BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Titis Sri Andijati BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

  terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6.8%), setelah stroke (15.4%) dan tuberculosis (7.5%) (Depkes 2008). Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg. Hipertensi bersama-sama dengan obesitas, hiperlipidemia, dan hiperglikemia, yang dikenal dengan istilah sindrom metabolik, dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular (Armilawati 2007). Selain itu, hipertensi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit stroke, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah yang berujung pada kesakitan dan kematian (Khomsan 1996).

  Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi pada usia lanjut dapat terjadi karena kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stress, alkohol atau garam dalam makanan.

  Kebiasaan hidup atau gaya hidup seseorang salah satunya ditentukan oleh kebudayaan dan kepercayaan di suatu wilayah (pantangan makan, mitos- mitos tentang pangan, proses penyediaan pangan, preferensi pangan dan jenis mata pencaharian pokok penduduk) (Suhardjo 1999). Suatu daerah atau wilayah terkadang memiliki masalah gizi dan kesehatan yang unik, terkait dengan gaya hidup yang diterapkan di wilayah tersebut.

  Selain itu perubahan gaya hidup (life style) masyarakat dan sosial ekonomi juga dapat memicu semakin meningkatnya prevalensi penyekit degeneratif, di mana juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, salah satunya adalah hipertensi dan sering kali dijumpai tanpa gejala, walau relatif mudah diobati namun apabila tidak diobati akan menimbulkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJP), Gangguan Ginjal dan lain-lain yang pada akhirnya dapat mengakibatkan cacat maupun kematian (Bustan, 1995).

  Berdasarkan data Depkes (2008), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak 76.0% kejadian hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Menurut Krummel (2004), hipertensi seperti gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah tepi. Hipertensi sering disebut dengan pembunuh yang diam-diam (silent killer), karena penderita hipertensi mengalami kejadian tanpa gejala (asymtomatic) selama beberapa tahun dan kemudian mengalami stroke atau gagal jantung yang fatal.

  WHO (2012) pada laporan Statistik Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa di Afrika lebih dari 50% populasi dewasa mengalami hipertensi.

  Berdasarkan Centers for Desease Control and Prevention (CDC) (2012), menyebutkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa di Amerika menderita hipertensi atau secara angka statistik sebesar 68 juta orang dari penduduknya mengalami hipertensi.

  Di Indonesia penyakit hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Data ini diperoleh dari hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tengah Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Sedangkan prevalensi hipertensi minum obat hipertensi prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara ini adalah 7,6%, (Depkes, 2010).

  Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas tahun 2006, kasus Hipertensi sebesar 166,07 per 1.000 penduduk, mengalami peningkatam dibanding tahun 2005 dimana kasus hipertensi tahun 2005 sebesar 143,82 per 1.000 penduduk (Dinkes provinsi Jawa Tengah, 2006). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2010 di dapatkan bahwa hipertensi menempati urutan nomor tiga dari 10 penyakit tidak menular yang ada di Kabupaten Banyumas dengan jumlah kasus sebesar 35.085 kasus (Profil Banyumas, 2010).

  Di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo tahun 2011 disebutkan bahwa jumlah kasus hipertensi selama tahun 2012 terdapat 522 kasus, dengan rata-rata 48 pasien perbulannya (Rekam medik RSMS, 2012). Dari data di atas, dapat kita ketahui bahwa penderita penyakit hipertensi sangat banyak, namun penyebabnya sering tidak diketahui sebelumnya. Oleh karena itu penyakit hipertensi disebut sebagai “pembunuh diam”. Faktor-faktor penyebab pastinya tidak bisa diprediksi sebelumnya, sehingga semua orang tidak tahu cara menanggulangi dengan baik ketika terkena penyakit hipertensi. Hipertensi banyak yang terjadi karena kebiasaan meorkok, minum kopi, obesitas, kebiasaan mengkonsumsi garam secara berlebihan dan umur.

  Namun, dari faktor-faktor tersebut bukanlah faktor yang prevelensi utama terhadap hipertensi. Sebab faktor utama penyebab terjadinya hipertensi pada Belum diketahuinya faktor-faktor utama yang berhubungan dengan tingginya prevalensi hipertensi di RS Prof. Dr. Margono Soekarjo, salah satu upaya pencegahan dini penyakit hipertensi adalah melalui pendekatan faktor resiko utama dari penyakit tersebut, namun laporan kasus hipertensi yang ada saat ini tidak diikuti dengan laporan data faktor resikonya. Oleh sebab itu, untuk mengetahui faktor resiko utama penyebab terjadinya hipertensi di RS Prof. Dr. Margono Soekarjo, perlu dilakukan suatu kajian agar upaya pencegahan lebih efektif dan efisien.

  Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor pola hidup terhadap kejadian hipertensi di RS Prof. Dr. Margono Soekarjo.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah gaya hidup berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo?” C.

   Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui faktor gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

   Tujuan Khusus a.

  Mengetahui karakteristik responden.

  b.

  Mengetahui prevalensi hipertensi pada lansia di RS Prof. dr. Margono Soekardjo c.

  Mengetahui hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof.

  Dr. Margono Soekarjo d. Mengetahui hubungan antara riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono

  Soekarjo.

  e.

  Mengetahui hubungan antara kebiasaan minum kopi terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

  f.

  Mengetahui hubungan antara olahraga terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

  g.

  Mengetahui hubungan antara jumlah istirahat tidur terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

  h.

  Mengetahui factor yang paling dominan yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

   Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dengan cara mengaplikasikan teori – teori yang didapat selama perkuliahan khususnya mengenai hipertensi.

  2. Bagi Responden

  Dapat meningkatkan pengetahuan tentang gaya hidup yang berhubungan dengan terjadinnya hipertensi pada individu maupun keluarga sehingga terlaksananya kemandirian penanggulangan maupun pencegahan hipertensi.

  3. Bagi Pelayanan Kesehatan

  Dapat memberikan wawasan masukan kepada pogram dalam rangka menyusun rencana program pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular khususnya hipertensi.

  4. Bagi Ilmu Pengetahuan

  Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi.

E. Penelitian Terkait

  Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung dengan penelitian ini, yaitu penelitian dari Iyalomhe dan Iyalomhe (2010) yang berjudul Hypertension-related knowledge, attitudes and life-style menggunakan metode survey fenomenologi kualitatif. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan di daerah tersebut memiliki tingkat pengetahuan rendah dan menyebabkan perawatan kesehatan yang rendah pula.

  Perbedaan dengan penelitian yang diteliti adalah, penelitian Iyamlohe dan Iyamlohe dilakukan di Nigeria, yang notabene social dan budayanya berbeda jauh dengan social budaya di Indonesia. Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan metode case control.

  Penelitian dari Nakanishi, Nakamura, Ichikawa, Suzuki dan Tatara (1999) juga mendukung penelitian ini. Penelitian Nakanashi et al. berjudul

  

Lifestyle and the defelopment of hypertension : a 3-year follow up study of

middle-aged Japanese male office workers di Jepang, dengan menggunakan

  metode surveilan sistematik. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa factor utama penyebab hipertensi adalah berat badan berlebih.

  Perbedaan penelitian Nakanishi et al. dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah metodologi penelitian yang digunakan, variable penelitian, dan populasi. Pada penelitian Nakanishi et al. populasinya khusus hanya ditujukan kepada laki-laki yang bekerja, sementara untuk penelitian yang diteliti disini adalah semua jenis kelamin dan dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda.

  Penelitian Fasting, Nilsen, Holmen dan Vik (2008) yang berjudul Life

  

style related to blood pressure and body weight in adolescence : Cross

  menggunakan metode cross sectional, dan menyimpulkan bahwa aktifitas fisik yang rendah dan merokok akan memiliki hubungan yang erat terhadap kejadian hipertensi dan obesitas.

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu bahwa penelitian ini menganalisa beberapa variable gaya hidup yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi, yaitu kebiasaan konsumsi garam, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, kebiasaan berolahraga dan kebiasaan beristirahat.