KARYA AKHIR ANALISIS EKSPRESI Cdk6 DAN Ki-67 PADA NEOPLASMA KELENJAR LIUR
KARYA AKHIR
ANALISIS EKSPRESI Cdk6 DAN Ki-67 PADA NEOPLASMA
KELENJAR LIUR
Oleh:
Meyta Riniastuti, dr.
Pembimbing:
Dyah Fauziah, dr., Sp.PA (K)
Alphania Rahniayu, dr., Sp.PA
Departemen / SMF Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2016
ANALISIS EKSPRESI Cdk6 DAN Ki-67 PADA
NEOPLASMA KELENJAR LIUR
KARYA AKHIR
Untuk Memperoleh Gelar Dokter Spesialis Dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Oleh:
Meyta Riniastuti, dr.
Departemen / SMF Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya akhir ini telah direvisi dan disetujui Pembimbing 1: Pembimbing 2: Dyah Fauziah, dr., Sp.PA(K) Alphania Rahniayu, dr., Sp.PA NIP. 19731205 200312 2 001 NIP. 19810123 200604 2 001
Mengetahui: Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dyah Fauziah, dr., Sp.PA(K) NIP. 19731205 200312 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Meyta Riniastuti NIM : 011181409 Judul Penelitian : Analisis Ekspresi Cdk6 dan Ki-67 pada Neoplasma
Kelenjar Liur Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya serta berasal dari data asli dan bukan hasil rekayasa.
Apabila di kemudian hari penelitian ini mengandung plagiasi atau autoplagiasi atau penjiplakan atas karya orang lain, maka saya bersedia bertanggung jawab sekaligus menerima sanksi.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Dibuat di : Surabaya Pada tanggal : 27 Juni 2016 Yang Membuat Pernyataan
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
ANALISIS EKSPRESI Cdk6 DAN Ki-67 PADA NEOPLASMA KELENJAR LIUR
Karya akhir ini telah diujikan Pada tanggal : 9 Juni 2016
Oleh panitia penguji: Sjahjenny Mustokoweni, dr., Sp.PA(K), MIAC
Dyah Fauziah, dr., Sp.PA(K) Anny Setijo Rahaju, dr., Sp.PA (K)
DR. Willy Sandhika, dr., M.Si., Sp.PA(K) DR. Hari Basuki N, dr., M.Kes
Prof. DR. I Ketut Sudiana, M.Si Alphania Rahniayu, dr., Sp.PA
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada guru-guru dan keluarga serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga karya akhir ini dapat diselesaikan. Penuh rasa hormat, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan tuntunanNya, karya akhir dengan judul “Analisis Ekspresi Cdk6 dan Ki-67 pada Neoplasma Kelenjar Liur” ini dapat diselesaikan. Karya ini merupakan salah satu persyaratan pendidikan spesialisasi bidang Patologi Anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
- Dyah Fauziah, dr., Sp.PA(K) sebagai pembimbing dan Ketua Program Studi Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atas segala bimbingan, dukungan, semangat, solusi dan petunjuknya dalam pembuatan karya akhir ini serta mencontohkan semangat dan motivasi dalam menempuh pendidikan spesialisasi.
- Alphania Rahniayu, dr., Sp.PA sebagai pembimbing kedua yang sangat membantu dalam penelitian dan membimbing proses pembuatan karya akhir ini.
- Dr. Hari Basuki N, dr., M.Kes. sebagai pembimbing statistik yang banyak membantu dalam penyusunan rancangan dan metodologi penelitian serta menganalisa data yang diperoleh.
Sjahjenny Mustokoweni, dr., Sp.PA(K), MIAC sebagai Ketua Departemen
- Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang memberikan kesempatan belajar ilmu patologi anatomi dan memanfaatkan fasilitas selama masa pendidikan serta selalu memberikan teladan kedisiplinan, memberikan kepercayaan, arahan, dorongan dan motivasi untuk terus belajar.
Prof. Dr. I Ketut Sudiana, M.Si yang turut memberi arahan, saran dan
- bimbingan selama penelitian dan penyusunan karya akhir ini.
Anny Setijo Rahaju, dr., Sp.PA(K) sebagai Sekretaris Program Studi
- Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang membantu penulis selama masa pendidikan.
Dr. Willy Sandhika, dr., M.Si, Sp.PA(K) sebagai koordinator ilmiah dan
- penelitian dan sekretaris Program Studi Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga saat penulis memulai masa pendidikan, yang selalu mencontohkan semangat dan motivasi serta selalu memberi bimbingan dan petunjuk dalam menempuh pendidikan spesialisasi.
Prof. Dr. Juliati Hood Alsagaff, dr., Sp.PA(K), FIAC guru besar Patologi
- Anatomi yang sering membagi pengalaman dan bimbingan selama masa pendidikan.
Prof. Dr. Endang Joewarini,dr., Sp.PA(K) sebagai guru besar Patologi
- Anatomi yang selalu mengajarkan kemandirian, disiplin dan tanggung jawab serta memberikan bimbingan selama masa pendidikan.
Prof. Dr. Suhartono Taat Putra,dr., MS sebagai guru besar yang senantiasa
- memberikan dorongan dan semangat untuk berpikir maju dalam ilmu pengetahuan dan mengembangkan penelitian dengan tetap memperhatikan fenomena terkini sebagai dasar acuan.
Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA sebagai Rektor Universitas
- Airlangga dan Prof. Dr. H. Fasich, Apt yang merupakan rektor pada masa awal pendidikan penulis, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan spesialisasi Patologi Anatomi di Universitas Airlangga.
Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
- Universitas Airlangga dan Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., MSc, SpPD, K- EMD, FINASIM yang merupakan Dekan pada masa awal pendidikan penulis, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan spesialisasi Patologi Anatomi di Universitas Airlangga.
Harsono, dr., sebagai Plt. direktur RSUD dr. Soetomo dan Dodo Anondo,
- dr., MPH yang merupakan direktur pada masa awal pendidikan penulis, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bekerja dan belajar di dalam lingkup RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Etty Hary Kusumastuti, dr., Sp.PA(K) sebagai Kepala Instalasi
- Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Soetomo dan Tulus Panuwun, dr., MS, Sp.PA(K) sebagai Kepala Instalasi pada awal masa pendidikan
Seluruh staf pengajar Departemen Patologi Anatomi yang selalu
- memberikan masukan, bimbingan dan petunjuk dalam tugas keseharian selama masa pendidikan.
Roebijanti, dr., Sp.PA, selaku Kepala Bagian Laboratorium Patologi
- Anatomi RSUD Haji Surabaya, beserta staf, atas bimbingan, petunjuk dan kerja sama yang baik khususnya selama kami menjalani putaran haji.
Dewi Astuti Kurniawati, dr., Fibriani Dyah Sofiana, dr., Sp.PA, Erlina, dr.
- Sp.PA, Aniek Meidy Utami, dr. Sp.PA dan Ayu Tyasmara Pratiwi, dr. yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk terus maju dan tidak menyerah dalam menjalani masa-masa sulit selama pendidikan serta semua rekan PPDS I Patologi Anatomi FK. UNAIR untuk dukungan, rasa persaudaraan dan kerja sama selama menjalani pendidikan.
Seluruh karyawan Laboratorium – SMF Patologi Anatomi Fakultas
- Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas kerja sama yang baik selama ini.
Suami tercinta Andreas Didit Mifanto dan anak terkasih Adhyatma
- Chrysostomos Davu yang tidak pernah henti memberikan dorongan, doa, cinta, semangat dan mendampingi dengan kesabaran selama masa pendidikan juga seluruh keluarga Bapak Supar Madijono, Ibu Sunarti, kakak dan adik-adik yang memberikan dukungan dalam segala hal.
Sahabat sepanjang masa: Catharine Mayung Sambo, dr., Sp.A, Nurul
- Setyorini, dr., Tonny Sundjaja, dr., M.Sc dan Yuna Joy Uli Dame Hutagaol, SH serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut menyumbangkan tenaga dan saran dalam penyelesaian karya akhir ini.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, masukan dan saran yang berguna untuk perbaikan sangat diharapkan. Semoga karya ini bermanfaat.
Surabaya, Juni 2016 Penulis
ANALYSIS OF Cdk6 AND Ki-67 EXPRESSION ON SALIVARY GLAND
NEOPLASMS
Meyta Riniastuti, Dyah Fauziah, Alphania Rahniayu Department of Pathology
Universitas Airlangga / Hospital Dr.Soetomo Surabaya
ABSTRACT Background: Tumors with broad spectrum can arise in salivary glands and giving
diagnostic difficulties in some subtypes due to morphologic similarities.
Immunohistocemistry studies done to differentiate between benign and malignant
neoplasms of salivary glands are very few, including Cdk6 and Ki-67. Cdk6 role
in tumorigenesis, halting cellular proliferation and differentiation. Ki-67 is actively expressed in cells that are proliferating, particularly neoplasms.
Objective:
To analyze differences of Cdk6 and Ki-67 expression in benign and malignant salivary gland neoplasms, as well as analyzing the correlation between the Cdk6 and Ki-67expression in the salivary gland neoplasms.
Methods: This is an analytic observational study with cross sectional design.
Samples were taken in proportion, each 15 samples of benign and malignant salivary gland neoplasms, derived from pathological archives during period of 1 January 2011-30 June 2013. Immunohistochemical staining with Cdk6 and ki-67 monoclonal antibody were performed. Differences in Cdk6 and Ki-67 expression of both group were analyzed using Mann Whitney. The correlation between the Ki-67 and Cdk6 expression were analyzed using Spearman.
Results:
There were significant differences in the Cdk6 and Ki-67 expression between benign and malignant salivary gland neoplasms.The expressions of Ki-67 have a cut-off point of 6.50%. There was a significant correlation between Cdk6 and Ki-67 expression in the salivary gland neoplasms.
Conclusion:
Cdk6 and Ki-67 can be used to distinguish between benign and malignant neoplasms of the salivary glands. There were correlation between Cdk6 and Ki-67 expression in the salivary gland neoplasms.
Keywords:
Neoplasms of the salivary glands, Cdk6, Ki-67
ANALISIS EKSPRESI Cdk6 DAN Ki-67 PADA NEOPLASMA KELENJAR
LIUR
Meyta Riniastuti, Dyah Fauziah, Alphania Rahniayu Departemen Patologi Anatomi
Universitas Airlangga/RSUD Dr.Soetomo Surabaya
ABSTRAK Latar Belakang: Neoplasma dengan berbagai spektrum dapat muncul dari
kelenjar liur dan memberikan gambaran morfologi yang hampir sama pada
masing-masing subtipe sehingga menimbulkan kesulitan dalam penegakkan
diagnosis. Penelitian dengan imunohistokimia yang pernah dilakukan untuk
membedakan neoplasma jinak dan ganas pada kelenjar liur tidak banyak,
termasuk Cdk6 dan Ki-67. Peran Cdk6 dalam tumorigenesis, memutus proliferasi
seluler dan diferensiasi. Ki-67 terekspresi secara aktif dalam sel yang sedang berproliferasi, terutama neoplasma.
Tujuan:
Menganalisis perbedaan ekpresi Cdk6 dan Ki-67 pada neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas, serta menganalisis korelasi antara ekspresi Cdk6 dan Ki-67 pada neoplasma kelenjar liur.
Metode:
Jenis penelitian ini adalah obervasional analitik menggunakan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian diambil secara proporsional masing-masing
kelompok, jinak dan ganas, sejumlah 15 sampel selama periode 1 Januari 2011-30 Juni 2013. Sampel diberikan pulasan imunohistokimia dengan antibodi monoklonal Cdk6 dan Ki-67. Perbedaan ekspresi Cdk6 dan Ki-67 pada neoplasma jinak dan ganas dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hubungan antara ekspresi Cdk6 dan Ki-67 dianalisis menggunakan uji Spearman.
Hasil:
Ekspresi Cdk6 memiliki perbedaan bermakna antara neoplasma kelenjar liur jinak dan ganas. Ekspresi Ki-67 memiliki bermakna pada neoplasma kelenjar liur yg jinak dan ganas serta memiliki nilai cut off 6,50%. Ekspresi Cdk6 dan Ki- 67 memiliki hubungan yang bermakna pada neoplasma kelenjar liur.
Kesimpulan:
Ekspresi Cdk6 dan Ki-67 dapat digunakan untuk membedakan neoplasma kelenjar liur jinak dan ganas. Cdk6 dan Ki-67 memiliki korelasi pada neoplasma kelenjar liur.
Kata kunci :
Neoplasma kelenjar liur, Cdk6, Ki-67
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN................................................ iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI............................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................... vi ABSTRAK..................................................................................................... xi DAFTAR ISI.................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xviii DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xx DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xxi BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................
1 1.1 Latar Belakang..........................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................
2 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................
3 1.3.1 Tujuan umum..................................................................
3 1.3.2 Tujuan khusus..................................................................
3 1.4 Manfaat.....................................................................................
3 1.4.1 Manfaat akademik...........................................................
3 1.4.2 Manfaat operasional........................................................
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
5
2.1 Neoplasma Kelenjar Liur.... ....................................................
5 2.1.1 Epidemiologi...................................................................
5 2.1.2 Etiologi............................................................................
6 2.1.3 Genetik............................................................................
7 2.1.4 Histogenesis dan morfogenesis.......................................
7 2.2 Pleomorphic Adenoma.............................................................
8 2.2.1 Epidemiologi....................................................................
8 2.2.2 Makroskopik.....................................................................
8 2.2.3 Histopatologi....................................................................
9 2.2.4 Diagnosis banding............................................................
12
2.3 Mucoepidermoid Carcinoma.................................................... 12 2.3.1 Epidemiologi....................................................................
12
2.3.2 Makroskopik..................................................................... 13
2.3.3 Histopatologi.................................................................... 13 2.3.4 Diagnosis banding............................................................
15 2.4 Adenoid Cystic Carcinoma......................................................
15 2.4.1 Epidemiologi....................................................................
16
2.4.2 Makroskopik.................................................................... 16 2.4.3 Histopatologi...................................................................
16 2.4.4 Diagnosis banding...........................................................
18 2.5 Acinic Cell Carcinoma.............................................................
18 2.5.1 Epidemiologi...................................................................
18
2.5.2 Makroskopik.................................................................... 19
2.5.3 Histopatologi...................................................................
19 2.5.4 Diagnosis banding...........................................................
21
2.6 Peran Cdk6 dalam Neoplasma Kelenjar Liur........................... 21 2.7 Peran Ki-67 dalam Neoplasma Kelenjar Liur..........................
25 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS........................ 28 3.1 Kerangka Konseptual...............................................................
28
3.2 Hipotesis................................................................................... 30
Bab 4 METODE PENELITIAN............................................................... 31 4.1 Rancangan Penelitian...............................................................
31 4.2 Populasi dan Besar Sampel......................................................
31 4.3 Variabel Penelitian...................................................................
32
4.4 Batasan Operasional................................................................. 33
4.5 Cara Kerja................................................................................. 34
4.6 Alur Penelitian.......................................................................... 35
4.7 Pengelolaan dan Analisis Data................................................. 35
BAB 5 HASIL PENELITIAN.................................................................... 37 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian...............................................
37
5.1.1 Distribusi jenis kelamin................................................... 37 5.1.2 Distribusi usia.................................................................
39 5.1.3 Distribusi lokasi tumor....................................................
40 5.2 Ekspresi Cdk6 pada Tumor Kelenjar Liur Jinak dan Ganas....
41
5.3 Ekspresi Ki-67 pada Tumor Kelenjar Liur Jinak dan Ganas.... 45
5.4 Hubungan Antara Ekspresi Ki-67 dan Cdk6 pada Tumor
Kelenjar Liur............................................................................
47 BAB 6 PEMBAHASAN............................................................................. 49 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian...............................................
49 6.2 Ekspresi Cdk6 pada Tumor Kelenjar Liur Jinak dan Ganas....
50
6.3 Ekspresi Ki-67 pada Tumor Kelenjar Liur Jinak dan Ganas.... 53
6.4 Hubungan Antara Ekspresi Ki-67 dan Cdk6 pada Tumor Kelenjar Liur............................................................................
57 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 59
7.1 Kesimpulan............................................................................... 59
7.2 Saran......................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 60 LAMPIRAN...................................................................................................
65
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Scoring yang digunakan untuk menentukkan derajat MEC.............................. 14Tabel 5.1 Distribusi Penderita Tumor Kelenjar Liur Berdasarkan Jenis Kelamin............ 38Tabel 5.2 Distribusi Penderita Tumor Kelenjar Liur Berdasarkan Usia............................ 39Tabel 5.3 Deskripsi Usia Penderita Berdasarkan Jenis Tumor Kelenjar Liur................... 39Tabel 5.4 Distribusi Penderita Tumor Kelenjar Liur Berdasarkan Lokasi........................ 40Tabel 5.5 Distribusi Skor Pulasan Cdk6 Berdasarkan Jenis Neoplasma........................... 41Tabel 5.6. Analisis Ekspresi Cdk6 pada Neoplasma Kelenjar Liur Jinak dan Ganas....... 42Tabel 5.7 Distribusi Ekspresi Ki-67 Berdasarkan Cut-Off Point 6,50%........................... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran makroskopik pleomorphic adenoma.............................. 9Gambar 2.2 Gambaran mikroskopik pleomorphic adenoma............................... 11Gambar 2.3 Mucoepidermoid carcinoma............................................................ 15Gambar 2.4 Adenoid cyctic carcinoma............................................................... 17Gambar 2.5 Acinic cell carcinoma...................................................................... 20Gambar 2.6 Skema siklus sel............................................................................... 22Gambar 2.7 Perbandingan ekspresi cdk6 pada inti dan sitoplasma sel............... 24Gambar 2.8 Ekspresi cdk6 pada tumor dan kelenjar liur..................................... 25Gambar 3.1 Kerangka konsep.............................................................................. 29Gambar 2.9 Ekspresi Ki-67 pada kelenjar liur.................................................... 27Gambar 5.1 Distribusi penderita tumor kelenjar liur berdasarkan jenis kelamin 38Gambar 5.2 Distribusi penderita tumor kelenjar liur berdasarkan usia............... 40Gambar 5.3 Distribusi neoplasma kelenjar liur berdasarkan lokasinya.............. 41Gambar 5.4 Mean / rerata ekspresi CDk6 pada tumor kelenjar liur.................... 42Gambar 5.5 Neoplasma kelenjar liur dengan ekpresi Cdk6 skor 1..................... 43Gambar 5.6 Neoplasma kelenjar liur dengan ekpresi Cdk6 skor 2..................... 43Gambar 5.7 Neoplasma kelenjar liur dengan ekpresi Cdk6 skor 3..................... 44Gambar 5.8 Neoplasma kelenjar liur dengan ekpresi Cdk6 skor 4..................... 44Gambar 5.9 Mean / rerata ekspresi Ki-67 pada tumor kelenjar liur.................... 45 Gambar 5.10 Ekspresi Ki-67 pada neoplasma jinak.......................................46
Gambar 5.11 Ekspresi Ki-67 pada neoplasma ganas........................................... 47Gambar 5.12 Hubungan ekspresi Ki-67 dengan Cdk6 menggunakan uji korelasi Spearman..........................................................................48
DAFTAR SINGKATAN
ACC : Acinic Cell Carcinoma AdCC : Adenoid Cyctic Carcinoma BMP-2 : Bone Morphogenic Protein 2 Cdk : Cyclin dependent kinase Cip/Kip : CDK interacting protein/ Kinase inhibitory protein) CKI : Cdk Inhibitor DNA : Deoxyribose-Nucleic Acid ECM : Extra Cellular Matrix HE : Hematoxylin Eosin HER-2 : Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 HIV : Human Immunodeficiancy Virus
IHC : Immunohistochemistry
INK : Inhibitor of Kinase LI : Labeling Index MEC : Mucoepidermoid Carcinoma NOS : No Other Specified PRB : Retinoblastoma Protein rRNA : ribosomal Ribonucleic Acid SD : Standard Deviasi UVB : Ultra Violet B
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran Hasil Analisis............................................................. 65 Lampiran 2. Teknik Pengecatan Hematoksilin Eosin Cara Meyer................. 70 Lampiran 3. Teknik Pulasan Imunohistokimia dengan antibodi Cdk6........... 71 Lampiran 4. Teknik Pulasan Imunohistokimia dengan antibodi Ki-67.......... 72 Lampiran 5. Data Sheet Cdk6....................................................................... 73 Lampiran 6. Data Sheet Ki-67......................................................................
74 Lampiran 7. Keterangan Kelaikan Etik......................................................... 76
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neoplasma pada kelenjar liur termasuk neoplasma yang jarang terjadi. Insiden per tahun dari neoplasma kelenjar liur antara 0,5 - 2 tiap 100.000 penduduk pada daerah yang berbeda di seluruh dunia (Cheuk dan Chan, 2007). Angka kejadian neoplasma kelenjar liur mayor periode tahun 2005 - 2007 di RSUD Dr. Sutomo Surabaya sebanyak 166 kasus (Rahniayu dan Fauziah, 2008).
Neoplasma kelenjar liur memiliki berbagai macam spektrum dan gambaran
morfologi yang hampir sama pada masing-masing subtipe (Mills, 2010).
Penegakkan diagnosis menggunakan preparat dengan pengecatan hematoxylin-
eosin (HE) masih merupakan standar baku, namun seringkali sulit untuk
menegakkan diagnosis pastinya. Imunohistokimia (IHK), sangat berguna saat
diagnosis pasti sulit ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi rutin,
misalnya sifat sel dan status diferensiasi, proliferasi sel dan ekspresi protein tumor
(Nagao et al., 2012).Protein Cdk6, bekerja sama dengan cyclin D, mengendalikan progresi siklus sel fase G1 ke S melalui fosforilasi dan selanjutnya inaktivasi protein Rb1 (Meyerson dan Harlow, 1994). Beberapa penelitian mengungkapkan fungsi Cdk6, antara lain peran Cdk6 dalam tumerogenesis, memutus proliferasi seluler dan diferensiasi (Nagaswara et al., 2001; Ericsson et al., 2003; Slomiany et al., 2006).
Penanda siklus sel yang paling sering digunakan dalam imunohistokimia adalah antibodi Ki-67 monoklonal yang aktif pada semua fase siklus sel. Ki-67 meningkat pada putaran kedua fase S, mencapai puncaknya pada fase G2 dan M dan segera menghilang setelah mitosis. Ki-67 terekspresi secara aktif dalam sel yang sedang berproliferasi, utamanya neoplasma. Imunoreaktivitasnya ditemukan memiliki hubungan yang erat dengan variabel lain dalam proliferasi sel (Slootweg, 1995; Macluskey et al., 1999).
Sangat sedikit penelitian yang menggambarkan neoplasma kelenjar liur
pada tingkat molekuler dan proliferasi sel (Pardis et al., 2004). Penelitian ekspresi
Ki-67 pada neoplasma kelenjar liur belum memberikan nilai cut-off yang
disepakati. Demikian juga studi mengenai ekspresi Cdk6 pada neoplasma masih
jarang dikerjakan, terlebih pada jaringan kelenjar liur. Selain itu studi tentang
ekspresi Ki-67 dan Cdk6 pada neoplasma kelenjar liur belum pernah dilakukan di RSUD Dr. Soetomo. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu meneliti tentang ekspresi 2 protein yang berperan dalam proliferasi sel tersebut pada neoplasma kelenjar liur jinak dan ganas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan ekspresi Ki-67 antara neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas?
2. Apakah terdapat perbedaan ekspresi Cdk6 antara neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas ?
3. Apakah terdapat hubungan antara ekspresi Ki-67 dan Cdk6 pada neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengungkapkan peran protein Ki-67 dan Cdk6 pada jalur proliferasi neoplasma kelenjar liur jinak dan ganas terutama pada kasus yang sulit agar didapatkan diagnosis yang lebih tepat.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui perbedaan ekspresi Ki-67 antara neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas
2. Mengetahui perbedaan ekspresi Cdk6 antara neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas
3. Mengetahui hubungan antara ekpresi Ki-67 dan Cdk6 pada neoplasma kelenjar liur yang jinak dan ganas
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat akademik
Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan peran protein Ki-67 dan Cdk6 dalam jalur proliferasi neoplasma kelenjar liur jinak dan ganas.
1.4.2 Manfaat operasional
Dengan pengetahuan tentang ekspresi Ki-67 dan Cdk6 pada neoplasma kelenjar liur sesuai dengan sifat tumor, diharapkan Ki-67 dan Cdk6 dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan bila dari pemeriksaan hitopatologik rutin terdapat kesulitan untuk membedakan apakah neoplasma tersebut jinak atau ganas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Neoplasma Kelenjar Liur
2.1.1 Epidemiologi
Neoplasma kelenjar liur adalah kasus yang jarang. Kebanyakan kasus merupakan neoplasma jinak dengan kejadian paling banyak adalah pleomorphic
adenoma (sekitar 65% dari seluruh tumor) dan hanya 20% kasus keganasan.
Insiden per tahun dari neoplasma kelenjar liur antara 0,5 - 2 tiap 100.000 pada daerah yang berbeda di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi di Kroasia.
Di Amerika Serikat, terdapat kenaikan insiden kanker kelenjar liur. Tercatat 6,3% seluruh kanker kelenjar liur pada tahun 1974-1976 dan pada tahun 1998-1999 ada 8,1% kasus (Cheuk dan Chan, 2010, Howe et al., 2012).
Ada variasi geografi yang mempengaruhi frekuensi dari jenis tumor. Pada penelitian kasus di Denmark dan bagian Pennsylvania, sekitar 30% kasus neoplasma kelenjar liur adalah tumor Warthin, meningkat tujuh kali lipat dari frekuensi pada umumnya. Dilaporkan bahwa frekuensi mucoepidermoid
carcinoma di Inggris sekitar 2,1% sementara angka kejadian di seluruh dunia
sekitar 5-15%. Survey yang dilakukan pada beberapa etnis di Malaysia menunjukkan frekuensi tertinggi kasus neoplasma kelenjar liur terdapat pada etnis Melayu dibandingkan pada etnis India dan Cina (Cheuk dan Chan, 2010).
Distribusi kasus pada laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan (Howe et al., 2012). Namun ada juga literatur yang menyebutkan bila wanita lebih sering menderita neoplasma kelenjar liur dibanding pada laki-laki, kecuali untuk kasus tumor Warthin dan keganasan tipe high grade (Cheuk dan Chan, 2010, Bernes et al., 2005). Tumor kelenjar liur dapat terjadi baik pada kelenjar mayor maupun minor. Neoplasma kelenjar liur mayor 80% terdapat pada kelenjar parotis, sedangkan neoplasma kelenjar minor terdapat pada kelenjar palatum. Sebagai pegangan klinis praktis, kelenjar liur yang lebih kecil lebih mungkin merupakan kasus keganasan. Pada kelenjar parotis, 20-25% merupakan kasus keganasan. Sementara 40% keganasaan terjadi pada kelenjar submandibula dan lebih dari 90% keganasan pada kelenjar submandibula (Howe et al., 2012).
Terdapat sekitar 80-90% keganasan dapat terjadi pada lidah, dasar mulut dan area retromolar (Bernes et al., 2005).
2.1.2 Etiologi
Faktor risiko utama yang dikenali adalah paparan radiasi seperti yang menimpa orang-orang yang selamat dari serangan bom maupun pasien yang menerima terapi radiasi. Namun tidak terdapat peningkatan risiko terhadap paparan radiasi UVB (Zarbo, 2002).
Infeksi Epstein-Barr virus terlibat dalam patogenesis salivary
lymphoepithelioma-like carcinoma yang sering terjadi pada penduduk Eskimo dan
Cina dibanding pada orang-orang Barat. Tidak seperti kanker kepala dan leher lainnya, peminum alkohol dan perokok tidak berhubungan dengan kenaikan risiko terjadinya neoplasma kelenjar liur, kecuali pada tumor Warthin yang risiko terjadinya meningkat pada perokok. Beberapa faktor risiko terjadinya kanker kelenjar liur antara lain terapi radiasi untuk kanker kepala leher lainnya, terekspos materi dari perusahaan karet dan kayu, industri metal, plumbing dan nikel juga penata rambut dan toko kosmetik. Penelitian di Swedia menyebutkan bahwa menderita Non Hodgkin’s Lymphoma meningkatkan resiko terjadinya kanker kelenjar liur empat kali lipat. Infeksi HIV juga dapat meningkatkan resiko kanker kelenjar liur (Barnes et al., 2005, Howe et al., 2012, Zarbo, 2002).
2.1.3 Genetik
Penelitian genetik telah mengidentifikasi kejadian berulang pada
pleomorphic adenoma (penyusunan kembali kromosom 8q12 dan 12q13-15),
mucoepidermoid carcinoma (translokasi kromosom 11q21 dan 19p13), adenoid
cystic carcinoma (perubahan struktural atau molekular pada 6q, 8q, dan 12q) dan
salivary duct carcinoma (amplifikasi HER-2). Penelitian mengenai profil ekspresi
gen menggunakan microarrays juga telah mengidentifikasi gen yang dapat memisahkan jaringan kelenjar liur jinak dengan neoplasma dan menunjukkan gambaran yang berbeda pada pleomorphic adenoma, adenoid cystic carcinoma,
mucoepidermoid carcinoma, clear cell carcinoma, acinic cell carcinoma dan
salivary duct carcinoma. Namun saat ini studi molekuler belum memiliki peran
yang telah ditetapkan dalam penegakkan diagnosis yang rutin (Cheuk dan Chan, 2007).
2.1.4 Histogenesis dan morfogenesis
Selama bertahun-tahun, patologi tumor kelenjar liur terfokus pada hubungan tumor secara histologik dengan asal selnya. Yang paling populer adalah hipotesis Batsakis dkk yang menyatakan adanya dua stem cell progenitor pada regio proksimal dan distal sistem duktus. Hipotesis selanjutnya intercalated duct
reserve cell bagian distal dianggap sebagai sel asal suatu tumor yang memiliki
ductus yang besar, dengan diferensiasi sel squamous atau mucous. Namun, konsep dan klasifikasi baru yang disusun oleh Dardick adalah tentang morfogenetik yang menghubungkan morfologi dengan diferensiasi sel yang berasal dari ekspresi gen yang berbeda pada stem sel dengan produksi matrik tumor (Zarbo, 2002).
2.2 Pleomorphic Adenoma
Pleomorphic adenoma adalah neoplasma jinak yang terdiri dari
diferensiasi sel epithelial dan myoepithelial biasanya disertai adanya jaringan mucoid, myxoid atau chondroid (Cheuk dan Chan, 2007, Barnes et al., 2005).
2.2.1 Epidemiologi Pleomorphic adenoma adalah tumor kelenjar liur yang paling sering
terjadi dan merupakan 60% dari seluruh tumor kelenjar liur. Dilaporkan, angka kejadian per tahun 2,4-3,05 per 100.000 penduduk. Usia rata-rata penderita 46 tahun, namun pada rentang usia dekade pertama sampai dekade 10 dan didominasi kaum wanita. Sekitar 80% pleomorphic adenoma tumbuh dari parotis, 10% pada kelenjar submandibular dan 10% pada kelenjar liur minor pada cavum oris, cavum nasi, dan sinus paranasal (Cheuk dan Chan, 2007; Barnes et al., 2005).
2.2.2 Makroskopik
Tumor berukuran beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, berkapsul tipis dan soliter. Namun tumor intraoral yang muncul dari palatum biasanya tidak berkapsul lengkap. Permukaan irisan tampak elastis, fleshy, mucoid atau berkilat tergantung jumlah stroma pada tumor. Pada area yang kapsulnya tidak sempurna, tepi tumor berbatas langsung dengan jaringan kelenjar di sekitarnya (Cheuk dan Chan, 2007).
A B
Gambar 2.1 Gambaran makroskopik pleomorphic adenoma pada kelenjar parotis, berkapsul dan permukaan pada irisan mengkilat (A); tumor berbatas tegas padakelenjar submandibula (B) (Mills, 2010)
2.2.3 Histopatologi
Pleomorphic adenoma menunjukkan keanekaragaman morfologi yang luar
biasa. Komponen pentingnya adalah kapsul, sel epitel dan mioepitel, serta elemen stroma atau mesenkimal. Kapsulnya memiliki ketebalan dan keberadaannya yang bervariasi dengan rentang ketebalan kapsul 15-1750 mm. Bila dilakukan irisan berseri akan tampak area yang kapsulnya tampak tidak utuh dan menunjukkan gambaran seperti satelit yang merupakan pertumbuhan yang berlanjut dari tumor utama dan tidak boleh dianggap sebagai suatu invasi (Cheuk dan Chan, 2007; Barnes et al., 2005).
Komponen epitelial menunjukkan bermacam-macam variasi sel, seperti
cuboidal, basaloid, squamous, spindle cell, plasmacytoid dan clear cells. Sel
mucous, sebaceous dan serous acinar dapat muncul namun jarang dijumpai. Sel-
sel ini secara sitologik tampak bland dan memiliki inti bervakuol tanpa anak ini yang prominent dan sedikit mitosis. Epitel biasanya tersusun dalam lembaran atau membentuk struktur duct-like. Duktus menunjukkan sel luminal kuboid dan mungkin terdapat lapisan abluminal sel mioepitel yang secara morfologi kadang tampak mirip dengan sel luminal atau memiliki sitoplasma jernih dan hiperkromatik serta kadang tampak inti sel yang berlekuk. Pada tumor yang kecil, gambaran ini akan menyulitkan karena mirip dengan adenoid cystic carcinoma dan epithelial-myoepithelial carcinoma. Squamous metaplasia, kadang dengan
keratin pearl dapat ditemukan. Kadang juga didapatkan mucous metaplasia atau
perubahan clear cell yang menyulitkan karena dianggap sebagai mucoepidermoid carcinoma.
Sel mioepitel dapat tersusun membentuk pola retikuler atau lembaran sel berbentuk spindle yang mungkin berbentuk palisading seperti gambaran
schwannoma. Gambaran yang paling jelas terlihat pada sel mioepitel yang
berbentuk plasmacytoid atau hyalin.Gambar 2.2 Gambaran mikroskopik pleomorphic adenoma. Diferensiasi
squamous (A); Diferensiasi chondroid (B); Diferensiasi osseus (C) (Sumber:
Barnes et al., 2005).Komponen mesenchymal-like adalah mucoid/myxoid, cartilaginous atau
hyalinised dan kadang jaringan ini merupakan bagian utama tumor. Sel dengan
material mucoid berasal dari mioepitel dan bagian sel-sel yang berada di tepi bercampur di sekeliling stroma. Material cartilage-like nampak seperti cartilage yang sesungguhnya dan positif terhadap type II collagen dan keratan sulphate. Tulang mungkin terbentuk dengan cartilage ini atau terbentuk secara langsung oleh osseus metaplasia stroma. Squamous metaplasia mungkin ditemukan dan menimbulkan kesalahan karena dianggap sebagai keganasan. Beberapa tumor tampak menunjukkan degenerasi kistik dengan elemen neoplastik yang membentuk rim di sekitar central cavity (Barnes et al., 2005; Mills, 2010).
2.2.4 Diagnosis banding
Diagnosis banding dari pleomorphic adenoma antara lain: Monomorphic adenoma (misalnya basal cell adenoma, myoepithelioma), Adenoid cystic carcinoma,
Polimorphic Low Grade Adenocarcinoma, Epithel-myoepithelial carcinoma,
Mucoepidermoid carcinoma, dan macam-macam mesenchymal tumor, seperti
nerve sheath tumor, smooth muscle tumor (Cheuk dan Chan, 2007).2.3 Mucoepidermoid Carcinoma
Mucoepidermoid carcinoma adalah neoplasma ganas epitel kelenjar yang
terdiri dari sel mucous, intermediate dan epidermoid dengan gambaran kolumner, clear cell dan oncocytoid (Barnes et al., 2005).
2.3.1 Epidemiologi
Mucoepidermoid carcinoma (MEC) merupakan keganasan kelenjar liur
yang paling sering terjadi baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Wanita yang sedikit lebih sering menderita keganasan ini dibanding laki-laki. Angka kejadian tertinggi pada dekade kelima, namun harus diingat bahwa pada anak- anak, keganasan ini adalah keganasan kelenjar liur yang paling sering terjadi.
Kurang lebih setengah kejadian MEC muncul pada kelenjar mayor yang didominasi kelenjar parotis (45%), kelenjar submandibula sebanyak 7% dan 1% pada kelenjar sublingual. Lokasi paling sering adalah palatum dan mukosa bukal (Mills, 2010; Barnes et al., 2005).
2.3.2 Makroskopik
Massa bervariasi dengan permukaan halus sampai ireguler, rata-rata berukuran 3-5 cm, batas kurang tegas, berkapsul sebagian dengan konsistensi kenyal sampai keras, mungkin kistik berisi bahan mukus atau material perdarahan (Mills, 2010).
2.3.3 Histopatologi
Sesuai dengan definisinya, gambaran MEC terdiri dari berbagai tipe sel, yang paling sering adalah sel squamous, sel mucous, sel intermediate berbentuk kuboid, dan sel basaloid. Sel squamous membentuk sarang yang solid, kadang dengan keratinisasi dan intercellular bridging. Komponen ini mendominasi pada tumor derajat tinggi (high grade). Sel mucous mungkin tersebar diffuse atau melapisi ruangan kistik. Sel mucous sering mendominasi tumor derajat rendah.
Jika bahan mucous keluar sampai pada jaringan kelenjar liur yang berbatasan dengan tumor, akan muncul reaksi foreign body giant cell dan mempersulit tegaknya diagnosis. Kadang MEC terdiri dari clear cell yang menyolok atau oncocytic cell yang menyolok.
Derajat/grading mukoepidermoid diukur menggunakan sistem dari lima tanda histopatologi, yaitu nuclear atypia, komponen intrakistik, jumlah mitosis, invasi perineural dan nekrosis, seperti tampak pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Scoring yang digunakan untuk menentukan derajat MEC (Sumber:Barnes et al., 2005) Gambaran Histopatologik Nilai Komponen kistik <20%
2 Invasi neural
2 Nekrosis
3 Mitosis ≥ 4 / 10hpf
3 Anaplasia
4 Tumor Grade Skor nilai Rendah 0 – 4 Intermediate 5 – 6 Tinggi ≥ 7
Pada MEC derajat rendah, tampak bentukan kelenjar yang jelas atau struktur mikrokistik, dilapisi selapis sel kolumner yang mensekresi bahan mucous.
Pada beberapa area tampak ruang-ruang kistik dibatasi lekukan papiler yang dibentuk oleh sel intermediate, basaloid atau squamous. Kista-kista kecil yang bergabung menjadi besar sangat mudah ditemukan.
Lesi MEC derajat sedang biasanya ditandai dengan pertumbuhan solid dari sel squamous, intermediate, basaloid atau clear cell atau lekukan kista papiler.
Variasi ukuran dan bentuk sel ganas, anak inti yang menyolok, dan banyaknya mitosis dengan mudah dikenali. Invasi yang jelas, termasuk invasi perineural yang luas, nekrosis yang fokal, peningkatan jumlah mitosis, dan gambaran pleomorfik berat menunjukkan suatu tumor derajat tinggi (Barnes et al., 2005, Mills, 2010).
A B C