Gambaran Nilai Persahabatan Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Sosiosastra
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep
Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut:
2.1.1
Gambaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran adalah uraian,
keterangan, atau penjelasan terhadap sesuatu hal.
2.1.2
Hakikat Nilai Persahabatan
Pengertian nilai persahabatan terbentuk dari kata nilai dan persahabatan. Nilai
adalah segala sesuatu tentang baik dan buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal
penting dan berguna bagi kemanusiaan. Dengan adanya nilai, manusia dapat
merasakan kepuasan baik kepuasan lahiriah maupun batiniah (Varia 2011:51). Seperti
yang diutarakan Waluyo dan kawan-kawan (2012:84) bahwa nilai berarti sifat-sifat
atau hal-hal yang penting, berguna bagi kemanusiaan, dan sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.
Istilah persahabatan atau friendship berasal dari kata ”philein” atau ”philia ”
dan sering juga dikaitkan dengan kata suka atau cinta (love). Aristoteles berpendapat
bahwa sahabat itu dapat dipandang sebagai gambaran diri sendiri atau ”another self”.
Kesuksesan atau kegagalan seorang itu dapat disamakan dengan kesuksesan atau
kegagalan sahabat karibnya karena mereka saling terpengaruh yang satu dengan yang
lain, sedangkan Al-Ghazali mengatakan bahwa persahabatan seperti sebuah keluarga.
Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan,
penghargaan dan afeksi (dalam Ibrahim dkk, 2013:25).
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian nilai dan persahabatan yang telah dipaparkan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai persahabatan merupakan hal-hal baik atau buruk yang
cenderung dihasilkan atau ditunjukkan dalam hubungan persahabatan. Seperti yang
terdapat pada artikel Wikipedia, dikatakan bahwa nilai dalam persahabatan merupakan
hal-hal yang sering dihasilkan ketika seorang sahabat menunjukkannya secara
konsisten, seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama
lain, simpati dan empati, kejujuran, dan saling pengertian.
2.2
Landasan Teori
Gambaran nilai persahabatan merupakan uraian, keterangan, atau penjelasan
mengenai hal-hal baik atau buruk yang cenderung dihasilkan atau ditunjukkan dalam
hubungan persahabatan. Nilai-nilai itu timbul ketika dua orang atau lebih telah
menjalin hubungan tersebut. Penelitian difokuskan pada data yang berupa kalimat dari
pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa, dan gambaran latar yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Dengan demikian untuk menggambarkan nilai
persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, teori yang digunakan
adalah sebagai berikut.
2.2.1
Unsur-Unsur Intrinsik
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat naratif dan
dibangun oleh unsur-unsur, salah satunya adalah unsur intrinsik. Pada umumnya, para
ahli membagi unsur-unsur tersebut, antara lain: tokoh dan perwatakan; tema; alur; latar
(setting); sudut pandang; dan gaya bahasa.
Menurut Pradopo (2002:77-78), dalam karya sastra terdapat tokoh utama dan
tokoh tambahan atau pembantu. Tokoh utama terdiri dari tokoh protagonis dan
antagonis. Adapun tokoh tambahan merupakan tokoh yang berfungsi untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan masalah dan penyelesaian masalah dan konflik-konflik tokoh utama.
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memiliki watak yang baik dan positif,
sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang biasanya memiliki watak buruk dan
negatif.
Menurut Saad (dalam Pradopo 2002:79), teknik perwatakan dapat digolongkan
sebagai perwatakan analitik, yakni perwatakan yang dapat dianalisis dari lukisan
bentuk lahir atau jasmani tokoh dan analisis watak secara langsung; dan perwatakan
dramatik dapat dianalisis dari (1) lukisan jalan pikiran atau apa yang melintas dalam
pikiran tokoh, (2) reaksi terhadap peristiwa, (3) lukisan sekitar tokoh, dan (4) reaksireaksi pelaku lain terhadap tokoh.
Tema merupakan unsur yang mendasari karya sastra. Tema dapat dipahami
dengan terlebih dahulu memahami nilai-nilai kemanusiaan karena tema merupakan
pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang berkaitan dengan masalah kemanusiaan
dan masalah lain yang bersifat universal. Tema biasanya tersirat dalam karya sastra,
tidak terdapat dalam satu dua kalimat, tetapi dapat tersebar di balik unsur-unsur karya
sastra (Brooks dalam Aminuddin, 2000:92).
Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk dari tahapan-tahapan peristiwa.
Tahapan-tahapan peristiwa tersebut dibedakan atas pengenalan, konflik, komplikasi,
klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
Tahap pengenalan
merupakan tahap
memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Kemudian, terjadi ketegangan atau
pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan dalam cerita tersebut yang disebut
konflik. Tahap komplikasi merupakan tahap di mana konflik yang terjadi semakin
tajam karena berbagai sebab dan kepentingan yang berbeda. Klimaks dari sebuah
cerita dapat dilihat dari puncak ketegangan, yang diikuti oleh krisis. Krisis merupakan
bagian alur yang mengawali penyelesaian yang ditandai oleh perubahan alur menuju
Universitas Sumatera Utara
selesainya cerita. Tahap leraian merupakan tahap peristiwa yang menunjukkan
perkembangan ke arah tahap akhir suatu cerita, di mana pada tahap ini semua masalah
diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan, dan rahasia dibuka (Siswanto, 2008:159-160).
Latar dalam karya sastra bukan hanya mengacu pada tempat, tetapi dapat juga
berwujud waktu-waktu tertentu, cuaca, atau suatu periode sejarah. Latar terkadang
dapat berpengaruh pada karakter-karakter dan dapat menjadi contoh representasi tema.
Suasana cerita yang dimunculkan oleh latar dikenal dengan istilah ’atmosfer’,
merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa tokoh-tokoh atau bagian luar dari
diri tokoh (Stanton, 2007:35-36).
Sudut pandang dalam karya sastra dibagi atas empat tipe utama. Pertama, sudut
pandang ’orang pertama pelaku utama’ yaitu tokoh utama bercerita dengan katakatanya sendiri. Kedua, ’orang pertama-sampingan’, di mana cerita dituturkan oleh
satu tokoh sampingan. Ketiga, sudut pandang ’orang ketiga-terbatas’, di mana orang
ketiga tersebut hanya menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh
satu orang tokoh saja. Terakhir, sudut pandang ’orang ketiga-tidak terbatas’, di mana
pengarang menceritakan semua tokoh dan membuat beberapa tokoh dapat melihat,
mendengar, atau berpikir ketika tidak ada satu tokoh pun hadir (Stanton, 2007:53-54).
Unsur intrinsik perlu dibahas, terutama tokoh dan perwatakan, dalam melakukan
penelitian tentang gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karena
pada dasarnya, nilai berhubungan dengan prilaku manusia atau watak tokoh dalam
karya fiksi. Seperti pendapat Gordon Allfort (dalam Hufad dan Sauri, 2007:44) yang
mengatakan bahwa nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak
atas dasar pilihannya karena tindakan dan perbuatan tersebut adalah proses psikologi,
termasuk sikap, hasrat, keinginan, dan motif.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Sosiologi Sastra
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan nilai persahabatan dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Menurut
Wellek dan Warren (1989:111-112), telaah sosiologi memunyai tiga klasifikasi,
sebagai berikut:
a.
Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan tentang status sosial, idiologi
politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang sebagai penghasil sastra;
b.
Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang
menjadi pokok telaahan adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra
tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;
c.
Sosiologi pembaca yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh
sosialnya terhadap masyarakat.
Penelitian yang dilakukan terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea, yakni
gambaran nilai persahabatan dalam novel tersebut merupakan bagian dari telaah
sosiologi karya sastra karena nilai persahabatan adalah salah satu amanat yang
disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra.
2.2.3
Nilai Persahabatan
Nilai dalam persahabatan cenderung ditunjukkan melalui prilaku dan interaksi.
Menurut Veeger, perilaku dan interaksi sosial dianggap sebagai ciri khas objek
sosiologis, yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan yang lain.
Perilaku dan interaksi sosial merupakan akibat dan bagian sistem sosial yang
berhubungan dengan lingkungan sosial. Perilaku dan interaksi sosial bertumpu pada
kualitas konvensi dan tradisi, yang dasarnya telah tersedia dalam kenyataan sosial,
Universitas Sumatera Utara
yang secara tidak sadar telah dimanfaatkan dan dimapankan dalam kehidupan seharihari (dalam Ratna, 2003:123).
Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling
mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam artikel Wikipedia, dikatakan
bahwa ciri-ciri dua orang atau lebih yang menjalin hubungan persahabatan dapat
dilihat dari cara sahabat menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan
satu sama lain. Selera mereka biasanya sama dan sering bertemu. Mereka menikmati
kegiatan-kegiatan yang mereka suka. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang
saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan.
Orang yang terlibat hubungan persahabatan adalah orang yang memperlihatkan
perilaku yang berbalasan dan reflektif.
Ciri-ciri persahabatan menurut Kurth (1970:140-141) sebagai berikut:
a.
Persahabatan terjalin atas dasar kesukarelaan.
b.
Persahabatan merupakan hubungan yang unik.
c.
Persahabatan memiliki tingkat kedekatan dan keintiman yang lebih besar
dibandingkan dengan pertemanan.
d.
Hubungan persahabatan harus dipelihara agar tetap baik.
Dalam hubungan persahabatan, sesama sahabat dituntut untuk memelihara dan
menjaga kelangsungan interaksi. Apabila pemeliharaan interaksi tersebut diabaikan,
biasanya dapat mengganggu kelangsungan persahabatan. Orang-orang yang semula
teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya nilai-nilai persahabatan
yang tertanam dalam diri mereka masing-masing.
Nilai-nilai dalam persahabatan menurut Yager (2006:21-29) antara lain sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1)
Rasa percaya. Rasa percaya dalam persahabatan dapat membantu sesama
sahabat membuka pikiran dan berbagi informasi yang dianggap rahasia.
2)
Empati. Empati adalah kemampuan memahami sudut pandang seseorang,
merasakan, menyayangi, dan menunjukkan simpati kepada seseorang. Empati
kepada sesama sahabat tentu berakar dari dari emosi yang dalam dan
merupakan kemampuan dasar mendengarkan dan benar-benar peduli apa yang
dialami sahabat.
3)
Kejujuran. Kejujuran berhubungan dengan bisa atau tidaknya sesama sahabat
berbagi perasaan, termasuk pemikiran, opini, dan cita-cita. Harus ada suatu
asumsi bahwa sesama sahabat dapat berbicara terbuka dan jujur tanpa ada rasa
takut ditertawakan atau menerima akibat yang tidak diinginkan.
4)
Kerahasiaan. Kemampuan menyimpan rahasia merupakan cara berbagi
informasi rahasia dan pribadi, baik tentang kehidupan sahabat atau hal-hal
yang tidak perlu diketahui orang lain. Mengeluarkan kerahasiaan dengan cara
berbagi kepada sahabat, bisa memberikan efek melegakan yang bermanfaat.
5)
Kebersamaan. Kebersamaan merupakan perasaan bahwa sesama sahabat
memiliki sesuatu, pengalaman, ide, dan keyakinan yang sama. Kebersamaan
akan tumbuh dan menjadi kuat melalui berbagi minat, aktivitas, dan
percakapan.
6)
Kecemburuan. Kecemburuan terhadap kesuksesan sahabat memang ada,
namun kemampuan menguasai rasa cemburu ketika seorang sahabat berhasil
merupakan wujud dari nilai persahabatan. Kecemburuan tersebut dapat
mendorong individu untuk mencapai hal yang mereka irikan atau cemburui.
Universitas Sumatera Utara
2.3
Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Pertama dilakukan oleh Rangkuti dengan judul penelitian
”Sang Pemimpi Novel Karya Andrea Hirata: Analisis Sosiosastra”. Penelitian tersebut
dilakukan untuk memeroleh gambaran tentang nilai-nilai sosiosastra dengan
menguraikan struktur novel terlebih dahulu. Kemudian ditelaah dengan analisis
sosiosastra. Rangkuti mengatakan bahwa tema dari novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata adalah tentang pendidikan yang diperoleh dengan perjuangan para tokohnya
dan nilai- nilai sosiologi yang tercermin dari novel tersebut antara lain: nilai
pendidikan, nilai cinta, nilai cita-cita, mata pencarian, sistem kemasyarakatan,
teknologi, dan religi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rasman dengan judul penelitian
”Analisis Majas dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya
dengan Pembelajaran Keterampilan Menulis di Kelas XI SMA”. Dari hasil
penelitiannya, Rasman menemukan majas perbandingan, majas perulangan, majas
pertentangan, dan majas penegasan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
tersebut. Relevansi penggunaan majas dalam novel Sang Pemimpi sebagai bahan
pembelajaran di kelas XI SMA dengan pembelajaran menulis terdapat pada aspek
kebahasaan dan keefektifan majas dalam novel tersebut.
Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga pernah diteliti oleh Parmini dan
kawan-kawan dengan judul penelitian ”Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel
Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan
nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata. Dari penelitian tersebut, peneliti menemukan dalam novel Sang Pemimpi
terkandung nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian mengenai gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata sejauh ini belum ada ditemukan. Walaupun penelitian
terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sudah banyak dilakukan baik dari
segi struktural, stilistika, ataupun sosiosastra, namun sejauh ini belum ada yang
mengkaji khusus nilai persahabatan dalam karya novel tersebut. Oleh karena itu,
penulis akan mencoba mendalami kajian tentang gambaran nilai persahabatan dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Universitas Sumatera Utara
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep
Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut:
2.1.1
Gambaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran adalah uraian,
keterangan, atau penjelasan terhadap sesuatu hal.
2.1.2
Hakikat Nilai Persahabatan
Pengertian nilai persahabatan terbentuk dari kata nilai dan persahabatan. Nilai
adalah segala sesuatu tentang baik dan buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal
penting dan berguna bagi kemanusiaan. Dengan adanya nilai, manusia dapat
merasakan kepuasan baik kepuasan lahiriah maupun batiniah (Varia 2011:51). Seperti
yang diutarakan Waluyo dan kawan-kawan (2012:84) bahwa nilai berarti sifat-sifat
atau hal-hal yang penting, berguna bagi kemanusiaan, dan sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.
Istilah persahabatan atau friendship berasal dari kata ”philein” atau ”philia ”
dan sering juga dikaitkan dengan kata suka atau cinta (love). Aristoteles berpendapat
bahwa sahabat itu dapat dipandang sebagai gambaran diri sendiri atau ”another self”.
Kesuksesan atau kegagalan seorang itu dapat disamakan dengan kesuksesan atau
kegagalan sahabat karibnya karena mereka saling terpengaruh yang satu dengan yang
lain, sedangkan Al-Ghazali mengatakan bahwa persahabatan seperti sebuah keluarga.
Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan,
penghargaan dan afeksi (dalam Ibrahim dkk, 2013:25).
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian nilai dan persahabatan yang telah dipaparkan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai persahabatan merupakan hal-hal baik atau buruk yang
cenderung dihasilkan atau ditunjukkan dalam hubungan persahabatan. Seperti yang
terdapat pada artikel Wikipedia, dikatakan bahwa nilai dalam persahabatan merupakan
hal-hal yang sering dihasilkan ketika seorang sahabat menunjukkannya secara
konsisten, seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama
lain, simpati dan empati, kejujuran, dan saling pengertian.
2.2
Landasan Teori
Gambaran nilai persahabatan merupakan uraian, keterangan, atau penjelasan
mengenai hal-hal baik atau buruk yang cenderung dihasilkan atau ditunjukkan dalam
hubungan persahabatan. Nilai-nilai itu timbul ketika dua orang atau lebih telah
menjalin hubungan tersebut. Penelitian difokuskan pada data yang berupa kalimat dari
pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa, dan gambaran latar yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Dengan demikian untuk menggambarkan nilai
persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, teori yang digunakan
adalah sebagai berikut.
2.2.1
Unsur-Unsur Intrinsik
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat naratif dan
dibangun oleh unsur-unsur, salah satunya adalah unsur intrinsik. Pada umumnya, para
ahli membagi unsur-unsur tersebut, antara lain: tokoh dan perwatakan; tema; alur; latar
(setting); sudut pandang; dan gaya bahasa.
Menurut Pradopo (2002:77-78), dalam karya sastra terdapat tokoh utama dan
tokoh tambahan atau pembantu. Tokoh utama terdiri dari tokoh protagonis dan
antagonis. Adapun tokoh tambahan merupakan tokoh yang berfungsi untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan masalah dan penyelesaian masalah dan konflik-konflik tokoh utama.
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memiliki watak yang baik dan positif,
sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang biasanya memiliki watak buruk dan
negatif.
Menurut Saad (dalam Pradopo 2002:79), teknik perwatakan dapat digolongkan
sebagai perwatakan analitik, yakni perwatakan yang dapat dianalisis dari lukisan
bentuk lahir atau jasmani tokoh dan analisis watak secara langsung; dan perwatakan
dramatik dapat dianalisis dari (1) lukisan jalan pikiran atau apa yang melintas dalam
pikiran tokoh, (2) reaksi terhadap peristiwa, (3) lukisan sekitar tokoh, dan (4) reaksireaksi pelaku lain terhadap tokoh.
Tema merupakan unsur yang mendasari karya sastra. Tema dapat dipahami
dengan terlebih dahulu memahami nilai-nilai kemanusiaan karena tema merupakan
pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang berkaitan dengan masalah kemanusiaan
dan masalah lain yang bersifat universal. Tema biasanya tersirat dalam karya sastra,
tidak terdapat dalam satu dua kalimat, tetapi dapat tersebar di balik unsur-unsur karya
sastra (Brooks dalam Aminuddin, 2000:92).
Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk dari tahapan-tahapan peristiwa.
Tahapan-tahapan peristiwa tersebut dibedakan atas pengenalan, konflik, komplikasi,
klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
Tahap pengenalan
merupakan tahap
memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Kemudian, terjadi ketegangan atau
pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan dalam cerita tersebut yang disebut
konflik. Tahap komplikasi merupakan tahap di mana konflik yang terjadi semakin
tajam karena berbagai sebab dan kepentingan yang berbeda. Klimaks dari sebuah
cerita dapat dilihat dari puncak ketegangan, yang diikuti oleh krisis. Krisis merupakan
bagian alur yang mengawali penyelesaian yang ditandai oleh perubahan alur menuju
Universitas Sumatera Utara
selesainya cerita. Tahap leraian merupakan tahap peristiwa yang menunjukkan
perkembangan ke arah tahap akhir suatu cerita, di mana pada tahap ini semua masalah
diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan, dan rahasia dibuka (Siswanto, 2008:159-160).
Latar dalam karya sastra bukan hanya mengacu pada tempat, tetapi dapat juga
berwujud waktu-waktu tertentu, cuaca, atau suatu periode sejarah. Latar terkadang
dapat berpengaruh pada karakter-karakter dan dapat menjadi contoh representasi tema.
Suasana cerita yang dimunculkan oleh latar dikenal dengan istilah ’atmosfer’,
merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa tokoh-tokoh atau bagian luar dari
diri tokoh (Stanton, 2007:35-36).
Sudut pandang dalam karya sastra dibagi atas empat tipe utama. Pertama, sudut
pandang ’orang pertama pelaku utama’ yaitu tokoh utama bercerita dengan katakatanya sendiri. Kedua, ’orang pertama-sampingan’, di mana cerita dituturkan oleh
satu tokoh sampingan. Ketiga, sudut pandang ’orang ketiga-terbatas’, di mana orang
ketiga tersebut hanya menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh
satu orang tokoh saja. Terakhir, sudut pandang ’orang ketiga-tidak terbatas’, di mana
pengarang menceritakan semua tokoh dan membuat beberapa tokoh dapat melihat,
mendengar, atau berpikir ketika tidak ada satu tokoh pun hadir (Stanton, 2007:53-54).
Unsur intrinsik perlu dibahas, terutama tokoh dan perwatakan, dalam melakukan
penelitian tentang gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karena
pada dasarnya, nilai berhubungan dengan prilaku manusia atau watak tokoh dalam
karya fiksi. Seperti pendapat Gordon Allfort (dalam Hufad dan Sauri, 2007:44) yang
mengatakan bahwa nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak
atas dasar pilihannya karena tindakan dan perbuatan tersebut adalah proses psikologi,
termasuk sikap, hasrat, keinginan, dan motif.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Sosiologi Sastra
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan nilai persahabatan dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Menurut
Wellek dan Warren (1989:111-112), telaah sosiologi memunyai tiga klasifikasi,
sebagai berikut:
a.
Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan tentang status sosial, idiologi
politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang sebagai penghasil sastra;
b.
Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang
menjadi pokok telaahan adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra
tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;
c.
Sosiologi pembaca yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh
sosialnya terhadap masyarakat.
Penelitian yang dilakukan terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea, yakni
gambaran nilai persahabatan dalam novel tersebut merupakan bagian dari telaah
sosiologi karya sastra karena nilai persahabatan adalah salah satu amanat yang
disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra.
2.2.3
Nilai Persahabatan
Nilai dalam persahabatan cenderung ditunjukkan melalui prilaku dan interaksi.
Menurut Veeger, perilaku dan interaksi sosial dianggap sebagai ciri khas objek
sosiologis, yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan yang lain.
Perilaku dan interaksi sosial merupakan akibat dan bagian sistem sosial yang
berhubungan dengan lingkungan sosial. Perilaku dan interaksi sosial bertumpu pada
kualitas konvensi dan tradisi, yang dasarnya telah tersedia dalam kenyataan sosial,
Universitas Sumatera Utara
yang secara tidak sadar telah dimanfaatkan dan dimapankan dalam kehidupan seharihari (dalam Ratna, 2003:123).
Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling
mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam artikel Wikipedia, dikatakan
bahwa ciri-ciri dua orang atau lebih yang menjalin hubungan persahabatan dapat
dilihat dari cara sahabat menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan
satu sama lain. Selera mereka biasanya sama dan sering bertemu. Mereka menikmati
kegiatan-kegiatan yang mereka suka. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang
saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan.
Orang yang terlibat hubungan persahabatan adalah orang yang memperlihatkan
perilaku yang berbalasan dan reflektif.
Ciri-ciri persahabatan menurut Kurth (1970:140-141) sebagai berikut:
a.
Persahabatan terjalin atas dasar kesukarelaan.
b.
Persahabatan merupakan hubungan yang unik.
c.
Persahabatan memiliki tingkat kedekatan dan keintiman yang lebih besar
dibandingkan dengan pertemanan.
d.
Hubungan persahabatan harus dipelihara agar tetap baik.
Dalam hubungan persahabatan, sesama sahabat dituntut untuk memelihara dan
menjaga kelangsungan interaksi. Apabila pemeliharaan interaksi tersebut diabaikan,
biasanya dapat mengganggu kelangsungan persahabatan. Orang-orang yang semula
teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya nilai-nilai persahabatan
yang tertanam dalam diri mereka masing-masing.
Nilai-nilai dalam persahabatan menurut Yager (2006:21-29) antara lain sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1)
Rasa percaya. Rasa percaya dalam persahabatan dapat membantu sesama
sahabat membuka pikiran dan berbagi informasi yang dianggap rahasia.
2)
Empati. Empati adalah kemampuan memahami sudut pandang seseorang,
merasakan, menyayangi, dan menunjukkan simpati kepada seseorang. Empati
kepada sesama sahabat tentu berakar dari dari emosi yang dalam dan
merupakan kemampuan dasar mendengarkan dan benar-benar peduli apa yang
dialami sahabat.
3)
Kejujuran. Kejujuran berhubungan dengan bisa atau tidaknya sesama sahabat
berbagi perasaan, termasuk pemikiran, opini, dan cita-cita. Harus ada suatu
asumsi bahwa sesama sahabat dapat berbicara terbuka dan jujur tanpa ada rasa
takut ditertawakan atau menerima akibat yang tidak diinginkan.
4)
Kerahasiaan. Kemampuan menyimpan rahasia merupakan cara berbagi
informasi rahasia dan pribadi, baik tentang kehidupan sahabat atau hal-hal
yang tidak perlu diketahui orang lain. Mengeluarkan kerahasiaan dengan cara
berbagi kepada sahabat, bisa memberikan efek melegakan yang bermanfaat.
5)
Kebersamaan. Kebersamaan merupakan perasaan bahwa sesama sahabat
memiliki sesuatu, pengalaman, ide, dan keyakinan yang sama. Kebersamaan
akan tumbuh dan menjadi kuat melalui berbagi minat, aktivitas, dan
percakapan.
6)
Kecemburuan. Kecemburuan terhadap kesuksesan sahabat memang ada,
namun kemampuan menguasai rasa cemburu ketika seorang sahabat berhasil
merupakan wujud dari nilai persahabatan. Kecemburuan tersebut dapat
mendorong individu untuk mencapai hal yang mereka irikan atau cemburui.
Universitas Sumatera Utara
2.3
Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Pertama dilakukan oleh Rangkuti dengan judul penelitian
”Sang Pemimpi Novel Karya Andrea Hirata: Analisis Sosiosastra”. Penelitian tersebut
dilakukan untuk memeroleh gambaran tentang nilai-nilai sosiosastra dengan
menguraikan struktur novel terlebih dahulu. Kemudian ditelaah dengan analisis
sosiosastra. Rangkuti mengatakan bahwa tema dari novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata adalah tentang pendidikan yang diperoleh dengan perjuangan para tokohnya
dan nilai- nilai sosiologi yang tercermin dari novel tersebut antara lain: nilai
pendidikan, nilai cinta, nilai cita-cita, mata pencarian, sistem kemasyarakatan,
teknologi, dan religi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rasman dengan judul penelitian
”Analisis Majas dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya
dengan Pembelajaran Keterampilan Menulis di Kelas XI SMA”. Dari hasil
penelitiannya, Rasman menemukan majas perbandingan, majas perulangan, majas
pertentangan, dan majas penegasan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
tersebut. Relevansi penggunaan majas dalam novel Sang Pemimpi sebagai bahan
pembelajaran di kelas XI SMA dengan pembelajaran menulis terdapat pada aspek
kebahasaan dan keefektifan majas dalam novel tersebut.
Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga pernah diteliti oleh Parmini dan
kawan-kawan dengan judul penelitian ”Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel
Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan
nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata. Dari penelitian tersebut, peneliti menemukan dalam novel Sang Pemimpi
terkandung nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian mengenai gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata sejauh ini belum ada ditemukan. Walaupun penelitian
terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sudah banyak dilakukan baik dari
segi struktural, stilistika, ataupun sosiosastra, namun sejauh ini belum ada yang
mengkaji khusus nilai persahabatan dalam karya novel tersebut. Oleh karena itu,
penulis akan mencoba mendalami kajian tentang gambaran nilai persahabatan dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Universitas Sumatera Utara