan hidup, membuat suatu keseluruhan dan menyatu-

termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan kan unsur-unsur tertentu. Sedangkan penger-

sumber daya mineral dan batubara. Dalam tian keterpaduan menurut Kamus Besar Ba-

pengaturannya, pemanfaatan sumber daya hasa Indonesia tidak diberikan makna secara

alam diatur secara sektoral sehingga “seolah- gramatikal. Keterpaduan diartikan dalam kata

olah” dipisahkan dari pengaturan lingkungan benda sebagai “perihal terpadu”.

hidup. 39 Padahal jika dicermati dari pasal- Secara konseptual, kedua pengertian di pasal yang mencerminkan keterpaduan dalam atas, yakni pengertian keterpaduan dan inte-

UUPPLH seperti yang diuraikan di atas, grasi, jelas menunjukkan ruang lingkup ling-

39 Lihat Undang-undang sektoral yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam seperti UU Nomor

37 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta :

Batubara, UU Nomor 41 Tahun 1999, tentang Gramedia Pustaka Utama.. hlm.541.

Kehutanan, UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang 38 Achmad Maulana. 2004. Kamus Ilmiah Populer

Minyak dan Gas Bumi, UU Nomor 18 Tahun 2004 Lengkap. Yogyakarta: Absolut, hlm.173.

tentang Perkebunan, dan lain-lain tentang Perkebunan, dan lain-lain

dan program pemerintah pusat dengan Salah satu fakta yuridis terjadinya pemerintah daerah. pemisahan bidang urusan yang berkaitan

dengan lingkungan hidup adalah dalam PENUTUP

agenda Pengelolaan lingkungan Hidup Ketidakterpaduan pengaturan perizinan Kementerian Lingkungan Hidup yang dalam pertambangan batubara yang terindi- membagi bidang-bidang lingkungan hidup kasi dari kewenangan yang diatur secara sek- yakni kehutanan, kelautan, energi, sumber toral dalam hal persyaratan, prosedur, waktu daya mineral dan pertambangan, lingkungan

dan biaya pengurusan perizinan membuat hidup, serta meteorologi dan geofisika. 40 proses penerbitan izin pertambangan yang

Menurut Katili 41 , sumber daya alam yang panjang dan rumit. Hal inilah yang kemudian berbeda, kebijakan pengelolaannya secara menimbulkan celah terjadinya praktek suap terpisah namun keaneka ragaman sumber yang dilakukan oleh pemohon izin usaha per- daya alam itu harus dipertimbangkan dalam tambangan kepada pejabat yang berwenang merumuskan kebijakan yang terpadu dan untuk mengeluarkan izin tersebut. Panjang- menyeluruh, termasuk dalam pengaturan nya proses penerbitan izin membuat pemohon perizinan dalam pertambangan batubara yang

izin melakukan gratifikasi 43 dengan tujuan melibatkan instansi sektor.

untuk mempermudah mendapatkan izin pert-

Idealnya, keterpaduan perizinan yang ambangan. Gratifikasi yang dilakukan kepada dimaksud oleh peneliti adalah penyatuan pegawai negeri sipil/ penyelenggara negara dari wewenang (fusion of competence) yang

yang berhubungan dengan jabatan/ kedudu- dilaksanakan dengan cara koordinasi, yakni kannya dianggap sebagai suap. kerjasama dalam pelaksanaan wewenang

Perlu dikembangkan satu sistem hukum yang bersifat mandiri (working together in pengelolaan sumber daya alam yang jelas, the exertion of autonomous competences). 42 tegas dan menyeluruh guna menjamin Keterpaduan horisontal menjamin adanya kepastian hukum sebagai landasan bagi keserasian hubungan antar sektor, agar hasil upaya pengelolaan, salah satunya adalah yang diperoleh merupakan upaya bersama pengelolaan dalam bentuk perizinan. Sistem yang memperhitungkan banyak kepentingan perizinan yang terpadu dalam pertambangan yang terkadang saling berbenturan satu merupakan penyatuan dari wewenang

(fusion of competence) yang dilaksanakan dengan cara koordinasi, yakni kerjasama

40 Agenda “Arah Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2009.

dalam pelaksanaan wewenang yang bersifat

41 Sumber Alam Untuk Kesejahteraan dan Ketahanan

mandiri (working together in the exertion of

Nasional, dalam buku Biografi Prof. J.A. Katili.2007. Harta Bumi Indonesia. Penerbit PT. Grasindo.

43 Pemberian dalam arti luas, meliputi pemberian 42 A.V. Van den Berg. Integrated Licencing System

uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman and Procedures, Integration vs Coordination.

tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, Environmental Legislation Course. Puncak.

perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan September 1985.

fasilitas lainnya.

autonomous competences). Hukum dan Kebijakan Indonesia: Jakarta Jurnal Hukum Jentera. Edisi 1 Tahun 1

BIBLIOGRAFI

Saleng. Abrar. 2004. Hukum Pertambangan. Danusaputro. St. Munajat. 1980. Hukum

Cet. I. Yogyakarta : UII Press

Lingkungan (BUKU I). Bandung: Manan. Bagir. 2004. Menyongsong Fajar Binacipta.

Otonomi Daerah. Yogyakarta : Pusat Gautama. Sudargo. 1983. Pengertian Tentang

Studi Hukum Fakultas Hukum UII. Cet Negara dan Hukum. Bandung : Alumni.

III.

Cetakan ke- 3. Suhirman. Desentralisasi dan ekonomi

A.V. van den Berg. 1985. Integrated Licencing Politik Perizinan : Mengambil Hak Yang System and Procedures, Integration vs

Terampas. Sebagaimana disuntimg oleh Coordination. Environmental Legislation

Pradjarta Dirjosnjoto dan Herudjati Course: Puncak.

Purwoko. 2004. Desentralisasi dalam De Haan. P. (et al). 1986. Bestuursrecht In De

Perspektif Lokal. Salatiga : Pustaka Social Rechtstaat. Deel I Ontwikkeling.

Percik.

Kluwer-Deventer : Organisatie Katili, J.A. 2007. Sumber Alam Untuk Instrumentarium

Kesejahteraan dan Ketahanan Nasional, Rangkuti. Siti Sundari. 1987. Hukum

dalam buku Biografi Prof. J.A. Katili; Lingkungan dan kebijakan Lingkungan

Harta Bumi Indonesia. Penerbit PT. dalam Proses Pembangunan Hukum

Grasindo

Nasioanl Indonesia. Desertasi. Surabaya Mahfud MD. 2007. Perdebatan Hukum Tata : UNAIR.

Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Rahardjo. Satjipto. 1991. Ilmu Hukum.

LP3S: Jakarta.

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Edisi Wignjosoebroto, Soetandyo. Hak-hak Revisi.

Manusia Yang Asasi Untuk Memperoleh Rangkuti. Siti Sundari. 1992. Pengantar

Jaminan Rasa Aman dan Sejahtera Hukum Perizinan Lingkungan. Kerjasama

Dalam Kehidupan Ekosob di Tengah Hukum Indonesia-Belanda.

Pelaksanaan Program Pembangunan Suparni. Ninik. 1994. Pelestarian Pengelolaan

Nasional yang Sering Tak Berkiblat dan Penegakan Hukum Lingkungan.

Pada Kepentingan Rakyat. Makalah pada Jakarta : sinar Grafika. Cet. Ke II

Workshop “Memperkuat Justisiabellitas Farida Indrati Soeprapto. Maria. 1998. Ilmu

Hak-hak Ekosob : Prospek dan Perundang-Undangan. “Dasar-dasar

Tantangan”. PUSHAM UII : Yogyakarta. dan Pembentukannya. Yogyakarta :

13-15 November 2007

Kanisius. Edie Toet Hendratno. 2009. Negara Kesatuan, Hardjasoemantri. Koesnadi. 2002. Hukum

Desentralisasi, dan Federalisme. Graha Tata Lingkungan. Yogyakarta : Gajah

Ilmu: Yogyakarta.

Mada University Press. Cetakan Rahmadi, Takdir. 2013. Hukum Lingkungan ketujuhbelas.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA MELALUI INTERAKSI SOSIAL, UPAYA PENYEDIAAN TRANSPORTASI, FINANSIAL, DAN DUKUNGAN DALAM MENYIAPKAN MAKANAN DENGAN RESPON KEHILANGAN PADA LANSIA DI DESA PEKAJA, KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

0 1 10

GAMBARAN PEMANFAATAN POLIKLINIK KESEHATAN DESA SEBAGAI PERPANJANGAN TANGAN PUSKESMAS DI KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 6

UPAYA PENGENDALIAN RESPON EMOSIONAL PASIEN HIPERTENSI DENGAN TERAPI MUSIK DOMINAN FREKUENSI SEDANG

0 0 5

MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI MELALUI SISTEM INFORMASI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI YANG TERINTEGRASI PADA PROYEK-PROYEK PENGADAAN JASA KONSULTASI DI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

0 0 8

METODE PENELITIAN - UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI LS Oleh: Kukuh Jumi Adi – JURNAL JP3

0 0 15

UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA – JURNAL JP3

0 0 10

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI TEKNIK OBSERVATION VISITS DI SMPN 1 PUGER – JURNAL JP3

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Oleh: NURSYAMSU SUBAGYO – JURNAL JP3

0 2 11

Kata kunci: Model Pembelajaran, Keaktifan Siswa, Berfikir Kritis Pendahuluan - MODEL PEMBELAJARAN PEMBENTUKAN KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

0 0 8

Kata Kunci : Pendidikan Politik, Partisipasi Masyarakat, Pendahuluan - TARBIYAH ISLAMIYAH SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN POLITIK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

0 0 7