Peran Indonesia Dalam Oganisasi Konfrensi Islam Terhadap Upaya Kemerdekaan Palestina Dalam Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
kebijakan luar negeri pada dasarnya merupakan perluasan dari politik
dalam negeri. Bahkan meskipun pengaruh lingkungan eksternal tidak dapat
diabaikan, kebijakan luar negeri Indonesia sebagian besar ditentukan oleh dua
prioritas domestik, Meskipun doktrin dasar kebijakan luar negeri Indonesia tetap
sama yaitu, bebas dan aktif, artikulasi dan implementasi telah berevolusi,
tergantung pada arah politik, pandangan dunia para pemimpin dan prioritas
Pemerintah pada waktu tertentu. dalam nya evolusi sejarah, doktrin kebijakan luar
negeri yang bebas dan aktif Indonesia telah diwujudkan, salah satu dari tiga
komponen kunci pada waktu yang berbeda,yaitu anti-kolonialisme, kemerdekaan
dan pragmatisme, tergantung pada konteks dan kebutuhan periode tertentu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpendapat bahwa politik luar
negeri bebas aktif memerlukan independensi penilaian dan kebebasan bertindak.
Yudhoyono menggunakan metafora 'mengarungi lautan yang bergolak' untuk
menggambarkan tantangan yang saat ini dihadapi oleh kebijakan luar negeri
Indonesia, 1 membandingkannya dengan metafora yang digunakan oleh Wakil
Presiden Hatta pada tahun 1948 untuk menggambarkan tantangan Perang Dingin
dimana yang diperlukan Indonesia dalam kebijakan luar negerinya yaitu memiliki

kemampuan untuk baris antara dua karang. Menurut Yudhoyono, kebijakan luar
negeri Indonesia bebas dan aktif harus memiliki pendekatan yang konstruktif,
1

Ahmad Fuad Fanani, SBY And The Place Of Islam In Indonesian Foreign Policy, Thesis, Discipline Of
International Relations School Of International Studies, Flinders University, Adelaide, Australia, 2012

Universitas Sumatera Utara

mencegah Indonesia masuk dalam aliansi militer dan ditandai dengan
konektivitas, menarik Indonesia memiliki keterlibatan yang sehat dengan dunia
luar sama-sama penting, seperti yang dinyatakan oleh Presiden Yudhoyono,
independen dan kebijakan luar negeri aktif harus memproyeksikan identitas
nasional Indonesia: identitas internasional Indonesia harus berakar pada rasa yang
kuat siapa kita. Kita tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Kita harus
tahu siapa kita dan apa yang kita percaya, dan proyek mereka dalam kebijakan
luar negeri kita. Presiden Yudhoyono melanjutkan untuk selanjutnya menentukan
identitas Indonesia sebagai berikut: "Kami adalah negara terpadat keempat di
dunia. Kita rumah bagi penduduk Muslim terbesar di dunia. Kami adalah dunia
demokrasi terbesar ketiga. Kami juga merupakan negara di mana demokrasi,

Islam dan modernitas berada dalam satu tangan. Pernyataan kebijakan luar negeri
oleh Presiden ini dapat dilihat sebagai bagian dari upaya yang dilakukan untuk
mengubah citra internasional Indonesia sejalan dengan identitas nasional yang
baru yang sekarang sedang ditempa. Dari masa Orde Baru Soeharto, meskipun
Indonesia dikritik di beberapa tempat untuk menjadi tidak demokratis dan
melanggar hak asasi manusia, namun pada kenyataannya Indonesia dianggap
sebagai jangkar untuk stabilitas di Asia Tenggara dan yang pertama di antara
negara-negara anggota ASEAN. Selama periode Perang Dingin, Bangsa Barat dan
negara-negara non-komunis lain melihat Indonesia sebagai mitra penting. 2
Sepanjang sejarah Indonesia sejak kemerdekaan, dan sampai saat ini,
Islam tidak memiliki banyak berpengaruh pada kebijakan luar negeri Indonesia,
Di Indonesia kebijakan luar negeri 'bebas dan aktif', pertama kali diperkenalkan

2

Ibid ,

Universitas Sumatera Utara

pada tahun 1948 adalah respon dari suatu negara yang baru merdeka. Indonesia

menjadi pendiri dan anggota terkemuka dari Non-Blok Movement. Solidaritas di
antara negara-negara berkembang lebih diutamakan daripada solidaritas antara
negara-negara Muslim. Dukungan Indonesia kepada rakyat Palestina dan
penolakan untuk membangun hubungan diplomatik dengan Israel sampai masalah
Palestina teratasi telah dibenarkan oleh pemerintah tidak atas dasar agama tapi
lebih karena di Indonesia sejarah oposisi terhadap kolonialisme dan dukungan
untuk penentuan nasib sendiri. namun, dukungan untuk Palestina dan oposisi
terhadap Israel sebagian besar karena sentimen agama. oposisi publik yang kuat
untuk inisiatif apapun untuk membuka hubungan antara Jakarta dan Palestina
telah menjadi manifestasi yang paling penting dari kendala Islam untuk kebijakan
luar negeri Indonesia. Karena masalah Palestina terus mendominasi politik Timur
Tengah selama beberapa dekade dan Amerika Serikat secara konsisten telah
dilihat sebagai bias mendukung Israel, sejumlah kelompok Islam di Indonesia
juga telah melihat Amerika Serikat tidak menguntungkan bagi pihak Palestina,
terlepas Indonesia memiliki kepentingan strategis sendiri dalam mengembangkan
kerjasama yang erat dengan Amerika Serikat.3
Penting untuk dicatat bahwa Indonesia menolak untuk menandatangani
piagam dan menjadi anggota penuh Organisasi Islam Conference (OIC) ketika
didirikan pada tahun 1972, dengan alasan bahwa Indonesia bukanlah negara
Islam. Meskipun dukungan yang kuat untuk perjuangan Palestina, Indonesia

awalnya menolak untuk mengizinkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)
untuk mendirikan sebuah kantor di Jakarta pada tahun 1974. Kebijakan Indonesia
3

KSP, 2014. Oki dan Utang Sejarah . Http://Www.Ksp.Go.Id/Id/Oki-Dan-Utang-Sejarah Diakses Pada
Tanggal 6 April Pukul 20.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

terhadap dunia Islam mulai berubah pada akhir 1980-an, ketika Presiden Soeharto
mulai melirik kelompok Muslim di Indonesia untuk menopang basis politiknya
dan PLO pun diizinkan untuk membuka perwakilan kantornya pada tahun 1989,
dan Indonesia mulai lebih memperhatikan Negara Islam, termasuk menjadi
anggota penuh dari OKI. Namun, inisiatif kebijakan luar negeri baru-baru ini
lebih merupakan upaya untuk menemukan alternatif pasar ekspor Indonesia dari
refleksi dari kepentingan Indonesia dalam mempromosikan solidaritas Islam
seperti itu.4
Pembentukan OKI semula didorong oleh keprihatinan negara-negara Islam
atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam, khususnya setelah Zionis
membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969.

Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam di
antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota,
mendukung perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempattempat suci Islam dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang
merdeka dan berdaulat. OKI saat ini beranggotakan 57 negara Islam yang
berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan Afrika.
Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak
menekankan pada masalah politik, terutama masalah Palestina, dalam
perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu organisasi internasional yang
menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia. Banyaknya
kritikan yang diberikan kepada OKI karena dianggap lamban mengatasi masalah
4

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Palestina maka OKI melakukan revitalisasi, untuk menjawab berbagai tantangan
yang mengemuka, negara-negara anggota OKI memandang revitalisasi OKI
sebagai permasalahan yang mendesak. Semangat dan dukungan terhadap perlunya

revitalisasi OKI dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa struktur dan kinerja
organisasi OKI dinilai belum efisien dan efektif. oleh karena itu maka diadakan
beberapa kali pertemuan antara anggota OKI untuk lebih mengefektifkan kinerja
dari Organisasi ini.
Kawasan Timur Tengah khususnya Palestina memang selalu menarik
perhatian bagi masyarakat Indonesia. Pergolakan yang tidak henti-hentinya makin
menjadi perhatian sekaligus keprihatinan bangsa Indonesia. Salah satu penyebab
tingginya perhatian pada kawasan itu adalah adanya kedekatan emosional
(keagamaan) antara bangsa Indonesia dan Palestina. Indonesia merupakan negara
yang sangat menentang peperangan dan penjajahan. Hal itu sesuai dengan Idiologi
Indonesia yaitu pancasila dan landasan konstitusional Indonesia. Hal itu jelas
tertulis pada pembukaan UUD 1945 alinea IV antara lain menyebutkan .”bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan

di

dunia

harus


dihapuskan

karena

tidak

sesuai

dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan” lalu juga tertera pada potongan Alinea ke IV
“ ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaia
abadi dan keadilan sosial.”5
Atas sebab dasar hukum di atas maka Indonesia memiliki kewajiban untuk
ikut serta dalam kegiatan penghapusan tindakan penjajahan dan peperangan di.
Realisasi dari prinsip Indonesia ini adalah dengan masuknya Indonesia kedalam
5

Republik Indonesia, Undang ‐undang Dasar 1945 , Pembukaan UUD Alinea IV


Universitas Sumatera Utara

berbagai organisasi Internasional yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi antara negara-negara yang bertikai. Salah satu
Organisasi International tersebut adalah Organisasi Konfrensi Islam. berikut
sertaan ini menjadi suatu aksi yang ingin di lakukan Indonesia dalam upaya
membantu menyelesaikan permasalahan yang ada antara negara Palestina dan
Israel.
Beberapa peran aktif Indonesia di OKI yang menonjol adalah ketika pada
tahun 1993 Indonesia menerima mandat sebagai ketua Committee of Six, yang
bertugas memfasilitasi perundingan damai antara Moro National Liberation Front
(MNLF) dengan pemerintah Filipina. Kemudian pada tahun 1996, Indonesia
menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM-OKI) ke-24 di
Jakarta.Selain itu, Indonesia juga memberikan kontribusi untuk mereformasi OKI
sebagai wadah untuk menjawab tantangan umat Islam memasuki abad ke-21.
Pada penyelenggaraan KTT OKI ke-14 di Dakar Senegal, Indonesia mendukung
pelaksanaan OIC's Ten-Year Plan of Action . Dengan diadopsinya piagam ini,
Indonesia memiliki ruang untuk lebih berperan dalam memastikan implementasi
reformasi OKI tersebut. Indonesia berkomitmen dalam menjamin kebebasan,

toleransi dan harmonisasi serta memberikan bukti nyata akan keselarasan Islam,
demokrasi dan modernitas.
Bagi Indonesia, OKI merupakan wahana untuk menunjukkan citra Islam
yang santun dan moderat.
Beberapa alasan masuknya Indonesia di dalam OKI, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Secara obyektif, Indonesia ingin mendapatkan hasil yang positif bagi
kepentingan nasional Indonesia.
2. Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya
beragama Islam meskipun secara konstitusional tidak merupakan
negara Islam.
3. Dari segi jumlah penduduk yang beragama Islam, maka jumlahnya
merupakan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
4. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif sehingga
dapat diterapkan dalam organisasi-organisasi internasional termasuk
OKI sejauh tidak menyimpang dari kepentingan nasional Indonesia.
Terdapat kesamaan pandangan antara OKI dan Indonesia, yaitu samasama memperjuangkan perdamaian dunia berdasarkan kemanusiaan
yang adil dan beradab, disamping kepentingan dalam bidang

perekonomian dan perdagangan.
Sebagai peserta, Indonesia telah berperan secara aktif dalam OKI, baik
dalam kegiatannya maupun dengan sumbangan yang diberikan kepada organisasi
ini dalam rangka meningkatkan kesetiakawanan diantara anggota OKI, disamping
untuk membina kerjasama di bidang ekonomi, sosial budaya dan bidang-bidang
lainnya yang semuanya dilakukan dalam rangka menunjang pembangunan
nasional Indonesia di segala bidang. Dalam berbagai forum internasional,
termasuk OKI, Indonesia telah memberikan dukungan bagi berdirinya Negara
Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Realisasi dari dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk dukungan diplomatik,
yaitu pengakuan terhadap keputusan Dewan Nasional Palestina ( Palestinian

Universitas Sumatera Utara

National Council) untuk memproklamasikan Negara Palestina pada tanggal 15

November 1988. Dukungan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan hubungan
diplomatik antara Pemerintah RI dan Palestina pada tanggal 19 Oktober 1989.
1.2 Rumusan Masalah
Belum ditemukannya titik terang mengenai permasalahan antara Palestina

dan Israel mengharuskan organisasi konfrensi islam untuk bekerja dan bertindak
lebih keras lagi agar permasalah kedua belah negara ini dapat terselesaikan
dengan segera. Perlu adanya bukti konkret dan tindakan nyata dari negara-negara
yang masuk ke dalam Organisasi Konfrensi Islam ini, Bukan hanya berlatar
belakang pada persamaan keagaamaan mayoritas anggota OKI namun
permasalahan ini juga sudah merujuk pada masalah kemanusiaan. Untuk itulah
penulis ingin melihat sejauh mana peran Indonesia di dalam Organisasi Konfrensi
Islam ini yang sudah dilakukan. Bantuan apa dan usaha apa yang sudah
dialakukan untuk mengkonkretkan alasan organisasi ini dibentuk yang tak lain
adalah untuk kemerdekaan Palestina dan penyelesaian konflik antara Palestina dan
Israel.
Meskipun masuknya Indonesia ke dalam organisasi ini sudah lama namun
pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono isu ini kembali diangkat
kepermukaan hal itu sesuai dengan agenda politik luar negeri yang dimiliki oleh
Presiden SBY sebagai agenda besar politik luar negerinya. Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian, yaitu : Bagaimana peran Indonesia dalam Oganisasi Konfrensi Islam

Universitas Sumatera Utara

terhadap upaya kemerdekaan Palestina dalam masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yodhoyono?
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah berfungsi agar suatu penelitian lebih fokus dan terarah
dalam membahas permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat menghasilkan
suatu karya ilmiah yang dapat memberikan informasi terhadap pembaca. Adapun
batasan masalah yang di gunakan adalah :Penelitian ini fokus untuk melihat dan
menganalisis bagaimana peran Indonesia dalam Organisasi Konferensi Islam
(OKI) terhadap upaya kemerdekaan Palestina pada pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yodhoyono.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk melihat apa kinerja nyata yang di lakukan oleh Organisasi
Konferensi Islam khusus nya peran Indonesia dalam membantu
menyelesaikan permasalahan yang ada di Palestina.
2. Untuk mengetahui adakah perkembangan yang terjadi semenjak di bentuk
nya Organisasi Konfrensi Islam ini.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan menjadi kontribusi untuk perkembangan
kajian Ilmu Politik dan bermanfaat untuk semua pihak, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
yang jelas dan kontribusi kajian teoritik dalam hal peran Indonesia dalam
Organisasi Internasional khusus nya OKI.
b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan berguna kedepannya sebagai
literatur dalam kajian Ilmu Politik, khususnya pada Departemen Ilmu
Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
c. Bagi penulis penelitian ini bukan semata-mata hanya sebagai pemenuhan
tugas akhir pada masa perkuliahan tetapi penulisan ini juga menjadi sarana
bagi penulis dalam mengasah kemampuan dan mengaplikasiakan ilmu
yang telah penulis dapatkan semasa di bangku perkuliahan.
1.6 Kerangka Teori
Salah satu pendukung berjalannya sebuah penelitian adalah dukungan
sebuah teori sebagai alat untuk menganalisis juga melihat permasalahan dalam
penelitian. Teori merupakan sebuah alat analisis yang menuntun penulis untuk
mendapatkan jawaban dan kebenaran dari penelitian. Dalam hal ini penulis akan
menggunakan teori yang berkaitan dengan peneliatian Yaitu Teori Organisasi
Internasional, Konsep Peranan Nasional dan Konsep Kebijakan Luar Negeri.
1.6.1 Konsep Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan instumen kebijakan yang dimiliki oleh
pemerintah suatu negara berdaulat untuk menjalin hubungan dengan aktor-aktor
lain dalam politik dunia demi mencapai tujuan nasionalnya. Politik internasional
atau politik dunia merupakan hasil interaksi antara minimal dua negara melalui
politik luar negerinya masing-masing. Kebijakan luar negeri menekankan aksi

Universitas Sumatera Utara

atau tindakan atau kebijakan suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya
dalam rangka memperjuangkan atau mempertahankan kepentingan nasionalnya
sedangkan politik international atau politik global menggunakan kata kunci
interaksi karena mempertemukan minimal dua aktor yang saling berhubungan
satu dengan yang lain. Kebijakan luar negeri juga mencerinkan nilai-nilai dasar
yang dianut suatu negara dalam interaksinya dengan aktor lain karena nilai-nilai
tersebut menjadi pedoman perilaku dalam hubungan international.
Dasar pemikirannya adalah kebijakan luar negeri selalu terkait dengan
upaya setiap negara untuk mempertahankan eksistensinya di tengah pergaulan
international dengan memanfaatkan instrumen kebijakan yang tersedia baginya.
Negara berkembang seperti Indonesia misalnya, senantiasa mengaitkan kebijakan
luar negerinya dengan tiga persoalan mendasar yaitu pembangunan ekonomi,
pembangunan lembaga kenegaraan atau State Building (termasuk keamanan
internal dan eksternal) dan pembangunan kebangsaan (nation building), reaksi
negara berkembang terhadap berbagai isu global bisa dikaitkan dengan salah satu
tiga agenda besar. Untuk memajukan pembangunan ekonomi kebijakan luar
negeri bisa diarahkan untuk membina hubungan kerjasama dengan negara-negara
donor dan investor asing serta lembaga keuangan dan pembangunan international
seperti bank dunia dan IMF. Sebagai negara baru yang mengembangkan lembagalembaga demokrasi isu keamanan domestik dan international juga menjadi
prioritas dalam kebijakan luar negeri. Dalam konteks keamanan hal penting yang
dilakukan oleh negara berkembang adalah menjamin stabilitas domestik. Selain
itu untuk menjaga kestabilan regional dan keutuhan teritorial Indonesia
memberikan prioritas tinggi kepada kerjasama regional sebagaimana yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan Indonesia dengan kerja sama ASEAN. Dalam kaitan dengan
pembangunan nasional negara berkembang cendrung menjadikan kebijakan luar
negeri sebagai alat pemersatu dalam hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang
pemimpin nasional mencari “musuh bersama” di lingkungan eksternal untuk
memperkuat rasa kebangsaan dikalangan rakyatnya. 6
Menurut Mark R. Amstutz mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai :
“explicit and implicit actions of governmental officials designed to promote
national interests beyond a country‟s territorial boundaries”. Dalam defenisi ini
ada tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian
kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas
kewilayahan suatu negara. Dengan demikian suatu kebijakan pemerintah yang
membawa dampak bagi aktor-aktor lain diluar batas wilayahnya secara konseptual
merupakan bagian dari pengertian kebijakan luar negeri. Defenisi dia atas
membantu kita untuk memahami bahwa kebijakn luar negeri mencakup dimensi
yang luas baik itu ekonomi, keamanan maupun sosial budaya.
James N. Rosenau menguraikan konsep kebijakan luar negeri kedalam tiga
pengertian yang berbeda baik substansi maupun cakupannya. Pada tingkat
pertama kebijakan luar negeri dipahami sebagai seperangkat prinsip atau orientasi
umum yang menjadi dasar pelaksanaan hubungan luar negeri suatu negara,
kebijakan luar negeri juga bisa diartikan sebagai seperangkat rencana dan
komitmen yang menjadi pedoman bagi perilaku pemerintah dalam berhubungan
dengan aktor-aktor lain diluar lingkungan eksternal. Akhirnya rencana dan
komitmen tersebut diterjemahkan kedalam langkah atau tindakan yang nyata
6

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global Dalam Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 63

Universitas Sumatera Utara

berupa mobilisasi sumberdaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu efek
dalam pencapaian tujuan.7
1.6.2 Konsep peranan nasional sebagai output kebijakan luar negeri
Peranan nasional juga merupakan posisi yang diambil atau dijalankan.
Hubungan antara unit-unit nasional dalam sistem internasional tidak dapat
dipahami hanya dengan melihat tindakan yang dilakukannya seperti pengiriman
surat atau pernyataan perang. Pemerintah negara menyadari hubungan mereka
dengan lingkungan itu lebih luas dari sekedar pertimbangan atas kondisi tertentu
yang mempengaruhi mereka. Perlu ada sikap atau posisi yang disebut peranan.
Dua komponen kebijakan luar negeri yang merefleksikan pertimbangan tersebut
ialah orientasi dan peranan. Kedua komponen ini dapat menjelaskan mengapa
suatu negara beserta pemerintahannya menjalin hubungan dengan dunia luar. Dari
jalinan hubungan ini dapat terlihat perilaku dasar dan kebutuhan nasional yang
bermain di dalamnya juga kondisi eksternal yang melingkupinya.
Orientasi, peranan, dan tujuan dibentuk oleh pandangan-pandangan dalam
pemikiran para pembuat kebijakan yang dinyatakan dalam bentuk sikap,
keputusan dan aspirasi terhadap dunia luar. Tetapi kebijakan juga mempunyai
komponen tindakan, hal-hal yang dilakukan pemerintah suatu negara kepada
negara lain dalam rangka mempengaruhi orientasi tertentu, memenuhi peranan
tertentu, atau memperjuangkan dan mempertahankan tujuan negara. Suatu
tindakan pada dasarnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang dimaksudkan

7

Ibid , hal . 64

Universitas Sumatera Utara

untuk merubah atau mempertahankan perilaku pihak yang dibutuhkan si aktor
agar tujuannya tercapai.8
Bergerak dari tipe umum output kebijakan luar negeri (orientasi dan
peranan) ke arah yang lebih spesifik, kita harus memperhatikan kondisi eksternal
dan internal suatu negara yang berkaitan dengan tujuan, keputusan, tindakan.
Peranan dan orientasi sendiri tidak benar-benar menentukan tujuan, keputusan,
dan tindakan. Karena ketika ada konflik antara kepentingan nasional yang
mendesak dan kewajiban yang berasal dari peranan nasional, maka kepentingan
nasional akan didahulukan.
Menurut KJ Holsti peranan nasional merupakan output kebijakan luar
negeri yang berkaitan erat dengan negara yang terlibat dalam sebuah sistem atau
regional affairs. kita dapat mengartikan konsep peranan nasional sebagai bentuk
umum dari keputusan, komitmen, peraturan dan tindakan yang sesuai bagi negara
mereka dan fungsi yang harus dijalankan oleh negara mereka secara geografis
maupun berkaitan dengan isu, yang tengah berkembang. Holsti juga berpendapat
bahwa konsepsi peranan nasional berkaitan erat dengan orientasi. Peranan juga
merefleksikan kecendrungan dasar, ketakutan, dan perilaku terhadap dunia luar
seperti variabel sistemik, geografi dan ekonomi. Sedangkan orientasi dapat
dijelaskan dengan lebih baik oleh adanya ancaman tertentu, lokasi geografis, dan
kebutuhan internal. Peranan itu lebih spesifik dibandingkan orientasi karena
peranan dapat mengarah pada tingkatan berbeda. Misalnya, kita dapat
memprediksi dengan kemungkinan logis, bahwa sebuah pemerintahan yang

8

May, T. Rudy. 2002. Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin.Bandung. Reflika AdiTama. Hal 141

Universitas Sumatera Utara

memposisikan dirinya sebagai “mediator” jika menghadapi konfllik regional atau
tingkat dunia, menawarkan campur tangannya dalam berbagai macam bentuk
penyelesaian masalah. Jika sebuah negara menyatakan dirinya non-blok maka kita
tahu ia akan menghindari isu militer dalam hubungannya dengan kedua blok yang
lain. Selain dari itu kecil kemungkinan kita dapat memprediksikan tindakan
politik luar negeri atau keputusan sehari-harinya yang lain.9
Kita dapat mempertimbangkan konsepsi peran nasional sebagai rumusan
pembuat kebijakan mengenai jenis keputusan, komitmen, aturan, dan tindakan
umum yang sesuai dengan Negara mereka dan fungsi yang seharusnya
dilaksanakan oleh Negara mereka dalam berbagai lingkungan geografis dan
masalah. Salah satu studi yang didasarkan pada analisis isi pidato oleh para
pembuat kebijakan tingkat tinggi di 71 negara selama tahun 1965-1967
memperlihatkan bahwa ada paling sedikit 16 tipe peran nasional yang merupakan
komponen kebijakan luar negeri Negara. Dalam salah satu studinya yang
didasarkan pada analisis isi pidato oleh para pembuat kebijakan tingkat tinggi di
tujuh puluh satu negara selama kurun waktu 1965-1967, K.J Holsti mendapatkan
bahwa ada paling sedikit enam belas tipe peran nasional yang merupakan
komponen kebijakan luar negeri suatu Negara,yaitu:
1. Bastion of Revolution, Liberator (Benteng Revolusi,Pembebas)
Merasa mereka mempunyai tugas untuk mengorganisasikan atau
memimpin berbagai macam gerakan revolusi di luar negeri. Hal ini dilaksanakan
untuk membebaskan pihak lain atau bertindak sebagai pelindung gerakan revolusi

9

Ibid , hal. 142

Universitas Sumatera Utara

asing dengan menyediakan tempat yang dapat dianggap sebagai dukungan fisik
maupun moral atau para pemimpin revolusi.
2. Regional Leader (Pemipin Daerah)
Negara menyadari tugas atau tanggung jawab khusus dalam hubungannya
dengan negara-negara lain di kawasan yang sama.
3. Regional Protector (Pelindung Daerah)
Mengimplasikan tanggung jawab kepemimpinan tertentu dalam sebuah
kawasan atau issue-area, peran ini menekankan pentingnya pemberian
perlindungan bagi kawasan sekitarnya.
4. Active Independent (Bebas Aktif)
Menekankan pentingnya peningkatan keterlibatan melalui hubungan
diplomatik dengan negara-negara lain sebanyak mungkin dan biasanya bertindak
sebagai penengah konflik antar blok.10
5. Liberation Supporter (Pendukung Pembebasan)
Peran ini tidak mengindikasikan tanggung jawab formal untuk
mengorganisasi, memimpin atau mendukung secara fisik gerakan kemerdekaan
diluar negeri, tetapi mereka adalah simpatisan gerakan-gerakan ini.
6. Anti-Imperealist agent (Agen Anti Imperalis)
Negara memandang dirinya sebagai „agen‟ dalam perjuangan melawan
imperealisme karena mereka melihat sebagai ancaman serius.
10

Ibid , hal 143

Universitas Sumatera Utara

7. Difender of the Faith (Perlindungan Nilai-Nilai)
Negara memandang kebijakan luar negerinya dalam term nilai-nilai
pelindung (tapi tidak dalam batas wilayah tertentu) dari serangan.
8. Mediator-Integrator (Penegah-Pemersatu)
Beberapa pemerintahan kontemporer memandang dirinya mampu atau
bertanggung jawab untuk memenuhi atau menjalankan tugas sebagai penengah
untuk menyelesaikan masalah dinegara lain.
9. Regional-Subsystem Collaborator (Pegabung System Daerah)
Mengindikasikan komitmen yang lebih jauh terhadap kerjasama dengan
negara lain untuk membangun masyarakat luas yang bersatu, bekerjasama, dan
berintegrasi dengan unit politik lainnya.
10. Developer (Pengembang)
Mengindikasikan tugas atau kewajiban tertentu untuk membantu negaranegar

berkembang.

Untuk

menjalankan

peranan

seperti

ini

dibutuhkan kemampuan atau kelebihan tertentu.
11. Bridge (Jembatan)
Munculnya dalam bentuk yang unik, dan nampaknya tidak menstimulir
tindakan tertentu. Peran ini biasanya tidak berlangsung lama.
12. Faithful ally (Sekutu yang Setia)

Universitas Sumatera Utara

Ialah bila pembuat kebijakan suatu Negara menyatakan bahwa mereka
akan mendukung sekutu mereka dengan segala cara.
13. Independent ( Bebas)
Dijalankan oleh sebagian besar para pemimpin Negara didunia yang
mengejar kepentingan mereka dalam keadaan apapun jika tidak mereka tidak akan
bertindak atau menjalankan fungsi apapun dalam system internasionalnya.
14. Example (Contoh)
Menekankan pentingnya mempromosikan prestise dan mempunyai
pengaruh dalam system internasional dengan cara menjalankan kebijakan dalam
negeri tertentu.
15. Internal Development (Pemeritah dalam Negeri)
Kesadaran bahwa kepentingan negara adalah membangun negaranya
sendiri. Peran ini menyiratkan rendahnya partisipasi dalam politik internasional.
16. Other Role (Peran Lain)
Adanya sumber-sumber lain yang melatarbelakangi tindakan suatu Negara
dalam politik luar negerinya 11
1.6.3 Teori Organisasi International
Lahirnya organisasi international awal mula disebabkan oleh tragedi
perang dunia I dan II yang telah membawa derita dan sengsara bagi umat
manusia, saat itu banyak dorongan dari masyarakat yang merasakan adanya
11

Ibid , 144

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan akan organisasi yang internasional yang sifatnya meliputi seluruh
bangsa di dunia yang diharapkan agar nantinya tidak akan terjadi lagi perang
dikemudian hari dan terwujudnya perdamaian abadi. Namun jauh tragedi perang
dunia I dan II dimasa lampau tercatat sejumlah pemimpin dan ahli pada bidang
politik dan masyarakat yang telah mencetuskan ide-ide tentang bagaimana solusi
dan jalan keluar untuk menciptakan perdamaian yang abagi pada masyarakat di
dunia, maka dengan adanya lembaga atau Organisasi Internasional diharapkan
dapat mewujudkan perdamaian dunia.
Seorang pemikir yang bernama Imanuel Kant dalam bukunya yang
berjudul Zum Ewigen Frieden menyatakan agar terwujudnya perdamaian dunia
yang abadi maka diperlukan kondisi-kondisi mutlak sebagai berikut : Pertama,
disetiap negara harus terbentuk pemerintah yang representatif atau didasarkan atas
perwakilan rakyat, sekalipun ada negara yang republik atau kerajaan. Kedua, perlu
dibentuk federasi dari negara-negara merdeka tetapi bukan sebagai suatu negara
super (superstate), federasi ini hendaknya terus berupaya untuk mengembangkan
dan terus memperluas pengaruh kewibawaan dari negara-negara merdeka tersebut.
Bagi ide dan pemikiran yang dikemukakan para teoritis politik yang
mengarah kearah pertumbuhan dan perkembangan pemikiran tentang organisasi
yang bersifat internasional akhirnya tertampung dalam organisasi-organisasi
internasional yang muncul kemudian pada abad ke 19 dan 20. Rangkuman dari
ide-ide tersebut yaitu : 12
a. Terjadinya kesepakatan formal antara negara-negara.
12
Basri, Hasnil Siregar.1994. Hukum Organisasi International . Medan : Kelompok Dan Studi Hukum Dan
Masyarakat. Hal. 49-50

Universitas Sumatera Utara

b. Pembentukan sebuah dewan dimana terwakil semua negara anggota.
c. Pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak (majority) tanpa
mengharuskan lagi adanya mufakat bulat (unanimity). Dalam keadaan
tertentu kekuatan jumlah suara didasarakan terutama atas kekuatan
ekonomi.
d. Ketentuan bahwa negara-negara hendaknya menyelesaikan secara
damai perbedaan-perbedaan pendapat mereka menyerahkan persoalan
mereka kepada badan arbitrase yang kadang dilakukan dewan.
e. Adanya sanksi-sanksi ekonomi dan militer terhadap negara yang
terpaksa mengambil jalan keluar dengan perang.
f. Dalam beberapa gagasan terdapat sistem penggunaan pasukan-pasukan
itu didistribusikan secara seimbang kepada para anggota.
g. Usul pemasukan kontribusi kepada organisasi.
h. Pertimbangan akan kebutuhan tindakan bersama dilapangan ekonomi
dan kebudayaan.
i. Dalam gagasan Kant tersirat kebutuhan akan adanya kerukunan antara
idiologi-idiologi.
j. Adanya lebih gagasan Organisasi Eropa daripada organisasi dunia,
mengingat kenyataan bahwa ide-ide tentang perwujudan perdamaian
dunia banyak dirangsang oleh perang-perang di Eropa.
Berdasarkan kriteria diatas, pandangan mengenai organisasi internasional
semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Pada saat ini jika berbicara
tentang organisasi internasional maka akan dimaksudkan adalah organisasi
internasional yang dibentuk antar pemerintah ( ingovermental organization, IGO ),

Universitas Sumatera Utara

walaupun disamping organisasi antar pemerintah tersebut terdapat organisasi non
pemerintah (non gevermental organization, NGO ). Tetapi harus dibatasi apa yang
dimaksudkan dengan organisasi international adalah organisasi antar negara
(organisasi international publik/ public international organization). 13
Jika organisasi internasional diartikan sebagai suatu lembaga dari ikatan
negara-negara yang bertujuan untuk sekedar menyelesaikan suatu permasalahan
tertentu, maka pengertian tersebut dapat dikatakan masih terlalu sempit. Namun
jika organisasi internasional diaanggap sebagai suatu organisasi yang melibatkan
keterikatan negara-negara dalam suatu payung perjanjian dan hukum yang
bertujuan tidak hanya sebatas untuk mnyelesaikan permasalahan tertentu tetapi
juga bertujuan untuk mengadakan kerjasama antar negara-negara anggota dimana
organisasi internasional memiliki wewenang atas negara anggota maka disini
dikatakan pengertian organisasi internasional lebih luas maknanya.
Menurut Leroy Barnet, organisasi internasional memiliki ciri sebagai berikut :
a. A permanent organization to carry on a continuing set of functions
(organisasi tetap untuk melakukan fungsi yang terus menerus).
b. Voluntary membership of eligible parties. (keanggotaan sukarela
dari pihak yang memenuhi syarat).
c. Basic instrument stating goals, structure and methods of operation
(instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode
operasi).

13

Setianingsih, Sri. 2004. Pengantar Hukum Organisasi International. Jakarta : Universitas Indonesia, Ui
Press. Hal. 5

Universitas Sumatera Utara

d. A broadly representative consulative conference organ (organ
konferensi konsultatif representatif).
e. Permanent seacretariat to carry on continuons administrative,
research and information functions (sekretariat tetap untuk

melaksanakan administrasi, penelitian dan fungsi informasi). 14
Organisasi international dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara
sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, yaitu
sebagai berikut :
a. Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang
permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi diadakan
berdasarkan waktu. Yang bersifat permanen didirikan untuk jangka
waktu tak terbatas seperti PBB sedangkan tidak permanen dibentuk
untuk kurun waktu tertentu.
b. Klasifikasi

didasarkan

pada

organisasi

internasional

publik

(public international organization) dan organisasi internasional privat
(private

international

organization)

atau

non

govermental

organization (NGO). Organisasi internasional publik didirikan harus

berdasarkan perjanjian internasional, memiliki alat perlengkapan dan
memakai hukum internasional. Sedangkan organisasi internasional
privat dikuasai oleh hukum nasional dari salah satu negara anggotanya.
Organisasi internasional privat tidak tunduk pada hukum internasional
publik.

14

A.Leroy Barnet. International Organization. New Jersey : Pretince-Hall, Inc. Hal. 3

Universitas Sumatera Utara

c. Klasifikasi yang didasarkan pada anggotanya, organisasi universal dan
organisasi yang tertutup. Organisasi inetrnasional universal adalah
organisasi yang tidak membeda-bedakan sistem politik, ekonomi, dan
budaya negara angggota didalamnya, sedangkan yang bersifat tertutup
hanya membatasi keanggotaannya berdasarkan aspek tertentu.
d. Organisasi internasional yang didasarkan pada sifat organisasi yaitu
supranational. Dalam organisasi ini mempunyai kewenangan membuat
keputusan atau mengeluarkan peraturan yang langsung mengikat
negara anggota, bahkan ada yang langsung mengikat individu maupun
perusahaan di negara anggota.
e. Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya, dalam klasifikasi ini
organisasi inetrnasional didasarkan pada fungsi khusus, yaitu fungsi
pengadilan, fungsi administratif, fungsi legislatif semu, dan fungsi
serba guna.15
Dalam mendirikan suatu organisasi internasional haruslah yang utama
memiliki prinsip keanggotaan yang jelas. Masalah yang penting dalam
keanggotaan suatu organisasi internasional adalah negara. Prinsip keanggotaan
dapat dibedakan antara prinsip universalitas dan terbatas (selective). Prinsip
keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip universalitas tidak membedakan
sistem sosial, ekonomi maupun politik yang dianut oleh negara anggota,
sedangkan dalam prinsip terbatas menekankan syarat-syarat tertentu bagi
keanggotaan. Syarat tersebut adalah sebagai berikut :

15

Setianingsih, Sri. Op.Cit. Hal. 21

Universitas Sumatera Utara

a. Keanggotaan yang didasarkan pada letak geografis suatu negara.
Namun pengertian geografis terkadang tidak hanya didasarkan
pada kedekatan lokasi saja namun juga didasarkan pada
pertimbangan politis. Contohnya pakta atlantik utara (North
Atlantic Treaty Organization- NATO)
b. Keanggotaan

berdasarkan

kepentingan

yang akan

dicapai.

Misalnya tujuan organisasi adalah kerjasama antara negara yang
menjadi pengekspor minya, maka anggotanya adalah hanya negara
pengekspor minyak, yaitu OPEC (Organization Of Petroleum
Exporting Countries).

c. Keanggotaan yang didasari atas sitem pemerintahan atau ekonomi.
d. Keanggotaan yang didasari atas persamaan budaya, agama, etnis,
dsb. Contonya Organisasi Negara Islam, British Commonwealth .
e. Keanggotaan pada penerapan hak-hak asasi manusia. 16
1.7 Metodologi Penelitian
Berangkat dari uraian serta tujuan penelitian maupun kerangka teori diatas
maka penulis menggunakan penelitian deskriptif, dimana penelitian deskriptif
merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah pada masa
sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini
memberikan gambaran yang detail mengenai gejala atau fenomena. Tujuan dasar
penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

16

Sumaryo, Suryokusumo. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Hal 37

Universitas Sumatera Utara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki.17
1.7.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif, adapun
defenisi dari Bodgan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur
penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan perilaku yang
diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.18
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan ialah serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat serta mengelolah bahan penelitian. Pengumpulan data dengan teknik
studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari
keputusan buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literatur atau referensi
baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletinbuletin, internet, maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang di teliti penulis.19

17

Danin, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif : Rancangan Metodologi Presentasi Dan Publikasi
Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa Dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan Dan
Humaniora. Bandung : Pustaka Setia. Hal 41
18
J, Lexy Moleong. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal 27
19
Gulo, W. 2008. Metode Penelitian . Jakarta. Grasindo. Hal 10

Universitas Sumatera Utara

Selain yang diatas penulis juga menggunakan sumber historis,
dokumentasi, dan arsip. Dokumen dapat memberi kita banyak hal tentang
bagaimana kejadian yang terjadi atau diciptakan pada waktu tertentu, alasan
dibalik suatu peristiwwa dan menyediakan materi yang dapat menjadi basis untuk
inverstigasi lebih lanjut.
1.7.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah menggunakan analisa kualitatif. Tujuan dari analisa data adalah untuk
memperoleh keluaran (output) dari hasil yang ingin dicapai dari penelitian.
Penelitian ini mencoba menganalisis peran indonesia dalam Organisasi Konfrensi
Islam (OKI) dalam kemerdekaan palestina pada era Susilo Bambang Yodhoyono.
Metode analisis deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun
dan kemudian diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan-keterangan
terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul dari
penelitian.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk
lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar
mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci penulis membagi penulisan
skripsi ini kedalam empat bab. Adapun susunan sitematika penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

BAB I

: PENDAHULUAN
Pada Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II

: PROFIL ORGANISASI KONFRENSI ISLAM
Pada bab II akan dijabarkan mengenai profil dari Organisasi

Konfrensi Islam , serta kebijakan luar negeri indonesia yang berhubungan dengan
Organisasi konfrensi Islam.
BAB III

: PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI KONFRENSI

ISLAM (OKI) DALAM KEMERDEKAAN PALESTINA PADA MASA
PEMERINTAHAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Di dalam bab ini akan menyajikan data dan analisis data penelitian
mengenai peran Indonesia dalam Organisasi Konfrensi Islam pada era
kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
BAB IV

: KESIMPULAN DAN PENUTUP
Pada bab terakhir penulis nantinya akan membuat rangkuman

kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta penulis akan
menambahkan beberapa syarat terkait dengan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara