DOCRPIJM 1504157159BAB 8 ASPEK LINGKUNGAN

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

8.1 ASPEK SOSIAL

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kabupaten Pati telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat tugas dan wewenang pemerintah kabupaten/kota yaitu : a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal danUKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal Semua kegiatan investasi di bidang keciptakakaryaan yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup memerlukan kajian lingkungan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Rencana kegiatan yang wajib AMDAL tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, maka pihak pemilik kegiatan (pemrakarsa) wajib melaksanakan studi AMDAL. Studi AMDAL akan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya dampak penting terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan alam maupun sosial di sekitar lokasi kegiatan.

  Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian lingkungan berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sebagai upaya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh pemilik kegiatan (pemrakarsa). Pedoman pelaksanaan UKL-UPL tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.

  Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL. Sedangkan kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL. Untuk kasus seperti ini, kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

  Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip berikut:

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  1. Penilaian lingkungan (environtment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub proyek, dirumuskan dalam bentuk :

  • Analisis Mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan –ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan- RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan-RPL);
  • >Upaya pengelolaan lingkungan –UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL;
  • Standar Operasi Baku-SOP • Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan Format AMDAL atau

  UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub proyek;

  3. Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negative yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL;

  4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negative terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Di samping itu dari usulan RPI2JM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau pengunaan:

  • • Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;

  • Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsure asbes;
  • Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan

  berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori b3 menurut hokum yang berlaku di Indonesia;

  • Pestisida, herbisida dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukan mambiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida dan insektisida.
  • Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak

  membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun.

  • Kekayaan budaya RP2IJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sacral atau memiliki nilai spiritual,
  • Penebangan kayu. RP2IJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai

  kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu. Panduan kerangka perlindungan lingkungan dan sosial dalam USDRP dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain:

  1. Undang-undang (UU) No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan, pasal 5 (1) mengenairencana kegiatan atau pekerjaan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan harus dilengkapi dengan AMDAL.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  2. Peraturan Pemerintah (PP) No.27/1997 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 5 (1), AMDAL diperlukan jika proyek tersebut : (i) mempengaruhi sejumlah besar orang, wilayah dan komponen lingkungan; (ii) menimbulkan dampak yang berlangsung kuat, lama, komulatif dan tidak dapat dipulihkan kembali (irreversible);

  3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 Pasal 5 (1) criteria mnegenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain: jumlah manusia yang terkena dampak, luas wilayah persebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik (revesible) atau tidak berbaliknya dampak. Pasal 11 (1) tentang AMDAL menyatakan bahwa Komisi AMDAL Pusat berwenang menilai hasil AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi unsure-unsur strategis nasional dan/atau berkaitan dengan ketahanan nasional dengan dampak mencakup lebih dari propinsi, terletak di wilayah konflik dengan negara lain, terletak di perairan laut, dan/atau lokasinya mencakup wilayah hokum Negara lain.

  Pasal 11 (2) menyatakan Komisi AMDAL daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) berwenang menilai AMDAL bagi jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang berada di luar criteria di atas;

  4. Sesuai PP 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3), dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa kegiatan;

  5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17/2001, tanggal 22 Mei 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

  6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

  7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.17/KPTS/2003, tanggal 3 Februari 2003, tentang penetapan jenis Usaha dan/atau kegiatan bidang permukiman dan Prasarana Wilayah yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan

  8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UKL/UPL. Kerangka kelembagaan perlindungan lingkungan di Kabupaten Pati yaitu sebagai berikut:

  1. Pemrakarsa Kegiatan Pemrakarsa kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPI2JM di Kabupaten Pati.

  Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk melaksanakan:

  a. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL, melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan Bappedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan; b. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft

  ANDAL dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3(tiga) hari sebelum kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup ringkasan tujuan kegiatan, rincian kegiatan, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

c. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bappedalda,

  Bupati/Walikota;

  d. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada publik dalam waktu yang tidak terbatas; dan e. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang trasparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

2. Bappedalda atau Instansi Terkait

a. Menurut SK Menteri Negara Lingkungan hidup no. 86/2009, Bappedalda atau

  Dinas/Instansi yang berkecimpung dalam masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk mnegkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;

  b. Dalam pelaksanaan RPI2JM, Bappedalda juga bertanggung jawab untuk melakukan supervise pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara umum c. Bappedalda juga merupakan anggota tetap Komisi AMDAL.

  Komisi AMDAL adalah badan yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan; a. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan; b. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam

  RPI2JM yang dimaksudkan sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kota)

  sebagai bagian dari laporan ANDAL. Di samping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek;

3. Komisi AMDAL

8.2.1 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

  Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.

  Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

  2) KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JMadalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program.

  Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena: 1) RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JMberpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JMdidukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHSdengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah

  Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

  Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: 1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS; 2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No.

  32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

  3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

  4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS

  9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

  Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air Kabupaten Pati mempunyai sumber air baku yang pengambilan air tanah tidak terkendali oleh industri maupun perorangan Kualitas air baku mengandung besi (Fe) dan sedimen tinggi yang menyebabkan kerusakan pompa dan pipa. Terbatasnya stabilitas ketersediaan air baku cenderung menurun dari tahun ke tahun.

  Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal. Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman

  Sarana penangaan air limbah permukiman di Kabupaten Pati ditangani secara on site system yang meliputi jamban atau septictank, truk tinja, dan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengurasan septictank dapat menyebabkan tercemarnya air tanah, edangkan pengurasan lumpur tinja berpotensi mencemari lingkungan. Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap Terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman

  

Tabel VIII.1. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Kabupaten Pati

Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang CIpta Karya Penjelasan Singkat Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum.

  2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan

  Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: 1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang CIpta Karya Penjelasan Singkat

  2. KTP2D, Agropolitan, Minapolitan Ds.Ngablak, Ds.Bumimulyo, Ds.Karaban, KT Sukolilo, Tambakromo, Gabus, Winong,Pucakwangi, Kayen,Cluwak,Gunungw ungkal,Gembong,Margo yoso, Wedarijaksa,Juwana,Bat angan,

  1. Pengembangan Peraturan

  3 Pengembangan Air Minum

  Kecamatan Margorejo, Pati, Trangkil, Sukolilo, Kayen, Juwana, Tambakromo, Tlogowungu, Margoyoso, Tayu, Wedarijaksa, Gabus, Jakenan, Batangan, Winong,Gunungwungkal , Gembong, Cluwak, Dukuhseti, Pucakwangi

  3. Pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan(PNPM Mandiri) dalam bentuk P2KP

  2. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup keselamatan, keamanan,kenyamana, dan kemudahan, menguraikan kondisi penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara,menguraikan asset Negara dari segi administrasi pemeliharaan

  1. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan,rencana induk,system proteksi kebakaran,pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan standar pelayanan minimal, pemenuhan RTH

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1. Infrastruktur kawasan permukiman kumuh, permukiman RSH, rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  kualitas lingkungan. Contoh: kawasan lingkungan menjadi kumuh disebabkan oleh kurang memadainya menjaga lingkungan permukimannya.

  2. Pengembangan permukiman kawasan perdesaan

  1. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan

  1 Pengembangan Permukiman

  Komponen kebijakan/rencana/program Kegiatan Lokasi

  

Tabel VIII.2. Identifikasi KRP (Kebijakan/Rencana/Program)

No.

  Pencemaran lingkungan di Kabupaten Pati menyebabkan berkembangnya penyakit.

  Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

  Sosial

  Kekumuhan di permukiman nelayan merupakan kombinasi yang terjadi pada permukiman perkotaan dan perdesaan, disamping itu kekumuhan yang terjadi diakibatkan dengan pola kehidupan masyarakat itu sendiri, sehingga berdampak pada lingkungan seperti sulitnya pencapaian ke dan dalam suatu wilayah.

  Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

  Ekonomi

  1. Penyusunan Studi Pengembangan Kabupaten Pati

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Komponen kebijakan/rencana/program Kegiatan Lokasi

  14. Pembangunan jaringan distribusi bagi untuk wilayah Semarang Barat guna persiapan pengoperasian Waduk Jatibarang.

  4. Peningkatan kapasitas Personil SPAM dengan pelatihan dibidang SPAM

  2. Peningkatan jumlah sambungan baru,Efisiensi biaya operasional dengan perbaikan pompa, pipa transmisi dan distribusi,Penambahan air baku dengan sumur dalam (deep well),Study Alternatif investasi Pembiayaan SPAM,Study Kesesuaian Tarif 3. Optimalisasi KSO dengan PT. Pragola Pati jaya Sakti,Restrukturisasi Hutang,Studi tentang alternatif investasi SPAM,Studi kesesuaian tarif air minum

  1. Perluasan Cakupan pelayanan

  Sistem Pengembangan Air Minum

  20. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dengan sistem penyediaan air minum berbasis masyarakat.

  19. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dengan sistem perpipaan PDAM dengan penambahan sumber baru dan perluasan jaringan distribusi.

  18. Pengoptimalan kinerja IPA dan jaringan distribusi

  17. Penurunan kebocoran

  16. Penyediaan air minum untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

  15. Pembangunan Intake dan IPA di Kali Blorong untuk pelayanan kawasan Bukit Semarang Baru.

  13. Pembangunan jaringan transmisi

  SPAM dan Pelayanan

  12. Pengembangan SPAM Kawasan Khusus

  11. Pengembangan SPAM Perdesaan

  10. Pengembangan SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK)

  9. Pengembangan PAMSIMAS

  8. Pengembangan SPAM bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah

  7. Penyelenggaraan SPAM Regional

  6. Penyediaan Air bersih non PDAM berupa perpipaan, non perpipaan, pengadaan mobil tangki air bersih, pengadaan WTP Mobile.

  5. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi

  4. Pengembangan Manajemen

  3. Pengembangan Pembiayaan SPAM

  5. Pembinaan PDAM,Peminaan air minum nan PDAM,Study Alternatif investasi Pembiayaan SPAM,Study Kesesuaian Tarif,Study Kelayakan dan DED pembangunan embung,Study Potensi dan Pengembangan Pemanfaatan Sumber Air Baku.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Komponen kebijakan/rencana/program Kegiatan Lokasi

  4 Pengembangan Penyehatan

2. Perumusan Afternatif Penyempurnaan KRP

  a) Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  6. Penyediaan Air bersih non PDAM berupa Pengembangan SPAM melibatkan kerjasama dengan pihak pemerintah atau swasta.

  5. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi

  4. Pengembangan Manajemen

  3. Pengembangan Pembiayaan SPAM

  2. Pengembangan Aspek Teknis dan Pelayanan

  1. Pengembangan Peraturan SPAM

  3 Pengembangan Air Minum

  2. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam segala bidang untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman

  1. Mendorong percepatan penyediaan infrastruktur permukiman yang layak

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

  b) Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRPmempertimbangkan antara lain:

  3. Memberlakukan aturan pemanfaatan ruang dalam lingkungan permukiman untuk mengantisipasi alih fungsi ruang permukiman

  2. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan permukiman

  1. Mendorong percepatan penyediaan infrastruktur permukiman yang memadai sesuai kebutuhan

  2. Pengembangan permukiman kawasan perdesaan

  1. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan

  1 Pengembangan Permukiman

  

Tabel VIII.3. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

No. Komponen kebijakan/rencana/program Alternatif Penyempurnaan KRP

  d) Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program

  c) Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Komponen kebijakan/rencana/program Alternatif Penyempurnaan KRP

  18. Pengoptimalan kinerja IPA dan jaringan distribusi

  2. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  1. Proyek wajib AMDAL

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana- program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH.

  Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM.

  4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  20. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dengan sistem penyediaan air minum berbasis masyarakat.

  19. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dengan sistem perpipaan PDAM dengan penambahan sumber baru dan perluasan jaringan distribusi.

  17. Penurunan kebocoran

  perpipaan, non perpipaan, pengadaan mobil tangki air bersih, pengadaan WTP

  16. Penyediaan air minum untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

  15. Pembangunan Intake dan IPA di Kali Blorong untuk pelayanan kawasan Bukit Semarang Baru.

  14. Pembangunan jaringan distribusi bagi untuk wilayah Semarang Barat guna persiapan pengoperasian Waduk Jatibarang.

  13. Pembangunan jaringan transmisi

  12. Pengembangan SPAM Kawasan Khusus

  11. Pengembangan SPAM Perdesaan

  10. Pengembangan SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK)

  9. Pengembangan PAMSIMAS

  8. Pengembangan SPAM bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah

  7. Penyelenggaraan SPAM Regional

8.2.2 AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  2. Pengembangan Aspek Teknis dan Pelayanan

  14. Pembangunan jaringan Kabupaten Pati

  13. Pembangunan jaringan transmisi

  12. Pengembangan SPAM Kawasan Khusus

  11. Pengembangan SPAM Perdesaan

  10. Pengembangan SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK)

  9. Pengembangan PAMSIMAS

  8. Pengembangan SPAM bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah

  7. Penyelenggaraan SPAM Regional

  6. Penyediaan Air bersih non PDAM berupa perpipaan, non perpipaan, pengadaan mobil tangki air bersih, pengadaan WTP Mobile.

  5. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi

  4. Pengembangan Manajemen

  3. Pengembangan Pembiayaan SPAM

  1. Pengembangan Peraturan SPAM

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL- UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

  3 Pengembangan Air Minum

  V V -

  Kecamatan Margorejo, Pati, Trangkil, Sukolilo, Kayen, Juwana, Tambakromo, Tlogowungu, Margoyoso, Tayu, Wedarijaksa, Gabus, Jakenan, Batangan, Winong,Gunungwungkal, Gembong, Cluwak, Dukuhseti, Pucakwangi

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  V V -

  2. Pengembangan permukiman kawasan perdesaan Ds.Ngablak, Ds.Bumimulyo, Ds.Karaban, KT Sukolilo, Tambakromo, Gabus, Winong,Pucakwangi, Kayen,Cluwak,Gunungwungkal, Gembong,Margoyoso, Wedarijaksa,Juwana,Batangan,

  1. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan

  1 Pengembangan Permukiman

  

Tabel VIII.4. Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

Kabupaten Pati

No Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

  V V

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

No Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

  distribusi bagi untuk wilayah Semarang Barat guna Waduk Jatibarang.

  15. Pembangunan Intake dan IPA di Kali Blorong untuk pelayanan kawasan Bukit Semarang Baru.

  16. Penyediaan air minum untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

  17. Penurunan kebocoran

  18. Pengoptimalan kinerja IPA dan jaringan distribusi

  19. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dengan sistem perpipaan PDAM dengan penambahan sumber baru dan perluasan jaringan distribusi.

  20. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dengan sistem penyediaan air minum berbasis masyarakat.

  4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  V

8.2 ASPEK SOSIAL

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan,pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu- isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Tugas dan wewenang Pemerintah Kabupaten Pati : a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

  d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  8.3.1 ASPEK SOSIAL PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden. Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

  8.3.2 ASPEK SOSIAL PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  

8.3.3 ASPEK SOSIAL PADA PASCA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA

KARYA

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.