DOCRPIJM 1495179887BAB 8 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL SY
Kabupaten Musi Rawas Utara
BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lin gkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
8.1 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (A MDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan
Kabupaten Musi Rawas Utara
Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, U KL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya
Kabupaten Musi Rawas Utara
lingkungan hidup o Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon o
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah o
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup o Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan penga duan masyarakat. o
Menetapkan standar pelayanan minimal
- Pemerintah Provinsi o Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
o Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi. o
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL. o
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota. o
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup o Melakukan pembinaan bantuan teknis dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
Kabupaten Musi Rawas Utara Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 8.1.1.
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena: RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan o pembangunan infrastruktur. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah o karena RPIJM berada pada tataran Kebijak an/Rencana/Program dalam hal ini KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi
Kabupaten Musi Rawas Utara
Kabupaten Musi Rawas Utara
miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 8.1
Tabel 8.1 Kriteria Penapisan Usulan Program / Kegiatan Bidang Cipta KaryaPenilaian Uraian Kesimpulan: No. Kriteria Penapisan Pertimbangan* (Signifikan/
Tidak Signifikan)
1. Perubahan Iklim Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Signifikan untuk di- Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor KLHS-kan Pengembangan Air Minum, Sektor Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan
2. Kerusakan, kemerosotan, Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Signifikan untuk di- dan/atau kepunahan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor KLHS-kan Pengembangan Air Minum, Sektor keanekaragaman hayati Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan
3. Peningkatan intensitas Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Signifikan untuk di- dan cakupan wilayah Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor KLHS-kan bencana banjir, longsor, Pengembangan Air Minum, Sektor kekeringan, dan/atau Pengembangan Penyehatan lingkungan kebakaranhutan dan permukiman berdampak terhadap lingkungan
Kabupaten Musi Rawas Utara
masyarakat
7. Peningkatan risiko Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Signifikan untuk di- terhadap Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor KLHS-kan kesehatan dan Pengembangan Air Minum, Sektor keselamatan manusia Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan
- *) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau
program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka disusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut :
1 Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Kabupaten Musi Rawas Utara
rencana dan/atau program memperoleh legitim asi atau penerimaan oleh publik. o
Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, penda pat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 8.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta KaryaContoh Lembaga Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
a. Bupati Pembuat keputusan
b. DPRD Penyusun kebijakan, rencana dan/atau program
Dinas PU-Cipta Karya Instansi
a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BLH
c. PDAM
d. Bappeda dan PM Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian
b. Asosiasi profesi keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok) c. Forum-forum Pembangunan Berkelanjutan dan
Lingkungan Hidup
d. LSM/ Pemerhati Lingkungan hidup
e. Perorangan/ tokoh
f. Kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA
Kabupaten Musi Rawas Utara
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: o penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspeksosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketigaaspek tersebut; o pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan o membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan
Tabel 8.3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Penjelasan Singkat* Bidang Cipta KaryaLingkungan Hidup Permukiman Kota Palembang mempunyai sumber air baku
Isu 1: Kecukupan air baku untuk air minum dari Sungai Musi yang sudah menurun kualitas Kekeringan, menurunnya kualitas air airnya Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, Pencemaran badan air oleh air limbah permukiman Isu 3: Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan Ekonomi Isu 4: Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
Kabupaten Musi Rawas Utara
c. Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Tabel 8.4 Tabel Identifikasi KRP Tahun 2014Komponen Kebijakan, Lokasi No
Kegiatan
Rencana / Program (Kelurahan)- 1 Pengembangan Permukiman Peningkatan jalan lingkungan dan
1) Pengembangan kawasan saluran
- permukiman perkotaan Peningkatan sarana dan prasarana 2) Pembinaan Teknis kawasan agropolitan
- DED Minapolitan Penyusunan SPPIP
- 2 Penataan Bangunan dan Penyusunan RISPK
- Lingkungan Penyusunan RTBL
- 1) Pembinaan Teknis Dukungan PSD RTH bangunan gedung
2) Penataan Lingkungan Permukiman
- 3 Pengembangan Air Minum Pembangunan SPAM IKK Kap.50
1) Pembangunan SPAM IKK L/det 2) Peningkatan SPAM IKK
Kabupaten Musi Rawas Utara
- Drainase Penyusunan Masterplan Drainase
- Penambahan transfer depo Pengadaan Excavator Penambahan Tong TPS
- Penambahan Gerobak Sampah Pengadaan kendaraan dinas roda 4 DED TPA
- Pembangunan TPA 3R Pengadaan kendaraan dinas roda 2
- Bimtek Persampahan
- Fasilitas sarana dan prasarana
- persampahan Penambahan Dump truck
- Penambahan truk sampah
- Pengadaan konta Outline Plan dan DED Persampahan
- Penambahan truk tinja
Sumber : Kajian Penga ruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu d. Wilayah
Tabel 8.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah No Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program* Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan** Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi Total Bobot *** Isu 2: Isu 2:4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
1) Pengembangan Drainase
2) Pengembangan Pengelolaan Persampahan
3) Pengembangan Pengelolaan Air Limbah
Pembangunan/Rehabilitasi Saluran
Perawatan dan Pemeliharaan Outline Plan dan DED Drainase Penambahan landasan kontainer
Sosialisasi kebijakan persampahan Monev dan Pelaporan
Pembangunan fasilitas instalasi DED Pembangunan MCK Komunal
Kabupaten Musi Rawas Utara
- baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air
- dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Contoh: kawasan kumuh menyebab- kan penurunan kualitas lingkungan Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman Pencemaran
menyebab- kan berkembang- nya wabah penyakit Contoh: - berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
1 Pengembangan Permukiman Pengembangan 1. kawasan permukiman perkotaan Pembinaan
2. Teknis kecukupan air
menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh kemiskinan
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Pembinaan 1)
Teknis Bangunan Gedung Penataan 2) Lingkungan Kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air Dampak
- kawasan Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran
Pencemaran
menyebab- kan berkembang- nya wabah penyakit Contoh:
menyebarnya penyakit diare Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
Kabupaten Musi Rawas Utara
- **) ditentukan melalui argumen/logika sederhana melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.
- ***) pembobotan ditentukan dari nilai -3 sd. +3, yang menunjukkan besaran pengaruh keterkaitan yang merugikan (-) maupun menguntungkan atau bernilai positif (+). Bobot dengan nilai negatif merupakan prioritas untuk ditentukan alternatif penyempurnaan KRPnya
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakat i bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain : a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang di perkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
Kabupaten Musi Rawas Utara
1 Pengembangan Permukiman Pengembangan permukiman harus diikuti dengan 1) Pengembangan kawasan permukiman pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap perkotaan kelestarian kuantitas dan kualitas air baku
- 2) Pembinaan Teknis Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan timbulnya slum area
- Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus baik sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan
- Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran (air)
- Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat berkembang biaknya vektor penyakit
- Pengembangan permukiman harus dilakukan secara merata sehingga tidak menimbulkan disparitas ekonomi (maupun sosial)
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Pengembangan permukiman harus diikuti dengan 1) Pembinaan teknis bangunan gedung pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap 2) Penataan lingkungan permukiman kelestarian kuantitas dan kualitas air baku
- 3) Peningkatan pencegahan bahaya Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak kebakaran mengakibatkan timbulnya slum area
- Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus baik sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan
- Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran (air)
- Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat
3 Pengembangan Air Minum Pengembangan permukiman harus diikuti dengan
Kabupaten Musi Rawas Utara
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
- Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS 3.
Pengembangan Drainase 1) Pengembangan Pengelolaan 2) Persampahan Pengembangan Pengelolaan Air 3) Limbah
Pengembangan permukiman harus diikuti dengan pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap kelestarian kuantitas dan kualitas air baku Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan timbulnya slum area Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus
- baik sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar
- tidak menimbulkan pencemaran (air) Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang
- sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat
No Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Kabupaten Musi Rawas Utara
- disertai dengan ketentuan insentif-disinsentif dan sanksi secara tegas
- Memperketat pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang rencana jaringan jalan
- Menegaskan pola pengelolaan pada kawasan hutan dan kawasan pertanian
Penataan Bangunan dan
- 2 Menyusun aturan Pengendalian pemanfaatan ruang dan
Lingkungan ketentuan zonasi untuk penataan areal-areal yang dilewati jalur rel yang akan dikembangkan
- Meningkatkan regulasi untuk pengendalian konversi lahan terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau
- Melakukan penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan
- Menyusun rencana dukungan prasarana dan sarana
3 Pengembangan Air minum
- Pelibatan masyarakat setempat >Pengembangan agropolitan difasilitasi dengan kebijakan strategis
- Pembuatan master plan tentang studi terkait
Kabupaten Musi Rawas Utara
- Sumber :
Program-program pembinaan dan pelatihan intensif bagi
- masyarakat Mengakomodasi usulan perubahan kawasan hutan tersebut untuk dimasukkan dalam rencana pola ruang RTRW harus memas ukkan pengendallian sungai dala m
- ketentuan pengendalian SDA
Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan.
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana- program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Am dal, UKL-UPL. Dan SPPLH.
Tabel 8.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan Amdal.VIII-18 Kabupaten Musi Rawas Utara
Tabel 8.8 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDALVIII-19 Kabupaten Musi Rawas Utara
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a)Rujukan Peraturan Perundangan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL b)Pengertian
Umum Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan;. bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup c)Kewajiban pelaksanaan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta) d)Keterkaitan studi lingkungan dengan: i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan
RPIM ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan e)Mekanisme pelaksanaan i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis. iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada
Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
VIII-20 Kabupaten Musi Rawas Utara
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
f) Muatan Studi Lingkungan i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program i. Kerangka acuan; ii. Andal; dan iii. RKL-RPL. Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL- RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. g)Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan. h)Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi. i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL. i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa, ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
VIII-21 Kabupaten Musi Rawas Utara
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan j. Institusi
Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir i. Fokus pengendali an dampak
Sempit, dalam dan rinci h.Deskripsi proses
f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya g.Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas e.Titik berat telaahan
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan d.Dampak kumulatif
c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan b.Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
Lainnya: a.Posisi
Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak; ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL k)Atribut
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
j) Partisipasi Masyarakat
hasil analisa Triarko Nurlambang dalam KLHS Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi Awal
Kabupaten Musi Rawas Utara
8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :
Tabel 8.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/sanitary landfill: > 10 ha
- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total > 100.000 ton
b. TPA di daerah pasang surut: semua
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total kapasitas/besaran
- Luas, atau
- Kapasitasnya
- Luas, atau
- Kapasitasnya
- Luas layanan, atau
- Debit air limbah > 2 ha > 11 m³ /hari > 3 ha > 2,4 ton/hari > 500 ha
- Luas layanan
- panjang
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
b. Pembangunan jaringan transmisi
a. Pembangunan jaringan distribusi
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
b. Kota sedang, panjang: > 5 km > 10 km
a. Kota besar/metropolitan, panjang:
D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman
> 16.000 m³ /hari
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:
Kabupaten Musi Rawas Utara No. Jenis Kegiatan
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
C. Air Limbah Domestik
d. keperluan settlement transmigrasi > 25 ha > 50 ha > 100 ha > 2.000 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas
b. Kota besar, luas
a. Kota metropolitan, luas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
Skala/Besaran B.
> 500 ha
Kabupaten Musi Rawas Utara
Tabel 8.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang: Luas kawasan, atau < 10 Ha
Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut Luas landfill, atau < 5 Ha
a. Persampahan Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station Kapasitas < 1.000 ton/hari iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjangLuas < 2 ha Atau kapasitas < 11 m /hari b. Air Limbah ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Domestik/ Luas < 3 ha Permukiman
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off- site sanitation system) diperkotaan/permukimanLuas < 500 ha
Kabupaten Musi Rawas Utara Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km
Pedesaan, Panjang : - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps
Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps
iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap
Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan: Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lpse. Pembangunan i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah: Gedung 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Kabupaten Musi Rawas Utara Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang
Kabupaten Musi Rawas Utara Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk; Luas kawasan: < 10 ha g. Peningkatan ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil; KualitasLuas kawasan: < 10 ha Permukiman iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
Luas kawasan: < 10 ha i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat h. Penanganan di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan
Kabupaten Musi Rawas Utara
Tabel 8.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan
Pada Program Cipta Karya
No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH1. Pengembangan Permukiman 1). 2). Dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). 2). Dst
3. Pengembangan Air minum 1). 2).
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) TPA Sukawinatan
- Sukarame 2014
2) TPA Karya Jaya
- Kertapati 2014
- *Dalam Proses Pendataan
8.2. Aspek Sosial
Kabupaten Musi Rawas Utara
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
- Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakuka n dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
- Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lah an
bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
- Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakantanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
- Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan d an penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
- Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
Kabupaten Musi Rawas Utara
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
- Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah :
1. Pemerintah Pusat: o Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi. o
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi. o
Meningkatkan keseja hteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberday aan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat. o
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
Kabupaten Musi Rawas Utara
Pemerintah Kabupaten/Kota: 3.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. o Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. o
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, o pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, o penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya
Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 8.2.1. Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada tabel 8.12 berikut :
Tabel 8.12
Kabupaten Musi Rawas Utara
- *Dalam Proses Pendataan
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu: Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
1. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
2. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa 3. diplester. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
4. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
5. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
6. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
7. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
8. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 9.
Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari 10. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
11. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: peta ni dengan luas lahan 500 m2, 12. buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
13. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- 14. seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal
Kabupaten Musi Rawas Utara
(PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdaya an Masyarakat bidang Cipta Karya Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlu kan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul seba gai pembelajaran di masa datang di daerah.
Tabel 8.13 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kab. Musi Rawas Utara Kontrol Tingkat Permasalahan Bentuk Pangambilan Program / Loka TahuManfa Partisipasi yang Perlu No. Keterlibat Keputusan Kegiatan si n Perempuan at Diantisipasi di an/ Akses oleh (jumlah) Masa Datang Perempuan
1 Pemberdayaan Masyarakat
a PNPM a Perkotaan PNPM a PNPM b PISEW b PISEW b PISEW c PAMSIMAS c PAMSIMAS c PAMSIMAS d PPIP d PPIP d PPIP e. RIS PNPM
e. RIS PNPM
Kabupaten Musi Rawas Utara
8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempat i oleh swasta/masyarakat
Kabupaten Musi Rawas Utara
kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan
Tabel 8.14 Kegiatan pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan konsultasi,pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi serta permukiman kembali No Komponen Tahap I Tahap II Arahan Lokasi Program dan Kegiatan Konsult- Pemindahan Permuki Sebelum Setelah penduduk / man Pemindah Pemindah asi pemberian an Kembali an kompensasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengembangan Permukiman 1).
2). Dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1).
Kabupaten Musi Rawas Utara 2).
Keterangan : Kegiatan mencakup lokasi
8.8.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Tabel 8.15 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Jumlah Program/ Tahun Penduduk No. Sektor Lokasi Keterangan Kegiatan Pelaksanaan yang memanfaatkan1. Pengembangan Permukiman
1. Pengembangan
1. Pengembangan
2. Penataan
Bangunan dan
2. Penataan
Lingkungan Penataan 2.