Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Skizofrenia atau gangguan jiwa berat yang berdasarkan defenisi medis
memiliki pengertian suatu penyakit otak, peristen dan serius yang melibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, dan memecahkan masalah (Stuart, 2006). Walaupun
bukan menjadi penyakit mematikan, tetapi pertumbuhan penderita gangguan ini
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan perlu diperhatikan.
Hal ini dikarenakan gangguan jiwa, baik ringan maupun berat (skizofrenia),
menimbulkan beban bagi pemerintah, keluarga, serta masyarakat. Oleh karena
produktivitas pasien yang menurun, maka pada akhirnya menimbulkan beban
biaya yang besar bagi pasien serta keluarga. Dari sudut pandang pemerintah,
gangguan ini menghabiskan biaya pelayanan kesehatan yang besar (Riskesdas,
2013).
World Health Organisation (WHO) pada tahun 2009 mencatat pravelansi

penderita skizofrenia sekitar 0,2% hingga 2% atau berjumlah 24 juta jiwa

penderita skizofrenia di seluruh dunia. Bahkan pertumbuhan penderita skizofrenia
tertinggi berada di negara-negara sedang berkembang. Indonesia, sebagai salah
satu negara berkembang, pun mencatat tingkat pertumbuhan penderita skizofrenia
yang signifikan.

Universitas Sumatera Utara

Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013 mencatat bahwa prevalensi
gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) sebanyak 1.728 orang yang tersebar di
seluruh Indonesia. Kenaikan jumlah penderita gangguan jiwa tersebut umumnya
terjadi di sejumlah kota besar dan salah satunya di RSJ Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Medan (Sirait, 2008).
Pada tahun 2006-2007 RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan hanya
menerima 25-30 pasien per hari (Sirait, 2008). Pada tahun 2008, RSJ Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan menerima sekitar 50 orang penderita per hari untuk
menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 orang penderita untuk rawat jalan. Hasil
survey awal penulis di tahun 2015 mencatat bahwa jumlah penderita skizofrenia
di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan adalah 2.174 orang. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien di RSJ Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Medan mengalami peningkatan hingga 100% pada tahun ini jika

dibandingkan jumlah pasien pada tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan jumlah penderita skizofrenia yang signifikan ini tentunya
berdampak pada besarnya biaya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
penanganan skizofrenia harus kompleks yang dimulai dari terapi holistik dari
farmakologis dan psikoterapi suportif, re-edukatif, rekonstruktif, dukungan
keluarga dan dukungan lingkungan sekitar (Fahanani, 2010). Jika kita telaah dari
beberapa aspek penanganan skizofrenia tersebut, maka dukungan keluarga
menjadi faktor terpenting dalam pencegahan timbulnya gejala-gejala skizofrenia
(Marsaulina, 2012) dan kesembuhan pasien yang telah mengidap skizofrenia
(Niven, 2002).

2
Universitas Sumatera Utara

Tantangan terbesar dalam penanganan masalah skizofrenia terletak pada
keluarga dan masyarakat. Hakikatnya keluarga memiliki tugas yang sangat
penting terkait perawatan skizofrenia. Tugas keluarga adalah membawa anggota
keluarga pengidap skizofrenia ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ), memantau perilaku
anggota keluarga yang sakit selama dirawat di Rumah Sakit Jiwa serta
melibatkannya dalam kegiatan masyarakat.

Kecenderungan saat ini adalah keluarga menjadikan Rumah Sakit Jiwa sebagai
“tempat pembuangan” bagi anggota keluarga mereka yang menderita skizofrenia.
Hal yang dimaksud dengan “tempat pembuangan” adalah penderita skizofrenia
dianggap sudah menjadi tanggung jawab petugas Rumah Sakit Jiwa dan keluarga
tidak pernah membesuk lagi. Sehingga, kegiatan penyembuhan yang dilakukan
oleh pihak Rumah Sakit Jiwa akan menjadi sia-sia untuk kesembuhan pasien
(Ambari, 2010).
Pada tahun 2009, WHO menyarankan agar penanganan kesehatan jiwa, dalam
hal ini skizofrenia, lebih ditekankan pada masyarakat ( community based) terutama
keluarga. Sehingga, masyarakat diharapkan mampu menangani penderita. Kelly
(1990) berpendapat bahwa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah timbulnya
gejala skizofrenia dan dalam proses kesembuhan pasien skizofrenia adalah
melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan diberikan kepada keluarga
pasien skizofrenia untuk meningkatkan tingkat pengetahuan keluarga pasien
terhadap penyakit ini, sehingga meningkatkan peran keluarga dalam kesembuhan
pasien.

3
Universitas Sumatera Utara


Keluarga sebagai orang yang dekat dengan pasien harus mengetahui prinsip
lima benar dalam minum obat; yaitu pasien yang benar, obat yang benar, dosis
yang benar, cara pemberian yang benar, dan waktu pemberian obat yang benar.
Penggunaan obat dengan prinsip lima benar sangat penting untuk tetap dilanjutkan
setelah pasien pulang agar gejala-gejala skizofrenia tidak muncul kembali
(Tambayong, 2002).
Salah satu permasalahan belum

optimalnya

penanganan skizofrenia

disebabkan oleh ketidaktahuan keluarga terhadap gangguan jiwa (Marsaulina,
2012). Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pengobatan
skizofrenia sering menyebabkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi
obat (Sari, Tololiu, dan Pangemanan, 2014). Ketidakpatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat merupakan salah satu hal yang memunculkan kembali gejalagejala skizofrenia atau mengalami kekambuhan (Amelia dan Anwar, 2013).
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan,
dimana semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang daya
tanggap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik,

demikian pula sama halnya dengan pendidikan. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka semakin mudah memperoleh informasi, sehingga memungkinkan
semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo, 2007).
Oleh karena itu, pengetahuan keluarga terkait skizofrenia sangatlah penting
dalam proses pencegahan timbulnya gejala-gejala skizofrenia selain obat-obatan
dan terapi psikologis yang diberikan oleh dokter.

4
Universitas Sumatera Utara

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan dari
penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan keluarga tentang skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan keluarga
tentang skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi data demografi pengetahuan keluarga tentang skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildream Medan
b) Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Ildream Medan berdasarkan usia
c) Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Ildream Medan berdasarkan jenis kelamin
d) Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Ildream Medan berdasarkan pendidikan
e) Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Ildream Medan berdasarkan usia

5
Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangsih keilmuan secara
praktis dan akademis. Secara teori, penelitian ini mencoba mengimplementasikan
metode yang didasari pada telaah teori dan aplikasinya pada suatu objek kasus.
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan, serta ilmu terkait dengan
keperawatan jiwa dan dapat menemukan serta memecahkan permasalahan yang
diperoleh terkait dengan bidang keperawatan.
1.4.2 Bagi Fakultas Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak fakultas,
sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap tingkat pengetahuan
keluarga pasien di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pada keluarga pasien di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

6
Universitas Sumatera Utara