Peran Porlestabes Medan Dalam Pemberantasan Narkotika Dihubungkan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang Chapter III V

BAB III

PERAN POLRESTABES MEDAN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (TPPU)

A. Polrestabes Medan
1. Sejarah Polrestabes Medan
Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Medan merupakan bagian dari kepolisian
Republik Indonesia yang mana wilayah hukum mencakup seluruh kota Medan. Polrestabes
Medan membawahi Kepolisian Sektor (Polsek) sebanyak 12 Polsek yaitu Polsek Medan Baru,
Polsek Medan Timur, Polsek Medan Barat, Polsek Medan Area, Polsek Medan Kota, Polsek
Sunggal, Polsek Deli Tua, Polsek Helvetia, Polsek Percut Sei Tuan, Polsek Patumbak, Polsek
Pancur Batu dan Polsek Kutalimbaru.
Sebelum berubah nama menjadi Polrestabes Medan nama yang digunakan ialah
Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan. Perubahan nama tersebut tidak dapat dipisahkan
dari unsur sejarah yang melekat terhadap Polrestabes Medan sebagai salah satu institusi
penegakan hukum yang ada di Indonesia. 93

93

Sejarah bukan semata-mata merupakan kronologi gejala-gejala atau kejadian-kejadian saja

akan tetapi lebih dari itu. Pentahapan atau kronologi harus disertai dengan analis yang mendalam
mengenai kedudukan dan peranan hukum pada masa-masa tertentu. Soerjono Soekanto, Pengantar
Sejarah Hukum, (Bandung: Alumni, 1979), hal. 14-15. Aparat penegak hukum (kepolisian, kejaksaan,
advokat dan pengadilan) merupakan pilar penegakan hukum sehingga apabila penegakan hukum dapat
terlaksana dengan baik, beberapa faktor dibawah ini harus difungsikanbenar-benar, sebagai berikut:
a. Pemberian teladan kepatuhan hukum oleh para penegak hukum,
b. Sikap yang lugas (zakelijk) dari para penegak hukum,

67

Universitas Sumatera Utara

Sejarah perkembangan kepolisian di Kota Medan tak terlepas dari keberadaan
penjajahan Belanda dan Jepang. Selain itu, tak terlepas pula dari sejarah perjuangan
masyarakat kota Medan dalam melawan penjajahan Belanda maupun Jepang. Sejarah
mencatat, Kepolisian Kota Besar Medan dan sekitarnya yang semula disebut sebagai
Komtabes-21 MS terbentuk pada 1950. Terpilih sebagai Komtabes-21 MS yang
pertama adalah Komisaris Polisi I R Djojodirdjo. Kemudian berturut turut nama nama
penjabat selengkapanya, AKBP Hamzah, KP-I Sabaruddin,KP-I AJM Piter, KP-I Drs
Ali Mursalin, KP-I Drs Sumarko, AKBP Drs Hadi Saputro, KP-I Drs Oetaryo

Suryawinata, KP-I RM Srikendar, AKBP Drs Bismo Suyitno, AKBP Drs Sunarto,
AKBP Slamet SP, Kolonel Polisi Mangku Harjo, Kolonel polisi Darwo Sugondo,
Kolonel Drs Suhardi, Kolonel Polisi Drs Gandi, Kolonel Polisi Drs Muharsipin,
Kolonel Polisi Drs I.K.Ratta, Kolonel Polisi Drs H Sofjan Jacoeb, Kolonel Polisi Drs
Dewa Astika, Kolonel Polisi Drs Chairuddin Ismail, Kolonel Polisi Drs
M.D.Primanto, Kolonel Polisi Drs Nono Supriono, Sunior Super Intenden/Kolonel
Polisi Drs H.Hasyim Irianto,SH, Komisaris Besar Polisi Drs H Badrodin Haiti.
Komisaris Besar Polisi Drs Bagus Kurniawan,SH, Kolonel Polisi Drs H Irawan
Dahlan, Komisaris Besar Polisi Drs H Bambang Sukamto,SH, Komisaris Besar Polisi
Drs H Aton Suhartono, Komisaris Besar Polisi Drs Imam Margono, Komisaris Besar
Polisi Tagam Sinaga,SH, Komisaris Polisi H Monang Situmorang,SH,MSi,

c. Penyesuaian peraturan yang berlaku dengan perkembangan teknologi mutakhir,
d. Penerangan dan penyuluhan mengenai peraturan yang berlaku terhadap masyarakat,
e. Memberi waktu yang cukup bagi masyarakat untuk memahami peraturan yang baru dibuat. Munir
Fuady, Op.Cit, hal. 46

Universitas Sumatera Utara

Komisaris Polisi Nico Afinta,SH.SIK,MH dan kini Komisari Besar Polisi H Mardiaz

Kusin Dwihananto,SIK,M.Hum tercatat sebagai pejabat ke 34. 94
Sejak terbentuk Komtabes-21 MS berkantor di Jl. Bali (kini Jl. Veteran)
Medan. Tahun 1981 sebutan Komtabes-21 berubah menjadi Kotabes-21 MS.
Bersamaan dengan itu markasnya pindah dari Jl. Bali ke Jl. Durian (kini Jl HM Said).
Saat itu Dantabes MS dijabat Kolonel Polisi Drs Suhardi. Komtabes-21 MS berkantor
di gedung berlantai dua yang refresentatif. Markas Kotabes-21 MS tersebut
diresmikan oleh Kapolri Jenderal Awaluddin Djamin. Dari tahun ke tahun
penambahan dan renovasi gedung dilakukan, sehingga markas kepolisian ini tertata
rapi. Saat Kapoltabes MS dijabat Kolonel Sofjan Jacoeb (1990-1992). Saat itu Sofjan
melakukan telaah staf dan studi banding pada perkembangan Polwiltabes Bandung.
Tim yang di bentuk Sofjan Jacoeb kemudian merumuskan perlunya perubahan status
atau pemekaran Poltabes MS menjadi Polwiltabes Medan. Ini dilakukan untuk
menjawab tantangan kepolisian Medan ke depan. Konsepnya, akan ada empat
Polresta di bawah Polwiltabes MS, yakni Polresta Medan Timur, Medan Barat,
Medan Selatan, dan Medan Utara. Sedangkan pada tingkat Polsek dan Polsekta akan
disesuaikan dengan jumlah kecamatan yang ada di kota Medan, yang jumlahnya
mencapai 22 kecamatan. Usul ini sudah disampaikan ke Mabes Polri tapi tidak
dikabulkan. 95

94


Baharuddin Saputra, Sejarah Polrestabes Medan, http://tribratanewsmedan.com/sejarahpolrestabes-medan/, Diakses 2 Januari 2017
95

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Sejak tahun 1985 sampai tahun 1996 sebutannya berubah lagi menjadi
Poltabes MS (Poltabes Medan dan Sekitarnya) Sebelas tahun kemudian, pada tahun
1996, semasa Kapoltabes Medan dijabat Kolonel Polisi Drs H Chairuddin Ismail
istilah Poltabes MS tidak digunakan lagi. Sebagai gantinya disebut Poltabes Medan
saja. Sebutan itu hanya bertahan sekitar setahun saja, sebab pada pertengahan 1997
saat Kapoltabes Medan dijabat Kolonel Polisi Drs MD Primanto, Kapolri Jenderal
Drs Dibyo Widodo melakukan kunjungan kerja ke Mapoltabes Medan. Dalam
sambutan lisannya saat apel di Mapoltabes, Kapolri menegaskan bahwa sebutan
“Poltabes Medan dan Sekitarnya” mengandung makna penting. Sebab, sebagian
wilayah hukum yang menjadi tanggung jawab Poltabes Medan adalah wilayah
Pemerintahan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Selain itu sebutan tersebut juga
mengandung nilai historis. Dibyo Widodo sendiri pernah menjabat sebagai Kasat

Serse di Poltabes MS. Akhirnya, sebutan Poltabes MS digunakan lagi sampai tahun
2010 berubah nama menjadi Polresta Medan. 96
Sejak 1 Juli 2010 sebutannya Polresta Medan (Kepolisian Resort Kota
Medan) dipimpin oleh Kombes Pol Tagam Sinaga, SH Sebagai Anak Daerah yang
pertama memimpin Polresta Medan. Tagam bertekad menjadikan Mapolresta Medan
menjadi markas yang bersih, indah dan membanggakan. Dia memulai tugasnya
dengan melakukan renovasi besar besaran di kantornya dan semua Satuan Fungsi
serta Bagian yang ada di Mapolres. Sedikitnya menelan biaya kurang lebih 2 Miliyar.
Obsesinya mewujudkan markas yang bersih indah dan nyaman, kini terwujud.
96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Setelah itu Kombes Pol Monang Situmorang,SH,MH menjadi Kapolresta Medan
menggantikan Tagam Sinaga. Monang tercatat sebagai Putra daerah kedua yang
menjadi pimpinan tertinggi di Polresta Medan. Kombes Nico Afinta Karo karo
Sukapiring,SIK.SH.MH yang kemudian menggantikan Monang Situmorang, Nico
menjabat sekitar 2 tahun di dampingi AKBP Yusuf Hondawantri Naibaho,SH,MSi.

Sekarang Kombes Pol H Mardiaz Kusin Dwihananto,SIK,M.Hum mulai 18 Juni 2015
hingga kini menjabat Kapolresta Medan didampingi Wakapolresta AKBP Mahedi
Surindra,SH,SIK dan Kabag Ops Kompol Herwinsyah Putra,SH,MSi. Upaya pihak
Polresta Medan melakukan persiapan dan membuat telaahan staf kepada Pimpinan
Polri, mengusulkan Polresta Medan Menjadi Polrestabes Medan akhirnya di
kabulkan. Status Polresta Medan resmi berubah menjadi Polrestabes Medan sesuai
surat Keputusan Kapolri Jenderal Polisi Drs H. Tito Karnavian, MA, PhD nomor :
ST/2325/ /IX / 2016: tanggal 23 September 2016. Dalam surat keputusan tersebut
Kapolri tetap menunjuk Kombes Pol H Mardiaz Kusin Dwihananto,SIK,M.Hum
menjabat Kapolrestabes Medan dan AKBP Mahedi Surindra,SH,SIK menjabat
Wakapolrestabes Medan. 97
Upacara peresmian kenaikan status Polresta Medan menjadi Polresta Medan
di gelar besar besaran, bertindak selaku Inspektur Upacara ialah Gubernur Sumatera
Utara Ir H T Erry Nuradi,MSi ditandai dengan penyerahan surat Keputusan Kapolri
dan penyemanatan tanda kewilayahan Polrestabes Medan di lengan Kiri
Kapolrestabes Medan Kombes Pol H Mardiaz Kusin Dwihananto,SIK,M.Hum.
97

Ibid


Universitas Sumatera Utara

Gubernur dalam pengukuhan itu membacakan sambutan tertulis Kapolda Sumut Irjen
Pol Drs Raden Budi Winarso dan memberikan ucapan selanat, semoga Polrestabes
Medan lebih baik dimasa depan. 98
Upacara dihadiri Waka Polda Sumut Brigjen Pol Drs Adhi Prawoto,SH, Para Pejabat
Utama Polda Sumut, Walikota Medan Drs T.Dzulmi Eldin MSi , Dandim 0201/BS Kolonel Inf
Ridwan Maulana, SH, Para Kagab, kasat dan Kapolsek sejajaran, dan Ketua Cabang
Bhayangkari Kota Medan Nyonya Hj Tasha Mardiaz serta pengurus Bhayangkari Ranting
Polsek sejajaran. Kapolrestabes Medan ketika dikonfirmasi peningkatan status menjadi
Polrestabes mengatakan, pertama tentunya mengucapkan terima kasih serta syukur karena
peningkatan status ini mencerminkan kepercayaan dari Bapak Kapolri selaku pimpinan
tertinggi Polri serta kepercayaan dari masyarakat Kota Medan. Alih status ini tentunya
diharapkan akan meningkatkan profesionalisme seluruh personel Polrestabes Medan dalam
rangka melayani masyarakat yang berada di wilayah hukumnya dan dengan alih status ini
dibarengi juga dengan peningkatan sumber daya manusia serta sarana prasana yang
dimiliki. Sampai saat ini Polrestabes Medan miliki 12 Polsek dengan kategori 11 Polsek tipe
Urban yaitu Polsek Medan Area, Medan Kota, Medan Baru, Medan Barat, Medan Timur,
Medan Helvetia, Percut Sei Tuan, Patumbak, Sunggal, Deli Tua, Pancur Batu dan 1 Polsek
Tipe Rural yakni Polsek Kutalimbaru sehingga masih ada polsek yang melayani lebih dari 1

Kecamatan. Ke depan perlu adanya Kebijakan Pimpinan untuk menambah jumlah Kepolisian
Sektor sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada. Ratio polri di Polrestabes Medan yang 1:
1500 itu hanya mengacu kepada jumlah penduduk yang tercatat di Disdukcapil, sedangkan

98

Ibid

Universitas Sumatera Utara

di kota Medan ini banyak masyarakat yang beraktivitas baik dari luar Prov maupun luar
Kota/ Kab sehingga dapat diprediksi bahwa penduduk di kota Medan hanpir capai 5,5 juta
jiwa. Namun, demikian Polrestabes Medan tetap meningkatkan pelayanan publik dengan
manfaatkan sumber daya manusia yang ada dan mengacu pada selektif prioritas. 99
2. Visi Dan Misi Polrestabes Medan
Polretabes Medan memiliki fungsi yang merujuk kepada Pasal 2 Undang-Undang
No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, berbunyi :
”Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat”.

Disamping itu, keberadaan Polrestabes Medan juga didasarkan kepada tujuan
kepolisian Republik Indonesia yang didasarkan pada Pasal 4 Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, berbunyi :
”Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia”.

99

Ibid dan Anonim, Berubah Menjadi Polrestabe Medan, LBH : Kinerja Dan Pimpinan
Harus Lebih Baik, tabloid maji.com, Diakses 2 Januari 2017

Universitas Sumatera Utara

Fungsi dan tujuan kepolisian Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang
No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia diimplementasikan oleh
Polrestabes Medan dalam visi dan misinya. 100
Visi Polrestabes Medan, yaitu :

Terwujudnya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polrestabes Medan
dengan melaksanakan kemitraan dan kerjasama dengan Instansi terkait dan masyarakat.
Misi Polrestabes Medan, yaitu :
a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah , tanggap dan
tidak diskriminatif demi mewujudkan rasa aman melalui kerjasama dengan seluruh
elemen masyarakat kota Medan.
b. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu di seluruh wilayah
hukum Polresta Medan serta mengefektifkan fungsi Perpolisian Masyarakat dalam
memelihara Kamtibmas di lingkungan masing-masing.
c. Memelihara keamanan dan ketertiban Lantas di wilayah hukum Polrestabes Medan untuk
menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran arus orang dan barang.
d. Meningkatkan kerjasama Internal Polri dan kerjasama dengan aparat penegak hukum
pada instansi terkait serta komponen masyarakat.

100

Visi adalah pandangan atau wawasan kedepan dan misi adalah tugas yang dirasakan orang
sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme dan lain sebagainya.
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, hal. 921 & 1548


Universitas Sumatera Utara

e. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat (Polmas) di wilayah hukum Polrestabes
Medan yang berbasis kepada masyarakat patuh hukum (Law Abiding Citizen).
f. Menegakkan hukum di wilayah hukum Polresta Medan secara profesional, objektif,
proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan.
g. Mengelola sumber daya Polresta Medan secara profesional, proporsional, transparan,
akuntabel dan modern guna mendukung operasional tugas Polresta Medan.
h. Membangun kemitraan dan kebersamaan (Partnership Building) dengan seluruh
potensi masyarakat dan instansi pemerintah dalam memelihara keamanan dan
ketertiban di wilayah hukum Polrestabes Medan.
Penerapan visi dan misi dari Polrestabes Medan merupakan kesiapan polisi di
Medan secara khusus untuk menghadapi perubahan yang cepat dan sebagai pedoman yang
mampu menjawab, membimbing dan memberikan arah kebijakan strategi dalam
mengantisipasi intensitas permasalahan yang dihadapi.

Universitas Sumatera Utara

B. Peran Polrestabes Medan Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika Yang
Berhubungan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

1. Peran Polrestabes Medan Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika Yang
Berhubungan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Dalam Konteks Penal
Policy

Keberadaan Polrestabes Medan sebagai institusi penegak hukum merupakan salah
satu penyebab yang dapat mempengaruhi penegakan hukum. Hal itu disebabkan karena
penegak hukum merupakan golongan-golongan panutan dalam masyarakat yang hendaknya
mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu sehingga sesuai dengan aspirasi masyarakat
dimana panutan ini dapat pula memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah yang
baru serta keteladanan yang baik. 101
Salah satu keberhasilan penegak hukum dalam hal ini Polretabes Medan
mewujudkan dirinya sebagai panutan ialah dengan cara melakukan penegakan hukum
melalui sarana hukum pidana atau penal policy.
Sarana penal atau sarana hukum pidana dalam proses penerapannya harus melalui
beberapa tahapan, yakni : 102
a. Tahap formulasi yaitu tahap penegakan hukum in abstracto oleh badan pembuat
undang-undang. Tahap ini disebut dengan tahap kebijakan legislatif,
b. Tahap aplikasi yaitu tahap penerapan hukum pidana oleh aparat penegak hukum mulai
dari kepolisian sampai ke pengadilan. Tahap ini disebut dengan tahap kebijakan
yudikatif,
101

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
Rajawali Press, 2014), hal. 34
102
Barda Nawawi Arief, Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

c. Tahap eksekusi yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh aparataparat pelaksanaan pidana. Tahap ini disebut tahap kebijakan eksekutif atau
administratif.
Bentuk sarana penal ialah tindakan repersif. Tindakan represif adalah segala
tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan
pidana. 103
Tindakan represif yang dapat dilakukan Polrestabes Medan jika terjadi tindak pidana
pencucian uang yang disebabkan kejahatan asal ialah tindak pidana narkotika ialah
penyidikan terhadap pelaku tindak pidana dimana pihak yang dapat melakukan tindak
pidana pencucian uang ialah pihak yang memperoleh keuntungan materi, yakni bandar
narkotika (dapat dikatakan sebagai penyuplai narkotika), pengedar/kurir narkotika (yang
mengedarkan narkotika kepada konsumen atau pengguna) atau pihak yang mem-back up
(melindungi) peredaran narkotika (pihak berwenang yang melindungi peredaran narkotika
atau organisasi masyarakat yang juga melindungi peredaran narkotika). Sesuai dengan
kewenangan Polrestabes Medan yang merupakan bagian dari institusi kepolisian Republik
Indonesia yang di atur didalam Pasal 74 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, berbunyi:
”Penyidikan tindak pidana Pencucian Uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai
dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali
ditentukan lain menurut Undang-Undang ini”.

103

Soejono D, Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

Polrestabes Medan merupakan penyidik tindak pidana asal dalam hal ini narkotika
yang mana kewenangannya diperoleh dari Pasal 81 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika, yakni :
”Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN berwenang melakukan
penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika berdasarkan Undang-Undang ini”.
Kewenangan Polrestabes Medan sangat jelas berdasarkan uraian di atas sehingga
tindakan represif yang dapat dilakukan olehnya mengacu kepada Undang-Undang No. 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Tahapan mulainya tindakan represif yang dilakukan Polrestabes Medan terhadap tindak
pidana pencucian uang dimana kejahatan asalnya ialah tindak pidana narkotika ialah Pasal
74 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang di atas. Selanjutnya, Polrestabes Medan apabila menemukan bukti
permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal,
penyidik dapat menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dengan penyidikan tindak
pidana pencucian uang dan melaporkannya kepada Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) yang mana hal tersebut sesuai dengan bunyi Pasal 75 Undang-Undang
No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
yaitu :
”Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana
Pencucian Uang dan tindak pidana asal, penyidik menggabungkan penyidikan tindak pidana

Universitas Sumatera Utara

asal dengan penyidikan tindak pidana Pencucian Uang dan memberitahukannya kepada
PPATK”.
Tindakan penyidik (Polrestabes Medan) yang dapat melakukan menggabungkan
penyidikan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal dapat dipandang
sebagai concursus realis yang artinya perbarengan (gabungan) beberapa perbuatan yang
harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri dan masing-masing perbuatan itu
telah memenuhi rumusan tindak pidana yang diatur dalam Undang-Undang Pidana. Dengan
demikian, konsep dari tindak pidana pencucian uang juga serupa dengan konsep tindak
pidana penadahan, yakni tidak perlu membuktikan terlebih dahulu, menuntut dan
menghukum orang yang mencuri sebelum menghukum orang yang menadah. 104 Kondisi
tersebut jelas sama sekali tidak menggangu keberadaan tindak pidana pencucian uang
sebagai independent crime karena pembuktiannya tetap dilakukan sendiri-sendiri.
Selanjutnya, dalam Pasal 75 terdapat frase kalimat, ”memberitahukannya kepada PPATK”
dimana perlu dipahami tidak ada ditemukan kata wajib yang menyertai kalimat tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa pemberitahuan kepada PPATK sifatnya hanya koordinasi
atau tidak wajib. 105 Hal tersebut ditegaskan pula oleh Bismar Nasution yang mengatakan,
setiap penegak hukum (Polrestabes Medan) demi tegaknya Undang-Undang No. 8 Tahun
104

Supriyadi Widodo Eddyono & Yonatan Iskandar Chandra, Op.Cit, hal. 27
Ketidakwajiban melakukan pemberitahuan kepada PPATK juga dipertegas dengan tidak
adanya PPATK di daerah yang mana pembentukan didaerah hanya jika mendesak sangat diperlukan
sehingga jika harus dilakukan pemberitahuan ke PPATK pusat terlebih dahulu selanjutnya melakukan
koordinasi terlebih dahulu maka akan menyebabkan pelaku tidak pidana pencucian uang akan sempat
menghilangkan aset yang diperoleh dari tindak pidana asal. Pembentukan PPATK didaerah sesuai
dengan Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 2010 Tentang Penceahan Dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, berbunyi:
”Dalam hal diperlukan, perwakilan PPATK dapat dibuka di daerah”.
105

Universitas Sumatera Utara

2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dapat
melakukan tindakan berupa pelacakan dan melakukan koordinasi dengan PPATK untuk
upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang. 106 Selain, penyidikan sudah dapat
dipastikan bahwa Polrestabes Medan juga berhak melakukan penangkapan dan penahanan
sebagai sebuah rangkaian dari penyidikan.
Proses penyidikan yang dilakukan oleh Polrestabes Medan terhadap tindak pidana
pencucian uang dapat melakukan beberapa tindakan untuk keberhasilan proses tersebut,
yaitu :
a. Melakukan penundaan transaksi terhadap harta kekayaan yang diketahui dan patut
diduga merupakan hasil tindak pidana. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 70 UndangUndang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian, berbunyi :
”(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan Pihak Pelapor
untuk melakukan penundaan Transaksi terhadap Harta Kekayaan yang diketahui
atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana.
(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai:
a. nama dan jabatan yang meminta penundaan Transaksi;
b. identitas Setiap Orang yang Transaksinya akan dilakukan penundaan;
c. alasan penundaan Transaksi; dan
d. tempat Harta Kekayaan berada.

106

Bismar Nasution (IV), Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

(3) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 5
(lima) hari kerja.
(4) Pihak Pelapor wajib melaksanakan penundaan Transaksi sesaat setelah surat
perintah/permintaan penundaan Transaksi diterima dari penyidik, penuntut umum,
atau hakim.
(5) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acara pelaksanaan penundaan Transaksi
kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim yang meminta penundaan Transaksi
paling lama 1 (satu) hari kerja sejak tanggal pelaksanaan penundaan Transaksi”.

b. Melakukan pemblokiran harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan
hasil tindak pidana. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 71 Undang-Undang No. 8 Tahun
2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian, berbunyi :
”(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan Pihak Pelapor
untuk melakukan pemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dari:
a. Setiap Orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik;
b. tersangka; atau
c. terdakwa.
(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai:
a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim;
b. identitas Setiap Orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik,
tersangka, atau terdakwa;
c. alasan pemblokiran;
d. tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan; dan
e. tempat Harta Kekayaan berada.

Universitas Sumatera Utara

(3) Pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja.
(4) Dalam hal jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berakhir,
Pihak Pelapor wajib mengakhiri pemblokiran demi hukum.
(5) Pihak Pelapor wajib melaksanakan pemblokiran sesaat setelah surat perintah
pemblokiran diterima dari penyidik, penuntut umum, atau hakim.
(6) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acara pelaksanaan pemblokiran kepada
penyidik, penuntut umum, atau hakim yang memerintahkan pemblokiran paling
lama 1 (satu) hari kerja sejak tanggal pelaksanaan pemblokiran.
(7) Harta Kekayaan yang diblokir harus tetap berada pada Pihak Pelapor yang
bersangkutan”.

c. Meminta pihak pelapor untuk untuk memberikan keterangan secara tertulis mengenai
Harta Kekayaan seseorang yang diduga memiliki kekayaan dari hasil tindak pidana. 107
Hal tersebut sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, berbunyi :

107

Pihak pelapor adalah Setiap Orang yang menurut Undang-Undang ini wajib
menyampaikan laporan kepada PPATK. Pihak pelapor terdiri dari a. penyedia jasa keuangan: 1. bank;
2. perusahaan pembiayaan; 3. perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. dana pensiun
lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9.
perposan sebagai penyedia jasa giro; 10. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran
menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money dan/atau e-wallet; 13. koperasi yang melakukan
kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan
berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. b. penyedia barang
dan/atau jasa lain: 1. perusahaan properti/agen properti; 2. pedagang kendaraan bermotor; 3.
pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; 4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai
lelang. Pasal 1 angka 11 dan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Universitas Sumatera Utara

”(1) Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak pidana Pencucian Uang,
penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang meminta Pihak Pelapor untuk
memberikan keterangan secara tertulis mengenai Harta Kekayaan dari:
a. orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik;
b. tersangka; atau
c. terdakwa.
(2) Dalam meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi penyidik,
penuntut umum, atau hakim tidak berlaku ketentuan peraturan
perundangundangan yang mengatur rahasia bank dan kerahasiaan Transaksi
Keuangan lain.
(3) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan dengan
menyebutkan secara jelas mengenai:
a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim;
b. identitas orang yang terindikasi dari hasil analisis atau pemeriksaan PPATK,
tersangka, atau terdakwa;
c. uraian singkat tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan; dan
d. tempat Harta Kekayaan berada.
(4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disertai dengan:
a. laporan polisi dan surat perintah penyidikan;
b. surat penunjukan sebagai penuntut umum; atau
c. surat penetapan majelis hakim.
(5) Surat permintaan untuk memperoleh keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (3) harus ditandatangani oleh:
a. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau kepala kepolisian daerah
dalam hal permintaan diajukan oleh penyidik dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. pimpinan instansi atau lembaga atau komisi dalam hal permintaan diajukan
oleh penyidik selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Universitas Sumatera Utara

c. Jaksa Agung atau kepala kejaksaan tinggi dalam hal permintaan diajukan oleh
jaksa penyidik dan/atau penuntut umum; atau
d. hakim ketua majelis yang memeriksa perkara yang bersangkutan.
(6) Surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditembuskan kepada PPATK”.
2. Peran Polrestabes Medan Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika Yang
Berhubungan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Dalam Konteks Non Penal
Policy

Kebijakan non penal secara Internasional diakui keberadaannya oleh PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai Kongres PBB
mengenai the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders. Dalam Kongres PBB ke-6
di Caracas, Venezuela pada tahun 1980 antara lain dinyatakan, bahwa “Crime prevention
strategies should be based upon the elimination of causes and conditions giving rise to
crime”. 108 Selanjutnya dalam Kongres PBB ke-7 di Milan, Italia pada tahun 1985 juga
dinyatakan bahwa “the Basic crime prevention must seek to eliminate the causes and
conditions that favour crime”. 109 Kongres PBB ke-8 di Havana, Kuba pada tahun1990
menyatakan bahwa “the social aspects of development are an important factor in the
achievement of the objectives of the strategy for crime prevention and criminal justice in the

108

Dodik Prihatin AN, Urgensi Non Penal Policy Sebagai Politik Kriminal Dalam
Menanggulangi
Tindak
Pidana
Korupsi,
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unej.ac.id/bitstream/hand
le/, diakses 22 September 2016
109
Ibid

Universitas Sumatera Utara

context of development and should be given higher priority”. 110 Dalam Kongres PBB ke-10 di
Wina, Austria pada tahun 2000 juga ditegaskan kembali bahwa : 111
“Comprehensive crime prevention strategies at the international, national, regional, and
local level must address the root causes and risk factors related to crime and victimization
through social, economic, health, educational, and justice policies”.
Sarana non penal dimunculkan sebagai alternatif untuk menanggulangi kejahatan.
Muladi membedakan berbagai tipologi tindakan pencegahan atau non penal (prevention
without punishment). Tipologi-tipologi tersebut antara lain sebagai berikut: 112
a. Pencegahan primer (primary prevention) yang diarahkan baik pada masyarakat sebagai
korban potensial maupun para pelaku-pelaku kejahatan yang masih belum tertangkap
atau pelaku potensial,
b. Pencegahan sekunder (secondary prevention). Berbeda dengan yang pertama, pada
bentuk pencegahan sekunder ini, tindakan diarahkan pada kelompok pelaku atau pelaku
potensial atau sekelompok korban potensial tertentu. Sebagai contoh adalah dalam
kaitannya dengan korban kejahatan perampokan nasabah bank, kejahatan perbankan
kejahatan pencurian kendaraan bermotor,
c. Pencegahan tersier (tertiary prevention). Dalam hal ini pencegahan diarahkan pada jenis
pelaku tindak pidana tertentu dan juga korban tindak pidana tertentu, misalnya
recidivist offender maupun recidivist victim.

Upaya penerapan non penal dapat dilakukan dengan cara preventif (mencegah
sebelum terjadinya kejahatan). Tidak hanya sebatas upaya preventif saja, di kepolisian saran
non penal juga dikembangkan yang disebut dengan cara preemtif.
110

Ibid
Ibid
112
Ali Masyhar, Loc.Cit

111

Universitas Sumatera Utara

Sebelum

membahas

upaya

preventif

Polrestabes

Medan

dalam

upaya

pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang kejahatan asalnya ialah tindak pidana
narkotika akan diuraikan mengenai upaya preemtif yang merupakan pengembangan dari
upaya non penal. Perlu dipahami bahwa dimana pihak yang dapat melakukan tindak pidana
pencucian uang ialah pihak yang memperoleh keuntungan materi, yakni bandar narkotika
(dapat

dikatakan

sebagai

penyuplai

narkotika),

pengedar/kurir

narkotika

(yang

mengedarkan narkotika kepada konsumen atau pengguna) atau pihak yang mem-back up
(melindungi) peredaran narkotika (pihak berwenang yang melindungi peredaran narkotika
atau organisasi masyarakat yang juga melindungi peredaran narkotika). Preemif adalah
kebijakan yang melihat akar masalah utama penyebab terjadinya kejahatan dan
menghilangkan unsur korelatif kriminogen dari masyarakat agar tidak berkembang menjadi
gangguan (police hazard) atau berlanjut menjadi ancaman faktual (crime). 113 Preemtif
merupakan kebijakan yang muncul akibat pengembangan cummunity policing. Konsep
Community Policing ke dalam ranah perpolisian, digagaslah reformasi kepolisian yang
bersifat paradigmatik, yang kemudian menghadirkan: 114
a.

Problem Oriented Policing (POP)/ Problem Solving Policing, yaitu Perpolisian yang
diselenggarakan dari dan oleh jajaran kepolisian untuk memecahkan permasalahan
kamtibmas dan/atau kriminalitas yang didefinisikan oleh publik;

b. Community Oriented Policing, yaitu Perpolisian yang diselenggarakan dari dan oleh
jajaran Kepolisian untuk kepentingan publik, dengan segala permasalahannya, tidak

113

http://www.csps-ugm.or.id/artikel/Polkunarto.htm, diakses 2 Januari 2017
Yudi Frianto, Peranan Bhayangkara Pembina Dan Keamanan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) Dalam Upaya Penanggulangan Anak Sebagai Pengguna Narkotika (Studi Pada
Polsek Medan Area), (Medan: Tesis S2 Magister Ilmu Hukum USU), hal. 20
114

Universitas Sumatera Utara

hanya terbatas pada pemecahan permasalahan kamtibmas dan/atau kriminalitas yang
didefinisikan oleh publik;
c. Community Based Policing, yaitu Perpolisian yang diselenggarakan dari publik, dalam hal
ini permasalahan yang dihadapi oleh publik bisa saja didefinisikan oleh publik itu sendiri,
akan tetapi dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan jajaran kepolisian.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan comnunity policing dalam bentuk
preemtif dilaksanakan oleh kepolisian dalam satuan tersendiri, yakni Bina Masyarakat
(Binmas) dalam unit Bhayangkara Pembina Dan Keamanan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS). Secara umum bhabinkamtibmas memiliki tugas, sebagai berikut : 115
a. Membina masyarakat agar tercipta kondisi yang menguntungkan bagi pelaksanaan
tugas polri di desa/kelurahan.
b. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya
untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
c. Melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis dengan aparat desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat dan para sepuh yang ada di
desa ayau kelurahan.
d. Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhadap masyarakat.
e. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan membantu
penanganan rehabilitasi yang terganggu.
f. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga masyarakat terhadap
timbulnya gangguan Kamtibmas.
g. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka pembinaan
Kamtibmas secara Swakarsa di desa/kelurahan.
h. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan kelompok atau
forum Kamtibmas guna mendorong peran sertanya dalam bhabinkamtibmas dan dapat
mencari solusi dalam penanganan permasalahan atau potensi gangguan dan ambang
gangguan yang terjadi dimasyarakat agar tidak berkembang menjadi gangguan nyata
Kamtibmas.
i. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan.

115

Huruf a merupakan tugas pokok dari bhabinkamtibmas sedangkan huruf b sampai m
merupakan bentuk tugas turunan dari bhabinkamtibmas. Kepolisian Negara Republik Indonesia, Buku
Pintar Bhabinkamtibmas, (Jakarta: Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2014), hal. 4

Universitas Sumatera Utara

j.

Memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum.
k. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam pengamanan lingkungan.
l. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk sementara
waktu sebelum ditangani pihak berwenang.
m. Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk memperoleh masukan
atas berbagai isu atau kisaran suara yaang tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas
pelayanan Kepolisian serta permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

Polrestabes

Medan

unit

bhabinkamtibmas

yang

melakukan

kegiatan

preemtif/himbauan dimana untuk tindak pidana pencucian uang bentuk tindakan yang
diberikan ialah terhadap kejahatan asal terlebih dahulu selajutnya kepada kemungkinan
kejahatan lain yang dapat timbul. Dalam hal ini secara khusus ialah tindak pidana pencucian
uang yang kejahatan asalnya tindak pidana narkotika. 116
Tindakan preemtif yang dilakukan oleh bhabinkamtibmas, sebagai berikut:
a. Memberikan Informasi Kepada Masyarakat
Bentuk pemberian informasi kepada masyarakat ini terhadap tindak pidana
narkotika dilakukan dengan pembuatan brosur yang ditempel disetiap papan
pengumuman kelurahan mengenai bahaya narkotika sekaligus tindak pidana yang dapat
mengikuti tindak pidana tersebut. Misalnya, seorang pemakai narkotika lama-kelamaan
jika ia kesulitan memperoleh uang akan melakukan pencurian

kemudian seorang

pengedar narkotika yang seolah-olah bisa dilihat memperoleh uang yang sangat banyak
akan tetapi dampak dari hasil kejahatan tersebut ia dapat dipidan dengan tuduhan lain,
yakni tindak pidana pencucian uang. Selain itu, setiap sebulan sekali juga dilakukan

116

Hasil wawancara dengan Kasat Binmas Polrestabe Medan Widya Budi Hartati, 12
Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

penyuluhan dikantor kelurahan mengenai bahaya narkotika berserta tindak pidana yang
mengikutinya yang mana keadaan tersebut jika sampai pada proses penyidikan maka
pelaku tindak pidana beserta tindak pidana yang menikutinya secara khusus tindak
pidana pencucian uang maka hukumannya menjadi berlapis. 117
b. Pembentukan Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan)
Keberadaan siskamling diselenggarakan dengan tujuan, sebagai berikut:
1) Menciptakan situasi dan kondisi aman, tentram dan tertib dilingkungannya masingmasing. Artinya, dengan adanya siskamling ini masyarakat dapat ikut aktif menjaga
dirinya sendiri beserta keluarganya sehingga pengedaran narkotika dapat dicegah
keberlangsungannya disebuah daerah/kelurahan. Dampanknya ialah dengan
pencegahan pengedaran narkotika tentu pengedar akan kesulitan untuk
memperoleh penghasilan sehingga kemungkinan besar tindak pidana pencucian
uang juga tidak terjadi.
2) Terwujudnya kesadaran warga masyarakat di lingkungannya dalam pencegahan dan
penanggulangan terhadap setiap kemungkinan timbulnya gangguan Kamtibmas. 118
Keberadaan siskamling tidak hanya dipergunakan untuk menjaga keamanan
dimalam hari akan tetapi dapat dijadikan tempat pengaduan awal apabila
masyarakat melihat penyalahgunaan narkotika secara khusus kegiatan pengedar

117

Hasil wawancara dengan Kasat Binmas Polrestabe Medan Widya Budi Hartati, 12
Desember 2016
118
Keberadaan Siskamling memeang belum merata di kota Medan akan tetapi
pembentukannya terus diupayakan. Hasil wawancara dengan Kasat Binmas Polrestabe Medan Widya
Budi Hartati, 12 Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

atau bandar narkotika dengan melakukan koordinasi antara petugas siskamling dan
masyarakat maka penjagaan keamanan akan lebih solid lagi.
c. Terlibat Dalam Pembinaan Remaja Atau Pemuda/Pemudi
Narkotika merupakan benda yang sangat mudah menyusup dikalangan para
remaja atau pemuda/pemudi karena tidak jarang para pengedar melakukan bujuk
rayu terhadap mereka dengan berbagi cara mulai dari narkotika dapat
menghilangkan masalah yang dihadapi, pemberian secara gratis diawal, dapat
terlihat kerena bahkan untuk remaja yang kekurangan uang jajan juga dilibatkan
dalam pengedaran narkotika dengan iming-iming imbalan yang cukup besar.
Keterlibatan anggota bhabinkamtibmas dalam membina para remaja dengan ikut
terlibat dalam kegiatan remaja masjid dan karang taruna dapat menghalangi atau
menghindarkan mereka dari pengaruh buruk narkotika. Dengan demikian maka
para pengedar juga tidak akan memperoleh uang disekitaran daerah yang menjadi
target operasinya dan juga berdampak dengan tidak adanya hail dari penjualan
narkotika maka tindak pidana pencucian uang juga tidak akan terjadi. 119
Selanjutnya, setelah upaya preemtif di atas dilaksanakan maka upaya preventif juga
tetap dilakukan sebagai wujud maksimal dari upaya non penal agar tindak pidana pencucian
uang yang kejahatan asalnya tindak pidana narkotika tidak berkembang dalam masyarakat.
Tindakan preventif yang dilakukan oleh Polrestabes Medan dalam rangka mencegah tindak
pidana pencucian uang yang kejahatan asalnya tindak pidana narkotika, yaitu :

119

Hasil wawancara dengan Kasat Binmas Polrestabes Medan Widya Budi Hartati, 12
Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

a. Razia terhadap pengedaran narkotika dimana kegiatan ini sering dilaksanakan di
malam hari baik dijalan raya maupun tempat hiburan malam. Dengan dilakukannya
razia ini maka akan mencegah merebaknya pengedaran narkotika di kota Medan
dan berakibat pula kejahatan lain yang mengikutinya dapat dicegah secara khusus
tindak pidana pencucian uang. 120
b. Melakukan kerjasama dengan forum kemitraan polisi dengan masyarakat, dengan
terbentuknya forum tersebut maka jalinan kejasama antar polisi dengan masyarakat
dapat terjalin dengan erat secara khusus Polrestabes Medan, yakni masyarakat
dapat memberikan informasi terhadap pihak-pihak yang dicurigai sebagai bandar
atau pengedar besar narkotika dimana biasanya bandar atau pengedar besar
narkotika sangat mungkin melakukan tindak pidana pencucian uang. 121 Disamping
itu, juga dilakukan pembentukan Satgas (satuan) tugas anti narkotika yang
bertujuan tidak hanya menindaklanjuti permasalahan penggunaan narkotika tetapi
juga permasalahan pengedar atau bandar narkotika dimana bandar narkotika yang
sangat berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang. 122
c. Melakukan kerjasama dengan organisasi kepemudaan di kota Medan, artinya denga
melibatkan organisasi kepemudaan dikota medan yang sudah sangat jelas
anggotanya berisi pemuda-pemuda yang sangat produktif juga dapat mencegah

120

Hasil Wawancara dengan Kasat Res Narkoba Polrestabes Medan Boy J. Situmorang, 12
Desember 2016
121
Hasil Wawancara dengan Kasat Res Narkoba Polrestabes Medan Boy J. Situmorang, 12
Desember 2016
122
Hasil Wawancara dengan Kasat Res Narkoba Polrestabes Medan Boy J. Situmorang, 12
Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

terjadinya kejahatan secara khusus kejahatan narkotika yang sangat rentan diikuti
kejahatan lainnya termasuk pencucian uang. 123
d. Melakukan sosialisasi, maksudnya Polrestabes Medan melakukan sosialisasi terhadap
masyarakat untuk terjadinya peredaran narkotika secara luas di masyarakat. Materi
sosialisasi untuk para remaja biasanya meliputi agar pilih teman dan lingkungan
yang baik, tolak bujukan orang untuk mencoba narkotika dan sejenisnya, tolak
ajakan orang yang menawarkan pekerjaan sebagai kurir sesuatu barang yang belum
jelas terlebih dengan imbalan yang menggiurkan, bila ingin berbagi pengalaman
lakukan kepada orang yang dapa dipercaya tentunya teman yang diketahui memiliki
predikat baik dalam kesehariannya. Untuk orang dewasa dalam hal ini orang tua
bentuk sosialisasi biasanya diarahkan agar orang tua dapat menasehati anak dengan
baik bukan dengan marah-marah dimana bentuk nasehat diarahkan kedalam wujud
agar anak jangan sesekali ingin mencoba narkotika dengan alasan apapun misalnya
diejek, disindir dan lain sebagainya karena akan berdampak besar untuk masa
depannya, selanjutnya tentu secara akal, pikiran dan keberanian orang dewasa
memiliki lebih dibandingkan anak ataupun remaja sehingga Polrestabes Medan juga
mengarahkan atau mensosialisasikan agar masyarakat selalu meningkatkan
pengawasan/kontrol terhadap anak diluar rumah, bila mengetahui ada indikasi
terdapat penyalahgunaan narkotika dilingkungannya berani untuk memberikan
laporan kepihak kepolisian terdekat dan orang tua harus mempunyai pengetahuan

123

Hasil Wawancara dengan Kasat Res Narkoba Polrestabes Medan Boy J. Situmorang, 12
Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

tentang bahaya narkotika sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan bahaya
narkotika sejak dini kepada anak. Dengan sempitnya ruang gerak narkotika maka
tindak pidana lainnya secara khusus tindak pidana pencucian uang juga semakin
sempit. 124

124

Hasil Wawancara dengan Kasat Res Narkoba Polrestabes Medan Boy J. Situmorang, 12
Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

PROBLEMATIKA POLRESTABES MEDAN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
NARKOTIKA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PIDANA PENCUCIAN UANG (TPPU)

A. Problematika Polrestabes Medan Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika
Yang Berhubungan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

Kata problematika berasal dari kata problem yang artinya masalah atau persoalan
dimana dapat dikatakan bersinonim dengan kata masalah yang artinya sesuatu yang harus
diselesaikan atau dipecahkan. 125 Dengan demikian, judul pembahasan pada bagian ini
cenderung akan menguraikan masalah-masalah atau problem yang dihadapi Polrestabes
Medan dalam pemberantasan tindak pidana narkotika yang berhubungan dengan tindak
pidana pencucian uang sehingga dengan mengetahui masalah tentu juga akan dirumuskan
upaya untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut.
Polrestabes Medan merupakan bagian dari kepolisian Republik Indonesia
merupakan salah satu unsur penegakan hukum di Indonesia dimana posisinya dapat
mempengaruhi penegakan hukum di Indonesia. Menurut Soerjono Soekanto terdapat 5
(lima) faktor utama yang dapat mempengaruhi penegakan hukum, yaitu faktor hukum,
faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat dan kebudayaan. 126
Upaya Polrestabes Medan untuk melakukan pemberantasan tindak pidana
narkotika yang berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang merupakan salah satu
125
126

Departemen Pendidikan Nasional. Op.Cit, hal. 1103 & 883
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 8

93
Universitas Sumatera Utara

upaya untuk melakukan penegakan hukum yang mana tentu dalam pelaksanaanya memiliki
problematika atau masalah dimana untuk melihatnya akan digunakan 5 (lima) faktor utama
yang dapat mempengaruhi penegakan hukum. Namun, sebelumnya sebagai penegasan
bahwa bentuk pencucian uang yang tindak pidana asal narkotika hanya dapat dilakukan oleh
dimana pihak yang dapat melakukan tindak pidana pencucian uang ialah pihak yang
memperoleh keuntungan materi, yakni bandar narkotika (dapat dikatakan sebagai
penyuplai narkotika), pengedar/kurir narkotika (yang mengedarkan narkotika kepada
konsumen atau pengguna) atau pihak yang mem-back up (melindungi) peredaran narkotika
(pihak berwenang yang melindungi peredaran narkotika atau organisasi masyarakat yang
juga melindungi peredaran narkotika).
1. Problematika Yuridis
Problematika yuridis disini mengandung maksud tidak hanya sebatas peraturan
perundang-undangan saja akan tetapi lebih luas lagi yakni bagian dalam dari hukum itu
sendiri terdiri atas penegak hukum, hukum atau aturan dan sarana serta fasilitas.
Problematika yuridis yang dihadapi Polrestabes Medan dalam memberantas tindak pidana
pencucian uang, sebagai berikut:

a. Faktor hukum

Universitas Sumatera Utara

Faktor hukum yang dimaksud ialah hanya terbatas pada peraturan perundangundangan saja. 127 Keberadaan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantas Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan wujud terlengkap dalam upaya
memberantas tindak pidana pencucian uang. Hal tersebut dapat dilihat dalam tujuan
dibentuknya Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantas
Tindak Pidana Pencucian, yaitu : 128
“Upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal, antara lain karena peraturan
perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran
yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum
dimanfaatkannya pergeseran beban pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya
cakupan pelapor dan jenis laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari
para pelaksana Undang-Undang ini. Untuk memenuhi kepentingan nasional dan
menyesuaikan standar internasional, perlu disusun Undang-Undang tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti Undang-Undang No.
15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun
2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.”

Kemunculan pengaturan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Pemberantas Tindak Pidana Pencucian Uang tetap saja mengalami polemik, yakni
banyaknya penegak hukum yang dapat melakukan penyidikan sesuai dengan Pasal 74
Undang-Undang No. 10 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, berbunyi :

127

Ibid, hal. 8-11
Penjelasan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantas
Tindak Pidana Pencucian bagian umum alinea 7-8
128

Universitas Sumatera Utara

”Penyidikan tindak pidana Pencucian Uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai
dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali
ditentukan lain menurut Undang-Undang ini”.
Keadaan yang disebutkan dalam pasal di atas dalam 2 (dua) contoh putusan yang
memiliki

penyidik

berbeda,

yakni

Putusan

Pengadilan

Negeri

Medan

No.

425/Pid.Sus/2016/PN Mdn, Terdakwa Yusnur Paizin Alias Icang terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang dimana penyidiknya ialah
Polrestabes Medan dan Putusan Pengadilan Tinggi

No. 320/Pid.Sus/2013/PT. BDG,

Terdakwa Tjoe Mei Lan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pencucian uang dimana penyidiknya ialah Badan Nasional Narkotika (BNN).
Seharusnya untuk tahapan penyidikan tidak perlu demikian karena untuk
melakukan penyidikan tindak pidana asal sebenarnya cukup pihak kepolisian. Namun, jika
hal tersebut tidak diterima maka cukup membentuk unit kerja khusus yang membidangi
tindak pidana pencucian uang yang terdiri atas beberapa unsur penegak hukum sehingga
akan lebih menunjukkan kepastian dan pelimpahan kewenangan yang lebih rapi.

b. Faktor penegak hukum

Universitas Sumatera Utara

Penegak hukum yang dimaksud disini hanya pihak kepolisian saja. 129 Pihak
kepolisian atau secara khusus Polrestabes Medan tahun lalu hanya berhasil mengungkap 1
(satu) tindak pidana pencucian uang yang kejahatan asal ialah narkotika. Hal itu terjadi
disebabkan karena hanya ada 2 (dua) penyidik yang mampu menangani tindak pidana
pencucian uang sehingga kurang maksimal dalam pengungkapan tindak pidana dilapangan
padahal diketahui bahwa kasus tindak pidana narkotika yang ditangani oleh pada tahun
2016 Polrestabes Medan sebanyak 872 (delapan ratus tujuh puluh dua) kasus dimana yang
menjadi pengedar narkotika sebanyak 418 (empat ratus delapan belas) kasus. 130 Pengedar
narkotika sebanyak 418 (empat ra