B1J010193 11.

I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan jaman, industri tekstil dan produk tekstil
semakin bertambah. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan tekstil di pasar domestik dan
pasar ekspor yang semakin meningkat. Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia
(API), pada tahun 2012 unit usaha industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia
mencapai 2.886 unit, dan jumlahnya naik menjadi 2.916 pada akhir februari 2013
(Mahadi, 2013). Kenaikan produksi tekstil tersebut diiringi oleh naiknya hasil
pembuangan sisa produksi tekstil yaitu limbah baik padat maupun cair. Limbah cair
tekstil dihasilkan dari proses produksi yang banyak menggunakan air hampir 80%.
Limbah tekstil mengandung bahan organik dan anorganik. Bahan organik berupa
amilum yang dihasilkan dari proses pengkanjian tekstil. Bahan anorganik yang
terkandung di dalam limbah cair antara lain logam - logam berat berbahaya yang
berasal dari proses pewarnaan dan penyempurnaan. Salah satu logam berat
berbahaya yang terdapat dalam limbah cair tekstil adalah Krom (Cr).
Logam berat Cr yang dipakai dalam proses pewarnaan tekstil adalah kalium
dikromat (K7Cr2O7). Kalium dikromat termasuk dalam Cr valensi 6 (Cr6+) yang
bersifat toksik, sehingga apabila langsung dibuang ke lingkungan dapat
membahayakan organisme perairan maupun manusia. Logam berat Cr merupakan
logam transisi golongan VI B. Logam berat Cr berbentuk trivalent dan heksavalen.
Cr bervalensi VI lebih toksik daripada Cr bervalensi III karena ion Cr valensi VI
sukar terurai, tidak mengendap, dan stabil, sedangkan Cr valensi III sukar terlarut

pada pH diatas 5 dan mudah dioksidasi. Logam Cr memiliki massa jenis (20oC)
sebesar 7,19 g.cm-3, titik leleh sebesar 1875oC, titik didih sebesar 2658oC
(Bramandita, 2009).
Menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, kadar maksimal Krom (Cr)
total yang diperbolehkan memasuki ke dalam perairan adalah 0,5 mg.l-1. Keberadaan

bio.unsoed.ac.id

Cr dalam perairan yang melebihi batas ambang dapat merusak lingkungan dan
organisme yang hidup di lingkungan tersebut. Perairan yang tercemar oleh logam
berat Cr akan mengalami penurunan kualitas, yang menyebabkan daya dukung
perairan tersebut menurun terhadap organisme akuatik yang hidup di dalamnya.
Pencemaran air dapat menimbulkan kematian masal ikan atau berupa kelainan
struktural maupun fungsional ke arah abnormal (Alkassasbeh, et al., 2009 dalam
Pratiwi, 2010).
1

Cr selain dapat merusak lingkungan, juga berbahaya bagi kesehatan manusia
karena Cr dapat menyebabkan kanker, gagal ginjal, dan kerusakan paru-paru
(Sriyana, 2007). Hal yang senada juga diungkapkan oleh Puspita et al. (2007) bahwa

Cr dapat menyebabkan ulkus pada hidung dan kulit, hiperpigmentasi pada kulit,
kanker kulit dan mengindikasi nekrosis tubulus ginjal. Logam Cr merupakan salah
satu logam sangat beracun yang dapat mengakibatkan kematian atau gangguan
kesehatan yang tidak pulih dalam waktu yang singkat. Mengingat bahwa logam Cr
yang terdapat dalam limbah cair dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, maka
perlu adanya pengkajian kandungan Cr yang terdapat didalam air, sedimen, dan
tumbuhan eceng gondok pada rona lingkungan yang berbeda. Tumbuhan eceng
gondok dapat ditemukan di sepanjang aliran limbah PT “X” sehingga eceng gondok
dapat dijadikan bioindikator pencemaran oleh limbah tersebut.
Tumbuhan eceng gondok merupakan gulma perairan (deskripsi dapat dilihat
pada lampiran 1). Tumbuhan eceng gondok tersedia dalam jumlah banyak pada
lingkungan, biaya operasional dalam perawatannya rendah dan tidak memerlukan
nutrisi tambahan (Kirbky dan Mengel, 1987 dalam Kholidiyah 2010). Eceng gondok
berpotensi sebagai agensia pembersih perairan dari limbah logam dan menurunkan
tingkat toksisitas yang terdapat pada limbah tersebut, sehingga eceng gondok cocok
digunakan sebagai agen yang dapat mengetahui kandungan Cr dalam lingkungan
perairan.
Kandungan Cr dapat diketahui dengan cara destruksi logam Cr yang berada
dalam tumbuhan eceng gondok, sedimen, dan air pada rona lingkungan yang
berbeda. Permasalahan yang muncul dari uraian latar belakang tersebut adalah

apakah rona lingkungan yang berbeda berpengaruh terhadap kandungan Cr pada
tumbuhan eceng gondok, sedimen, dan air, rona lingkungan manakah yang memiliki
kandungan Cr tertinggi pada tumbuhan eceng gondok, sedimen, dan air. Berdasarkan
permasalahan yang ada, maka telah dilakukan penelitian untuk mengkaji kandungan

bio.unsoed.ac.id

Cr dalam tumbuhan eceng gondok, sedimen, dan air pada aliran limbah tekstil PT
“X”.
Tujuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui:
1. kandungan Cr dalam tumbuhan eceng gondok, sedimen, dan air pada rona
lingkungan yang berbeda.
2. kandungan Cr tertinggi yang terdapat dalam tumbuhan eceng gondok, sedimen,
dan air pada rona lingkungan yang dikaji.
2

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi
tentang kandungan Cr tertinggi pada daerah yang terkena aliran limbah industri
sehingga dapat dijadikan dasar bagi pemangku kepentingan dalam membuat
kebijakan remidiasi pada daerah yang terkena aliran limbah industri.


bio.unsoed.ac.id

3