BENTUK VISUAL KEHIDUPAN SEMUT DALAM EKSPRESI KARYA SENI PATUNG

BENTUK VISUAL KEHIDUPAN SEMUT DALAM EKSPRESI KARYA SENI PATUNG PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni

Jurusan Seni Rupa Murni

oleh:

HARYA PUJANTARA PARASTANTO NIM. C. 0606012 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Allah SWT. Nabi Muhammad SAW. Bapak dan Ibu tercinta. Istri dan Anakku tercinta. Adik-adikku tercinta. Ayah dan Ibu Mertua.

Dosen Seni Rupa UNS. Koemroedin Haroe dan Agus Suwage yang telah memberikanku Inspirasi. Teman-teman Angkatan 2006. Seniman-seniman Indonesia. Keluarga Besar MAAM Ngruki 2005. Keluarga Besar Dasa Griya. Keluarga Mahasiswa Seni Rupa UNS.

Kelompok SERUANG. Bilik Bambu Art Studio.

MOTTO

“Setiap perbuatan di dasari niat”. “Hari ini lebih baik dari hari kemarin”.

Puji Syukur terhadap Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran, kemudahan, rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

Tugas Akhir yang berjudul “BENTUK VISUAL KEHIDUPAN SEMUT DALAM EKSPRESI KARYA SENI PATUNG ”.

Penulis tidak akan sanggup dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir tanpa dukungan dan kerjasama dari pihak-pihak yang bersedia untuk memberikan sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga bagi penulis. Oleh karena itu penghargaan setinggi-tingginya, rasa hormat, dan terima kasih, penulis tujukan kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

2. Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Drs. Untung Murdiyanto, M. Sn. selaku pembimbing I Tugas Akhir ini yang telah bersedia memberikan masukan, saran, kritik, sumbangan pikiran, pacuan untuk bersemangat, wawasan, tenaga, dan waktu kepada penulis.

4. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. selaku Koordinator Tugas Akhir dan sebagai Pembimbing II Tugas Akhir, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan dan memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

5. Bapak, Ibu tercinta yang telah memberi dukungan material dan spiritual serta kasih sayang yang tak terhingga.

semangat, dukungan, dan kasih sayangnya.

7. Saudara Ari Sutejo, Indro Yuhono, Bob Marjo, Dwi Candra Wijaya, Faizal Rahman, Andri Panjoel, Musaffa Abdul, Yanuar, Pak Choiruddin, atas semua bantuan, masukan dan perhatiaannya.

8. Teman-teman seperjuangan Angga Yudha Saputra, Yudhitira, Ervan Yunanto, Wahyu Rifki S, Cerly Sudarta, Joni Susanto. Keluarga kontrakan Sawah Karang, Gulon, Dasa Griya, Dona Fog, Siro, Betet, Ketut, Guntur, Gendur, Gilang, Logro, Iyok, Wulan, Aan Gimbal, Edi Gombloh, Didik Jiwa, Megan dan semua teman-teman angkatan 2006 serta teman-teman KMSR UNS.

9. Kelompok Seruang Andha Pujantara, Ani, Lampir, Syafa, Beni, Bodas, Ecky, Fandi, dan Onesh. Serta seluruh pihak yang telah membantu dan tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, Saya berharap sudilah pembaca sekalian memberi masukan berupa kritik yang membangun supaya penulisan ini lebih baik. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa Seni Rupa Murni pada khususnya.

Surakarta, 11 Juni 2012

Penulis

A. Pokok Temuan ......................................................................... 21

B. Implementasi Teoritis................................................................ 23

C. Implementasi Visual ................................................................. 26

D. Deskripsi Karya ........................................................................ 36

BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Our Doughnut, 2012, Polyester resin, kertas, 120 x 120 x 30 cm. Gambar 2 : Mencari Sumber, 2012, Polyester resin, 165 x 90 x 90 cm. Gambar 3 : OTW (On The Way), 2012, Polyester resin, 200 x 20 x 20 cm. Gambar 4 : Melihat Sekitar, 2012, Polyester resin, 100 x 70 x 25 cm. Gambar 5 : Say Hello, 2012, Polyester resin, 150 x 150 x10 cm. Gambar 6 : Sketsa ”Our Doughnut” Gambar 7 : Sketsa ”Mencari Sumber” Gambar 8 : Sketsa ” OTW (On The Way)” Gambar 9 : Sketsa ”Melihat Sekitar” Gambar 10 : Sketsa ”Say Hello”

ABSTRAK

Harya Pujantara Parastanto. C. 0606012. 2006. BENTUK VISUAL KEHIDUPAN SEMUT DALAM EKSPRESI KARYA SENI PATUNG. Pengantar Karya Tugas Akhir (S-1), Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

Tugas akhir ini mengungkapkan gagasan imajinasi penulis dalam bentuk karya seni patung, yang terinspirasi kehidupan semut. Permasalahannya dibahas dengan pendekatan; 1) bagaimana tatanan kehidupan semut dalam kebersamaan dan kerjasamanya?, 2) bagaimana rumusan konseptual semut sebagai landasan berkarya?, 3) bagaimana bentuk visual semut dalam karya seni patung?. Dalam implementasinya, bentuk dari kehidupan semut diolah kembali ke dalam visualisasi ekspresi karya patung sesuai dengan pengalaman penulis. Bentuk – bentuk karya patung yang penulis tampilkan cenderung pada karya-karya figuratif yang memperlihatkan bentuk badan atau sosok semut-semut saling berinteraksi satu sama lain dengan disertai gambaran obyek pendukungnya. Teknik yang digunakan dalam proses pembuatan karya patung ini adalah Additive Sculpture atau bisa juga disebut dengan modeling. Figur semut merupakan obyek yang dikaji oleh penulis melalui pola kehidupannya dalam berbagai macam pose dengan gerakan atau serangkaian kegiatan yang berbeda-beda. Diharapkan Karya patung ini dapat dinikmati oleh semua pihak yang melihatnya serta para pengamat seni dan pecinta seni.

Kata Kunci: Kehidupan Semut; Ekspresi Karya Seni Patung; Additive Sculpture.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berawal dari melihat lingkungan sekitar, banyak ditemukan berbagai makhluk hidup yang hidup berdampingan dengan penulis antara lain adalah semut. Lingkungan hidup merupakan sumber inspirasi yang tidak ada henti- hentinya bagi seorang seniman untuk merealisasikan gagasan-gagasan kreatifnya (Narsen Afatara, 2005: 2 ). Penulis menangkap sebuah inspirasi dari semut yang tiba-tiba muncul di sekitar lantai rumah penulis. Dari inspirasi tersebut penulis mulai mengamati secara mendalam terhadap kelompok semut yang sedang melewati celah-celah lantai. Ketertarikan penulis di sini adalah pada saat melihat sekelompok semut sedang berjalan berbaris rapi seperti barisan tentara akan perang yang memperlihatkan kekuatan, kerukunan, dan kebersamaan. Terlihat juga warna semut begitu indahnya dengan khas warna hitam mengkilap semu kemerahan pada saat sinar matahari sore jatuh menyinari kelompok semut tersebut.

Semut merupakan hewan yang berukuran kecil dan semut terlihat unik karena semut ini memiliki kehidupan secara berkelompok seperti saat membawa makanan yang bebannya terlihat lebih berat dibanding berat badannya. Ia juga mampu membawa beban tersebut sampai pada sarang. Jika semut tidak mampu membawanya sendiri, ia pun membawa makanannya secara besama-sama.

Allah telah mengilhami mereka (semut) dengan tatanan sosial secara teratur. Karena itulah setiap kelompok semut melaksanakan tugasnya secara baik Allah telah mengilhami mereka (semut) dengan tatanan sosial secara teratur. Karena itulah setiap kelompok semut melaksanakan tugasnya secara baik

Dari situlah timbul gagasan untuk mengabadikan peristiwa tersebut sebagai momen estetis yang dirasakan penulis untuk diwujudkan ke dalam karya seni patung lewat bentuk-bentuk tiga dimensional sehingga ruang lingkupnya tampak jelas dengan tema “Bentuk Visual Kehidupan Semut dalam Ekspresi Karya Seni Patung ”.

B. Batasan Masalah

Pembahasan disini mengarah terhadap bentuk visual kehidupan semut yang didapati pada lingkungan sekitar penulis. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok yang tidak hidup dengan pola kesendirian atau individualisme. Kebersamaan dan kerjasama membuatnya menjadi binatang yang menarik. Kebersamaan dan kerjasama antar semut dengan semut yang lain telah menjadi inspirasi yang akan penulis wujudkan ke dalam bentuk visual karya patung.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tatanan kehidupan semut dalam kebersamaan dan kerjasamanya?

2. Bagaimana rumusan konseptual semut sebagai landasan berkarya?

3. Bagaimana bentuk visual semut dalam karya seni patung?

1. Mendeskripsikan tatanan kehidupan semut.

2. Merumuskan gagasan konseptual karya seni patung.

3. Mewujudkan gagasan konseptual ke dalam karya seni patung.

E. Manfaat Penulisan

1. Menjadi titik tolak dalam berkarya sekaligus sebagai konsep karya Tugas Akhir.

2. Sebagai pengantar kepada pembaca untuk menghayati karya-karya yang dibuat.

KAJIAN PUSTAKA

Salah satu keistimewaan semut adalah namanya yang disebutkan dalam Al- Qur’an. Diberi nama surat semut (an-Naml), surat yang ke-27 dalam urutan mushhaf. Namanya dicatat sebagai nama sebuah surat yang bebunyi: ”Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut- semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,” sedangkan mereka tidak menyadari (18). Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang

telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba- Mu yang saleh” (19).

An-naml ayat 18 di atas menerangkan bahwa semut memiliki pemimpin yang punya kepedulian sosial tinggi untuk menyelamatkan rakyatnya dari bahaya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri ketika ada bahaya mendekati koloninya dan An-naml ayat 19 menerangkan bahwa Sulaiman mendengarkan pembicaraan semut itu lalu beliau tersenyum karena mendengar pembicaraannya. Meskipun Sulaiman mendapatkan kekuasaan dan memiliki tentara yang besar, namun beliau menunjukkan kasih sayang terhadap semut. Beliau mendengar bisikannya dan melihat semut yang di depannya. Oleh karena itu, tak mungkin baginya untuk menginjaknya. Sulaiman bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberinya nikmat ini, yaitu nikmat rahmat dan nikmat kasih sayang.

Kehidupan semut merupakan hal unik yang dapat penulis ekspresikan ke dalam karya seni patung. Karena semut ini memiliki kehidupan secara berkelompok dan saling bekerjasama dalam menjalani kehidupannya.

Tentu saja, kita tidak bisa menyepelekan tanpa perenungan bahwa rencana aksi sempurna tersebut telah dipraktikkan semut sejak hari pertama mereka muncul. Pembagian kerja yang disyaratkan rencana seperti ini tidak dapat diterapkan oleh individu yang hanya memikirkan hidup dan kepentingannya sendiri. Lalu muncullah pertanyaan berikut: "Siapa yang mengilhamkan rencana ini dalam diri semut selama berjuta tahun dan siapa yang memastikan penerapannya?" Sewajarnya diperlukan kecerdasan dan kekuasaan tinggi untuk komunikasi kelompok yang unggul ini. Allah SWT, Pencipta segala makhluk dan pemilik kebijakan tak terbatas, memberi kita jalan untuk memahami kekuasaan- Nya dengan menampilkan dunia semut yang sistematis ini.

Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada hewan melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (QS. Al-Jatsiyah, 45: 3-4). Allah telah mengilhami mereka dengan tatanan sosial secara teratur. Karena itulah setiap kelompok semut melaksanakan tugasnya secara baik dengan bagian masing- masing.

Semut adalah serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara bergerombol, termasuk suku formicidae, terdiri atas bermacam jenis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1031).

Kata formicidae berasal dari bahasa latin yaitu formica yang artinya semut. Semut tersebar di dunia mulai daerah kutub sampai daerah tropis. Habitatnya terdapat di hutan, padang pasir, desa, kota, pantai, pegunungan hingga tempat tinggal manusia. Panjang semut sekitar 0,5- 25,0 mm Bentuk semut bermacam-macam dan memiliki system kasta. Badannya ada yang licin, berambut, berduri, kasar, dan beralur. Ruasnya terbagi menjadi kepala, dada, perut. Warnanya ada yang hitam, kuning, coklat, merah,dan kombinasi warna-warna tersebut (Ir. Pracaya, 2008: 255).

Dalam komunikasi serangga feromon memainkan peran penting. Feromon yaitu sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina (Alamsyah Said, 2010: 80). Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju sumber makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalkan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian pula semut dari berbagai spesies mempergunakan feromon sebagai zat tanda bahaya, yang digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan semut lain bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehingga isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.

Walaupun banyak organ yang dimiliki semut untuk berkomunikasi, namun komunikasi yang utama adalah komunikasi kimiawi yaitu dengan feromon. Akan tetapi komunikasi tersebut juga didukung dengan kemampuan yang lain. Yaitu Walaupun banyak organ yang dimiliki semut untuk berkomunikasi, namun komunikasi yang utama adalah komunikasi kimiawi yaitu dengan feromon. Akan tetapi komunikasi tersebut juga didukung dengan kemampuan yang lain. Yaitu

Dalam sarang semut ini, yang menjadi pemimpin adalah semut betina dan bukan semut jantan. Karenanya mereka hanya memiliki ratu, dan tidak memiliki raja. Fenomena ini, merupakan hal yang biasa terjadi dalam kelompok serangga. Adapun sebabnya, dikarenakan bentuk tubuh sang ratu yang besar dan peranan penting yang dimainkannya. Ratu mengemban tugas reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang membentuk kelompok. Di mana serangga jantan memiliki peranan membuahi sang ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati setelah kawin. (Agus Purwanto, 2008: 212).

Para betina memiliki tugas antara lain mendidik, menjaga dan mengawasi pertumbuhan anak-anaknya, menyiapkan dan menyimpan persedian makanan. Adapun jantannya, hanya bertugas untuk mempertahankan dan membela kehidupan mereka. Untuk itu, mereka akan mendapatkan imbalan dengan dipenuhinya semua kebutuhan pokok mereka tanpa harus berpayah-payah bekerja. Semua ini berjalan berdasarkan perintah dari ratu dan para pembantunya (Agus Purwanto, 2008: 213).

Dalam kehidupan semut, semut memiliki tatanan kasta. Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan, yang memungkinkan kelompok Dalam kehidupan semut, semut memiliki tatanan kasta. Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan, yang memungkinkan kelompok

Di antara semut pekerja dan prajurit juga ada sub-kelompok. Sub kelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh, pembangun, dan pengumpul. Setiap kelompok memiliki tugas sendiri-sendiri. Sementara satu kelompok berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu, kelompok lain membangun sarang, dan yang lain lagi memelihara sarang (Arie Budiman, dkk, 2007: 279). Setiap individu dalam koloni semut melakukan bagian pekerjaannya sepenuhnya. Tak ada yang mencemaskan posisi atau jenis tugasnya. Ia hanya melakukan apa yang diwajibkan, yang terpenting adalah keberlanjutan kelompoknya.

Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran: Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, dan kami tumbuhkan segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizki kepadanya (QS. Al-Hijr, 15: 19-20).

Dalam pengertian tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan dalam suatu makhluk tetap berada pada batas-batas yang sewajarnya walaupun lingkungan luar terus berubah sehingga kehidupan terus berkembang sebagai hasil interaksi antara Dalam pengertian tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan dalam suatu makhluk tetap berada pada batas-batas yang sewajarnya walaupun lingkungan luar terus berubah sehingga kehidupan terus berkembang sebagai hasil interaksi antara

Begitupun juga dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat beberapa semut membawa bangkai lalat secara berama-sama dimana ukuran lalat lebih besar dari pada badan semut-semut tersebut untuk dibawa ke dalam sarangnya. Semut lebih kuat dibanding dengan manusia dari segi perbandingan fisik dalam mengangkat benda, Semut mampu mengangkat beban yang beratnya beberapa kali lipat dari berat tubuhnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa komunitas kehidupan masyarakat semut, di samping memiliki sistem organisasi yang begitu rapi, semut dalam mencari makan mereka tidak pernah saling berebut, yang ada mereka selalu saling membantu satu sama lain, bahkan ketika mendapat bahan pangan yang tidak bisa diangkat oleh seekor semut mereka serentak bergotong royong membawa dan mengangkatnya secara bersama-sama hingga sampai ke tempat penyimpanan bahan logistik untuk kepentingan bersama (pengamatan penulis pada semut. Tanggal 02 September 2011 jam 11:23 WIB di rumah penulis Bantul, Yogyakarta).

Al-Quran memberi informasi yang menarik saat membicarakan tentara Nabi Sulaiman AS, dan menyebut adanya sistem komunikasi yang maju di antara semut. Ayat itu sebagai berikut: "Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu,

agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,” sedangkan mereka tidak menyadari." (QS. An-Naml, 27: 18). Dari ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa semut-semut dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik antar agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,” sedangkan mereka tidak menyadari." (QS. An-Naml, 27: 18). Dari ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa semut-semut dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik antar

Semut memperlihatkan gotong-royong mulai dari mencari makan, membuat sarang, sampai mengalahkan musuh yang lebih besar pun mereka bergotong-royong. Dalam mencari makan sering kita lihat bahwa semut tidak sendiri. Mereka bergotong-royong untuk mengambil makanan yang semut temukan untuk dibawa ke sarang bersama-sama. Semut pencari pergi ke sumber makanan yang baru ditemukan (pengamatan penulis pada semut. Tanggal 02 September 2011 jam 11:27 WIB di rumah penulis Bantul, Yogyakarta).

Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang ditempati oleh obyek tersebut, yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun tidak tergantung pada lokasi (koordinat) dan orientasi (rotasi)-nya terhadap bidang semesta yang ditempati (David George Kendall, 1984: 81-121).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata bentuk adalah sebagai berikut: Ben.tuk [kata benda] (1) lengkung; lentur: -- taji; -- kuku; -- busur; (2)

bangun; gambaran: benarkah setan itu -- nya seperti manusia?; (3) rupa; wujud: -- rumah adat Palembang hampir sama dengan rumah adat di Jawa Tengah; (4) sistem; susunan (pemerintahan, perserikatan, dsb): -- pemerintahan negara itu adalah republik; (5) wujud yg ditampilkan (tampak): menolak penjajahan dari segala -- nya; (6) acuan atau susunan kalimat: -- tunggal; -- (kalimat) pasif; (7) kata penggolong bagi benda yg berkeluk (cincin, gelang, dsb): ia membeli dua -- cincin emas. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 135).

Bidang sebagai elemen tidak terbentuk tanpa adanya batas pemisah. Menurut buku Tinjauan Seni Rupa karangan Soegeng Toekio M, (1983: 20), secara definitif bidang memberi pengertian noktah: Shape, Area, atau Mass dan Size . Semuanya itu dapat dinyatakan bagi penggambaran bentuk dua dimensi, sedangkan mass atau massa bisa dua atau tiga dimensi.

Bentuk mempunyai banyak arti, semuanya sah dan senilai dalam berbagai maksud. Bentuk memiliki pengertian yang lebih luas, di satu sisi erat dengan kejadian sehari-hari, mempunyai arti populer yaitu wujud dari sesuatu. Bentuk, disisi lain mempunyai arti yang sebenarnya yang dipergunakan dalam ilmu pengetahuan dan filsafat, di mana cenderung mengarah pada sesuatu yang lebih abstrak. Bentuk dalam pengertian yang lebih abstrak berarti struktur, artikulasi, Bentuk mempunyai banyak arti, semuanya sah dan senilai dalam berbagai maksud. Bentuk memiliki pengertian yang lebih luas, di satu sisi erat dengan kejadian sehari-hari, mempunyai arti populer yaitu wujud dari sesuatu. Bentuk, disisi lain mempunyai arti yang sebenarnya yang dipergunakan dalam ilmu pengetahuan dan filsafat, di mana cenderung mengarah pada sesuatu yang lebih abstrak. Bentuk dalam pengertian yang lebih abstrak berarti struktur, artikulasi,

Pengertian bentuk disini adalah membahas bentuk struktur, artikulasi, sebuah hasil kesatuan menyeluruh dari kehidupan semut yang di dalamnya menampilkan visualisasi kehidupan semut sebagai gambaran nyata dalam perwujudan karakter.

C. Visual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Visual merupakan golongan dari kata sifat dan memiliki arti yaitu: Vi.su.al: dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan: Bentuk Visual sebuah metode pengajaran bahasa. Mem.vi.su.al.kan (kata kerja): Menjadikan suatu konsep yang dapat dilihat dengan indra penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1262).

Sajian visual adalah Informasi yang biasanya berupa citra, kata, dan karakternya diwujudkan secara konkrit melalui obyek rupa (Freddy H Istanto, 2000: 28). Suasana dan skala konsep kehidupan semut yang sulit dikomunikasikan dalam bentuk kata akan lebih jelas jika dipaparkan dalam bentuk rupa, baik berupa gambar maupun bentuk tiga dimensi (patung). Visual bekaitan dengan nilai bentuk yang diserap dengan mata sehingga menjadi acuan dalam apresiasi (Harry Sulastianto, 2006: 110).

Ekspresi diartikan sebagai pengungkapan atau proses menyatakan (maksud, gagasan, gambaran, perasaan) dalam bentuk nyata (Mikke Susanto, 2001: 36). Suatu bentuk ekspresi bisa dipahami dan dicitrakan secara menyeluruh yang menunjukkan tata hubungan dari bagian-bagiannya, atau maksud yang dikandungnya, ataupun juga kualitas maupun keseluruhan aspek yang ada di dalamnya, sehingga mungkin bisa menggambarkan secara menyeluruh dalam beberapa hal yang berbeda yang dipunyai oleh elemen-elemen tersebut (Suzanne K. Langer, 1988: 20).

Sebagai makhluk yang diciptakan, manusia diberi kesempurnaan hidup berupa pikiran, rasa dan karsa. Dengan kesempurnaan yang dimiliki tersebut, manusia berusaha menjalani setiap kehidupannya dengan keriangan, kesenangan dan kebahagiaan. Keadaan tersebut sangat berhubungan dengan emosi atau perasaan yang ada dalam diri manusia untuk diungkap ke dalam berbagai bentuk ekspresi seseorang.

Seorang seniman mengungkapkan perasaannya tidak dengan cara seperti bayi yang tertawa dan menangis. Ia menyatukan aspek-aspek yang sulit dimengerti dari suatu realitas yang tak berbentuk, yaitu membuat obyektifikasi dari sisi subyektif yang ada. Dengan berkesenian orang bebas mengekspresikan keinginannya baik dengan suara, gerak serta dengan kemahiran tangan dan semuanya itu dilakukan semata-mata untuk kepuasan dirinya (Jacob Sumardjo, 2000: 73-74).

Konsepsi seni sebagai kreasi dari bentuk-bentuk ekspresi yang menyampaikan cita perasaan atau kehidupan batiniah. Konsepsi seni berubah dari masa ke masa, berhenti pada buah pikiran yang keluar dari prinsip-prinsip yang

kebudayaan tertentu. Suatu karya seni mengekspresikan suatu konsepsi tentang kehidupan, emosi, dan kenyataan batiniah. Seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya. Pengalaman batin tersebut, disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual (Mikke Susanto, 2001: 101-102).

Dalam pelaksanaannya, bentuk visual kehidupan semut akan diungkapkan kedalam ekspresi karya seni patung yang menyajikan bentuk-bentuk dari kehidupan semut yang telah diamati. Karya seni adalah bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat sensasi ataupun pencitraan, dan apa yang diekspresikannya adalah perasaan insani (Suzanne K. Langer, 1988: 14).

Dalam menetapkan karya seni, bentuk, ekspresi, dan kreasi adalah hal yang penting. Setiap saat akan terus berkaitan dengan pembicaraan tentang karya seni yang kita lakukan guna mencapai suatu makna dan mempunyai arti yaitu wujud dari sesuatu.

E. Seni Patung

Seni patung adalah salah satu cabang seni rupa yang merupakan pengucapan pengalaman artistik lewat bentuk-bentuk tiga dimensional (P. Mulyadi, 1998: 8). Kreasi karya patung tidak hanya sebagai karya tiga dimensi Seni patung adalah salah satu cabang seni rupa yang merupakan pengucapan pengalaman artistik lewat bentuk-bentuk tiga dimensional (P. Mulyadi, 1998: 8). Kreasi karya patung tidak hanya sebagai karya tiga dimensi

Dalam seni patung kita mengenal suatu metode atau teknik dalam proses pembuatan patung, antara lain :

1. Additive Sculpture (menambah) atau bisa juga disebut dengan “modeling”, suatu proses yang menggunakan materi awal berupa lilin

atau tanah liat yang di bentuk dalam tiga dimensi sebagai model. Oleh karenanya melalui materi elastis tersebut, seniman dapat menggunakan berbagai alat termasuk peranan jari tangan.

2. Substractive Sculpture (mengikis) dapat juga di sebut dengan menatah (carving) dimana pematung menggunakan materi pejal berupa kayu, batu, marmer yang masih berupa balok kemudian di bentuk. Berbagai efek dari proses ini dapat dicapai tekstur, gerak, bentuk, ukuran dan sebagainya (Soegeng Toekio M, 1983: 70).

Di masa kini keaneka-ragaman dari berbagai penggunaan bahan yang digunakan dalam penciptaan karya seni patung sudah bervariasi. Dalam proses penciptaan karya patung seorang seniman memiliki banyak pilihan untuk penggunaan bahan karena perkembangan patung sekarang tidaklah terbatas pada pola lama sehingga memacu kepada para seniman untuk lebih berinovasi dalam penggunaan teknik dan medium menurut kebutuhan.

Assemblage yaitu istilah digunakan untuk menggambarkan suatu kerja seni, termasuk karya Stankiewitz yang melalui kreasinya mampu mengetengahkan kombinasi dari barang jadi ke dalamnya (Soegeng Toekio M, 1983: 72). Dalam assemblage kita dapat melihat suatu proses pembuatan patung dengan cara merubah warna, penggabungan barang dari bagian-bagian barang jadi, baik berupa potongan-potongan untuk dijadikan sebuah karya.

Dari uraian di atas, dalam seni patung kita tidak hanya berbicara mengenai proses pembentukan ke dalam tiga dimensi saja, akan tetapi dibalik penciptaan karya seni patung kita juga harus mengetahui makna yang melatar belakangi atas terbentuknya sebuah karya, karena keadaan ini ada sebagai akibat dari keturutsertaan intelektual, pengalaman, perasaan batiniah dan emosi manusia dalam menciptakan karya seni.

F. Komponen Karya Seni

Setelah membahas tentang seni patung, kita juga perlu mengetahui tentang seni lainnya yang sama mempunyai hasil produk atau disebut dengan karya. Seperti yang dipaparkan oleh Otto G. Ocvirk dalam buku Art Foundamentals secara fisik karya seni dibagi menjadi 3 komponen, yaitu subject, form, dan content yang terkombinasi menjadi kesatuan (Ocvirk, 1962: 10).

1. Subject Matter Subject matter dalam seni rupa disebut pokok persoalan atau tema. Menurut Ocvirk, subject metter yang digunakan seniman dalam hal ini bisa saja berfungsi sebagai perangsang kreatifitas. Dalam menghadapi 1. Subject Matter Subject matter dalam seni rupa disebut pokok persoalan atau tema. Menurut Ocvirk, subject metter yang digunakan seniman dalam hal ini bisa saja berfungsi sebagai perangsang kreatifitas. Dalam menghadapi

“apa” yang dipakai seniman sebagai subject, tetapi “bagaimana” seseorang dapat menampilkannya sebagai perwujudan karakternya

(Ocvirk, 1962: 10).

2. Bentuk Subject metter menjadi pokok persoalan yang hendaknya direalisasikan dalam suatu bentuk karya seni. Dari bentuk kita dapat mengerti keseluruhan karya seni. Menurut Ocvirk, Bentuk adalah rancangan dari kumpulan semua unsur yang membentuk karya seni. Unsur-unsur yang dimaksud di atas sering disebut perangkat visual atau unsur bentuk. Unsur bentuk tersebut terdiri dari: garis, bidang, nilai, value (gelap terang), tekstur, dan warna (Ocvirk, 1962: 11).

3. Isi atau Arti Dalam suatu karya seni memiliki isi yang mewakili perasaan seniman yang membuatnya, seperti Ocvirk, dalam buku Art Fundamentals Theory and Practice ;

Isi disebut kualitas atau arti yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksud sebagai final statment, mood (suasana hati) atau pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang esential dari pada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai bentuk sejenis emosi, aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya dapat menimbulkan emosi atau ekspresi terhadap kita, atau menstimulasi aktifitas intelektual penghayat yang sebenarnya kita sedang berhadapan dengan isi atau arti (

Dalam suatu karya seni peranan elemen garis, bidang, warna, tekstur, Cahaya/ Gelap terang memberi nilai tersendiri sehingga dapat memberikan kesan yang cemerlang dibalik penggunaan warna, garis, bidang, tekstur, Cahaya/ Gelap tersebut.

 Warna Warna merupakan salah satu elemen pokok yang banyak peranannya di

dalam karya seni rupa. Warna itu sendiri dibedakan menurut jenisnya sebagai akibat adanya cahaya. Warna terjadi akibat mata kita dapat menangkap pantulan cahaya atas sesuatu benda (Soegeng Toekio M, 1983: 22). Dalam penggunaan warna, masing-masing seniman memiliki kesan dan pengertian berbeda-beda dalam menempatkan warna, sehingga seniman satu dengan yang lain mempunyai karakter warna yang berbeda.

 Garis

Selain warna, garispun banyak berperan dalam memberikan efek gerak yang aktif seperti yang dibuat dalam karya Boticelli. Seperti kita ketahui garis adalah suatu rentetan titik-titik yang

berhimpit, ia merupakan bentuk abstrak yang tidak ada di dalam alam, artinya sekedar ilusif yang memberikan kesan imajinatif tertentu. Garis ini bisa menyatakan tapal batas, relung atau gelombang berirama (ritme), keras atau pejal dan banyak lagi (Soegeng Toekio M, 1983: 18).

 Bidang

Membahas mengenai garis mengarah pada bidang, karena garis tertutup menjadi batas-batas bidang. Bentuk dapat dibuat tanpa garis, seperti pelukis Membahas mengenai garis mengarah pada bidang, karena garis tertutup menjadi batas-batas bidang. Bentuk dapat dibuat tanpa garis, seperti pelukis

 Tekstur Tekstur pada dasarnya adalah sifat rabaan dari suatu permukaan yang memberi karakter atas suatu benda atau bidang permukaan tersebut, apakah

halus, sedang atau kasar. Secara umum, tekstur adalah adalah titik-titik kasar atau halus yang tidak teratur pada suatu permukaan. Tekstur cenderung mengisi secara visual ruang di mana tekstur itu berada.

.... Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan karakter suatu benda dilukis atau digambar. Ada dua macam tekstur atau barik. Pertama adalah tekstur nyata, yaitu nilai permukaannya nyata atau cocok antara tampak dan nilai rabanya. Sebaliknya kedua, tekstur semu memberikan kesan kasar karena penguasaan teknik gelap terang pelukisnya, ketika diraba maka rasa kasarnya tidak keliatan, atau justru sangat halus... (Nooryan Bahari, 2008: 101-102).

Dari adanya tekstur kita dapat menangkap tentang rasa halus, kasar, tajam, lunak, datar, bergelombang dan sebagainya dari yang kita lihat dengan indera mata atau dirasakan dengan indera peraba. Tekstur yang dikenal manusia biasanya memiliki sifat khusus dari tekstur yang telah dikenali, misalnya dengan mudah manusia dapat membedakan tekstur kayu atau gelas dengan hanya melihat atau merabanya. Hal ini merupakan pengenalan dari persepsi visual atau rabaan yang ditunjang oleh pengalaman-pengalaman terdahulu terhadap suatu obyek tekstur.

 Cahaya/ Gelap Terang Gelap terang adalah efek cahaya yang mengenai suatu benda. Mata

berinteraksi tehadap cahaya yang diserap, atau dipantulkan dari obyek untuk membentuk data sensor gambar. Cahaya sangat penting, karena tanpa adanya cahaya semua benda tidak dapat dilihat (Feldman, 1967: 233).

Jadi peran elemen warna, garis, bidang, tekstur, Cahaya/ gelap terang sangat berpengaruh terhadap maksud atau nilai karya itu sendiri. Dalam karya patung peranan elemen tersebut banyak berpengaruh terhadap karya yang dibuat, baik dari segi estetiknya maupun struktur kesatuan bentuk karya tersebut.

IMPLEMENTASI

A. Pokok Temuan

Berikut adalah beberapa pokok temuan yang dapat penulis paparkan dari pola kehidupan semut: Pertama, semut adalah binatang yang hidup berkelompok, bersama, bekerjasama. Semut adalah binatang yang tidak hidup dengan pola kesendirian atau individualisme. Kebersamaan dan kerjasama membuatnya menjadi binatang yang menarik dan tidak bisa dipandang remeh. Begitulah pola kehidupan semut dengan kebersamaan kelompoknya.

Kedua, semut mempunyai keistimewaan yaitu hidup damai dengan sesamanya. Apabila sekelompok semut sedang menarik makanan. Apakah pernah mereka menariknya ke arah yang berlawanan satu sama lain? Sekelompok semut tidak pernah bertengkar dalam memperebutkan sesuatu. Bahkan, mereka saling memberitahu jika memperoleh sesuatu. Dan ketika menarik makanan ke dalam lobang atau sarang, mereka menunjukkan pola kebersamaan. Jika yang satu menarik, maka yang lain mendorong, begitupun sebaliknya.

Ketiga, semut adalah binatang yang bergerak aktif. Dapat dikatakan bahwa semut adalah binatang yang tidak suka bermalas-malasan. Begitulah nilai-nilai yang dapat diambil contoh untuk manusia. Dari nilai-nilai yang kita dapatkan, hendaknya manusia yang diberi akal dan fisik yang kuat tidak menyia-nyiakan waktu yang dianugerahkan oleh Allah. Hendaknya manusia menghargai setiap detik waktu yang dilaluinya dan setiap kesempatan yang datang kepadanya untuk

dan kesempatan, tidak akan pernah lagi kembali. Keempat, Dari pengamatan penulis dalam kehidupan sehari-hari, kesempatan sebuah koloni semut mengumpulkan makanan tidak pernah di sia- siakan. Semut selalu berusaha untuk mendapatkan makanan tersebut. Karena itu semut selalu terlihat giat bekerja untuk mempertahankan kehidupan kelompok mereka. Mengambil contoh dari kelompok semut, yaitu memperhitungkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi hari esok, dan melakukan persiapan menghadapinya.

Kelima, semut adalah binatang yang kuat, karena seekor semut mampu menarik baban yang lebih berat dari bobot badannya. Keenam, semut adalah binatang yang informatif. Jika seekor semut menemukan makanan, maka dengan cepat ia akan menyebarkan berita tersebut kapada yang lain. Sehingga, dalam waktu yang pendek dan cepat segerombolan semut telah berkumpul untuk membawa makanan yang mereka temukan. Semut membentuk struktur sosial yang tertib dengan berbagai respon dan menjalani hidup berdasarkan pertukaran berita timbal balik. Dapat dikatakan bahwa semut dengan sistem komunikasi yang mengesankan itu berhasil dalam hal-hal yang kadang tak dapat diselesaikan atau disepakati manusia melalui berbicara (misalnya bertemu, bercerita, membersihkan, bertahan dan lain-lain).

Ketujuh, semut adalah binatang yang hidup teratur. Jika sekelomnpok semut sedang berjalan, yang terlihat adalah keteraturan dan kedisiplinan.

sama lain. Kedelapan, semut adalah binatang yang patuh pada atasannya (ratunya). Semut dalam kesatuannya, dipimpin oleh seekor ratu yang dipatuhi oleh semua anggotanya. Ratu inilah yang memberi perintah, ke mana harus pergi dan bagaimana mengumpulkan serta mendistribusikan makanan. Termasuk, cara penyelamatan diri ketika dihadang bahaya seperti yang diceritakan dalam surat An-Naml 27: 18 di atas “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari". Tidak pernah seekor semut membantah dan melawan perintah sang ratu, sehingga kepatuhan inilah yang membuat rumah tangga semut senantiasa rukun dan tentram. Begitulah pentingnya peran seorang pemimpin dalam menciptakan kehidupan yang teratur dan damai. Tanpa pemimpin tentu kehidupan akan kacau dan jauh dari ketenangan.

B. Implementasi Teoritis

Pengamatan seorang seniman dalam menanggapi dunia di sekitarnya merupakan awal dari suatu pemahaman yang akan diserap ke dalam pikiran maupun perasaan yang nantinya akan menimbulkan ide atau gagasan. Perwujudan ide atau gagasan akan membuka banyak kemungkinan dalam warna maupun bentuknya tergantung dari kreatifitas yang dimiliki.

Ide, gagasan atau dasar pemikiran sebagai gambaran awal menuju pada perwujudan karya seni patung. Dalam mewujudkan karya seni pada dasarnya Ide, gagasan atau dasar pemikiran sebagai gambaran awal menuju pada perwujudan karya seni patung. Dalam mewujudkan karya seni pada dasarnya

Ide merupakan suatu hal utama yang harus dimiliki pencipta seni dalam proses menciptakan karya seni. Dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini, bentuk visual kehidupan semut menjadi tema dari karya-karya yang penulis tampilkan. Dalam prosesnya penulis menampilkan bentuk-bentuk visual dari perilaku kehidupan semut yang akan penulis wujudkan ke dalam ekspresi karya seni patung.

Ide atau gagasan seseorang seniman sangat menentukan keberhasilan sebuah karya seni. Hal tersebut merupakan dasar pegangan sekaligus pedoman bagi seorang seniman dalam berkarya, karena tanpa adanya ide atau gagasan tersebut seniman akan mengalami kesulitan dalam mewujudkan karya-karyanya. Sebab penciptaan karya seni tidaklah terjadi dalam keadaan kosong, tapi karena kita membutuhkan sesuatu maka kita membuatnya.

Bentuk kehidupan semut inilah yang penulis angkat menjadi tema atau subject matter . Komunikasi dan kebersamaan dari kehidupan semut menjadi bahan kajian yang menarik dan merupakan hal penting untuk dibahas dalam pembuatan karya tugas akhir ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa komunitas kehidupan masyarakat semut disamping memiliki sistem organisasi yang begitu rapi, semut adalah binatang yang hidup berkelompok dan bersama serta selalu bekerjasama. Semut adalah binatang yang tidak hidup dengan pola kesendirian Bentuk kehidupan semut inilah yang penulis angkat menjadi tema atau subject matter . Komunikasi dan kebersamaan dari kehidupan semut menjadi bahan kajian yang menarik dan merupakan hal penting untuk dibahas dalam pembuatan karya tugas akhir ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa komunitas kehidupan masyarakat semut disamping memiliki sistem organisasi yang begitu rapi, semut adalah binatang yang hidup berkelompok dan bersama serta selalu bekerjasama. Semut adalah binatang yang tidak hidup dengan pola kesendirian

Tidak lupa bahwa salah satu keistimewaan semut adalah salah satu jenis binatang yang namanya Allah sebutkan dalam Al-Qu r’an. Bahkan, salah satu nama surat dari seratus empat belas surat, diberi nama surat semut (an-Naml), surat yang ke-27 dalam urutan mushaf. Begitu agungnya seekor semut, walaupun hanya dalam dua ayat disebutkan Allah, namanya dicatat sebagai nama sebuah surat. Tanpa bermaksud merendahkan manusia apalagi nabi Allah yang sangat mulia.

Semut adalah binatang yang hidup damai dengan sesamanya. Sekelompok semut tidak pernah bertengkar dalam memperebutkan sesuatu. Bahkan semut saling memberitahu jika memperoleh sesuatu. Dan ketika menarik makanan ke dalam lubang atau sarang, semut menunjukan pola kebersamaan. Jika yang satu menarik, maka yang lain mendorong, begitupun sebaliknya.

Sebuah karya seni merupakan wujud dari hasil cipta, rasa dan karsa seorang seniman. Proses penciptaan karya setiap seniman tidaklah sama, tergantung bagaimana sikap seniman menanggapi dan menterjemahkan objek yang diamati atau dipahami untuk dituangkan ke dalam medium. Dengan demikian penulis mencoba untuk mewujudkan gagasan konseptual ke dalam karya seni patung dan mengenalkan bentuk visual dari kehidupan semut kepada penikmat karya patung.

suci Al-Quran, buku-buku bacaan, penulis juga mendapatkan pengertian dari orang lain. Dengan menyaksikan secara langsung aktifitas kehidupan semut, kemudian berusaha menghayati serta merenungkan. Hasil dari renungan tersebut membawa penulis menjadi lebih bersyukur akan kenikmatan yang didapat dalam menjalani hidup agar lebih baik nantinya. Dalam hal ini juga merupakan wujud eksistensi bagi penulis dalam mengukuhkan keterlibatannya dalam dunia seni.

C. Implementasi Visual

1. Konsep Bentuk

Bentuk-bentuk yang penulis hadirkan cenderung pada karya-karya figuratif. Jadi, karya-karya yang penulis tampilkan memperlihatkan bentuk badan atau sosok semut yang saling berinteraksi satu sama lain dengan disertai gambaran obyek pendukungnya.

Penulis menghadirkan lima karya patung dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Karya patung dibuat menggunakan metode dan teknik Additive Sculpture atau bisa juga disebut dengan “modeling”, suatu proses yang menggunakan materi awal berupa lilin atau tanah liat yang dibentuk dalam tiga dimensi sebagai model. Oleh karenanya melalui materi plastis tersebut, dapat menggunakan berbagai alat termasuk peranan jari tangan.

Figur semut menjadi bagian inti atau sebagai obyek utama karena semut merupakan obyek yang dikaji melalui pola kehidupannya. Figur semut ditampilkan bersama dengan obyek pendukung di luarnya guna menampilkan bentuk kegiatan kehidupan semut tersebut. Figur semut dibuat berulang-ulang Figur semut menjadi bagian inti atau sebagai obyek utama karena semut merupakan obyek yang dikaji melalui pola kehidupannya. Figur semut ditampilkan bersama dengan obyek pendukung di luarnya guna menampilkan bentuk kegiatan kehidupan semut tersebut. Figur semut dibuat berulang-ulang

Secara keseluruhan bentuk karya yang penulis hadirkan adalah berbagai macam pose semut dengan gerakan atau serangkaian kegiatan yang berbeda-beda, sehingga kesan gerak fisiknya akan penggambaran dari kehidupan semut lebih terasa.

Tekstur pada karya patung penulis berbentuk kasar. Tekstur kasar dipilih agar cahaya yang menyorot pada karya patung terkesan gelap terangnya, sehingga volume bentuk patung menjadi lebih tegas. Tekstur pada karya seni penulis merupakan tekstur nyata yang sesuai antara yang tampak dan nilai rabanya.

Untuk warna lebih bersifat warna sebagai warna, artinya kehadiran warna tersebut sekedar untuk memberi tanda pada suatu benda tanpa maksud tertentu dan tidak memberikan pretensi apapun. Jadi di sini penulis berusaha untuk memunculkan warna-warna tembaga, karena memang karya patung yang penulis hadirkan adalah karya patung dengan kesan tembaga.

Alat yang digunakan dalam pembuatan karya yaitu butsir untuk modeling figur-figur semut pada tanah liat. Bentuk-bentuk figur semut yang penulis hadirkan sebagian disajikan lebih dari satu dalam satu karya.

Kemudian bahan yang digunakan dalam pembuatan karya ini sebagian besar menggunakan polyester resin. Alasan penggunaan bahan polyester resin adalah faktor harga yang relatif terjangkau, waktu pengeringan relatif singkat Kemudian bahan yang digunakan dalam pembuatan karya ini sebagian besar menggunakan polyester resin. Alasan penggunaan bahan polyester resin adalah faktor harga yang relatif terjangkau, waktu pengeringan relatif singkat

2. Bahan

Dalam menciptakan karya, seniman terlebih dahulu mengenal dan memilih bahan yang akan dipakai. Bahan tersebut didapat dari lingkungan sekitar, bahkan dari produk industri. Dalam penggunaan bahan/media biasanya menyesuaikan kebutuhan, seperti penyesuaian media dan gagasan, juga mempertimbangan karakteristik bahan, teknik pembentukan, konstruksi dan eksperimen-eksperimen lain untuk perencanaan pembentukan karya seperti yang dikehendaki.

Berkaitan dengan karya seni Tugas Akhir ini, bahan utama yang digunakan adalah poliyester resin. Pemilihan bahan utama tersebut karena mempunyai kelebihan mudah didapat dan mudah dibentuk, selain itu penulis juga ingin mengeksplorasi kemampuan berkarya dengan bahan tersebut.

a) Bahan Utama Resin adalah suatu campuran yang kompleks dari proses pembuangan sisa metabolisme tumbuh-tumbuhan, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen. Resin yang dijual di pasaran adalah resin yang sudah dicampur dengan cobalt. Campuran antara resin dan cobalt ini akan bereaksi panas apabila dicampur dengan katalis. Cobalt dan katalis berfungsi untuk mengeraskan dan mempercepat pengeringan.

terjangkau, waktu pengeringan relatif singkat sehingga menghemat waktu kerja, berbentuk cairan sehingga memudahkan pengaplikasian. Sifat kelemahan dari polyester resin adalah "menyusut" pada suhu panas karena resin tidak menyatu dengan carbon fiber. Pada suhu panas resin tersebut menjadi lunak dan menyusut, sehingga pada waktu kering akan membentuk sesuai dengan dasarnya.

b) Bahan Penunjang Bahan ini dikategorikan sebagai bahan pendukung yang keberadaanya sangat penting untuk membantu kelancaran dalam proses pembentukan karya agar berhasil secara maksimal. Bahan-bahan tersebut antara lain:

1) Tanah liat untuk membuat model karya yang di buat.

2) Kertas digunakan untuk membentuk permukaan karya. Penggunaan bahan kertas memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:

Kelebihan:

1) Mudah didapat.

2) Mudah dibentuk.

3) Relatif murah.

4) Ramah lingkungan.

1) Mudah rusak.

2) Mudah terbakar.

3) Silicon rubber untuk membuat cetakan dalam atau cetakan pertama yang kemudian di balut dengan resin sebagai cetakan induk.

4) Talek digunakan untuk campuran polyester resin

5) Kawat untuk membuat rangka.

6) Besi, digunakan untuk membuat rangka.

7) Lem kayu Fox, digunakan sebagai perekat kertas pada proses

pembentukan karya.

8) Dempul plastik, digunakan untuk menambal bagian yang

berlubang.

9) Cat, untuk pewarnaan pada karya.

10) Serbuk warna tembaga, untuk campuran warna dalam

pewarnaan karya.

11) Amplas, digunakan untuk proses menghaluskan bagian tertentu

pada permukaan karya.

3. Penyediaan Peralatan

Penyediaan alat merupakan jenis alat yang akan dipakai dalam proses pengerjaan karya seni. Pemanfaatan alat dengan baik akan sangat membantu dalam proses berkarya. Peralatan yang digunakan dalam proses pengerjaan yaitu:

a. Butsir untuk membuat modeling karya.

c. Mesin bor, berfungsi untuk membuat lubang.

d. Mesin gerinda, berfungsi untuk meratakan sambungan las dan digunakan juga untuk memotong besi dalam pembuatan rangka.

4. Teknik dan Medium