Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Narkoba

2.1.1 Pengertian Narkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dan lain sebagainya dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang.

I. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnnya rasa, mengurangi sampai menghilangi rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Berdasarkan bahan asalnya, Narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu:

1. Alami

Jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. Contoh jenis obat ini adalah: ganja, opium, daun koka dan lain-lain.


(2)

Didalam undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika yang berasal dari alam dan tidak boleh digunakan untuk terapi adalah golongan I terdiri dari:

a) Tanaman papaver soniferum L

b) Opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko) c) Opium obat

d) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina,ekgonim (kerja alkoid koka berbeda dengan alkoid opium).

e) Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi) f) Ganja, damar ganja.

2. Semi Sintesis

Yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstrasi dan isolasi. Contohnya: morfin, heroin, kodein dan lain-lain. Jenis obat ini menurut Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika termasuk dalam narkotika golongan I.

3. Sintesis

Jenis obat atau zat yang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) seperti penekanan batuk (antitusif). Jenis obat yang masuk dalam kategori sistensis antara lain: Amfetamin, Dekssamfetamin, Penthidin, Meperidin, Methadon, Dipipanon, Dekstropakasifen, LSD(lisergik,dietilamid).


(3)

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu:

a. Depressan (downer)

Jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar.

b. Stimulan (upper)

Jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja(segar dan bersemangat) secara berlebih-lebihan. c. Halusinogen

Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan pikiran.

Jenis – Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan

A. Ganja

Dikenal dengan nama: cannabis, mariyuana, hasish, gelek, budha stick, cimeng, grass, rumput dan sayur.

a. Bentuk :

Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang, pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang ditengah pangkal hingga ujung bila diraba bagian belakang agak kasar. Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5,7 atau helai.

b. Warna :

Ganja berwarna hijau tua segar dan berubah kecoklatan bila sudah lama dibiarkan kena udara dan panas.


(4)

c. Penggunaan :

Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok. Daun ganja mengandung zat THC yaitu zat penyebab terjadinya halusinasi. Getah yang kering disebut hasish, apabila dicairkan akan menyebabkan minyak yang dikenal dengan minyak kanabis.

d. Efek :

a) Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan menurun b) Nafsu makan bertambah

c) Santai, tenang dan melayang-layang d) Pikiran selalu rindu pada ganja

e) Daya tahan menghadapi problema menjadi lemah f) Malas, apatis

g) Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun

bekerja

h) Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral

terganggu.

Efek paling terburuk dari pemakain ganja secara kronis dapat menyebabkan kanker paru-paru dikarenakan pengaruh tar pada ganja jauh lebih tinggi daripada tar yang terkandung didalam tembakau, dan penggunaan ganja dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan. Hampir setiap orang yang menjadi pecandu narkoba yang lebih berat seperti heorin pada awalnya mengkonsumsi ganja.


(5)

B. Cocain

Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di Columbia di Ameriak Latin. a. Bentuk

Berupa bubuk, daun coca, buah coca dan cocain kristal. b. Warna

a) Cairan berwarna putih/tidak berwarna

b) Kristal berwarna putih

c) Tablet berwarna putih

d) Bubuk/serbuk seperti tepung

c. Penggunaan

Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau bagi perokok, ditelan bersama minuman atau disuntikan pada pembuluh darah.

d. Efek

a) Tidak bergairah bekerja b) Tidak bisa tidur

c) Halusinasi

d) Tidak nafsu makan

e) Berbuat dan berpikir tanpa tujuan f) Merasa gelisah dan cemas berlebihan

Selanjutnya apabila sudah pada tingkat over dosis atau takaran yang berlebihan dapat menyebabkan kematian karena serangan dan gangguan pada


(6)

pernapasan dan terhadap serangan jantung. Disamping itu juga dapat menimbulkan keracunan pada susunan saraf sehingga korban dapat mengalami kejang-kejang, tingkah laku yang kasar, pikiran yang kacau dan mata yang gelap. Dampak negatif yang sangat berbahaya dari penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah diotak (stroke)

C. Morfin dan Heroin (Nama lain: Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep, Bedak Putih).

Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman papaver somniferum dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan morfin, kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

a. Bentuk : berupa serbuk.

b. Warna : Putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua.

c. Penggunaan Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar diatas kertas timah pembungkus rokok (sniffing) dengan menyuntikannya langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.

d. Efek

a) Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan dungu, jalan

mengambang

b) Rasa sakit seluruh badan

c) Badan gemetar, jantung berdebar-debar d) Susah tidur dan nafsu makan berkurang e) Matanya berair dan hidungnya selalu ingusan


(7)

f) Problem pada kesehatan: bengkak pada daerah menyuntik, tetanus, HIV/AIDS, hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru serta sulit buang air, ada wanita menggangu sirkulasi menstruasi.

Gejala putus zat (sakaw) adalah sangat menyiksa sehingga yang bersangkutan akan berusaha untuk mengkonsumsi heroin, oleh karena itu pecandu heroin akan berusaha dengan cara apapun dan resiko apapun guna memperoleh heroin. Mereka tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau kejahatan misalnya mencuri, menodong, merampok dan melakukan pembunuhan. Telah banyak remaja putri yang terlibat dalam pelacuran hanya sekedar untuk mendapatkan uang guna membeli heroin. Pecandu heroin sangat sulit untuk menghentikan pemakaian heroin dan cenderung untuk mengkonsumsi dalam jumlah/dosis semakin bertambah dan sesering mungkin, akibatnya adalah over dosis.

D. Katinone

Merupakan tanaman khat (chata edulis) yang bukan asli tanaman Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh turis luar negeri. Tanaman ini pada hakikatnya berasal dari Timur Tengah yaitu negara Yaman yang dibawa pada tahun 1997.

Tanaman ini dikenal juga dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis yaitu khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain: tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat syaraf manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan.


(8)

Tanaman khat mengandung zat narkotika “Chatinone” yang termasuk Narkotika Golongan I nomor urut 35 lampiran Undang-undang No 35 Tahun 2009.

II. Psikotropika

Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Dalam bidang farmakologi, Psikotropika dapat dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Golongan psikostimulansi

Jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Jenis obat yang termasuk kedalam golongan psikostimulansi adalah:

a) Amfetamin (lebih populer dikalangan masyarakat sebagai shabu-shabu dan ekstasy)

b) Desamfetamine

b. Golongan psikodepresen

Golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas. Merupakan jenis obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas. Jenis obat yang termasuk golongan ini adalah:

a) Amobarbital b) Pheno karkital c) Penti karkital d) Golongan sedativa


(9)

Jenis obat-obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan digunakan sangat luas dalam terapi. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan sedativa adalah :

a) Diazepam

b) Klobazam

c) Bromazepam

d) Fenibarbital e) Barbital

f) Klonazepam

g) Klordiazepam h) Klordiazepoxide

i) Nitrazezam seperti BK, DUM dan MG

Jenis – Jenis Psiktoropika yang sering disalahgunakan : A. Ekstasy

Dikenal dengan nama : Inex, I, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug, Essence, Clarity, Butterfly dan Black Hearth.

a) Bentuk : berupa tablet dan kapsul

b) Warna : bermacam-macam

c) Penggunaan : ditelan d) Efek :

a. Timbul rasa gembira yang berlebihan.

b. Merasa cemas Tidak mau diam

c. Rasa percaya diri meningkat d. Mengalami keringat dan gemetaran


(10)

e. Susah tidur

f. Sakit kepala dan pusing-pusing, mual dan muntah.

Pemakaian ekstasy dapat mendorong tubuh untuk melakukan aktifitas yang melampau batas kemampuannya akibatnya dapat menyebabkan kekurangan cairan pada tubuh ( dehidrasi) karena terlalu banyak menggerakan tenaga dan terlalu banyak berkeringat. Pada pemakaian yang berlebihan (over dosis) mengakibatkan penglihatan kabur, mudah tersinggung (pemarah), tekanan darah meningkat, nafsu makan berkurang dan denyut jantung bertambah cepat. Kematian sering terjadi karena pemakaian yang berlebihan yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak.

B. Shabu – Shabu

Dikenal dengan nama : Kristal, Ubas, SS dan Mecin a) Bentuk : berupa Kristal

b) Warna : Putih

c) Penggunaan :Dibakar dengan menggunakan aluminium foil dan asapnya

dihirup melalui hidung. Dibakar dengan menggunakan botol kaca khusus (bong) dan disuntikan.

d) Efek :

a. Badannya merasa lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina) b. Tidak mau diam

c. Rasa percaya diri meningkat d. Rasa ingin diperhatikan orang lain

e. Nafsu makan berkurang akibatnya badan semakin kurus. f. Susah tidur


(11)

g. Jantungnya berdebar-debar h. Tekanan darah meningkat

i. Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan

Penggunan shabu-shabu mendorong tubuh melakukan aktifitas yang melampaui batas kemampuan fisik, berkeringat secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi).

Bagi mereka yang sudah ketagihan, apabila pemakainnya dihentikan (putus zat) akan menimbulkan gejala-gejala berikut:

1. Merasa lelah dan tidak berdaya (stamina menurun)

2. Kehilangan semangat hidup yang dapat menyebabkan bunuh diri

3. Merasa cemas dan gelisah secara berlebihan, kehilangan rasa percaya diri 4. Susah tidur.

III. Bahan Adiktif

Bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yaitu keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus.

Jenis – Jenis Bahan Adiktif : A. Inhalen

Zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thinner)

a) Penggunaan

Dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak seperti tercekik (sudden sniffing, death syndrome)


(12)

a. Hilang ingatan b. Tidak dapat berpikir

c. Mudah berdarah dan memar

d. Kerusakan sistem syaraf e. Kerusakan hati dan ginjal f. Sakit maag

g. Sakit pada waktu buang air kecil h. Kejang-kejang otot dan batuk-batuk

Penyalahgunaan inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ tubuh lain. Menghirup sambil mengunakan obat anti depresi seperti obat penenang oabat tidur, alkohol akan meningkatkan resiko over dosis dan dapat mematikan dan jika pengguna melakukan aktifitas normal seperti berlari atau berteriak dapat mengakibatkan kematian karena gagal jantung.

B. Alkohol

Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasi, baik melalui perlakuan sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol ataupun dengan proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol.

Efek yang ditimbulkan dari alkohol adalah :

a) Menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat b) Jika penggunaan dicampur dengan obat lain


(13)

d) Menyebabkan oedema otak (pembengkakan dan terbendungnya darah dari otak)

e) Menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan f) Mengakibatkan mundurnya kepribadian

g) Peradangan dilambung (gastritis)

h) Melemahkan jantung dan hati semakin keras C. Tembakau/Rokok

Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan tembakau biasanya dalam bentuk rokok. Pengaruh penggunaannya hanya dapat dilihat apabila digunakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Sebenarnya hal yang paling mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Nikotin adalah satu dari 4.000 zat kimia pada tembakau. Rokok mengandung 43 zat kimia beracun termasuk tar dan karbon monoksida yang dinyatakan sebagai penyebab kanker. 2 tetes nikotin murni dapat membunuh orang dewasa secara instan.

Efek yang dapat ditimbulkan dari Tembakau/Rokok adalah:

a) Menyumbat saluran-saluran darah baik dari manapun menuju jantung

sehingga memperlambat aliran darah. b) Menimbulkan penyakit kanker c) Serangan jantung

d) Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin

D. Obat Penenang (Obat tidur, Pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan dan lain-lain)


(14)

a. Bentuk : Tablet, Kapsul dan Serbuk b. Cara penggunaan : ditelan secara langsung c. Efek yang dapat ditimbulkan

a) Bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi. Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur, kemudian akan menimbulkan perasaan cemas, sensitive dan marah.

b) Penggunaan campuran dengan alkohol dapat berakibat kematian c) Gejala putus zat berakibat halusinasi buruk dan bingung.

Zat yang mudah Menguap (Lem aica aibon, Thinner, Bensin dan Spritus). Efek yang dapat ditimbulkan adalah :

a) Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat

b) Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo.

c) Problem kesehatan terutama otak, lever, ginjal dan paru-paruKematian timbul akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung

Zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, Kecubung, Kotoran kerbau dan sapi) Bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna.

Efek yang dapat ditimbulkan adalah:

a) Perubahan pada proses berpikir, hilangnya kontrol, hilangnya orientasi dan depresi

b) Karena halusinasi bisa menimbulkan kecelakaan


(15)

2.2.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba.

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal 84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Memasuki taraf coba-coba bisa langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan yang tinggi. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial yang tidak diinginkan dan merugikan. (Widjono, 1981:1).

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS. Hepatitis B, Hepatitis C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi). Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan menimbulkan gejala putus narkoba (withdrawal syndrome), yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak terperikan.

Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada


(16)

umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkeraman ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan (BNN, 2004: 9-10).

Penyalahgunan adalah seseorang yang mempunyai masalah secara langsung berhubungan dengan narkoba. Masalah tersebut bisa muncul dalam ranah fisik, mental, emosional, maupun spritual. Penyalah guna menolak untuk berhenti sama sekali dan selamanya. Sedangkan pecandu adalah seseorang yang sudah mengalami hasrat/obsesi secara mental dan emosional serta fisik. Bagi pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh narkoba, sehingga jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala putus obat dan kesakitan.

2.2.2 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Mekanisme atau proses terjadinya penyalahgunaan Narkoba dapat dijelaskan sesuai dengan rumus umum terjadinya kejahatan yang telah dikenal luas di kalangan Kepolisian, yaitu : C = N + K dimana : C : Crime/Kejahatan/Penyalahgunaan Narkoba. N : Niat K : Kesempatan . Niat adalah sama dengan Demand dalam hukum ekonomi, yaitu timbulmya keinginan dan permintaan dari seseorang terhadap Narkoba. Dalam teori Psikologi, niat atau demand ini dipengaruhi oleh tiga faktor yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, yaitu :


(17)

a. Faktor predisposisi

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang tersebut, seperti adanya gangguan kepribadian, adanya kecemasan, depresi atau menderita suatu penyakit tertentu yang secara medis memerlukan pengobatan psikotropika dan atau narkotika.

b. Faktor kontribusi

Adalah faktor yang berasal dari luar, yang biasanya berasal dari lingkungan terdekatnya yang dapat memberikan pengaruh pada sese-orang untuk melakukan bentuk penyimpangan sosial. Misalkan kondisi keluarga yang tidak utuh (cerai), kesibukan orang tua, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, dan lain-lain. Kedua faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini akan saling mempengaruhi dan membentuk kepribadian seseorang menjadi kelompok rentan.

c. Faktor pencetus

Adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat memberikan pengaruh langsung kepada kelompok rentan untuk melakukan penyalah-gunaan Narkoba. Misalkan adanya bujukan, jebakan, desakan dan tekan-an dari teman sebaya, berada di lingkungan pemakai Narkoba, dan lain-lain. Interaksi dari ketiga faktor tersebut di atas menyebabkan peningkatan demand seseorang atau timbul niat untuk menyalahgunakan Narkoba. Jika orang tersebut berhubungan dengan jaringan pengedar yang akan memberikan supply Narkoba, maka terjadilah


(18)

pertemuan antara supply and demand atau dengan kata lain terjadi penyalahgunaan Narkoba.

2.2.3 Tahap – tahap penyalahgunaan Narkoba

Narkoba merupakan suatu zat atau substansi yang dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bagi pemakainya. Proses terjadinya ketergan-tungan dapat secara bertahap yang pada garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap pengenalan awal.

Pada tahap ini terjadi konsumsi Narkoba untuk pertama kalinya oleh seseorang baik secara sengaja karena alasan medis atau karena ketidaktahuan/secara tidak sengaja mengkonsumsi Narkoba, misalkan minumannya dicampur Narkoba oleh orang lain. Pada umumnya orang tersebut belum merasakan ”reaksi enak” (halusinasi daneforia) dari Narkoba karena memang tidak ada niat/maksud untuk mendapatkan atau mengetahui reaksi dari Narkoba yang terkonsumsi tadi.

b. Tahap rekreasional

Pada tahap ini seseorang telah dengan sengaja untuk coba-coba atau iseng ingin mengetahui reaksi dari Narkoba. Biasanya mereka akan merasakan reaksi halusinasi dan eforia sesuai yang diharapkan, sehingga secara psikologis dan efek farmakologis akan mendorong orang tersebut mengulanginya lagi, misalkan mengkonsumsi Narkoba setiap ada pesta atau pada acara-acara tertentu atau setiap


(19)

bulan sekali dan seterusnya. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa dari sepuluh orang yang coba-coba, sembilan orang (90 %) akan berlanjut menjadi ketergantungan.

c. Tahap habitual/kebiasaan

Para pengguna sudah mengkonsumsi Narkoba secara teratur misalnya tiap minggu atau dua hari sekali. Pada tahap ini telah terjadi toleransi, yaitu mereka harus meningkatkan dosis pemakaian guna meng-hasilkan efek atau reaksi yang diharapkan. Konsumsi Narkoba sudah menjadi kebiasaan dan 95 % sampai 99 % orang yang telah memasuki tahap ini akan berlanjut menjadi ketergantungan. Orang ini belum terganggu fungsi sosialnya sehingga masih mampu melakukan pekerjaan atau aktifitas rutin seperti sekolah, bekerja, dan lain-lain.

d. Tahap adiksi/ketagihan

Pada tahap ini dapat dipastikan 100 % akan menjadi ketergan-tungan baik secara fisik, psikologis dan sosial. Penggunaan Narkoba akan dilakukan setiap hari dan kalau tidak menggunakan maka semua aktifitas atau pekerjaan rutin menjadi terganggu. Mereka merasa sudah tidak bisa hidup tanpa Narkoba.

e. Tahap dependensi/ketergantungan Universitas Sumatera Utara

Sama dengan tahap adiksi yaitu telah terjadi ketergantungan baik secara fisik, psikologis dan sosial, bedanya mereka yang telah memasuki tahap ini sudah tidak merasakan lagi nikmat atau ”reaksi enak” dari Narkoba, sedangkan pada tahap adiksi mereka masih dapat menikmati ”reaksi enak” seperti halusinasi, eforia dan lain-lain. Mereka yang masuk dalam tahap ini mengkonsumsi Narkoba


(20)

bertujuan hanya untuk menghi-langkan rasa sakit yang berlebihan dan supaya tidak dianggap sebagai orang gila. Penggunaan Narkoba menjadi sangat intensif beberapa kali sehari, karena begitu reaksi obat/Narkoba sudah habis akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti rasa sakit yang amat sangat dan tidak tertahan-kan serta tidak bisa diatasi dengan apa saja kecuali mengkon-sumsi Narkoba lagi. Dengan demikian mereka sudah tidak mungkin lagi bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat apalagi melakukan aktifitas sehari-hari.

2.2.4 Dampak penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba ini akan memberikan dampak yang sangat luas dan kompleks sebagai berikut :

a) Dampak terhadap pribadi/individu pemakai

b) Terjadi gangguan fisik dan penyakit yang diakibatkan langsung dari efek samping Narkoba seperti kerusakan dan kegagalan fungsi organ-organ vital, seperti merusak ginjal, liver, otak (susunan saraf), jantung, kulit dan lain-lain.

c) Selain itu dapat secara tidak langsung menyebabkan penyakit lain yang lebih serius diakibatkan perilaku menyimpang karena penga-ruh Narkoba, seperti tertular HIV/AIDS, Hepatitis C, penyakit kulit dan kelamin, dan lain-lain.

d) Terjadi gangguan kepribadian dan psikologis secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, pemalas dan menjadi masa bodoh.


(21)

e) Dapat menyebabkan kematian yang disebabkan karena over dosis atau kecelakaan karena penurunan tingkat kesadaran.

f) Dampak terhadap keluarga antara lainnya Mencuri uang atau menjual

barang-barang di rumah guna dibelikan Narkoba.

g) Perilaku di luar dapat mencemarkan nama baik keluarga. Keluarga

menjadi tertekan karena salah satu anggota keluarganya menjadi target operasi polisi dan menjadi musuh masyarakat.

h) Dampak terhadap masyarakat/lingkungan social.

(http://ananglgcenatcenut.blogspot.com. Diakses tanggal 07 Mei 2015 pukul 20:45 WIB.

2.2.5 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Zat Psikotropika dapat menimbulkan bahaya adiksi (ketergantungan). Jenis candu, menurut Hastutiningrum (1997), antara lain menekan fungsi jantung dan pernafasan, kemunduran fisik dan psikis, merusak generasi, ketergantungan dan bahkan kematian. Sedangkan jenis koka, antara lain menyebabkan bertambah aktifnya kerja mental, berkurangnya kelelahan, halusinasi, insomnia, euphoria, dan ketergantungan.

Sementara MDMA (Metilen Dioksi Metaamfetamin), salah satu derivat amfetamin yang masuk golongan psikotropika yang dikenal pula dengan nama ekstasi atau inex, menurut Soewadi (1996), antara lain dapat memberikan peningkatan yang luar biasa, merasa sehat secara berlebihan, meningkatkan keberanian, rasa percaya diri bertambah, menghilangkan rasa malu dan canggung,


(22)

meningkatkan gairah, paranoid, halusinasi dan rasa melayang. Secara fisik dapat terjadi kaedaan sebagai berikut: ketergantungan, meningkatnya denyut jantung, naiknya suhu badan,penglihatan kabur, berkeringat, perilaku tidaj wajar dan kejang.

Penyalahgunaan narkoba, menurutnya, juga dapat menghilangkan pengendalian diri sehinga dapat membuat seseorang lepas kontrol, menjadi hyperaktif, dan meningkatnya aktivitas seksual. di samping itu seseorang bisa menjadi lebih berani dan agresif, perilaku berubah, banyak bicara, tidak dapat menyembunyikan rahasia hati, emosi menjadi lebih labil dan kontrol diri hilang, terjadi gangguan daya ingat, rasa percaya diri berlebihan, kepribadian jadi sangat ekspansif disertai meningkatnya efek yang patologik dengan letupan emosi yang berlebihan.

Hawari juga menyebut berbagai jenis narkoba dan akibat serta bahayanya. Minuman keras adalah jenis adalah jenis minuman yang mengandung alkohol yang termasuk zat adiktif. Artinya, zat tersebut dapat menimbulkan adiksi, yaitu ketagihan dan ketergantungan. Minuman keras dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam funsi berfikir, perasaan dan perilaku.

Timbulnya GMO disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat adiktif alkohol ini peminum lama-kelamaan, tanpa disadari, akan menambah takaran/dosis samai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk. GMO yang terjadi pada seseorang ditandai dengan gejala-gejala:


(23)

a) terdapat dampak perubahan perilaku, misalnya perkelahian dan tindak kekerasan, ketidakmampuan menilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan;

b) timbul gejala fisiologik, misalnya pembicaraan cadel, gangguan

koordinasi, cara berjalan yang tidak mantab, dan muka merah;

c) timbul gejala psikologik, misalnya perubahan perasaan, mudah marah dan tersinggung, banyak bicara (melantur), dan gangguan perhatian.

Ganja yang termasuk narkotika, dapat merupakan pencetus bagi terjadinya gangguan jiwa, yaitu adanya waham (delusi) mirip dengan waham yang terdapat pada gangguan jiwa skizofrenia. Pemakaian ganja juga dapat menimbulkan dampak munculnya gangguan mental organik (GMO) pada pengisap ganja yaitu:

a) euforia, rasa gembira tanpa sebab;

b) perasaan identifikasi subjektif, yaitu mengalami gangguan persepsi tentang diri dan lingkungannya, halusinasi, dan ilusi (wham);

c) perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya waktu 10 menit bisa

dirasakan 1 jam;

d) apatis, sikap acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan, tidak ada kemauan atau inisiatif, dan masa bodoh;

e) timbul gejala fisik yaitu mata merah, nafsu makan bertambah dan mulut kering;

f) efek dalam tingkah laku terjadi gangguan dalam perilaku, misalnya

muncul kecurigaan yang berlebihan, ketakutan berlebihan, aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan menurun, malas sekolah, kuliah, bekerja, kehilangan kawan dan pekerjaan (Afiatin,2008:10).


(24)

2.3 Proses terjebak narkoba

2.4 Beberapa Gejala dini Penyalahgunaan Narkoba

Gejala dini penyalahgunaan narkoba yang dapat dijadikan salah satu tolak ukur bagi orangtua, antara lain :

1. Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun secara mencolok, enggan belajar atau terlibat dalam kegiatan ektrakurikuler.

1. Kompromi

3.Toleransi 2. Coba-coba

4.Eskalasi

5. Hanituasi

6. Adksi/dependensi

7. Intoksikasi

8. Mati

Tidak dengan tegas menentukan sikap menentang narkoba mau bergaul dengan pemakai narkoba

Segan menolak tawaran atau ajakan teman untuk mencoba memakai narkoba, lalu ikut-ikutan memakai

Narkoba.

Dengan memakai beberapa kali, tubuh sudah menjadi toleransi, perlu peningkatan dosis pemakaian.

Peningkatan dosis dan tambah jenis narkoba yang dipakai dengan dosis yang terus bertambah.

Pemakaian narkoba sudah menjadi kebiasaan yang mengikat.

Keterikatan pada narkoba yang sudah mendalam sehingga tidak dapat terlepas, gejala putus obat yang

berat.

Keracunan oleh narkoba, mengalami kerusakan pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran.

Organ tubuh sudah rusak terutama Otaknya, biasanya menjadi gila atau Menjadi kematian.


(25)

2. Perubahan pola tidur: pagi susah dibangunkan, malam suak begadang. Anak-anak yang besar biasanya pulang ralut malam tanpa alasan yang jelas.

3. Selera makan bekurang. Bisa terlihat dari berat badan yang cenderung turun atau kurus.

4. Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga lainnya, karena takut ketahuan jika ia menggunakan narkoba. Banyak mengurung diri dikamar dan menolak diajak makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.

5. Suka berbohong.

6. Pengeluarannya lebih besar dari sebelumnya tanpa jelas kegunaannya.

7. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibanding

sebelumnya.

8. Sesekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara cadel atau berjalan

sempoyongan, paling terlihat dari pandangan mata yang kuyu atau sering menatap kosong.

2.5 Ciri Psikologis Dan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba

Beberapa anak dan remaja yang lebih rentan atau mempunyai kemungkinan desar dalam penyalahgunaan narkoba daripada anak atau remaja yang lain biasanya memiliki ciri-ciri:


(26)

1. Mudah mengalami kekecewaan dan kecenderungan menjadi agresif dan destruktif sebagai cara menanggulangi perasaan kecewa tersebut.

2. Adanya perasaan minder/rendah diri (low self-esteem). 3. Sifat tidak bias menunggu atau bersabar yang berlebihan.

4. Suka berpetualang, mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko bahaya yang berlebihan.

5. Sifat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak

sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. 6. Adanya hambatan atau penyimpangan seksual. 7. Adanya keterbelakangan mental.

8. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, pekerjaan atau lapangan kegiatan yang lain. Biasanya terlihat dari prestasi belajar yang cenderung rendah.

9. Kurangnya partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. 10.Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.

11.Kurang suka berolahraga 12.Suka melancarkan protes sosial 13.Cenderung makan berlebihan

14.Mempunyai anggapan bahwa hubungan dalam keluarganya kurang dekat, meskipun sering kali kenyataannya tidak demikian.

15.Sudah merokok pada usia lebih dini dari usia rata-rata perokok lainnya.

2.6 Remaja


(27)

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).

(World Health Organization,)

Remaja adalah suatu masa ketika :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Perjalanan hidup manusia oleh para ahli psikologi dibagi dalam beberapa tahapan kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan kemungkinan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan


(28)

manusia itu manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya.

2.6.2 Ciri-Ciri Umum Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubu berkembang pesat sehingg mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orangtua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart & Friedman,1998).

Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orangtua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutahan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.


(29)

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: (Konopka,1973 dalam Pikunas,1976;Ingersoll1989).

1. Masa Remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahapan ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiiki peran penting, namun individu sudah mampu mengarahkan diri sendiri (self directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain ini penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tuuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa juga menjadi ciri dari tahap in (Agustiani, 2006:29).


(30)

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau fisiologis juga bersifat psikologis.

Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja. Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan seperti berikut ini.

1. Perubahan fisik

Rangkaian yang paling jelas yang nampak dialami oleh masa remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (Hurlock, 1973). Hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Gajala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Seiring dengan itu, berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggota-anggota tubuh untuk mencapai proporsi seperti orang dewasa. Seorang individu lalu memulai terlihat berbeda, dan sebagai konsekuensi dari hormon yang baru, dia sendiri mulai merasa adanya perubahan.


(31)

2. Perubahan Emosional

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik hormon tadi dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru.

Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan besar dalam fluktuasi emosinya. Dikombinasikan dengan pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media masa dan minat pada jenis seks lain, remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Ini semua menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.

2.7 Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba

Masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa awal, seiring ditandai dengan konflik dan stress. Dalam masa peralihan ini remaja perlu banyak belajar berbagai keterampilan intelektual dan sosial baru. Perjuangan remaja untuk dapat berfungsi dengan tepat dalam peran-peran baru mereka, sering menimbulkan situasi yang penuh stres dan untuk mengatasi hal tersebut banyak diantara mereka yang lari atau menggunakan narkoba, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang menggunakan narkoba sebagai ssimbol pemberontak terhadap keluarganya.


(32)

Sejumlah ahli menyatakan bahwa pada saat ini penggunaan dan penyalahgunaan obat dan zat adiktif lainnyaa merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan sebagian besar remaja. Hal ini sebenarnya tidak hanya berdampak kepada kesehatan mereka tetapi juga berimplikasi pada berbagai perilaku beresiko dan anti sosial, seperti tindak kejahatan, kekerasan, delinkuensi dan seks bebas. Menurut Brunswik (1991) dan Steinberg (2002), banyak remaja yang berjuang untuk mencapai perasaan identitas personal dengan mencoba menggunakan zat adiktif sebagai upaya untuk mencoba perilaku dan ide-ide baru, dan juga mendapatkan pengakuan (Afiatin,2008:14).

2.8 Alasan Remaja Menggunakan Narkoba

Banyak remaja yang menggunakan narkoba karena dorongan ingin tahu atau karena diolok-olok oleh teman sebaya sehingga ikut-ikutan meniru. Dari yang semula sekedar iseng ini kemudian menjadi kebiasaan, dan akhirnya kecanduan yang kronis. Ada pula remaja yang menyalahgunakan narkotika karena sekedar ingin mendapatkan status sosial, pengakuan dan gengsi, untuk gagah-gagahan atau mengikuti mode. Tetapi ada juga yang mengkonsumsi narkotika disebabkan oleh keinginan untuk menghindari kesulitan hidup da konflik-konflik batin.

Hermanwan (1986) menggemukakan sejumlah alasan remaja menggunakan narkotika, diantaranya:

a) Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya atau riskan seperti misalnya berkelahi dan ngebut.Untuk menantang atau melawan otoritas, misalnya orangtua, guru, dn hukum.


(33)

b) Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.

c) Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh

pengalaman-pengalaman emosional.

d) Untuk berusaha agar menemukan arti dalam hidup.

e) Untuk mengisi kekosongan dan perasaan bosan karena kurang kesibukan f) Untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh

suatu problem yang tidak dapat diatasi dan jalan-jalan pikiran yang buntu. g) Untuk mengikuti kemauan teman dan memupuk solidaritas dengan teman. Karena didorong oleh rasa ingin tahu dan iseng (Afiatin,2008:15).

2.9 Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena yan terjadi, karena faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu, sehingga berakibat demikina. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian.

1. Faktor Individu

Manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga sudah menjadi suatu kodrat dan idealnya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek, yaitu kognisi (pikiran), afeksi (emosi, perasaan), konasi (kehendak, kemauan, psikomotor). Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya.

Dalam masa perkembangan kejiwaannya inilah kepribadian manusia terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara


(34)

individu yang satu dengan yang lain karena tidak akan ada orang yang persis sama, ini membuktikan bahwa peran sifat bawaan lahir juga mempunyai andil yang cukup besar, dengan demikian tidak ada manusia yang secara mutlak sama dengan yang lainnya walaupun ada kita temukan manusia yang mirip bahkan manusia yang kembar sekalipun tidak memiliki kesamaan yang mutlak dan selalu ada perbedaan, (Siregar Mastauli 2007).

Faktor kepribadian, menurut Olson, dkk. (dalam Afiatin, Tina 2008, hal 24), dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yakni aspek intrapersonal, aspek interpersonal, dan aspek kognitif. Aspek intrapersonal yang dapat diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan narkoba pada reaja adalah harga diri yang rendah. Sedangakan aspek interpersonal, atau kemampuan melakukan hubungan sosial dengan orang lain, yang diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah rendahnya aktivitas, yakni kemampuan mengekspresikan ide dan perasaannya tanpa merugikan orang lain. Sementara itu aspek kognitif yang di identifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah rendahnya pengetahuan tentang narkoba itu sendiri.

Dalam kaitan dengan penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus dan menjadi pecandu narkoba adalah sebagai berikut:

1. Adanya gangguan kepribadian 2. Faktor usia

3. Pandangan atau keyakinan yang keliru 4. Religiusitas yang rendah


(35)

Gangguan kepribadian ini mencakup tiga hal antara lain adalah: I. Gangguan kepribadiaan

a. Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinan/cara berpikir yang salah atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri. Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap benar oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang dianggap benar menurut penalarannya sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi norma-norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan-pandangan negative atau selalu berpikir negatif dan pesimistis. Dengan cara pandang dan cara berpikirnya yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara berpikir terdistorsi ini akan manghalalkan segala tindakannya dengan megumukakan alasan-alasan yang tidak wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya yang salah itu berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat sekehendak hatinya. Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan.

b. Gangguan emosi :

Dengan adanya gangguan emosi, antara lain emosi labil, mudah marah, mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan pengontrolan atau penguasaan dirinya akam terhambat. Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri mauun orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa kesepian dan merasa terbuang. Tidak


(36)

jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi taku kehilangan teman walau tahu temannya memiliki niat jahat atau berperilaku tidak sesuai dengan norma. Pengalaman yang menyakitkan hati yang berkepanjangan, luka batin yang sangat dalam dapat menimbulkan gangguan emosi. Misalnya luka hati karena perlakuan orangtua yang kelewat keras atau tidak adanya perhatian dari orangtua , ditinggalkan orang yang dikasihinya

c. Gangguan kehendak dan perilaku

Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik, juga dipengaruhi oelh pikiran dan perasannya. Jadi kalau pikiran dan emosinya sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau keinginannya juga mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya, sikap dan perilakunya akan terpengaruhi dan biasanya dapat terjadi kehilangan kontrol, sehingga bertindak tidak terkendali atau bertindak sesuai dengan norma yang ada di dalam lingkungan.

II. Pengaruh Usia

Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin mulai menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh ini banyak perubahan yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari bertambah tinggi, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara pada wanita dan tumbuhnya jakun pada pria. Diikuti oleh


(37)

perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anaka remaja itu.

Pada masa ini remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima didalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Ingin ngetrend dan mendapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan suka coba-coba,kurang mengerti resiko disebabkan kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun penyalahgunaan narkoba.

Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh perkembangan jiwa anak itu. Pada saat-saat ini remaja mengalami ketidakpastian, disatu sisi sudah merasa bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi juga belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena memang masih sangat muda dan kurang pengalaman. Pada masa-masa seperti ini remaja lebih senang bergaul dengan teman sebaya, ingin jadi anak gaul yang diterima di dalam lingkungannya dan mulai mencari jati diri/ identitas dirinya. Ingin “ngetrend” dan dapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu sangat besar terhadap sesuatu yang baru, suka cobacoba, kurang mengerti akan resiko yang akan terjadi karena kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun ke penyalahgunaan narkoba (Siregar, Mastauli 2007).

Pada usia remaja yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa awal, sering ditandai konflik dan stres (Landau Afiatin, Tina 2008, hal 14). Banyak remaja yang mengguanakan narkoba karena dorongan ingin


(38)

tahu, atau karena dioloik-olok teman sebaya sehingga ikut-ikutan meniru. Dari yang semula hanyalah sekedar iseng kemudian menjadi kebiasaan dan akhirnya ketergantungan/ kecanduan yang kronis

III. Pandangan atau Keyakinan yang keliru

Ada banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan menganggap enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan pendapat orang lain, menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau merasa yakin bahwa pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat terjerumus ke dlam tindakan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. IV. Religiusitas yang rendah

Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang religiusitasnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian mengenai Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual yang rendah. Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya untuk bertindak, sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang baik dan buruk dan tidak takut akan berbuat dosa.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan hidup mempunyai pengaruh besar terhadap jatuhnya anak remaja terhadap penyalahgunaan narkoba, terutama faktor keluarga, faktor lingkungan tempat tinggal, keadaan di sekolah, pengaruh teman sepergaulan dan keadaan masyarakat pada umumnya.


(39)

Tempat tinggal di daerah hitam atau terlalu padat penduduk, suasana hiburan yang menggoda, bagi anak-anak remaja awal, kebiasaan hidup orang-orang yang mempunyai aktivitas di tempat-tempat hiburan dan gayanya yang kurang pas bagi anak-anak, sudahlah jelas bahwa ia mempunyai dampak yang negatif. Seperti halnya dengan anak-anak yang berasal dari keluarga mampu yang dapat dengan mudah membuang uang dan mencari hiburan di night club, diskotik, atau mencari tempat-tempat hiburan yang tidak sesuai dengan usianya, atau mengadakan pesta-pesta di rumah sendiri atau rumah teman, mungkin juga di villa-villa mewah milik orang tuanya. Yang jelas akibatnya sama saja, yaitu hidup lepas kendali dan terjerumus dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.

II. Keadaan di Sekolah

Sekolah yang merupakan tempat belajar mengajar, setelah 32 tahun tidak lagi mendapat pendidikan budi pekerti, ditambah dengan perkembangan sosial di Indonesia yang tidak menentu ini. Tawuran dikalangan remaja sudah dapat dikatakan mewabah kebanyak sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah dasar sampai Sekolah tingkat menengah. Jadi bukan merupakan jaminan dengan pergi kesekolah anak-anaknya atau remaja mengenal narkoba atau terlibat dengan kenakalan remaja.

Mengingat bahwa sekolah-sekolah juga menjadi target sasaran perdagangan narkoba, disamping adanya kemungkinan pihak sekolah berusaha melindungi diri agar mendapat predikat sekolahan bagus, maka walaupun tahu ada muridnya yang menyalahgunakan narkoba, bukannya


(40)

mencoba membuka permasalahannya, tetapi dilakukan sebaliknya, menutupinya demi nama baik sekolah, kredibilitas guru dan pimpinan sekolah. Dapat juga guru yang terlalu keras dan guru yang kurang atau tidak terlalu membekali anak didiknya dengan informasi yang akurat mengenai penyalahgunaan narkoba. Masalah ini terjadi karena guru tidak memiliki informasi yang akurat, kalaupun memberikan informasi, biasanya hanya untuk tujuan menegakan disiplin yang ada disekolah dengan ancaman agar muridnya tidak coba-coba menggunakan dan kalau ketahuan menggunakan akan dipecat. Lingkungan sekolah memiliki iklim belajr dan bersahabat, tetapi juga akan merupakan ajang persaingan yang keras, ada yang ingin berprestasi, ada yang ingin terlihat bergengsi, ada yang ingin terlihat sok hebat dan ini akan membuat sebahagian siswanya mengalami frustasi, bahkan ada sebagian yang ingin melarikan diri dari tuntutan untuk berprestasi. Murid yang demikian ini adalah murid yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi anti sosial atau terlibat ke dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.

III. Pengaruh Teman Sebaya

Biasanya pergaulan dengan teman sebayanya yang berasal dari luar sekolahnya. Teman-teman ini juga mempunyai pengaruh besar bagi anak-anak remaja, mereka merasa dekat satu sama lain dan biasanya sudah membentuk kelompok (geng), mereka mempunyai rasa senasib dan sepenaggungan, rasa solidaritas tiggi. Dengan demikian, mereka akan dengan mudahnya melakukan hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh


(41)

kelompoknya. Mereka tidak memikirkan baik buruknya, tetapi memikirkan apa itu menyenangkan atau tidak. Juga tidak mempertimbangkan akan adanya resiko-resiko bagi dirinya. Bahkan, untuk memenuhi kekeinginannya agar diterima kelompoknya, mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang sebenarnya disadari merupakan perbuatan yang tidak baik.

Dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan zat, teman kelompok sebaya (peer geoup) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan narkoba biasanya datang dari teman. Teman sebaya ini bisa berupa teman sekolah, teman sepermainan di lingkungan masyarakatnya, sesama anggota dari klub, kelompok atau geng tertentu yang rata-rata memiliki usia, karakteristik, permasalahan dan pola pikir yang hampir sama. Pengaruh teman ini sangat sukar dilepaskan karena dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan dalam diri remaja. Pengaruh teman ini tidak hanya dirasakan pada saat perkenalan pertama dengan narkoba, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menggunakan atau mengalami kekambuhan (relapse).

Kebanyakan pecandu yang menjadi responden pada banyak penelitian menyatakan, bahwa mereka mencoba narkoba pertama kali karena ditawari, dibujuk, dipaksa bahkan dijebak oleh teman atau kelompok sebayanya. Selain itu mereka menyatakan sulit untuk lepas dari ikatan kelompok sebayanya. (Siregar Masauli:2007)


(42)

IV. Keadaan Masyarakat pada Umumnya

Dengan memasuki perkembangan jaman dan era globalisasi, teknologi informatika berkembang dengan cepat dan sedemikian canggih, juga media cetak, media audiovisual memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada sebelumnya, dan akibatnya banyak budaya asing masuk ke indonesia melalui media tersebut. Bagi kawula yang belum matang dan masih belum kukuh kuat iman maupun masih kurang pengertian akan nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia, akan denagn mudah mengadaptasi budaya-budaya luar yang kadang kurang pas bagi para remaja kini. Di dalam kehidupan malam, hiruk piruk diskotik, night club dan tempat-tempat hiburan malam lainnya, pengedar narkoba juga semakin meningkat sehingga narkoba sangat mudah diperoleh dan harganya juga bervariasi, ada yang murah dan ada yang mahal tergantung jenis dan khasiat narkoba tersebut. Dimulai dari iseng-iseng, ajakan teman, rasa ingin tahu tentang bagaimana narkoba tersebut maka tidak banyak akhirnya menjadi korban penyalahgunaan Narkoba yang kita temukan.

Para ahli mengatakan bahwa perubahan-perubahan nilai sosial sebagai konsekuensi modernisasi juga merupakan faktor yang turut berperan pada penyalahgunaan narkoaba. Pada umumnya penyalah guna narkoba tidak lagi mematuhi sistem nilai yang dianut oleh orang tuanya. Mereka lebih dekat dan cocok dengan sistem nilai dari kelompok sebayanya yang sering berperilaku anti sosial dan menyalahgunakan zat. Pada hakikatnya penyalah guna zat merupakan ‘jeritan minta tolong’ dari


(43)

remaja. Mereka menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dan menjalin hubungan yang baik dan stabil dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, mereka lalu bergabung dengan teman kelompok sebaya dan turut menyalahgunakan narkoba. Bukan hanya remaja yang akhirnya lari ke dalam penyalahgunaan narkoba ini, melainkan orang tua juga banyak yang terjerumus kedalamnya. Adanya tekanan batin karena sulitnya mencari nafkah, banyaknya beban tanggung jawab yang berat dalam keluarga, terjadinya pengangguran atau pemutusan hubungan pekerjaan dapat menyebabkan frustasi pada seseorang dan akhirnya mencari pelarian melalui tindakan-tindakan yang salah seperti mabuk-mabukan dan memakai narkoba (Mastauli, 2007:40-47).

3. Faktor Keluarga

Keluarga mempunyai peranan terpenting didalam pendidikan dan pembentukan karakter anak. Dari sejak lahirlah si anak diasuh didalam keluarga sehingga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak terlepas dari apa yang disediakan dan diberikan keluarganya. Dengan kata lain, karakter atau kepribadian anak terbentuk oleh pola asuh yang sejak kecil diperolehnya, walaupun anak mempunyai watak atau sifat bawaan yang diperoleh dari orangtuanya, namun pengaruh lingkungan mempunyai andil yang besar dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian.

Departemen Kesehatan RI (dalam Afiatin,2008:13) memberikan deskripsi terhadap keluarga yang merupakan faktor resiko tertinggi bagi penyalahgunaan


(44)

narkoba yaitu komunikasi antar anak dan orangtua kurang efektif, hubungan ayah dan ibu kurang harmonis, lingkungan keluarga terlalu permisif atau terlalu otoriter dan orangtua atau anggota keluarga lainnya telah menggunakan narkoba. Karakteristik-karakteristik seperti yang disebutkan sebagai faktor protektif keluarga mengantarai hubungan orangtua dengan kasih sayang dan kekuatan ikatan dengan keluarganya serta memperoleh norma-norma yang jelas berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkoba, remaja menjadi lebih tangguh untuk dapat menolak terhadap bujukan penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya karakteristik-karakteristik yang telah disebutkan sebagai faktor resiko keluarga mengantarai hubungan remaja dengan keluarga, khususnya orangtua menjadi kurang kondusif dan rentan untuk menjadi penyalahguna narkoba juga. Salah satu indikator yang penting pada resiko keluarga adalah apabila dalam keluarga tersebut terdapat anggota keluarga yang telah menyalahgunakan narkoba, maka remaja tersebut beresiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba juga, atau disebut sebagai remaja kelompok beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba.

4. Faktor Ketersediaan Narkoba

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketersedian dan mudahnya mendapatkan narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Biasanya para remaja mendapatkan informasi tentang narkoba dalam pengedaran dan pemakai yang berasal dari teman sebaya.


(45)

Beberapa pengaruh adanya narkoba terhadap perilaku penyalahgunaan dikalangan remaja adalah sebagai berikut:

a) Mudahnya mendapatkan jenis dari narkoba.

b) Adanya persepsi bahwa dengan mengkonsumsi dapat menyelesaikan

persoalan. Anggapan ini mungkin saja benar, namun perlu diketahui bahwa hilangnya persoalan itu hanya sesaat dan tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya.

c) Cara menggunakan narkoba yang sangat mudah, misalnya diisap, disuntik, ditelan dan sebagainya.

d) Peredaran pengedar narkoba yang sudah masuk ke pelosok wilayah

dimana berkumpulnya remaja.

2.10 Kerangka Pemikiran

Remaja merupakan usia dimana anak membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Sebab di usia seperti itu anak berusaha mencari identitas diri. Jiwa remaja penuh gejolak dan pemberontakan. Gejolak ingin mendapatkan pengakuan atas keberadaannya, ingin mendapatkan kepercayaan, ingin mendapatkan penghargaan, ingin berprestasi, ingin menunjukkan keberanian, dan ingin mendapatkan kebebasan dan kemandirian.

Ketidakstabilan psikologis remaja mengakibatkan mudahnya terpengaruh oleh gaya hidup yang tidak baik. Tidak dapat dipungkiri Narkoba merupakan pil pahit bagi masa depan remaja saat ini. Dimana narkoba adalah suatu zat yang dulunya dipakai untuk pengobatan medis disalahgunakan untuk kesenangan semu.


(46)

Penyalahgunaan narkoba menjadi euforia bagi manusia untuk membawa mereka kedalam kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan tersebut mengakibatkan candu yang merusak setiap kehidupan mereka sehingga tidak dapat berpikir secara normal.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi agar manusia bisa jatuh dan terjerumus ke dalam dunia narkoba, secara umum adalah faktor individu, lingkungan, dan adanya narkoba itu sendiri. Faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus ke dalam dunia narkoba adalah adanya gangguan kepribadian, faktor usia, dan religiusitas. faktor lingkungan juga merupakan faktor-faktor penyalahgunaan narkoba, meliputi faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh teman sebaya, dan faktor adanya narkoba itu sendiri yang tersedia dan mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat adiktif yaitu dapat menagkibatkan ketagihan atau ketergantungan.

Bagan Alur Pikir

rere

Kelurahan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara


(47)

2.11 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.11.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari satu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:138). Karena kajian konsep itu sangat multidimensional dan abstrak maka diperlukan proses dan upaya penegasan dan

FAKTOR INTERNAL 1. Faktor Individu

• Gangnguan

Kepribadian

• Pengaruh Usia

• Pandangan atau

Keyakinan yang rendah

• Religiusitas

FAKTOR EKSTERNAL 1.Faktor Lingkungan

• Lingkungan

Keluarga

• Lingkungan Tempat

Tinggal

• Keadaan Sekolah

2. Faktor Narkoba Sendiri • Ketersediaan


(48)

pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian yang disebut dengan defenisi konsep.

Untuk mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

a) Faktor yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Dalam hal ini adalah penyalahgunaan Narkoba.

b) Penyalahgunaan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah

pemakaian obat atau zat yang tidak sesuai aturan/ resep yang ditetapkan sesuai kebutuhan. Pemakaian obat atau zat yang berlebihan atau tidak sesuai dosis/ takaran maka menjadi salah guna.

c) Narkoba adalah narkotika dan bahan adiktif yang merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sentesis yang dapay menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

d) Penyalahgunaan Narkoba yang peneliti maksud dalam penelitian ini

adalah pemakaian narkotiaka, psikotropika, dan zat adiktif lainnya secara terusmenerus, atau sesekali tetapi berlebihan, dan tidak menurut petunjuk dokter atau praktek kedokteran (Widjono, dkk 1981). Sejalan juga dengan rumusan WHO (dalam Hawari, 1991) yang mendefenisikan penyalahgunaan zat sebagai pemakaian zat yang berlebihan secara terus-menerus, atau berkala, di luar maksud medik atau pengobatan.


(49)

e) Remaja yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah Remaja yang memiliki usia 12-22 tahun yang mencakup masa remaja awal, pertengahan dan akhir. Dimana perkembangan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Agustiani, 200:29).

f) Kelurahan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten

Labuhan Batu yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian.

2.11.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk memudahkan untuk penelitian di lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari konsep-konsep untuk menggambarkan yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120). Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini diukur dari indikator-indikator berikut ini:


(50)

1. Faktor Internal

a. Faktor Individu dapat diukur dengan berikut ini A. Gangguan Kepribadian

• Cara berpikir

• Emosi

• Perilaku

B. Pengaruh Usia

• Pertama kali menggunakan narkoba

C. Pandangan atau keyakinan yang rendah

• Cara mengambil keputusan

D. Religiusitas

• Intensitas mengikuti ibadah, rajin/ tidak rajin • Mengikuti kegiatan keagamaan, aktif/ tidak 2. Faktor Esksternal

a. Faktor Lingkungan

A. Lingkungan keluarga

• Pola Asuh Orangtua

• Orangtua pegguna narkoba

• Keluarga pengguna narkoba B. Lingkugan tempat tinggal

• Kawasan yang banyak terdapat penyalahgunaan narkoba • Tempat tinggal dekat dengan tempat hiburan malam C. Keadaan di sekolah


(51)

• Informasi narkoba yang diberikan guru

• Guru yang menjadi pengguna narkoba

D. Teman sebaya

• Teman bermain sehari-hari • Tempat bermain sehari- hari

• Kebiasaan yang dilakukan bersama teman bermain

b. Faktor narkoba sendiri

• Mudah/ sulit dalam memperoleh Narkoba.

• Sumber memperoleh Narkoba

• Jenis Narkoba yang digunakan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu


(1)

Penyalahgunaan narkoba menjadi euforia bagi manusia untuk membawa mereka kedalam kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan tersebut mengakibatkan candu yang merusak setiap kehidupan mereka sehingga tidak dapat berpikir secara normal.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi agar manusia bisa jatuh dan terjerumus ke dalam dunia narkoba, secara umum adalah faktor individu, lingkungan, dan adanya narkoba itu sendiri. Faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus ke dalam dunia narkoba adalah adanya gangguan kepribadian, faktor usia, dan religiusitas. faktor lingkungan juga merupakan faktor-faktor penyalahgunaan narkoba, meliputi faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh teman sebaya, dan faktor adanya narkoba itu sendiri yang tersedia dan mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat adiktif yaitu dapat menagkibatkan ketagihan atau ketergantungan.

Bagan Alur Pikir

rere

Kelurahan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara


(2)

2.11 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.11.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari satu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:138). Karena kajian konsep itu sangat multidimensional dan abstrak maka diperlukan proses dan upaya penegasan dan

FAKTOR INTERNAL 1. Faktor Individu

• Gangnguan Kepribadian • Pengaruh Usia • Pandangan atau

Keyakinan yang rendah

• Religiusitas

FAKTOR EKSTERNAL 1.Faktor Lingkungan

• Lingkungan Keluarga

• Lingkungan Tempat Tinggal

• Keadaan Sekolah 2. Faktor Narkoba Sendiri

• Ketersediaan Narkoba


(3)

pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian yang disebut dengan defenisi konsep.

Untuk mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

a) Faktor yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Dalam hal ini adalah penyalahgunaan Narkoba.

b) Penyalahgunaan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah pemakaian obat atau zat yang tidak sesuai aturan/ resep yang ditetapkan sesuai kebutuhan. Pemakaian obat atau zat yang berlebihan atau tidak sesuai dosis/ takaran maka menjadi salah guna.

c) Narkoba adalah narkotika dan bahan adiktif yang merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sentesis yang dapay menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

d) Penyalahgunaan Narkoba yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah pemakaian narkotiaka, psikotropika, dan zat adiktif lainnya secara terusmenerus, atau sesekali tetapi berlebihan, dan tidak menurut petunjuk dokter atau praktek kedokteran (Widjono, dkk 1981). Sejalan juga dengan rumusan WHO (dalam Hawari, 1991) yang mendefenisikan penyalahgunaan zat sebagai pemakaian zat yang berlebihan secara terus-menerus, atau berkala, di luar maksud medik atau pengobatan.


(4)

e) Remaja yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah Remaja yang memiliki usia 12-22 tahun yang mencakup masa remaja awal, pertengahan dan akhir. Dimana perkembangan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Agustiani, 200:29).

f) Kelurahan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian.

2.11.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk memudahkan untuk penelitian di lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari konsep-konsep untuk menggambarkan yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120). Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini diukur dari indikator-indikator berikut ini:


(5)

1. Faktor Internal

a. Faktor Individu dapat diukur dengan berikut ini A. Gangguan Kepribadian

• Cara berpikir • Emosi • Perilaku B. Pengaruh Usia

• Pertama kali menggunakan narkoba C. Pandangan atau keyakinan yang rendah

• Cara mengambil keputusan D. Religiusitas

• Intensitas mengikuti ibadah, rajin/ tidak rajin • Mengikuti kegiatan keagamaan, aktif/ tidak 2. Faktor Esksternal

a. Faktor Lingkungan

A. Lingkungan keluarga • Pola Asuh Orangtua • Orangtua pegguna narkoba • Keluarga pengguna narkoba B. Lingkugan tempat tinggal

• Kawasan yang banyak terdapat penyalahgunaan narkoba • Tempat tinggal dekat dengan tempat hiburan malam C. Keadaan di sekolah


(6)

• Informasi narkoba yang diberikan guru • Guru yang menjadi pengguna narkoba D. Teman sebaya

• Teman bermain sehari-hari • Tempat bermain sehari- hari

• Kebiasaan yang dilakukan bersama teman bermain

b. Faktor narkoba sendiri

• Mudah/ sulit dalam memperoleh Narkoba. • Sumber memperoleh Narkoba

• Jenis Narkoba yang digunakan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu


Dokumen yang terkait

Perilaku Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkoba Di Sekolah MAN Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

3 61 89

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 93 135

Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2013

3 68 159

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

0 0 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

0 0 10

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

0 0 4

Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2013

0 0 16

Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2013

0 0 2

Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2013

0 0 33