JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS SURABAYA
Nama : HARMAN SUSANTO
NRP
: 160314093
Pembimbing yang diusulkan: 1. Yenny Sari, S.T., M.Sc.
2. Markus Hartono, S.T., M.Sc., Ph.D, CHFP
1.
Judul
Perancangan Corporate Sustainability Model sebagai Readiness Assessment Tool
dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation
Modelling (Case Study di Perusahaan Manufaktur Wilayah Jawa Timur)
2.
Latar Belakang Masalah
Sustainability menjadi salah satu tren dalam perkembangan industri saat
ini. Ide terkait sustainability ini muncul dikarenakan adanya tuntutan dari
masyarakat supaya perusahaan lebih bertanggung jawab dalam mewujudkan dunia
yang berkelanjutan [CITATION Sar16 \l 1033 ]. Perusahaan dituntut untuk
memikirkan dampak dari tindakan yang mereka lakukan secara lebih luas,
meliputi tanggung jawab sosial dan tanggung jawab lingkungan. Penerapan
sustainability bertujuan untuk menjamin keberlanjutan dari Triple Bottom Line,
yang terdiri dari People, Profit, dan Planet. People berkaitan dengan tanggung
jawab sosial perusahaan, profit berkatian dengan keuntungan finansial dari
perusahaan, dan planet berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan.
Dalam menghadapi perkembangan industri serta semakin meningkatnya
persaingan, perusahaan dituntut untuk memiliki competitive advantage untuk
mampu bertahan serta bersaing di era persaingan global saat ini. Perusahaan harus
merumuskan strategi-strategi yang tepat untuk dapat menumbuhkan key success
factor agar dapat mencapai competitive advantage yang diinginkan. Key success
factor adalah faktor kunci yang menjadi penentu keberhasilan organisasi. Menurut
2
[ CITATION Atk99 \l 1033 ] key success factor terdiri dari tiga hal, yaitu cost,
delivery, dan service. Key success factor terus mengalami evolusi. Sejalan dengan
perkembangan industri saat ini, dengan adanya tuntutan masyarakat agar
perusahaan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan
perusahaan terus meningkat, sustainability berkembang menjadi salah satu key
success factor dari suatu organisasi. Pernyataan ini didukung oleh studi yang
dilakukan Harvard Business Review yang melibatkan 30 korporasi besar
(Nidumolu, et al., 2009) yang menyatakan bahwa peranan sustainability mampu
menghasilkan inovasi baik pada teknologi dan organisasi yang berujung pada
keuntungan finansial organisasi.
Organisasi harus dapat terus beradaptasi untuk dapat mengimbangi
lingkungan yang terus berubah[ CITATION Sht10 \l 1033 ]. Seiring dengan
berkembangnya sustainability menjadi salah satu key success factor, maka
perusahaan juga harus melakukan perubahan-perubahan dengan memasukkan
sustainability ke dalam proses bisnisnya. Proses bisnis ini sendiri meliputi proses
inti, proses pendukung, dan proses manajerial[CITATION Sar16 \l 1033 ]. Upaya
perubahan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai corporate sustainability.
Menurut Blackburn (2007), dengan menggunakan sustainability sebagai
dasar dari sistem operasi bisnis atau yang dikenal dengan istilah Sustainability
Operating System (SOS), bisnis dapat menjadi semakin kuat dan kompetitif.
Blackburn juga menyatakan bahwa sustainability dapat memperkuat pengelolaan
resiko,
pemenuhan,
produktivitas,
dan
kredibilitas.
Sustainability
dapat
menghindarkan perusahaan dari permasalahan masa lalu, menangkap peluang di
masa depan, dan menjadi bagian dari perusahaan yang terus menerus berdistribusi
pada saat kondisi baik maupun buruk. Dengan adanya peranan sustainability ini,
proses-proses bisnis akan terus mengalami peningkatan.
Menurut S. Adesola & Baines (2005), untuk melakukan Business Process
Improvement, tahap awal yang dibutuhkan adalah readiness assessment tool.
Untuk dapat mengembangkan desain dari readiness assesment tool yang baik
diperlukan model yang dapat menggambarkan dimensi-dimensi dan atribut-atribut
apa saja yang terkait dengan sustainability, yaitu Corporate Sustainability Model
3
(CSM). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan CSM
yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan
readiness assesment tool.
3.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah digunakan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah diperlukannya Corporate
Sustainability Model yang akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
readiness assessment tool untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam
menerapkan sustainability development.
4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi dan variabel-variabel yang membangun
Corporate Sustainability Model
2. Membuat dan menguji Corporate Sustainability Model terkait dengan
menggunakan pendekatan PLS-SEM
5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan
yang memiliki perhatian pada aspek sustainability serta bagi kalangan akademis.
Manfaat bagi perusahaan adalah dapat menjadi model yang digunakan sebagai
dasar dalam mendesain readiness assessment tool. Dengan adanya CSM ini
perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap proses bisnis mereka serta bisa
memasukkan dimensi sustainability di dalam perusahaan mereka. CSM juga
membantu perusahaan mengetahui dimensi dan variabel apa saja yang perlu
diukur pada saat melakukan readiness assessment.
Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademis,
yaitu CSM ini dapat menjadi suatu platform yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk perancangan readiness assessment tool sesuai dengan kebutuhan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan adanya platform ini tentunya akan
4
mempermudah dan mempercepat proses perancangan Sustainability Strategic
Management Assessment Tool. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pembaruan serta melengkapi teori yang telah ada saat ini.
6.
Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah penjelasan beberapa teori yang dapat mendukung
penelitian ini.
6.1
Sustainability Development
Dalam sejarah perkembangan industri, terdapat banyak permasalahan-
permasalahan sosial dan lingkungan yang pernah terjadi. Permasalahanpermasalahan
ini
muncul
dikarenakan
perusahaan
seringkali
hanya
memperhatikan aspek ekonomi dari bisnisnya. Hal tersebut menyebabkan
munculnya tuntutan dari masyarakat agar perusahaan juga wajib memperhatikan
permasalahan-permasalahan lingkungan dan sosial tersebut, sehingga muncullah
ide terkait sustainability.
Dalam buku yang ditulis Blackburn (2007), dituliskan bahwa pada tahun
1987, Brundtland Commission ditunjuk oleh PBB untuk mengajukan strategi
terkait upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, sehingga tercetus ide tentang
sustainable
development.
Definisi
dari
sustainable
development
adalah
“Pengembangan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
berkompromi terhadap kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhannya.” Lima tahun kemudian, hasil dari Rio Earth Summit menambahkan
topik sosial ke dalam sustainability. Pada tahun 1997, Elkington mengenalkan
konsep Triple Bottom Line yang terdiri dari 3P: profit, people, dan planet.
Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga dimensi yang terdapat dalam
konsep Triple Bottom Line tersebut:
1. Economic (profit), berkaitan dengan kemampuan ekonomi sebagai salah
satu subsistem berkelanjutan untuk bertahan hidup dan berkembang ke masa
depan untuk mendukung generasi masa depan [CITATION Spa \l 1033 ].
5
2. Social (people), berkaitan dengan memberikan benefit dan praktik bisnis
yang
adil
kepada
pekerja,
sumber
daya
manusia,
dan
kepada
masyarakat[ CITATION Elk97 \l 1033 ].
3. Environment (planet), mengacu kepada praktik-praktik yang tidak
membahayakan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Hal ini
berkaitan dengan penggunaan sumber daya energi secara efisien,
mengurangi emisi gas rumah kaca, meminimalkan jejak ekologi, dll
[CITATION Goe10 \l 1033 ].
Sustainability tentunya akan mempengaruhi proses bisnis yang ada di
dalam perusahaan. Berikut ini adalah penjelasan terkait pengaruh sustainability
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan serta biaya dan value yang
muncul dari hubungan tersebut [ CITATION Bla07 \l 1033 ]:
Factor 1: Reputation and brand strength
Performa dari keberlanjutan menentukan reputasi, reputasi memiliki
dampak yang besar kepada penjualan dan nilai saham. Hasil studi menunjukkan
bahwa seperempat hingga sepertiga reputasi publik dari perusahaan ditentukan
pada pemenuhan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Factor 2: Competitive, effective, and desirable products and services; new market
Perusahaan bisa memacu inovasi dengan melibatkan faktor keberlanjutan
dalam proses desain. Dengan menggabungkan “green” design process dengan
penilaian pasar yang cermat, perusahaan dapat memahami kebutuhan customer
dengan lebih baik, memproduksi produk dan layanan yang lebih kompetitif, dan
membuka peluang pasar baru. Hal ini akan membawa peningkatan terhadap
penjualan dan keuntungan perusahaan.
Factor 3: Productivity
Aspek-aspek terkait sustainability jika ditangani dengan benar akan
membantu memperbaiki efisiensi bisnis dan akan meningkatkan profit.
Factor 4: Operational burden and interference
Perusahaan
yang
mengabaikan
sustainability
akan
menimbulkan
ketidakpercayaan publik yang akan berdampak kepada regulasi yang lebih ketat,
6
beban operasional, dan biaya. Dengan menangani masalah terkait sustainability
secara aktif, perusahaan dapat meringankan beban ini.
Factor 5: Supply chain costs
Dengan secara aktif mengerjakan hal-hal terkait sustainability dengan
suppliers dan contractors, perusahaan dapat memastikan pasokan dan layanan
yang kritis bagi perusahaan akan tersedia secara berkelanjutan dan biaya rantai
pasok terkontrol dengan baik.
Factor 6: Cost of capital (lender and investor appeal)
Keputusan investor dalam melakukan investasi tidak hanya dipengaruhi
oleh analisis keuangan, namun juga dipengaruhi oleh evaluasi dari pemenuhan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Agar tetap menarik bagi
investor, perusahaan harus mampu mengelola hal tersebut dengan baik.
Factor 7: Legal liability
Perusahaan yang menganut prinsip keberlanjutan cenderung tidak
menimbulkan kewajiban hukum yang berpotensi menghapus keuntungan.
Adanya faktor sustainability sebagai salah satu success key factor
menyebabkan pergeseran konsep dari strategic management menjadi sustainable
strategic management. Konsep strategic management tradisional adalah
memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk beradaptasi guna meningkatkan
market share dan posisi kompetitif perusahaan [ CITATION Ste13 \l 1033 ].
Pergeseran dari strategic management ke Sustainable Strategic Management
(SSM) adalah dimana manager dituntut untuk berpikir jauh ke depan dengan
pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang dimungkinkan apabila
pertumbuhan ekonomi itu sendiri melindungi pertumbuhan planet dan manusianya
[ CITATION Ste13 \l 1033 ]. Inti dari sustainable development adalah upaya
pengembangan perusahaan untuk mencapai kesuksesan secara finansial dengan
disertai tanggung jawab kepada masyarakat dan perlindungan terhadap
lingkungan dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan perusahaan.
7
6.2
Corporate Sustainability Model (CSM)
CSM berperan sebagai framework of sustainability. Beberapa alasan
diperlukannya framework of sustainability:
Framework menyajikan model tentang bagaimana kondisi kerja ideal dari
perusahaan
Framework
dapat
berfungsi
sebagai
cermin
yang
ideal
untuk
merefleksikan model terhadap perusahaan. Dengan merefleksikan model
tersebut, perusahaan dapat melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
perusahaan, sehingga perusahaan juga dapat mengetahui dimana mereka harus
mulai melakukan perbaikan.
Framework
dapat
menjelaskan
aspek
multi-dimensi
dari
multiple
measurement
Multi-dimensi dari multiple measurement dapat disebabkan beberapa faktor,
antara lain:
o Globalisasi, wilayah yang berbeda dapat melihat suatu pengukuran secara
berbeda
o Waktu, pengukuran dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan hasil
yang berbeda pula
o Fungsi, pengukuran dapat disesuaikan dengan regulasi, namun hal ini
tentunya akan menyebabkan biaya menjadi semakin tinggi
o Aspek, terkait dengan aspek mana yang harus diprioritaskan
Framework berfungsi untuk menjelaskan bagaimana pengukuran yang
satu berkaitan dengan pengukuran yang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh
CSM yang pernah dikembangkan:
Epstein’s Corporate Sustainability Model
8
Gambar 1 - Eipstein's Corporate Sustainability Model [ CITATION Eps08 \l 1033 ]
Blackburn’s Sustainable Operating System
Drivers
A champion/leader
Approach for selling
management on
sustainability
Accountability
Mechanism
Efficient Enablers
Organizational
Structure
Deployment and
Integration
Pathway
Vision, Values, and
Policy
Operating System
Standards
Evaluator
Indicators and
Goals
Measuring and
Reporting Progress
Stageholder
engagement and
feedback
Gambar 2 - Blackburn's Sustainable Operation Systems [ CITATION Bla07 \l 1033 ]
6.3
Structural Equation Modelling (SEM)
Sarwono (2015) menyatakan bahwa Structural Equation Modelling (SEM)
merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model
statistik yang biasanya dalam bentuk model sebab akibat. SEM merupakan salah
satu jenis analisis multivariat yang digunakan untuk menganalisis beberapa
9
variabel penelitian secara bersamaan [ CITATION Sho13 \l 1033 ]. Menurut Hair
et al. (2013; dalam Sholihin & Ratmono, 2013) metode analisis multivariat
diklasifikasi menjadi dua kelompok menurut waktu perkembangannya dan juga
dibagi berdasarkan tujuan penggunaan analisis. Berikut ini adalah klasifikasi dari
metode multivariat:
10
Tabel 1 - Klasifikasi Metode Mutlivariat (Hair et al., 2013)
Teknik
Pertama
Generasi
Teknik Generasi kedua
Tujuan utama eksplorasi Tujuan utama konfirmasi
Analisis kluster
Analysis of variance
Exploratory factor Regresi berganda
analysis
Regeresi logistik
PLS-SEM
CB-SEM
Sholihin (2013) dalam bukunya menyatakan bahwa SEM memiliki dua kelebihan
utama dibandingkan dengan teknik generasi pertama, yaitu:
1. SEM mampu menguji model penelitian yang kompleks secara simultan
Dengan mengestimasi model secara langsung, maka pengujian teori akan
menjadi lebih tepat.
2. SEM mampu menganalisis variabel yang tidak dapat diukur langsung dan
memperhitungkan kesalahan pengukurannya
Variabel yang tidak dapat diukur secara langsung seringkali memiliki
kesalahan pengukuran karena jarang dapat diukur dengan sempurna. SEM telah
memperhitungkan kesalahan dari pengukuran variabel tersebut sehingga dapat
meningkatkan estimasi dan validitas kesimpulan.
Jenis-jenis variabel yang digunakan dalam SEM adalah sebagai berikut:
1. Variabel Eksogen
Variabel eksogen merupakan variabel independen. Variabel ini tidak
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang terdapat dalam pemodelan SEM
(Ghozali, 2014).
2. Variabel Endogen
Variabel endogen merupakan variabel dependen. Variabel ini dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang digunakan dalam pemodelan SEM (Ghozali,
2014).
3. Variabel Laten (Unobserved Variable)
Variabel laten merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung.
Variabel laten ini diukur melalui indikator-indikator dari variabel. Variabel
laten dapat bersifat independen maupun dependen.
11
4. Variabel Manifes (Measure Variable)
Variabel manifes merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung.
Data untuk variabel ini dapat diperoleh melalui pengumpulan data secara
langsung di lapangan. Variabel manifes inilah yang akan digunakan sebagai
indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel laten.
Hair (2013) menyatakan bahwa ada dua tipe dari SEM, yaitu CovarianceBased SEM (CB-SEM) dan Partial Least Square SEM (PLS-SEM, juga biasa
disebut dengan PLS Path Modeling). CB SEM biasa digunakan untuk melakukan
konfirmasi (atau menolak) suatu teori, sebagai contohnya adalah konfirmasi
terhadap suatu rangkaian hubungan sistematis antar multiple variables yang dapat
diuji secara empiris. Sedangkan PLS-SEM utamanya digunakan untuk
mengembangkan suatu teori di penelitian yang bersifat eksplorasi. PLS-SEM
berfokus pada penjelasan varians di dalam dependent variables pada saat
memeriksa suatu model.
6.3.1
Partial Least Square-SEM vs Covariance Based-SEM
SEM dibedakan menjadi dua macam berdasarkan pendekatan yang sering
digunakan, yaitu Variance Based / Partial Least Squares SEM (PLS-SEM) dan
Covariance Based SEM (CB-SEM). Partial Least Square (PLS) merupakan salah
satu prosedur regresi yang digunakan untuk memperkirakan kuadrat terkecil
parsial model-model regresi. PLS sangat berguna ketika variabel-variabel bebas
memiliki korelasi yang sangat tinggi, atau ketika jumlah variabel bebas melebihi
jumlah kasus [ CITATION Sar15 \l 1033 ]. Pemilihan metode pendekatan SEM
yang digunakan bergantung dari konteks penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu, peneliti harus memahami perbedaan dari kedua pendekatan tersebut
agar dapat menentukan pendekatan yang akan digunakan. Di bawah ini adalah
tabel yang menunjukkan perbedaan antara PLS-SEM dan CB-SEM.
12
Tabel 2 - Perbandingan PLS-SEM dan CB-SEM (Ghozali & Latan, 2012)
Kriteria
Tujuan penelitian
Pendekatan
Metode estimasi
Model struktural
Evaluasi model dan
asumsi normalitas data
Pengujian signifikansi
PLS-SEM
Untuk mengembangkan
teori atau membangun
teori (orientasi prediksi)
Berdasarkan varians
Least Square
Model dengan
kompleksitas besar
dengan banyak konstruk
dan banyak indikator
(hanya berbentuk
recursive)
Tidak mensyaratkan data
terdistribusi normal dan
estimasi parameter dapat
langsung dilakukan
tanpa persyaratan
kriteria goodness of fit
Tidak dapat diuji dan
difalsifikasi
CB-SEM
Untuk menguji teori atau
mengonfirmasi teori
Berdasarkan kovarians
Maximum likelihood
Model dapat berbentuk
recursive dan nonrecursive dengan tingkat
kompleksitas kecil
sampai menengah
Mensyaratkan data
terdistribusi normal dan
memenuhi kriteria
goodness of fit sebelum
estimasi parameter
Model dapat diuji dan
difalsifikasi
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah PLS-SEM.
Alasan pemilihan metode PLS-SEM adalah karena penelitian ini bertujuan untuk
membangun teori baru, serta data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat non
parametrik sehingga tidak memiliki bentuk distribusi normal.
Gambar 3 - Contoh model PLS-SEM
13
6.3.2
Model Hubungan dalam PLS-SEM
Dalam PLS-SEM terdapat dua macam hubungan antara indikator/variabel
manifest dan konstruk/variabel laten, yaitu model reflektif dan model formatif
[ CITATION Sar15 \l 1033 ]. Model reflektif mencerminkan bahwa setiap
indikator/variabel manifest merupakan pengukuran kesalahan yang dikenakan
terhadap variabel laten. Arah dari hubungan sebab akibat adalah dari variabel
laten ke variabel manifest, yang mana variabel manifest merupakan refleksi
variasi dari variabel laten. Di bawah ini adalah contoh dari hubungan reflektif.
Gambar 4 – Hubungan Reflektif
Hubungan formatif adalah hubungan sebab akibat yang arah hubungan
sebab akibatnya berasal dari variabel manifest menuju ke variabel laten. Hal ini
berarti bahwa variabel laten merupakan kombinasi dari variabel-variabel manifest,
sehingga perubahan yang terjadi pada variabel manifes akan berdampak pada
perubahan variabel laten. Berikut ini adalah contoh model hubungan formatif.
Gambar 5 – Hubungan Formatif
7.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan tahapan dan kerangka berpikir yang
telah ditetapkan. Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama
penelitian:
7.1
Kerangka Berpikir
Gambar di bawah ini adalah kerangka berpikir dalam melakukan
perancangan Corporate Sustainability Model dengan menggunakan metode PLSSEM:
14
Gambar 4 - Kerangka berpikir
15
7.2
Flowchart Tahapan Penelitian
Flowchart di bawah ini adalah langkah-langkah penelitian yang akan
dilakukan:
16
Gambar 5 – Langkah-langkah penelitian
8.
Jadwal Penelitian
Tabel 3 - Rencana dan Jadwal Kerja
Bulan
Minggu ke Pengamatan
awal
Mengidentifik
asi masalah
Merumuskan
masalah
Menetapkan
tujuan
penelitian
Melakukan
studi
kepustakaan
Mengumpulk
an data
Melakukan
pengolahan
dan analisis
data
Membuat
kesimpulan
dan saran
9.
Juli
Agustus
September
Oktober
November Desember
2017
2017
2017
2017
2017
2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Daftar Pustaka
Atkinson, R. (1999). Project management : cost, time and qualty, two best guesses
and a phenomenon, its time to accept other success criteria. International
Journal of Project Management, 337-342.
Blackburn, W. (2007). Sustainability Handbook: The Complete Management
Guide to Achieving Social, Economic, and Environmental Responsibility.
London, UK: Earthscan.
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks - Triple bottom line of 21st century
business. British Columbia: New Society Publisher.
Epstein, M., & Buhovac, A. R. (2008). Making Sustainability Work: Best
Practices in Managing and Measuring Corporate Social, Environmental,
and Economic Impacts. Sheffield, UK: Greenleaf Publishing Limited.
17
Ghozali, I. (2014). Structural Equation Modeling: Metode Alternatif Dengan
Partial Least Squares (PLS) (Vol. 4). Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., & Latan, H. (2012). Partial Least Squares - Konsep, Teknik, dan
Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Goel, P. (2010). Triple bottom line reporting: An analytical approach for corporate
sustainability. Journal of Finance, Accounting, and Management, 1(1), 2742.
Nidumolu, R., Prahalad, C., & Rangaswami, M. (2009, September). Why
Sustainability Is Now the Key Driver of Innovation.
S. Adesola, & Baines, T. (2005). Developing and evaluating a methodology for
business process improvement. Business Process Management Journal,
11, 37-46.
Sari, Y., & Hidayatno, A. (2017). The Development of Sustainability Strategic
Management Assesment Tool (From a Systematic Literatrue Review to a
Conceptual Framework). 6th IEEE International COnference on Advanced
Logistics and Transport (IEEE ICALT 2017). IEEE.
Sarwono, J., & Narimawati, U. (2015). Mmebuat Skripsi, Tesis, dan Disertasi
dengan Parlital Least Square SEM (PLS-SEM). Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Sholihin, M., & Ratmono, D. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WARPPLS 3.0
untuk HUbungan Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Shtub, A., & Reuven, K. (2010). ERP: The Dynamic of Suppy Chain and Process
Management. US: Springer.
Spangenberg, J. (2005). Economic sustainability of economy: Constructs and
indicators. International Journal of Sustainable Development.
Stead, J. G., & Stead, W. E. (2013). Sustainable Strategic Management. New
york: M.E. Sharpe.
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS SURABAYA
Nama : HARMAN SUSANTO
NRP
: 160314093
Pembimbing yang diusulkan: 1. Yenny Sari, S.T., M.Sc.
2. Markus Hartono, S.T., M.Sc., Ph.D, CHFP
1.
Judul
Perancangan Corporate Sustainability Model sebagai Readiness Assessment Tool
dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation
Modelling (Case Study di Perusahaan Manufaktur Wilayah Jawa Timur)
2.
Latar Belakang Masalah
Sustainability menjadi salah satu tren dalam perkembangan industri saat
ini. Ide terkait sustainability ini muncul dikarenakan adanya tuntutan dari
masyarakat supaya perusahaan lebih bertanggung jawab dalam mewujudkan dunia
yang berkelanjutan [CITATION Sar16 \l 1033 ]. Perusahaan dituntut untuk
memikirkan dampak dari tindakan yang mereka lakukan secara lebih luas,
meliputi tanggung jawab sosial dan tanggung jawab lingkungan. Penerapan
sustainability bertujuan untuk menjamin keberlanjutan dari Triple Bottom Line,
yang terdiri dari People, Profit, dan Planet. People berkaitan dengan tanggung
jawab sosial perusahaan, profit berkatian dengan keuntungan finansial dari
perusahaan, dan planet berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan.
Dalam menghadapi perkembangan industri serta semakin meningkatnya
persaingan, perusahaan dituntut untuk memiliki competitive advantage untuk
mampu bertahan serta bersaing di era persaingan global saat ini. Perusahaan harus
merumuskan strategi-strategi yang tepat untuk dapat menumbuhkan key success
factor agar dapat mencapai competitive advantage yang diinginkan. Key success
factor adalah faktor kunci yang menjadi penentu keberhasilan organisasi. Menurut
2
[ CITATION Atk99 \l 1033 ] key success factor terdiri dari tiga hal, yaitu cost,
delivery, dan service. Key success factor terus mengalami evolusi. Sejalan dengan
perkembangan industri saat ini, dengan adanya tuntutan masyarakat agar
perusahaan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan
perusahaan terus meningkat, sustainability berkembang menjadi salah satu key
success factor dari suatu organisasi. Pernyataan ini didukung oleh studi yang
dilakukan Harvard Business Review yang melibatkan 30 korporasi besar
(Nidumolu, et al., 2009) yang menyatakan bahwa peranan sustainability mampu
menghasilkan inovasi baik pada teknologi dan organisasi yang berujung pada
keuntungan finansial organisasi.
Organisasi harus dapat terus beradaptasi untuk dapat mengimbangi
lingkungan yang terus berubah[ CITATION Sht10 \l 1033 ]. Seiring dengan
berkembangnya sustainability menjadi salah satu key success factor, maka
perusahaan juga harus melakukan perubahan-perubahan dengan memasukkan
sustainability ke dalam proses bisnisnya. Proses bisnis ini sendiri meliputi proses
inti, proses pendukung, dan proses manajerial[CITATION Sar16 \l 1033 ]. Upaya
perubahan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai corporate sustainability.
Menurut Blackburn (2007), dengan menggunakan sustainability sebagai
dasar dari sistem operasi bisnis atau yang dikenal dengan istilah Sustainability
Operating System (SOS), bisnis dapat menjadi semakin kuat dan kompetitif.
Blackburn juga menyatakan bahwa sustainability dapat memperkuat pengelolaan
resiko,
pemenuhan,
produktivitas,
dan
kredibilitas.
Sustainability
dapat
menghindarkan perusahaan dari permasalahan masa lalu, menangkap peluang di
masa depan, dan menjadi bagian dari perusahaan yang terus menerus berdistribusi
pada saat kondisi baik maupun buruk. Dengan adanya peranan sustainability ini,
proses-proses bisnis akan terus mengalami peningkatan.
Menurut S. Adesola & Baines (2005), untuk melakukan Business Process
Improvement, tahap awal yang dibutuhkan adalah readiness assessment tool.
Untuk dapat mengembangkan desain dari readiness assesment tool yang baik
diperlukan model yang dapat menggambarkan dimensi-dimensi dan atribut-atribut
apa saja yang terkait dengan sustainability, yaitu Corporate Sustainability Model
3
(CSM). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan CSM
yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan
readiness assesment tool.
3.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah digunakan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah diperlukannya Corporate
Sustainability Model yang akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
readiness assessment tool untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam
menerapkan sustainability development.
4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi dan variabel-variabel yang membangun
Corporate Sustainability Model
2. Membuat dan menguji Corporate Sustainability Model terkait dengan
menggunakan pendekatan PLS-SEM
5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan
yang memiliki perhatian pada aspek sustainability serta bagi kalangan akademis.
Manfaat bagi perusahaan adalah dapat menjadi model yang digunakan sebagai
dasar dalam mendesain readiness assessment tool. Dengan adanya CSM ini
perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap proses bisnis mereka serta bisa
memasukkan dimensi sustainability di dalam perusahaan mereka. CSM juga
membantu perusahaan mengetahui dimensi dan variabel apa saja yang perlu
diukur pada saat melakukan readiness assessment.
Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademis,
yaitu CSM ini dapat menjadi suatu platform yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk perancangan readiness assessment tool sesuai dengan kebutuhan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan adanya platform ini tentunya akan
4
mempermudah dan mempercepat proses perancangan Sustainability Strategic
Management Assessment Tool. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pembaruan serta melengkapi teori yang telah ada saat ini.
6.
Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah penjelasan beberapa teori yang dapat mendukung
penelitian ini.
6.1
Sustainability Development
Dalam sejarah perkembangan industri, terdapat banyak permasalahan-
permasalahan sosial dan lingkungan yang pernah terjadi. Permasalahanpermasalahan
ini
muncul
dikarenakan
perusahaan
seringkali
hanya
memperhatikan aspek ekonomi dari bisnisnya. Hal tersebut menyebabkan
munculnya tuntutan dari masyarakat agar perusahaan juga wajib memperhatikan
permasalahan-permasalahan lingkungan dan sosial tersebut, sehingga muncullah
ide terkait sustainability.
Dalam buku yang ditulis Blackburn (2007), dituliskan bahwa pada tahun
1987, Brundtland Commission ditunjuk oleh PBB untuk mengajukan strategi
terkait upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, sehingga tercetus ide tentang
sustainable
development.
Definisi
dari
sustainable
development
adalah
“Pengembangan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
berkompromi terhadap kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhannya.” Lima tahun kemudian, hasil dari Rio Earth Summit menambahkan
topik sosial ke dalam sustainability. Pada tahun 1997, Elkington mengenalkan
konsep Triple Bottom Line yang terdiri dari 3P: profit, people, dan planet.
Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga dimensi yang terdapat dalam
konsep Triple Bottom Line tersebut:
1. Economic (profit), berkaitan dengan kemampuan ekonomi sebagai salah
satu subsistem berkelanjutan untuk bertahan hidup dan berkembang ke masa
depan untuk mendukung generasi masa depan [CITATION Spa \l 1033 ].
5
2. Social (people), berkaitan dengan memberikan benefit dan praktik bisnis
yang
adil
kepada
pekerja,
sumber
daya
manusia,
dan
kepada
masyarakat[ CITATION Elk97 \l 1033 ].
3. Environment (planet), mengacu kepada praktik-praktik yang tidak
membahayakan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Hal ini
berkaitan dengan penggunaan sumber daya energi secara efisien,
mengurangi emisi gas rumah kaca, meminimalkan jejak ekologi, dll
[CITATION Goe10 \l 1033 ].
Sustainability tentunya akan mempengaruhi proses bisnis yang ada di
dalam perusahaan. Berikut ini adalah penjelasan terkait pengaruh sustainability
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan serta biaya dan value yang
muncul dari hubungan tersebut [ CITATION Bla07 \l 1033 ]:
Factor 1: Reputation and brand strength
Performa dari keberlanjutan menentukan reputasi, reputasi memiliki
dampak yang besar kepada penjualan dan nilai saham. Hasil studi menunjukkan
bahwa seperempat hingga sepertiga reputasi publik dari perusahaan ditentukan
pada pemenuhan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Factor 2: Competitive, effective, and desirable products and services; new market
Perusahaan bisa memacu inovasi dengan melibatkan faktor keberlanjutan
dalam proses desain. Dengan menggabungkan “green” design process dengan
penilaian pasar yang cermat, perusahaan dapat memahami kebutuhan customer
dengan lebih baik, memproduksi produk dan layanan yang lebih kompetitif, dan
membuka peluang pasar baru. Hal ini akan membawa peningkatan terhadap
penjualan dan keuntungan perusahaan.
Factor 3: Productivity
Aspek-aspek terkait sustainability jika ditangani dengan benar akan
membantu memperbaiki efisiensi bisnis dan akan meningkatkan profit.
Factor 4: Operational burden and interference
Perusahaan
yang
mengabaikan
sustainability
akan
menimbulkan
ketidakpercayaan publik yang akan berdampak kepada regulasi yang lebih ketat,
6
beban operasional, dan biaya. Dengan menangani masalah terkait sustainability
secara aktif, perusahaan dapat meringankan beban ini.
Factor 5: Supply chain costs
Dengan secara aktif mengerjakan hal-hal terkait sustainability dengan
suppliers dan contractors, perusahaan dapat memastikan pasokan dan layanan
yang kritis bagi perusahaan akan tersedia secara berkelanjutan dan biaya rantai
pasok terkontrol dengan baik.
Factor 6: Cost of capital (lender and investor appeal)
Keputusan investor dalam melakukan investasi tidak hanya dipengaruhi
oleh analisis keuangan, namun juga dipengaruhi oleh evaluasi dari pemenuhan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Agar tetap menarik bagi
investor, perusahaan harus mampu mengelola hal tersebut dengan baik.
Factor 7: Legal liability
Perusahaan yang menganut prinsip keberlanjutan cenderung tidak
menimbulkan kewajiban hukum yang berpotensi menghapus keuntungan.
Adanya faktor sustainability sebagai salah satu success key factor
menyebabkan pergeseran konsep dari strategic management menjadi sustainable
strategic management. Konsep strategic management tradisional adalah
memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk beradaptasi guna meningkatkan
market share dan posisi kompetitif perusahaan [ CITATION Ste13 \l 1033 ].
Pergeseran dari strategic management ke Sustainable Strategic Management
(SSM) adalah dimana manager dituntut untuk berpikir jauh ke depan dengan
pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang dimungkinkan apabila
pertumbuhan ekonomi itu sendiri melindungi pertumbuhan planet dan manusianya
[ CITATION Ste13 \l 1033 ]. Inti dari sustainable development adalah upaya
pengembangan perusahaan untuk mencapai kesuksesan secara finansial dengan
disertai tanggung jawab kepada masyarakat dan perlindungan terhadap
lingkungan dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan perusahaan.
7
6.2
Corporate Sustainability Model (CSM)
CSM berperan sebagai framework of sustainability. Beberapa alasan
diperlukannya framework of sustainability:
Framework menyajikan model tentang bagaimana kondisi kerja ideal dari
perusahaan
Framework
dapat
berfungsi
sebagai
cermin
yang
ideal
untuk
merefleksikan model terhadap perusahaan. Dengan merefleksikan model
tersebut, perusahaan dapat melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
perusahaan, sehingga perusahaan juga dapat mengetahui dimana mereka harus
mulai melakukan perbaikan.
Framework
dapat
menjelaskan
aspek
multi-dimensi
dari
multiple
measurement
Multi-dimensi dari multiple measurement dapat disebabkan beberapa faktor,
antara lain:
o Globalisasi, wilayah yang berbeda dapat melihat suatu pengukuran secara
berbeda
o Waktu, pengukuran dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan hasil
yang berbeda pula
o Fungsi, pengukuran dapat disesuaikan dengan regulasi, namun hal ini
tentunya akan menyebabkan biaya menjadi semakin tinggi
o Aspek, terkait dengan aspek mana yang harus diprioritaskan
Framework berfungsi untuk menjelaskan bagaimana pengukuran yang
satu berkaitan dengan pengukuran yang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh
CSM yang pernah dikembangkan:
Epstein’s Corporate Sustainability Model
8
Gambar 1 - Eipstein's Corporate Sustainability Model [ CITATION Eps08 \l 1033 ]
Blackburn’s Sustainable Operating System
Drivers
A champion/leader
Approach for selling
management on
sustainability
Accountability
Mechanism
Efficient Enablers
Organizational
Structure
Deployment and
Integration
Pathway
Vision, Values, and
Policy
Operating System
Standards
Evaluator
Indicators and
Goals
Measuring and
Reporting Progress
Stageholder
engagement and
feedback
Gambar 2 - Blackburn's Sustainable Operation Systems [ CITATION Bla07 \l 1033 ]
6.3
Structural Equation Modelling (SEM)
Sarwono (2015) menyatakan bahwa Structural Equation Modelling (SEM)
merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model
statistik yang biasanya dalam bentuk model sebab akibat. SEM merupakan salah
satu jenis analisis multivariat yang digunakan untuk menganalisis beberapa
9
variabel penelitian secara bersamaan [ CITATION Sho13 \l 1033 ]. Menurut Hair
et al. (2013; dalam Sholihin & Ratmono, 2013) metode analisis multivariat
diklasifikasi menjadi dua kelompok menurut waktu perkembangannya dan juga
dibagi berdasarkan tujuan penggunaan analisis. Berikut ini adalah klasifikasi dari
metode multivariat:
10
Tabel 1 - Klasifikasi Metode Mutlivariat (Hair et al., 2013)
Teknik
Pertama
Generasi
Teknik Generasi kedua
Tujuan utama eksplorasi Tujuan utama konfirmasi
Analisis kluster
Analysis of variance
Exploratory factor Regresi berganda
analysis
Regeresi logistik
PLS-SEM
CB-SEM
Sholihin (2013) dalam bukunya menyatakan bahwa SEM memiliki dua kelebihan
utama dibandingkan dengan teknik generasi pertama, yaitu:
1. SEM mampu menguji model penelitian yang kompleks secara simultan
Dengan mengestimasi model secara langsung, maka pengujian teori akan
menjadi lebih tepat.
2. SEM mampu menganalisis variabel yang tidak dapat diukur langsung dan
memperhitungkan kesalahan pengukurannya
Variabel yang tidak dapat diukur secara langsung seringkali memiliki
kesalahan pengukuran karena jarang dapat diukur dengan sempurna. SEM telah
memperhitungkan kesalahan dari pengukuran variabel tersebut sehingga dapat
meningkatkan estimasi dan validitas kesimpulan.
Jenis-jenis variabel yang digunakan dalam SEM adalah sebagai berikut:
1. Variabel Eksogen
Variabel eksogen merupakan variabel independen. Variabel ini tidak
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang terdapat dalam pemodelan SEM
(Ghozali, 2014).
2. Variabel Endogen
Variabel endogen merupakan variabel dependen. Variabel ini dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang digunakan dalam pemodelan SEM (Ghozali,
2014).
3. Variabel Laten (Unobserved Variable)
Variabel laten merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung.
Variabel laten ini diukur melalui indikator-indikator dari variabel. Variabel
laten dapat bersifat independen maupun dependen.
11
4. Variabel Manifes (Measure Variable)
Variabel manifes merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung.
Data untuk variabel ini dapat diperoleh melalui pengumpulan data secara
langsung di lapangan. Variabel manifes inilah yang akan digunakan sebagai
indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel laten.
Hair (2013) menyatakan bahwa ada dua tipe dari SEM, yaitu CovarianceBased SEM (CB-SEM) dan Partial Least Square SEM (PLS-SEM, juga biasa
disebut dengan PLS Path Modeling). CB SEM biasa digunakan untuk melakukan
konfirmasi (atau menolak) suatu teori, sebagai contohnya adalah konfirmasi
terhadap suatu rangkaian hubungan sistematis antar multiple variables yang dapat
diuji secara empiris. Sedangkan PLS-SEM utamanya digunakan untuk
mengembangkan suatu teori di penelitian yang bersifat eksplorasi. PLS-SEM
berfokus pada penjelasan varians di dalam dependent variables pada saat
memeriksa suatu model.
6.3.1
Partial Least Square-SEM vs Covariance Based-SEM
SEM dibedakan menjadi dua macam berdasarkan pendekatan yang sering
digunakan, yaitu Variance Based / Partial Least Squares SEM (PLS-SEM) dan
Covariance Based SEM (CB-SEM). Partial Least Square (PLS) merupakan salah
satu prosedur regresi yang digunakan untuk memperkirakan kuadrat terkecil
parsial model-model regresi. PLS sangat berguna ketika variabel-variabel bebas
memiliki korelasi yang sangat tinggi, atau ketika jumlah variabel bebas melebihi
jumlah kasus [ CITATION Sar15 \l 1033 ]. Pemilihan metode pendekatan SEM
yang digunakan bergantung dari konteks penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu, peneliti harus memahami perbedaan dari kedua pendekatan tersebut
agar dapat menentukan pendekatan yang akan digunakan. Di bawah ini adalah
tabel yang menunjukkan perbedaan antara PLS-SEM dan CB-SEM.
12
Tabel 2 - Perbandingan PLS-SEM dan CB-SEM (Ghozali & Latan, 2012)
Kriteria
Tujuan penelitian
Pendekatan
Metode estimasi
Model struktural
Evaluasi model dan
asumsi normalitas data
Pengujian signifikansi
PLS-SEM
Untuk mengembangkan
teori atau membangun
teori (orientasi prediksi)
Berdasarkan varians
Least Square
Model dengan
kompleksitas besar
dengan banyak konstruk
dan banyak indikator
(hanya berbentuk
recursive)
Tidak mensyaratkan data
terdistribusi normal dan
estimasi parameter dapat
langsung dilakukan
tanpa persyaratan
kriteria goodness of fit
Tidak dapat diuji dan
difalsifikasi
CB-SEM
Untuk menguji teori atau
mengonfirmasi teori
Berdasarkan kovarians
Maximum likelihood
Model dapat berbentuk
recursive dan nonrecursive dengan tingkat
kompleksitas kecil
sampai menengah
Mensyaratkan data
terdistribusi normal dan
memenuhi kriteria
goodness of fit sebelum
estimasi parameter
Model dapat diuji dan
difalsifikasi
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah PLS-SEM.
Alasan pemilihan metode PLS-SEM adalah karena penelitian ini bertujuan untuk
membangun teori baru, serta data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat non
parametrik sehingga tidak memiliki bentuk distribusi normal.
Gambar 3 - Contoh model PLS-SEM
13
6.3.2
Model Hubungan dalam PLS-SEM
Dalam PLS-SEM terdapat dua macam hubungan antara indikator/variabel
manifest dan konstruk/variabel laten, yaitu model reflektif dan model formatif
[ CITATION Sar15 \l 1033 ]. Model reflektif mencerminkan bahwa setiap
indikator/variabel manifest merupakan pengukuran kesalahan yang dikenakan
terhadap variabel laten. Arah dari hubungan sebab akibat adalah dari variabel
laten ke variabel manifest, yang mana variabel manifest merupakan refleksi
variasi dari variabel laten. Di bawah ini adalah contoh dari hubungan reflektif.
Gambar 4 – Hubungan Reflektif
Hubungan formatif adalah hubungan sebab akibat yang arah hubungan
sebab akibatnya berasal dari variabel manifest menuju ke variabel laten. Hal ini
berarti bahwa variabel laten merupakan kombinasi dari variabel-variabel manifest,
sehingga perubahan yang terjadi pada variabel manifes akan berdampak pada
perubahan variabel laten. Berikut ini adalah contoh model hubungan formatif.
Gambar 5 – Hubungan Formatif
7.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan tahapan dan kerangka berpikir yang
telah ditetapkan. Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama
penelitian:
7.1
Kerangka Berpikir
Gambar di bawah ini adalah kerangka berpikir dalam melakukan
perancangan Corporate Sustainability Model dengan menggunakan metode PLSSEM:
14
Gambar 4 - Kerangka berpikir
15
7.2
Flowchart Tahapan Penelitian
Flowchart di bawah ini adalah langkah-langkah penelitian yang akan
dilakukan:
16
Gambar 5 – Langkah-langkah penelitian
8.
Jadwal Penelitian
Tabel 3 - Rencana dan Jadwal Kerja
Bulan
Minggu ke Pengamatan
awal
Mengidentifik
asi masalah
Merumuskan
masalah
Menetapkan
tujuan
penelitian
Melakukan
studi
kepustakaan
Mengumpulk
an data
Melakukan
pengolahan
dan analisis
data
Membuat
kesimpulan
dan saran
9.
Juli
Agustus
September
Oktober
November Desember
2017
2017
2017
2017
2017
2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Daftar Pustaka
Atkinson, R. (1999). Project management : cost, time and qualty, two best guesses
and a phenomenon, its time to accept other success criteria. International
Journal of Project Management, 337-342.
Blackburn, W. (2007). Sustainability Handbook: The Complete Management
Guide to Achieving Social, Economic, and Environmental Responsibility.
London, UK: Earthscan.
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks - Triple bottom line of 21st century
business. British Columbia: New Society Publisher.
Epstein, M., & Buhovac, A. R. (2008). Making Sustainability Work: Best
Practices in Managing and Measuring Corporate Social, Environmental,
and Economic Impacts. Sheffield, UK: Greenleaf Publishing Limited.
17
Ghozali, I. (2014). Structural Equation Modeling: Metode Alternatif Dengan
Partial Least Squares (PLS) (Vol. 4). Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., & Latan, H. (2012). Partial Least Squares - Konsep, Teknik, dan
Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Goel, P. (2010). Triple bottom line reporting: An analytical approach for corporate
sustainability. Journal of Finance, Accounting, and Management, 1(1), 2742.
Nidumolu, R., Prahalad, C., & Rangaswami, M. (2009, September). Why
Sustainability Is Now the Key Driver of Innovation.
S. Adesola, & Baines, T. (2005). Developing and evaluating a methodology for
business process improvement. Business Process Management Journal,
11, 37-46.
Sari, Y., & Hidayatno, A. (2017). The Development of Sustainability Strategic
Management Assesment Tool (From a Systematic Literatrue Review to a
Conceptual Framework). 6th IEEE International COnference on Advanced
Logistics and Transport (IEEE ICALT 2017). IEEE.
Sarwono, J., & Narimawati, U. (2015). Mmebuat Skripsi, Tesis, dan Disertasi
dengan Parlital Least Square SEM (PLS-SEM). Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Sholihin, M., & Ratmono, D. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WARPPLS 3.0
untuk HUbungan Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Shtub, A., & Reuven, K. (2010). ERP: The Dynamic of Suppy Chain and Process
Management. US: Springer.
Spangenberg, J. (2005). Economic sustainability of economy: Constructs and
indicators. International Journal of Sustainable Development.
Stead, J. G., & Stead, W. E. (2013). Sustainable Strategic Management. New
york: M.E. Sharpe.