EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

  

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 2 BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

  

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Prodi Pendidikan Matematika

  Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

  

Oleh:

AGUSTINI

NIM. 20700112094

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2016

KATA PENGANTAR

  swt. atas rahmat Alhamdulillahirabbil’alamin ahirabbil’alamin segala puji hanya milik Allah swt. dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penyusun dalam menyusun dalam menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penyusun haturkan kepada skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa haturkan kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu’ Alaihi Wasallam sebagai satu-satunya uswa Rasulullah Muhammad satunya uswatun hasanah dalam menjalankan aktivitas keseharian kita. dalam menjalankan aktivitas keseharian kita.

  Melalui tulisan ini pula, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang Melalui tulisan ini pula, menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus, teristimewa kepada tulus, teristimewa kepada orang tua tercinta, ayahanda Battu Dg. Ngila

  Battu Dg. Ngila dan ibunda

  adikku Sainuddin, Hartini, Muh. Uding, dan Sandy Sainuddin, Hartini, Muh. Uding, dan Sandy, Serta segenap

  Satting dan adik-adikku

  keluarga besar yang telah mengasuh, membimbing dan membiayai yang telah mengasuh, membimbing dan membiayai penyusun penyusun selama dalam pendidikan, sampai selesainya skripsi ini, kepada beliau penyusun dalam pendidikan, sampai selesainya skripsi ini, ke penyusun senantiasa memanjatkan doa semoga Allah swt memanjatkan doa semoga Allah swt. mengasihi, dan mengampuni dosanya. Amin. mengasihi, dan mengampuni dosanya. Amin.

  Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat ters pihak skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh elesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penyusun patut menyampaikan terima kasih kepada: patut menyampaikan terima kasih kepada:

  Musafir Pababbari, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makas Rektor UIN Alauddin Makassar

  1. Prof. Dr. H. Musafir beserta wakil Rektor I, II, dan III, wakil Rektor I, II, dan III, dan IV.

  Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Dekan Fakultas Tarbiyah dan

  2. Dr. H. Muhammad Amri Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta wakil dekan I, II, dan III. Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta wakil dekan I, II, dan III. Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta wakil dekan I, II, dan III.

  3. Dra. Andi Halimah, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar.

  4. Dr. M. Yusuf T., M.Ag. dan Ridwan Idris, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing I dan II yang telah memberi arahan, pengetahuan baru dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penyusun sampai tahap penyelesaian.

  5. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung.

  6. Drs. H. Abd. Aziz, selaku Kepala SMP Negeri 2 Bontonompo dan guru mata pelajaran matematika, serta seluruh staf serta adik-adik kelas VIII SMPN 2 Bontonompo atas segala pengertian dan kerja samanya selama penyusun melaksanakan penelitian.

  7. Sahabat serta rekan-rekan seperjuangan, Nur Anggraeni Sahid, Sitti Fatimah, Nirwana, Yulianti, Jusdar, Muh. Sabar, Nirmawati, Risnawati, semua teman- teman Pendidikan Matematika 3,4 angkatan 2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberi motivasi dalam proses penyususnan skripsi dan untuk kebersamaannya selama ini.

  8. Keluarga besar Matriks Sc yang telah memberikan ruang kepada penyusun untuk menimba ilmu dan memberikan banyak pengalaman tentang makna hidup.

9. Kakak-kakak, teman-teman, dan adik-adik Jurusan Pendidikan Matematika

  Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang telah mengajari penyusun tentang arti sebuah persaudaraan.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada penyusun selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

  Akhirnya hanya kepada Allah jualah penyusun serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu penyusun mendapat pahala di sisi Allah swt., serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penyusun sendiri.

  Makassar, November 2016 Penyusun, Agustini NIM. 20700112094

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi ABSTRAK ............................................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika

  1. Pengertian Hasil Belajar .......................................................... 11

  2. Hasil Belajar Matematika ........................................................ 13

  3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

  Achievement Division (STAD) ................................................ 14

  B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 19

  C. Kerangka Pikir .............................................................................. 21

  D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 22

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan, Jenis, dan Desain Penelitian ..................................... 23 B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 24 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 25 D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel .................. 26 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 27 F. Instrumen Penelitian...................................................................... 27 G. Validitasi dan Reliabilitas Intrumen ............................................. 27

  H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 29

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 38 B. Pembahasan ................................................................................... 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 68 B. Implikasi Penelitian ...................................................................... 69 C. Saran .............................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 3.1: Populasi Penelitian ................................................................................... 25 Tabel 4.1: Nilai Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol ............................... 38 Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi dan Persentase Pretest pada Kelas Kontrol ............ 40 Tabel 4.3: Standar Deviasi Pretest ada Kelas Kontrol ............................................. 41 Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi dan Persentase Posttest pada Kelas Kontrol ........... 43 Tabel 4.5: Standar Deviasi Posttest pada Kelas Kontrol .......................................... 44 Tabel 4.6: Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika pada Kelas Kontrol ......... 45 Tabel 4.7: Kategori Hasil Belajar Matematika Pretest Kelas Kontrol ...................... 46 Tabel 4.8: Kategori Hasil Belajar Matematika Posttest Kelas Kontrol ..................... 46 Tabel 4.9: Nilai Hasil Pretest dan Posttest Pada Kelas Eksperimen ......................... 47 Tabel 4.10: Distribusi Frekuensi dan Persentase Pretest pada Kelas Eksperimen .... 49 Tabel 4.11: Standar Deviasi Pretest pada Kelas Eksperimen .................................... 50 Tabel 4.12: Distribusi Frekuensi dan Persentase Posttest pada Kelas Eksperimen ... 52 Tabel 4.13: Standar Deviasi Posttest pada Kelas Eksperimen................................... 53 Tabel 4.14: Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika pada Kelas

  Eksperimen .............................................................................................. 54 Tabel 4.15: Kategori Hasil Belajar Matematika Pretest pada Kelas

  Eksperimen .............................................................................................. 55 Tabel 4.16: Kategori Hasil Belajar Matematika Posttest pada Kelas

  Eksperimen .............................................................................................. 55 Tabel 4.17: Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Kontrol .......................................... 57 Tabel 4.18: Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen ................................... 58 Tabel 4.19: Uji t ......................................................................................................... 61

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 2.1: Kerangka Berpikir .............................................................................. 22 Gambar 3.1: Desain Penelitian ................................................................................ 23 Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ............................. 42 Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ............................ 45 Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen....................... 51 Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ..................... 54

  

ABSTRAK

Nama : Agustini NIM : 20700112094 Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Matematika Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Judul : Efektivitas Penerapan

  Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa

  Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD). Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajar tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD) 2) Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD) 3) Mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-

  

achievement divisions (STAD) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMP Negeri 2 Bontonompo Kabupaten Gowa.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi

experimental design) dengan desain penelitian non equivalent control group design.

Dengan kelompok kontrol yang diajar tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD) dan kelompok eksperimen yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

  

student teams-achievement divisions (STAD). Populasi dalam penelitian ini adalah

  seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Kabupaten Gowa yang berjumlah 66 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

  

purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

  adalah tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh, pada siswa yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions

  (STAD) memiliki nilai rata-rata pretest sebesar 62,14 dan posttest 68,23 dengan peningkatan sebesar 6,09. Pada siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD) rata-rata pretest diperoleh 63,23 dan rata-rata posttest sebesar 74,82 dengan peningkatan sebesar 11,59. Hasil analisis inferensial dengan menggunakan rumus efisiensi relatife diperoleh nilai R>1 (1,19>1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H ditolak, artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement

  

divisions (STAD) efektif meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas VIII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu obat yang mujarab untuk membangun masyarakat dari negara

  terbelakang adalah memperkuat dunia pendidikan (membangun dunia pendidikannya

  1

  dengan sebaik-baiknya). Jalur pendidikan merupakan salah satu jalur yang paling penting untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini merupakan proses peningkatan pengetahuan, keahlian (skill), dan

  

2

  kemampuan manusia hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia di suatu negara.

  Sejalan dengan pengertian pendidikan yaitu usaha sadar manusia untuk mempersiapkan manusia mempunyai kemampuan untuk berperan aktif dalam membentuk kehidupannya. Serta menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikn, yaitu:

  Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

  3 masyarakat bangsa dan negara.

  Kesemuanya ini bermuara pada bagaimana menyiapkan anak didik untuk mampu menjalankan kehidupan dan bukan sekedar mempersiapkan anak didik untuk 1 Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa (Cet. 2; Jakarta: Kencana, 2013), h. 2. 2 Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa, h. 21.

  menjadi manusia yang hanya mampu menjalankan hidupnya. Dengan demikian, pendidikan dalam hal ini menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu.

  Pendidikan menjadi hal yang mutlak untuk setiap manusia, melalui pendidikan setiap individu memperoleh berbagai ilmu. Dalam ajaran agama Islam sendiri sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu menuntut ilmu. Bahkan, Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk menuntut ilmu. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan, pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia demikian juga halnya dengan perintah untuk menuntut ilmu. sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surah Al-Zumar/39: 9 yaitu:

  ِبﺎَﺑْﻟﻷا وُﻟوُأ ُرﱠﻛَذَﺗَﯾ ﺎَﻣﱠﻧِإ َنوُﻣَﻠْﻌَﯾ ﻻ َنﯾِذﱠﻟا َو َنوُﻣَﻠْﻌَﯾ َنﯾِذﱠﻟا يِوَﺗْﺳَﯾ ْلَھ ْلُﻗ “Katakanlah: “adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakallah yang

  4 dapat menerima pelajaran”.

  Berbicara tentang pendidikan dalam dunia formal, maka terkait di dalamnya tenaga pendidik dan yang dididik. Guru sabagai komponen dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi pelajaran, guru, siswa, alat belajar, sumber belajar, metode yang digunakan, serta evaluasi pembelajaran.

  Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, sertifikasi guru, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan

  5

  mutu manajemen sekolah. Walaupun demikian kita masih dihadapkan pada berbagai masalah dalam pelaksanaan pendidikan nasional.

  Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini terlihat dengan pemberian pelajaran matematika hampir di semua jenjang pendidikan. Senada dengan hal tersebut, Ranjana Choudhury juga menyatakan bahwa:

  Mathematics is the oldest of all sciences that have developed through the ages having a direct impact on the quality of human life on our planet. It is unanimously agreed that mathematics is the language of science and technology and also in some other disciplines like art and culture, holding the

  6 key to development and progress of the country as well as humanity as whole.

  Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Anwar Bey:

  Mathematics is the basic science that is useful in helping a person to solve a variety of problems both in mathematics itself, other sciences, as well as in 7 everyday life.

  Berdasarkan hal tersebut maka dapat dipahami bahwa matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang berdampak langsung pada hidup manusia, Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta dalam memajukan daya pikir manusia untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi. Meskipun demikian, pada pelaksanaannya matematika merupakan subjek yang tidak disenangi atau bahkan ditakuti oleh banyak siswa. 5 Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar (Cet. 2; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 126. 6 Ranjana Choudhury dan Dhiraj kumar Das, “Influence of Attitude Towards Mathematics and

Study Habit on the Achievement in Mathematics at the secondary stage,” International Journal of

  Engineering Research and Applications, vol. 2, Issue 6 (November- Desember 2012), h. 192. 7

  Hasil ujian nasional (UN) tahun 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus mencapai 15.945 siswa, dan yang terbanyak gagal adalah dalam mata pelajaran

  8

  matematika. Hal serupa juga dapat dilihat dalam laporan studi Programme for

  

International Student Assessment (PISA) tahun 2003, yakni salah satu dari dua

  penilaian internasional utama matematika yang digunakan oleh pemerintah untuk memantau kinerja sistem pendidikan menyebutkan bahwa untuk literasi Sains dan Matematika, peserta didik usia 15 tahun negara Indonesia berada di ranking ke 38 dari 40 negara peserta (OECD, 2004). Pada tahun 2006 prestasi literasi matematika

  9 siswa Indonesia berada pada peringkat ke 50 dari 57 negara (OECD, 2007).

  Terkait dengan mata pelajaran matematika, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh siswa khususnya siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kabupaten Gowa antara lain ialah minat siswa terhadap pelajaran ini rendah, berdasarkan hasil wawancara bahwa tidak sedikit dari mereka yang menganggap matematika adalah

  10

  pelajaran yang sulit dan membuat pikiran bingung, misalnya ketika diberi soal, siswa hanya mengharapkan jawaban dari temannya. Masalah lain yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung adalah banyak siswa yang cenderung bersikap diam karena merasa takut untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas serta kesalahan dalam

  11 memahami materi pelajaran. 8 Lusia Kus Anna, Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika dalam ({http://edukasi.kompas.com/2012/06/02/10035432}). 9 Awaluddin Tjalla, Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil Studi Internasional. Universitas Negeri Jakarta. 10 Siswa kelas VIII 2 SMPN 2 Bontonompo Kab.Gowa, wawancara oleh penulis di Bontonompo, 3 Desember 2015. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu pengetahuan, ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan.

  Timbul pertanyaan mengenai permasalahan atau alasan terjadinya fenomena di atas. Sebenarnya permasalahan dapat datang dari berbagai macam alasan, tidak hanya berasal dari siswa itu sendiri. Seperti halnya pernyataan dari Dumont dan Carnine, bahwa:

  Two types of learning problems can be distinguished: a learning disability is situated in the child’s own cognitive development whereas the cause of a learning difficulty is situated outside the child or in another problem in the child.

  Individuals who exhibit learning difficulties may not be intellectually impaired; rather, their learning problems may be the result of an inadequate 12 design of instruction in curricular materials.

  Berdasarkan hal di atas, menggambarkan bahwa permasalahan pembelajaran tidak hanya berasal dari dalam diri peserta didik tetapi juga berasal dari proses sistem pembelajaran itu.

  Melihat realitas tersebut peran guru sebagai mediator dan fasilitator sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, tujuan pembelajaran akan dicapai dengan baik jika strategi yang digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran.

  Setiap karakteristik bidang studi dan siswa yang berbeda memerlukan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Menurut Kemp “strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan dapat

12 Van Steenbrugge, dkk., “Mathematics Learning Difficulties in Primary Education: Teacher’

  13

  dicapai secara efektif dan efisien”. Senada dengan hal tersebut O’Malley dan Chamot serta Wenden dan Rubin mengilustrasikan strategi pembelajaran sebagai:

  Special thoughts or behaviors that individuals use to help them comprehend, learn, or retain new information.

   Any sets of operations, steps, plans, routines used by the learner to facilitate

   14 the obtaining, storage, retrieval, and use of information.

  Merujuk kepada beberapa pendapat di atas, maka strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai rencana rangkaian kegiatan yang akan dipraktekkan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

  Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung kepada kepiawaian guru dalam menggunakan

  15

  metode, teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian guru dituntut kemahirannya untuk menentukan strategi atau model belajar dalam rangka menarik perhatian siswa terhadap materi tersebut dan siswa paham dengan materi yang akan disampaikan.

  Dalam pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekadar menghafal

sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh

karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual emosional siswa

  13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. 6; Jakarta: Kencana, 2009), h. 126. 14 Pezhman Zare, “Language Learning Strategies Among EFL/ESL Learners: A Review of

Literature.International Journal of Humanities and Social Science. vol. 2, no. 5 (Maret 2012), h.

  163.

  

untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung. Jim Eison

menyatakan bahwa: When an instructor employs active learning strategies, he or she will typically will (a) spend greater proportion of time helping students develop their understanding and skills (promoting deep learning) and a lesser proportion of time transmitting information (i.e., supporting surface learning). In addition, the instructor will provide opportunities for students to (a) apply and demonstrate what they are learning and to (b) receive immediate feedback from

  16 peers and/or the instructor.

  Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang aktif memfokuskan pembelajaran kepada siswa dan menekankan kepada keterlibatan siswa, menghabiskan proporsi waktu lebih besar untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman dan keterampilan mereka serta proporsi waktu yang lebih sedikit untuk mentransfer informasi. Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Abdurrahman, yakni:

  Teachers are not viewed as knowledge transmitters and skill models anymore; but, as facilitators in the process of learning and in creating a learning- 17 conducive environment.

  Pendapat di atas menggambarkan bahwa peran guru bukanlah untuk mentransfer pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator dalam pembelajaran serta berperan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

  Pada pembelajaran d kelas, guru hendaknya menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan materi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh siswa. Situasi pembelajaran yang menyenangkan ini sangat diperlukan dalam pembelajaran 16 Jim Eison, “Using Active Learning Instructional Strategies to Create Excitement and

  

Enhance Learning,Department of Adult, Career & Higher Education University of South Florida

(Maret 2010), h. 1. 17

  18

  matematika. Situasi pembelajaran yang menyenangkan akan memberikan pengaruh positif pada siswa, siswa akan tertarik dengan materi yang diberikan sehingga merasa mudah dalam menerima pelajaran.

  Salah satu langkah yang dapat ditempuh guru dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD) untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

  Salah satu penelitian yang terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD) adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendrijanto dengan judul “efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement divisions (STAD) terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan persamaan dan fungsi kuadrat ditinjau dari aktivitas belajar siswamenyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik dibanding model pembelajaran konvensional, serta siswa dengan aktivitas belajar tinggi mempunyai hasil prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan aktivitas belajar sedang.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  

student teams-achievement divisions (STAD) terhadap hasil belajar matematika pada

siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa”.

  18

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa yang diajar tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD)?

  2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD)?

  3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement

  divisions (STAD) efektif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas

  VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

  a. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa yang diajar tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD).

  b. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD).

  c. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe student teams-

  achievement divisions (STAD) efektif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMPN 2 Bontonompo Kab. Gowa.

2. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Bagi siswa, memberi kesempatan untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran.

  b. Bagi guru, sebagai masukan dalam meningkatkan dan memperluas pengetahuan serta wawasan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  c. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan masukan dan sumbangsih dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika.

  d. Bagi peneliti, sebagai pedoman sekaligus menambah pengetahuan tentang strategi mengajar mata pelajaran matematika dalam mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik professional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Hasil Belajar

  Istilah hasil belajar tersusun atas dua kata, yakni hasil dan belajar. Menurut Hasan Alwi hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh suatu usaha, sedangkan belajar mempunyai banyak pengertian diantaranya adalah belajar

  1

  merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melalui proses. Kata belajar dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti “berusaha memperoleh

  2

  kepandaian atau ilmu”. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu ataupun mahir akan suatu hal.

  Dalam mengartikan belajar Gredler berpendapat bahwa: Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses

  3 belajar sepanjang hayat.

  1 Muh. Yusuf Mappeasse, “Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar

Programmable Logic Controller (Plc) Siswa Kelas III Jurusan Listrik SMKN 5 Makassar,” Jurnal

Medtek, vol. 1, no. 2 (Oktober 2009), h. 3. 2 3 Ebta setiawan, KBBI offline versi 1.1 freeware 2010.

  Muh. Yusuf Mappeasse, “Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Menurut Nurul Astuty Yensy, “belajar merupakan aspek dari perkembangan

  4

  yang menunjuk pada perubahan perilaku sebagai hasil dari praktik dan pengalaman.” Sedangkan Sardiman mengemukakan bahwa:

  Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

  5 mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

  Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perolehan pengetahuan maupun keterampilan pada diri seseorang. Di mana proses yang dimaksud adalah adanya interaksi antara individu dengan suatu sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan keterampilan dalam hubungannya dalam dunianya sehingga individu itu berubah.

  Menurut Nurul Astuty Yensy hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut dengan kemampuan. Kemampuan-kemampuan itu dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar dalam proses pembelajaran berlangsung. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar dibagi menjadi

  6 tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan spikomotor.

  Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari proses belajar baik bersifat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotorik). 4 Nurul Astuty Yensy. B, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non

  

Examples dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas III

SMPN 1 Argamakmur,” Jurnal Exacta, vol. 10, no. 1 (Juni 2012) h. 28. 5 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Cet. 11; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 20. 6 Nurul Astuty Yensy. B, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non

2. Hasil belajar matematika

  Dalam kamus besar bahasa indonesia matematika memiliki arti “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam

  

7

penyelesaian masalah mengenai bilangan.

  R.Soedjadi dalam hamimah, mengemukakan beberapa definisi atau pengertian

  8

  tentang matematika, yaitu:

  a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

  b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

  c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

  d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

  f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

  Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan, penalaran, struktur-struktur yang logik, masalah tentang ruang dan bentuk yang bertumpu pada kesepakatan. Jika dikaitkan dengan belajar matematika, maka hasil belajar matematika adalah perubahan tingkat kemampuan matematika yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. 7 8 Ebta setiawan, KBBI offline versi 1.1 freeware 2010.

  Siti Nur Hamimah, “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik yang Menggunakan

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

  (STAD)

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

  Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah cooperative learning atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

  9 pemahaman masing-masing.

  Menurut Slavin pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan posistif dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan

  

10

struktur kelompok yang bersifat heterogen.

  Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Jika kelompok memperoleh nilai di atas kriteria yang ditentukan dalam hal hasil yang dicapai, proses pencapaian hasil dengan kerjasama yang baik

  11

  dalam kelompok, akan diberikan penghargaan. Menurut teori motivasi, tujuan 9 10 Robert E. Slavin, Cooperative Learning (Bandung: Nusa Media, 2015), h. 4.

  Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 202. kooperatif menciptakan suatu situasi yang didalamnya keberhasilan mereka tercapai bila siswa-siswi lain juga mencapai tujuan tersebut. Beberapa karakteristik

  12

  pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

  1. Siswa-siswi belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama.

  2. Kelompok terdiri dari siswa-siswi yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (heterogen).

  3. Jika dalam kelompok terdiri dari beberapa ras, suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda.

  4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembalajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa saling membantu dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk meningkatakan hasil belajar siswa dan meningkatkan perilaku sosial siswa serta memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman dan saling tukar pendapat.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

  Division (STAD) Student team achievement division (STAD) merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin di John Hopkins University.

  STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari 12 matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan ilmiah

  13 lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua sampai perguruan tinggi.

  Student team achievement division (STAD), dalam penerapannya para siswa

  dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari empat atau lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan

  14 untuk saling bantu.

  STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor

  15

  kemajuan individual, dan rekognisi tim:

a. Presentasi Kelas

  Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya persentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa persentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama persentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

  13 14 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, h. 12.

  Robert E. Slavin, Cooperative Learning, h. 11.

  b. Tim

  Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

  c. Kuis

  Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

  d. Skor Kemajuan Individual

  Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

  e. Rekognisi Tim

  Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan duapuluh persen dari peringkat mereka.

  Dalam student teams achievement division (STAD) terdapat enam langkah- langkah atau sintaks pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

  16

  a. Penyampaian tujuan dan motivasi: menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

  b. Pembagian kelompok: siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V SD N 2 GEDUNG AIR BANDAR LAMPUNG

0 7 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 107

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RAMBAH SAMO

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 ULUJAMI

0 0 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PpEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) (mardani)

0 0 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

0 8 8

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

0 0 8

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SD NEGERI MENJER KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 SIGI PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT

0 0 14

EFEKTIVITAS METODE EDUTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TAKALAR

0 0 95