PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V SD N 2 GEDUNG AIR BANDAR LAMPUNG

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V

SD N 2 GEDUNG AIR BANDAR LAMPUNG

Oleh HERU SUHARTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PGSD Strata I Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidik

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI PGSD STRATA I DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V

SD N 2 GEDUNG AIR BANDAR LAMPUNG Oleh

HERU SUHARTI

Penelitian ini di latarbelakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Gedung Air khususnya mata pelajaran IPA,rendahnya aktivitas dan hasil belajar disebabkan karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu sistem pembelajaran yang dirancang agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur adalah dengan pembelajaran kooperatif.Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Gedung Air dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Gedung Air. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat semakin meningkat, pada siklus I sebesar 69.86% dengan kategori “kurang” , siklus II sebesar 80.18% Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10.32%. Begitu pula dengan hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusya. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar sebesar 66.66% dengan kategori “ kurang “dan pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebesar 86.66% dengan kategori “ baik “terjadi peningkatan dari siklus I dan ke siklus II sebesar 20%.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GRAFIK ………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Hasil Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran... 8

1. Pengertian Belajar... 8

2. Aktivitas Belajar... 9

3. Hasil Belajar... 10

B. Model Pembelajaran Kooperatif... 10

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif………... 10

2. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif………... 12

3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif………... 13

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran……….. 14

C. Model Pembelajaran STAD... 15

1. Pengertian……… 15

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran STAD………. 16

3. Pembelajaran STAD……… 16

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran STAD…… 18

D. Pengertian IPA………... 20

E. Pembelajaran IPA di SD... 20

F. Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran IPA... 21

G. Hipotesis Tindakan... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 25

B. Seting Penelitian... 26

1. Waktu Penelitian... 26

2. Tempat Penelitian... 26

3. Subyek Penelitian... 27

4. Data Penelitian... 27

5. Teknik Pengumpulan Data... 27

6. Teknik Analisis Data... 28

C. Prosedur Penelitian ... 30

1. Perencanaan Penelitian... 30

2. Pelaksanaan Tindakan... 34

3. Observasi... 35


(7)

5. Indikator Keberhasilan Pembelajaran... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………...…... 37

B. Persiapan Pembelajaran………. 38

C. Deskripsi Laporan Tindakan………... 38

1. Siklus I a. Perencanaan... 38

b. Pelaksanaan... 39

c. Hasil Observasi Siklus I... 41

d. Data Observasi... 43

e. Refleksi... 44

f. Saran... 45

2. Siklus II 40

a. Perencanaan………. 46

b. Pelaksanaan………. 47

c. Hasil Observasi Tindakan……… 49

d. Data Observasi………. 51

e. Refleksi... 51

f. Saran... 52

D. Hasil Analisis Siklus I dan II... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I………41

4.2. Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Siklus I………... 42

4.3. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Pada Siklus I………...…43

4.4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II ……...………49

4.5. Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Siklus II ……….……50

4.6. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ………...…51

4.7. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Dan II ………...53

4.8. Peningkatan Kinerja Guru Pada Siklus I Dan II ………..….54


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang NO. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan merupakan elemen yang sangat penting guna terciptanya kualitas sumber daya manusia yang diharapkan, sehingga bangsa Indonesia mampu menghadapi berbagai perubahan dan tantangan globalisasi. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan membangkitkan semangat belajar siswa sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar tersebut pendidik menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaksi yang edukatif, yakni interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Untuk tercapainya proses belajar mengajar seperti itu sudah tentu menuntut upaya pendidik untuk mengaktualisasikan kopetensinya secara propfesional, utamanya dalam aspek metodologis.

Meningkatkan mutu pendidikan adalah merupakan tanggung jawab semua pihak, yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat


(10)

memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, dan peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran IPA.

Di samping itu KTSP memberi kemudahan kepada pendidik untuk menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)(Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006).

Oleh karena itu pendidik perlu meningkatkan pembelajarannya, dimulai dari rancangan pembelajaran yang baik diantaranya: tujuan, karakteristik peserta didik, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemukan proses pembelajaran yang kurang berkualitas, misalnya kurang mempunyai daya tarik, membosankan, Proses pembelajaran yang monoton, anak tidak diberi kesempatan untuk bertanya, suasana yang tidak kondusif, guru tidak menguasai materi, tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai, kurang disiplin, sehingga aktivitas menurun dan hasil belajar yang dicapai tidak optimal.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang berhubungan langsung dengan fenomena yang ada di alam serta lingkungan sekitar. Dengan mempelajari IPA


(11)

siswa diharapkan mampu lebih mengenal serta memperlakukan alam lingkungan disekitarnya dengan baik dan bijak.

Berdasarkan observasi di kelas V SDN 2 Gedung Air Bandar Lampung, bahwa proses belajar mengajar IPA yang selama ini guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan pembelaiaran masih berpusat pada pendidik, siswa kurang aktif, setiap diberi pertanyaan siswa tidak berani menjawab, masih kurangnya kepercayaan diri pada peserta didik untuk mengajukan pendapat, setiap diberi kesempatan bertanya, siswa tidak berani bertanya, kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan,. Hal ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Banyak siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM. Kenyataan yang dilihat peneliti adalah hasil belajar mata pelajaran IPA masih rendah, terlihat dari ulangan semester ganjil tahun 2012/2013 dengan jumlah 30 siswa, sebanyak 19 siswa telah tuntas belajar dan 11 siswa belum mencapai KKM, yang ditentukan sekolah yaitu 70, .ini berarti hanya 63,33% yang tuntas belajar. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar 36.66 %, kondisi ini menunjukan bahwa hasil belajar kurang optimal. Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai IPA Semester Genap

No Prestasi Frekwensi Nilai Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 4 4 3 11 5 3 220 240 195 770 225 240 Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

Total 30 1890

Rata-rata 63

Presentasi yang tuntas 19 63.33


(12)

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, yaitu mencoba menggunakan model pembelajaran yang lain, diharapkan siswa akan turut aktif ikut serta dalam pembelajaran, siswa merasa senang, Konsentrasinyapun akan tetap terpusat pada pelajaran. Siswa tidak menunggu intruksi dari guru saja, tetapi aktif mencari dan memperoleh informasi secara luas dan kreatif. Dalam metode ceramah hanya terjadi dialog, sedangkan seharusnya dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, pengliatan , pendengaran, dan psykomotor.

Dalam proses belajar mengajar guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga berdialok, yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif. Mengubah kebiasaan merupakan pekerjaan yang tidak gampang, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan, Jika pendidik mau untuk merubah diri, maka merupakan peluang untuk mengembangkan model pembelajaran yang interaktif, dan berkembang demi untuk meningkatkan kualitas siswa.

Salah satu yang dapat dilakukan oleh pendidik di kelas adalah dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa belajar mengajukan pertanyaan, dan mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawabannya sendiri dengan melakukan kegiatan kerja sama dalam kelompok kecil. Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif dalam belajar.

Oleh karena itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Ahievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran


(13)

yang tepat untuk dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, proses ini akan membantu siswa untuk dapat berpikir kritis serta mandiri dalam mempelajari dan membentuk pemahaman. Model pembelajaran kooperatif dengan strategi STAD sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak dalam kelompok kecil. Model ini dirancang agar peserta didik akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban dari pertanyaan mereka sendiri Slavin (Wardani, 2006:5-7).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data diatas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan pembelajaran masih berpusat pada pendidik.

2. Siswa kurang aktif, setiap diberi pertanyaan siswa tidak berani menjawab. 3. Masih kurangnya kepercayaan diri pada peserta didik untuk mengajukan

pendapat.

4. Setiap diberi kesempatan bertanya, siswa tidak berani bertanya. 5. Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan.

6. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa hanya 67,3% dari 30 siswa hanya 67,3% yang tuntas belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan aktivitas pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievemen Divisions (STAD) pada siswa kelas V SDN 2 Gedung Air Bandar Lampung?


(14)

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kopertif tipe Student Teams Achievemen Divisions (STAD) pada siswa kelas V SDN 2Gedung Air Bandar Lampung?

D. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipeSTAD pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Gedung Air Bandar Lampung.

2. Meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Gedung Air Bandar Lampung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Siswa: diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dan siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa.

2. Guru: Meningkatkan kemampuan profesional dan memberikan kesadaran bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa. Guru memiliki kemampuan dalam merancang model pembelajaran kooperatif khususnya pada mata pelajaran IPA.


(15)

3. Peneliti: Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kemampuan memperbaiki pembelajaran, Tumbuh rasa percaya diri yang kuat dalam memecahkan masalah pembelajaran.

4. Sekolah: sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran , agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa , sehingga perlunya kerja sama antar guru , dan kepala sekolah.


(16)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar.

Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup. Belajar secara sederhana dikatakan bahwa proses perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu, maka terjadilah perubahan dalam jangka waktu tertentu. Perubahan secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak, tetapi tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang . Hal ini perlu diperhatikan adalah perubahan-perubahan tersebut karena pengalaman. Hal inilah yang membedakan dengan perubahan lain yang disebabkan oleh kematangan. Menurut Hamalik (2001: 28), Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses itu sendiri dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri siswa.

Syah (2003: 116) mengemukakan bahwa perubahan perilaku dapat dikatakan belajar apabila tingkah laku akibat belajar tersebut memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas, yaitu: (a) perubahan intensional, (b) perubahan positif, (c) perubahan efektif dan fungsional.


(17)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku menuju arah kebaikan dalam berbagai aspek mulai proses interaksi dengan lingkungannya, perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat positif bagi siswa.

1. Aktivitas Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000:67) bahwa: “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi peserta didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak peserta didik”.

Menurut Rohani (2004: 96) belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya dan jiwanya bekerja sebanyak – banyaknya atau banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(18)

2. Hasil Belajar

Menurut Dimyati, dkk. (2002:20), hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Lebih lanjut Demyati dan Mujiono (dalam Indra) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru, Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psykmotor, Sedangkan dari sisi guru, bagaimana guru dapat menyampaikan pembelajaran dengan maksimal dan baik secara aktif, inofatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga akan tercapai tujuan belajar yang diharapkan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang dari usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Model Pembelajaran kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam pembelajaran Joise dan Weil(dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis Menurut Suprayekti (dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis) menyatakan model pembelajaran adalah kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan


(19)

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah rencana sistimatis yang disusun sesuai dengan materi tertentu sebagai pedoman guru dalam proses pembelajaran dikelas.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran.Isjoni (dalam http://www.inforppsiabus.com) Selanjutnya Slavin (dalam http:tugino230171.wordpress.com) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok bergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.


(20)

2. Jenis-jenis Pembelajaran kooeratif

Johnson dan Smith (dalam Miftahul Huda 2011:87) ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Empat diantaranya adalah: (1) kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning), (2) kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning), (3) kelompok besar kooperatif (cooperative base group), (4) gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learninggroup).

Selanjutnya Slavin (2009; 11) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa model yaitu: (1) Student Achievement Divisions (STAD); (2) Team Games Tournaments (TGT); (3) Jigsaw; (4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); (5) Team Accelerated instruction (TAI).

Isjoni (2001: 59) mengungkapakan bahwa terdapat beberapa variasi yang dapat diterapkan, yaitu di antararanya: (1)Student Achievement Divisions (STAD; (2) Jigsaw; (3) Group Investigation (GI); (4) Rotating Trio Exchange; (5) Group Resume.

Arends (2008:29) Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpartisipasi. Terdapat dua model pembelajaran kooperatif antara laintime tokendanhigh talker tap out.

Berdasarkan dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran kooperatif terdiri dari: (1) Student Achievement Divisions (STAD); (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (GI); (4) Metode Stuktural; (5) Team Games Tournaments (TGT); (6) Think Pair Share (TPS); (7) Numbered Head Together (NHT); (8) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), (9) Team


(21)

Accelerated instruction(TAI); (10) Rotating Trio Exchange; (11)Group Resume, (12)Time Token, (13)High Tap Out.

Dari sejumlah model tersebut, peneliti menggunakan STAD karena model ini memang cocok karena sangat mudah diterapkan dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dalam penerapannya

3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Bannet (1991) dan Jacobs (1996) adalah sebagai berikut :

a. Saling Ketergantungan secara Positif

Saling ketergantungan secara positif adalah perasaan antar kelompok siswa untuk membantu setiap orang dalam kelompok tersebut. Cara-cara mempromosikan saling ketergantungan secara positif dalam kelompok meliputi: tujuan, penghargaan, peranan, sumber, dan identitas.

b. Tanggung Jawab Individu

mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi dan belajar adalah suatu unsur yang sangat real dalam pembelajaran kooperatif.

c. Pengelompokkan Secara Heterogen

Beberapa pakar pembelajaran kooperatif merekomendasikan bahwa pengelompokkan para siswa secara heterogen menurut prestasi, kecerdasan, etnik, dan jenis kelamin dapat dilakukan oleh guru.


(22)

d. Ketrampilan-ketrampilan Kolaboratif

Keterampilan-keterampilan kolaboratif sangat penting dimiliki oleh siswa tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan mencapai prestasi maksimal di sekolah, tetapi juga untuk mencapai sukses dalam karir di luar sekolah bersama teman dan keluarga mereka maupun dengan orang lain.

e. Pemrosesan Interaksi Kelompok

Merupakan waktu yang diberikan sebagai kesempatan bagi siswa mendiskusikan bagaimana kelompok mereka bekerjasama. Pemrosesan interaksi kelompok ini membantu kelompok belajar untuk berkolaborasi dengan lebih efektif.

f. Interaksi Tatap Muka(face-to-face interaction)

Para siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu dengan yang lain sementara mereka bekerja. Ketika para siswa ditanyakan untuk bekerja secara independen untuk seperangkat masalah, mereka secara real mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri dan kemudian berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jaawaban tersebut.

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok menurut Dzaki langkah–langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:


(23)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

No Fase Tingkah Laku

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapaipada pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

3 Mengorganisasikan

peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masig kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

1. Pengertian

Model Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (Gerson, 2002:107),

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Team Achievemant Divisions (STAD) dapat diterapkan untuk memotivasi peserta didik berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain atau teman,


(24)

dan saling memberikan pendapat, siswa lebih aktif, kreatif, mandiri, saling tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions(STAD )

Model pembelajaran Cooperatif Learning memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan belajarnya.

b. Dibentuk kelompok yang terdiri atas peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bila mana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku dan jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kepada kelompok dari pada individu.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

Slavin (Wardani, 2006:5-7) mengemukakan bahwa secara garis besar langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipeSTADadalah sebagai berikut: a. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingin tahuan peserta didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui diskusi.


(25)

Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung kepada kekomplekan materi yang akan dibahas.

b. Tahap kerja Kelompok

Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

c. Tahap Tes Individual

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

d. Tahap Penghargaan Kelompok

Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.


(26)

4. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Student Team Achievemen Divisions (STAD)

a. Kelebihan Model Pembelajarn Student Team Acheivement Divisions (STAD) adalah :

1) Meningkatkan harga diri tiap individu

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang benar 3) Konflik antar pribadi berkurang

4) Sikap apatis berkurang

5) Pemahaman yang lebih mendalam 6) Meningkatkan kebaikan budi

7) Cooperative Learning dapat mencegah keagresipan dalam system kompetisi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif

8) Meningkatkan kemajuan belajar

9) Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif 10) Menambah motivasi dan percaya diri

11) Menambah rasa senang disekolah serta menyenagi teman-teman sekelasnya . Mudah diterapkan dan tidak mahal

b. Keterbatasan Model Pembelajaran Student Team Chievement Divisions (STAD) adalah:

1) Pendidik khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan mengkodisikan kelas atau pembelajaran yang dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium, perpustakaan, aula atau tempat yang terbuka.

2) Banyak anak tidak senang apa bila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi teman yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang pandai. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab bukan dalam segi kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi efektif dan psykomotoriknya juga kerja sama diantara anggota kelompok, keaktifan kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.


(27)

3) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerja sama dengan orang lain.

4) Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, pekerjaan dikerjakan oleh satu orang. Dalam Cooperatif Learning pembagian tugas rata, setiap anggota harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapat dalam kelompok sehingga ada pertanggung jawaban secara individu.

D. Pengertian IPA

IPA merupakan singkatan kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan kata-kata Inggris natural science secara singkat disebut science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science adalah Ilmu yang mempelajari tentang peristiwa –peristiwa yang terjadi di alam ini (Iskandar,1996:2).

Menurut Sutrisno, (2007:1.19) secara ringkas dapat dikatakan IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), dan produk (kesimpulannya betul). Prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). Sedangkan menurut Conant (dalam Djuanda,2006:35) IPA diartikan sebagai bangunan atau deretan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan hasil observasi.


(28)

Berdasarkan uraian di atas, pengertian IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam semesta melalui pengamatan dan eksperimen yang terkontrol.

E. Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP Depdiknas bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar.

Sedangkan tujuan IPA menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.


(29)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD memberikan kesempatan berbuat, berpikir, dan bertindak seperti ilmuwan sesuai dengan tahap perkembangan anak dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA

Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar, ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi: (a) mahluk hidup dan proses kehidupan, (b) benda/materi,(c) energy dan perubahannya,(d) bumi dan alam semesta. Sedangkan sistem pembelajaran menekankan dalam pemberian pengalaman mengajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan siswa. Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Muslich (2007:52) bahwa belajar adalah kegiatan aktif dalam membangun pemahaman suatu materi yang didapat oleh pengajar, belajar untuk mengontruksikan diri mereka sendiri. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan dituntut mampu memberikan pengalaman agar siswa dapat membangun pemahaman terhadap diri mereka sendiri. Pada Sekolah Dasar, proses pembelajaran dengan pengalaman akan lebih bermakna dan berkesan dalam membangun aspek perkembangan serta pemahaman pada diri siswa. Oleh karena itu penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang tepat untuk dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar terutama pada kelas atas (kelas V dan VI). Sesuai dengan perkembangan pemahaman siswa kelas V, proses ini akan lebih membantu siswa untuk dapat berpikir kritis serta mandiri dalam mempelajari dan membentuk pemahaman dalam diri siswa.


(30)

Jumlah peserta didik bekerja dalam kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi efektif, karena ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya. Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif tipeSTADadalah empat sampai lima orang.

Slavin (Wardani, 2006:5-7) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung kepada kekomplekan materi yang akan dibahas.

2. Tahap kerja Kelompok

Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.


(31)

3. Tahap Tes Individual

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Tahap Penghargaan Kelompok

Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu:” Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Gedung Air Bandar Lampung dapat meningkat”.


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas (Kunandar, 2010:10)

Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral yang disetiap langkahnya terdiri empat tahap, yaitu perencanaan, observasi, dan refleksi, yang dilakukan beberapa kali. Sebagaimana diterangkan bahwa bahwa penelitian tindakan kelas merupakan study yang sistematis serta dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pembelajaran dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi (reflect) melalui diskusi antar peneliti yang akan menghasilkan rencana perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. Prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah rangkaian langkah-langkah berbentuk spiral yang dikemukakan Kemis (Wiriaatmaja, 2006: 66) yaitu setiap langkah/siklus terdiri dari empat


(33)

tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama dilakukan pada tahap perencanaan (planning). Dilanjutkan dengan tindakan (action) disertai pengamatan (observing). Selanjutnya kegiatan refleksi (reflect). Siklus tindakan dalam penelitian ini dibambarkan sebagai berikut.

Tindakan (acting)

Perencanaan (planning)

Pengamatan (observasi)

Refleksi (reflecting)

Bagan 1. Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi Kemis (Wiraatmaja, 2006: 66)

B. Seting Penelitian 1. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun ajaran 2012/2023 selama 3 bulan dari bulan Mei sampai Juli 2013,

2. Tempat penelitian

a. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Gedung Air di jalan Sisingamangaraja gang Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.


(34)

b. Penelitian dilakukan di SDN 2 Gedung Air karena peneliti bertugas di tempat yang sama sehingga dapat memudahkan dalam proses penelitian.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas V SDN 2 Gedung Air dengan jumlah siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

3. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data hasil observasi belajar siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh berupa nilai dari tes yang diberikan pada akhir siklus.

1. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui obsrvasi catatan lapangan dan test. a. Non tes

Teknik penilaian melalui observasi/pengamatan, observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Aspek yang diamati sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dengan kategori amat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang.

b. Tes

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar siswa. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus.


(35)

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi pembelajaran.

a. Data kuaitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa dilihat dari aktif atau tidak aktif siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan indikator keberhasilan kinerja guru dilihat dari IPKG (instrument Peniaian Kinerja Guru).

Ketercapaian aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pross pembelajaran dianalisis dengan menetukan nilai rata-rata yang dihitung dengan menggunakan rumus.

Tingkat aktivitas siswa= Jumlah skor perolehan X 100% Jumlah item aktivitas

Tabel 3.1 Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru

No Nilai Keterangan

1 90-100 Baik sekali

2 80-89 Baik

3 70-79 Cukup

4 60-69 Kurang

5 0-59 Kurang Sekali


(36)

b. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan II. Pengusaan materi pelajaran dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada setiap akhir pertemun pembelajaran. Hasil belajar dapat dihitung menggunakan rumus;

Nilai= Skor perolehan x 100% Jumlah skor

Siswa yang mendapat KKM yaitu 70 dinyatakan mengalami kesulitan belajar atau belum tuntas, sedangkan siswa yng mencapai KKM dinyatakan telah tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan rumus:

Ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas belajar x100% Jumlah seluruh siswa

(Heriyanto,dkk.2009:42)

C. Prosedur Penelitian 1. Perencanaan penelitian

Penelitian ini mengguanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan penekanan terhadap proses pembelajaran IPA di kelas V SD N 2 Gedung Air Kecamatan Tanjung karang Barat. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Karakteristik pembelajarannya menuntut kajian secara utuh, peneliti dan pendidik lain yang bekerja sama membantu peneliti mengobservasi pelaksanaan proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas yang dipilih adalah bentuk penelitian melalui refleksi diri. Penelitian refleksi diri yaitu pendidik mengumpulkan data dari praktiknya sendiri, pendidik mencoba melihat kembali apa yang dikerjakannya, apa dampak


(37)

tindakannya bagi peserta didik dan pendidik harus memikirkan mengapa dampak itu timbul. Berdasarkan hasil renungannya itu kemudian ditemukan kelemahan dan kekuatan tindakan yang dilakukannya, kemudian memperbaiki kelemahan, mengulangi dan menyempurnakan tindakan yang dianggap baik. Jadi, data dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan dari sumber data lain. Data dikumpulkan dari pendidik yang terlibat dalam kegiatan penelitian, sehingga pendidik mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai peneliti dan sebagai pendidik. Pendidik bukan sekedar hanya pelaksana pembelajaran tetapi juga berperan aktif mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi dan melakukan refleksi terhadap tindakan yang dilakukan.

Penelitian ini dilakukan pada peserta didik secara klasikal, untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan untuk mengatasi kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya agar berubah menjadi pembelajaran yang berlangsung lebih sistematis.

Sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran lebih professional, pendidik memerlukan keberanian dan kepedulian terhadap kelemahan yang ada dalam implementasi pembelajaran yang dikelola. Pendidik juga harus mampu merenung, berfikir, merefleksikan semua kekurangannya dalam proses pembelajaran untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang masih lemah.

Dalam hal ini pendidik memiliki peluang untuk menemukan kelemahan praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini. Untuk memanfaatkan penelitian tindakan kelas sebagai sarana perbaikan proses pembelajaran, dimulai sesegera mungkin setelah ditemukan adanya permasalahan dalam proses pembelajaran.


(38)

Penelitian Tindakan kelas sebagai bentuk penelitian yang yang bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang memperbaiki atau meningkatkan proses belajar dan pembelajaran secara aktif, profesioanal dan merupakan penelitian yang menggabungkan antara tindakan dengan prosedur ilmiah untuk memahami sambil ikut serta dalam proses perbaikan. Penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan yang dimulai dari perencanaan ( plaling ), dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan (acting ), pengamatan ( observasi ), dan refleksi yang didasarkan pada hasil pengamatan ( reflecting ),kemudian diulangi lagi dengan perencanaan tindakan berikutnya ( replaning ), untuk memperbaiki tindakan sebelumnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah :

a. Menyaiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar. b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan

guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menyiapkan bahan pembelajaran IPA tentang gaya magnet.


(39)

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Indikator Tercapai Indikator belum tercapai

SELESAI Di lanjutkan ke siklus III


(40)

1. Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan berlangsung dikelas pada jam pelajaran IPA,peserta yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kls V dalam dua kali pertemuan ( 4 x 35 menit ) dengan menggunakan langkah-langkah berikut: 1) Kegiatan awal :

a. Pendidik mengkondisikan kelas

b. Pendidik menginformasikan tujuan Pembelajaran yang diharapkan. c. Pendidik mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada peserta

didik yang berhubungan dengan materi 2) Kegiatan inti :

a. Pendidik menjelaskan tentang benda magnetis dan non magnetis. b. Pendidik memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan

dilaboratorium.

c. Pendidik mengorganisasikan siswa membentu kelompok belajar d. Pendidik membimbing kelompok belajar bagi anggotanya yang

sudah mengerti dapat menjelaskan kepada yang lainnya sampai semua anggota mengerti dan memahami.

e. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja.

f. Pendidik bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahuai. g. Pendidik memberi penghargaan belajar individu siswa maupun

kelompok. 3) Kegiatan akhir


(41)

b. Siswa diberi penguatan dan pesan moral. Berdasarkan

Berdasarkan kajian hasil tes tersebut guru bersama teman sejawat merumuskan kelebihan dan kekurangan yang ada pada siklus I sebagai koreksi yang dijadikan bahan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

3. Observasi

Dalam kegiatan pada tahap ini guru meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran . Untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa yaitu dengan mencatat nilai hasil belajar yang diperoleh dari evaluasi hasil belajar IPA setelah siklus tindakan dilaksanakan.Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Refleksi (Reflektion)

Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik maupun pendidik sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba model pembelajaran STAD maka peneliti melakukan diskkusi dengan teman sejawat tentang data yang didapat, Diskusi meliputi tentang keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Data-data yang diperoleh dijadikan acuan dalam menyusun laporan hasil penelitian.

Setelah mendapatkan gambaran permasalahan dan hambatan yang dijumpai, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan


(42)

pembelajaran yang mengacu pada kekurangan, sehingga memperoleh hasil lebih baik pada siklus berikutnya.

5. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

a. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar setiap siklusnya.

b. Pada akhir penelitian secara klasikal adanya peningkatan ketuntasan belajar≥ 70%dari 30 orang.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) dalam pembelajaran IPA pada kelas V mengalami peningkatan antara lain:

1. Aktivitas siswa ditunjukan peningkatan nilai rata-rata persentasi pada siklus I adalah 69% dan pada siklus II rata-rata persentasi siswa meningkat menjadi 80% dengan kategori “baik”, dengan demikian, peningkatan sebesar 11%. 2. Nilai rata-rata kinerja guru mengalami peningkatan, pada siklus I adalah 69,31

dan pada siklus II nilai rata-rata 82,41 dengan kategori “baik”,dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 13,1.

3. Hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I sebanyak 20 orang siswa atau 66,66% telah berhasil mencapai skor ketuntasan minimal dengan kategori “kurang”,pada siklus II meningkat menjadi 26 orang atau 86,66% dengan kategori “baik”. Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20%.

B. Saran


(44)

Proses pembelajaran yang menyenangkan adalah adalah hal yang semestinya dilaksanakan oleh pendidik dalam poses pembelajaran di kelas. Hal yang paling penting adalah pendidik hendaknya selalu melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas.

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka berikut ini disampaikan beberapa saran yaitu:

1. Bagi Siswa, diharapkan dengan menggunakan STAD peserta didik dapat lebih memahami materi pelajaran dengan lebih baik, lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru, hendaknya dalam pembelajaran IPA guru dapat menggunakan model pembelajara kooperatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi, minat siswa,dan guru dapat menciptakan suasana yang kondusif, dan selalu menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, dan menyenangkan.

3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada gru mengenai model pembelajaran dan cara mengajar yang lebih bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.

4. Bagi sekolah, diperlukan adanya kerja sama antara kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dan kepala sekolah diharapkan memfasilitasi guru dalam pengembangan model pembelajaran dengan media-media yang sesuai dengan eraglobalisasi.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB,danTK.Bandung: YramaWidya

Arikunto 2007:17) dalam handayani (2011:25) table:Kriteria Data Aktivitas Siswa. Bumi aksara

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas.Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Undang –undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Jakarta.

Demyati. Dan dkk. 2002:20. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta, 2008. Kriteria dan Indikator Pembelajaran . Dikti. Jakarta. Dajamara, Saiful Bahri, 2006: 67) Psikologi Belajar, Edisi 2 PT.Rineka

Cipta.Jakarta.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Depdiknas. Jakarta.

Iskandar, Srini M. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta.

Isjoni.2012.PembelajaranKooperatif.http://www.inforppsilabus.com/2012/03/p

engertian-modelpembelajaran.html, (tanggal akses 20 juni 2013 .@09.00)

Banet. 1991. http://allforedu.blogspot.com/2012/06/karakteristik-pembelajaran-kooperatif.html, (tanggal akses 15 Mei 2013.@9.47pm) Joice dan weil. 2011. Model pembelajaran Interaktif. Pemehaman konsep,dan

AktifitasSiswa.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054035_c hapter2.pdf,,(tanggal akses 3 juni 2013.@08.00

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Muslich, Mansur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Bumi Aksara. Jakarta.

Muslich, Mansur.2009. Melaksanakan Tindakan Kelas Itu Mudah. Bumi Aksara. Jakarta


(46)

Miftahul Hudadalam Aviandri Cahya,

http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif.html.

Purwanto, Ngalim. 2007. prinsip-prinsipdan Teknik Evaluasi pengajaran Rosda. Bandung.

Rohani, Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran . PT.Rineka Cipta. Jakarta. Slavin,Wardani.2006:5-7.Cooperatif learning, Teori, Riset,dan Praktek, nusa

Media Jakarta. .

Sutrisno,dkk.2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas. Jakarta. Suprayekti, 2011. Model Pembelajaran Interaktif, Pemahaman Konsep, dan

Aktivitas Siswa.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054035_chapter2.pdf,(ta nggalakses 3 Juli2013.08.00).

Suhardjono,dkk.1996.Pedoman Penyusunan karya Tulis Ilmiah di Bidang pendidikan dan angka kredit Pengembangan Profesi Widiaswara.Depdikbud,dikdasmen.

Syah, Muhibbin.2003. Psikologi Belajar.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta Wardani, I,G,A,K, dkk.2007, Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Wiriaatmadja, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Rosdakarya. Bandung.


(1)

b. Siswa diberi penguatan dan pesan moral. Berdasarkan

Berdasarkan kajian hasil tes tersebut guru bersama teman sejawat merumuskan kelebihan dan kekurangan yang ada pada siklus I sebagai koreksi yang dijadikan bahan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

3. Observasi

Dalam kegiatan pada tahap ini guru meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran . Untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa yaitu dengan mencatat nilai hasil belajar yang diperoleh dari evaluasi hasil belajar IPA setelah siklus tindakan dilaksanakan.Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Refleksi (Reflektion)

Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik maupun pendidik sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba model pembelajaran STAD maka peneliti melakukan diskkusi dengan teman sejawat tentang data yang didapat, Diskusi meliputi tentang keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Data-data yang diperoleh dijadikan acuan dalam menyusun laporan hasil penelitian.

Setelah mendapatkan gambaran permasalahan dan hambatan yang dijumpai, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan


(2)

34

pembelajaran yang mengacu pada kekurangan, sehingga memperoleh hasil lebih baik pada siklus berikutnya.

5. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

a. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar setiap siklusnya.

b. Pada akhir penelitian secara klasikal adanya peningkatan ketuntasan belajar≥ 70%dari 30 orang.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) dalam pembelajaran IPA pada kelas V mengalami peningkatan antara lain:

1. Aktivitas siswa ditunjukan peningkatan nilai rata-rata persentasi pada siklus I adalah 69% dan pada siklus II rata-rata persentasi siswa meningkat menjadi 80% dengan kategori “baik”, dengan demikian, peningkatan sebesar 11%. 2. Nilai rata-rata kinerja guru mengalami peningkatan, pada siklus I adalah 69,31

dan pada siklus II nilai rata-rata 82,41 dengan kategori “baik”,dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 13,1.

3. Hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I sebanyak 20 orang siswa atau 66,66% telah berhasil mencapai skor ketuntasan minimal dengan kategori “kurang”,pada siklus II meningkat menjadi 26 orang atau 86,66% dengan kategori “baik”. Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20%.

B. Saran


(4)

58

Proses pembelajaran yang menyenangkan adalah adalah hal yang semestinya dilaksanakan oleh pendidik dalam poses pembelajaran di kelas. Hal yang paling penting adalah pendidik hendaknya selalu melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas.

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka berikut ini disampaikan beberapa saran yaitu:

1. Bagi Siswa, diharapkan dengan menggunakan STAD peserta didik dapat lebih memahami materi pelajaran dengan lebih baik, lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru, hendaknya dalam pembelajaran IPA guru dapat menggunakan model pembelajara kooperatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi, minat siswa,dan guru dapat menciptakan suasana yang kondusif, dan selalu menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, dan menyenangkan.

3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada gru mengenai model pembelajaran dan cara mengajar yang lebih bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.

4. Bagi sekolah, diperlukan adanya kerja sama antara kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dan kepala sekolah diharapkan memfasilitasi guru dalam pengembangan model pembelajaran dengan media-media yang sesuai dengan eraglobalisasi.


(5)

Aqib, Zaenal dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB,danTK.Bandung: YramaWidya

Arikunto 2007:17) dalam handayani (2011:25) table:Kriteria Data Aktivitas Siswa. Bumi aksara

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas.Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Undang –undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Jakarta.

Demyati. Dan dkk. 2002:20. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta, 2008. Kriteria dan Indikator Pembelajaran . Dikti. Jakarta. Dajamara, Saiful Bahri, 2006: 67) Psikologi Belajar, Edisi 2 PT.Rineka

Cipta.Jakarta.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Depdiknas. Jakarta.

Iskandar, Srini M. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta.

Isjoni.2012.PembelajaranKooperatif.http://www.inforppsilabus.com/2012/03/p

engertian-modelpembelajaran.html, (tanggal akses 20 juni 2013 .@09.00)

Banet. 1991. http://allforedu.blogspot.com/2012/06/karakteristik-pembelajaran-kooperatif.html, (tanggal akses 15 Mei 2013.@9.47pm) Joice dan weil. 2011. Model pembelajaran Interaktif. Pemehaman konsep,dan

AktifitasSiswa.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054035_c hapter2.pdf,,(tanggal akses 3 juni 2013.@08.00

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Muslich, Mansur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Bumi Aksara. Jakarta.

Muslich, Mansur.2009. Melaksanakan Tindakan Kelas Itu Mudah. Bumi Aksara. Jakarta


(6)

Miftahul Hudadalam Aviandri Cahya,

http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif.html.

Purwanto, Ngalim. 2007. prinsip-prinsipdan Teknik Evaluasi pengajaran Rosda. Bandung.

Rohani, Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran . PT.Rineka Cipta. Jakarta. Slavin,Wardani.2006:5-7.Cooperatif learning, Teori, Riset,dan Praktek, nusa

Media Jakarta. .

Sutrisno,dkk.2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas. Jakarta. Suprayekti, 2011. Model Pembelajaran Interaktif, Pemahaman Konsep, dan

Aktivitas Siswa.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054035_chapter2.pdf,(ta nggalakses 3 Juli2013.08.00).

Suhardjono,dkk.1996.Pedoman Penyusunan karya Tulis Ilmiah di Bidang

pendidikan dan angka kredit Pengembangan Profesi

Widiaswara.Depdikbud,dikdasmen.

Syah, Muhibbin.2003. Psikologi Belajar.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta Wardani, I,G,A,K, dkk.2007, Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Wiriaatmadja, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Rosdakarya. Bandung.


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD N 1 SEDAYU BANTUL.

0 1 162

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V A SD 2 SUNGAPAN KABUPATEN BANTUL.

0 0 255