BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Mochamad Aris BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu penyakit yang menyerang siapa saja

  baik itu laki-laki maupun perempuan, muda maupun tua. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (Rachman, 2011).

  Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat penyakit hipertensi sangat beragam mulai penyakit stroke, diabetes melitus, gagal ginjal, gangguan retinopati. Menurut WHO (2013) dalam memperingati Hari Kesehatan Dunia 2013, dampak kematian yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi sebanyak 9,4 miliar per tahun. Dengan 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.

  Hipertensi adalah faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia (Setiawan, 2004).

  Diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat 30%, kira-kira 25% (6,6 juta orang) usia 25-64 tahun mengalami penyakit hipertensi dan 46 % (12 juta orang) mengalami pra-hipertensi (Asgary, S., 2013). Pada tahun 2012 WHO melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan 45% dari jantung koroner. Hasil penelitian Setiawan, Z (2004), di Indonesia khususnya Pulau Jawa menunjukkan prevalensi hipertensi sebanyak 41,9% dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan dipedesaan 44,1% (36,2%-51,7%).

  Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi penyakit tidak menular untuk kelompok jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi tahun 2011 dan 2012 berturut-turut adalah 72,13 % dan 67,57 % angka prevelensi 6,0 % untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Pada umumnya wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria (Dinkes Provinsi Jateng, 2012).

  Faktor resiko hipertensi, beberapa diantaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang dapat dikendalikan atau dapat dikontrol yaitu obesitas, kurang olahraga, merokok, menderita diabetes melitus, mengkonsumsi garam berlebih, minum alkohol, diet, minum kopi, pil KB, stress emosional dan sebagainya. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan (Armilawaty, Amalia,

  H., Amiruddin, R., 2007). Menurut penelitian Pradono, J (2010) menyimpulkan bahwa perilaku santai yang di tandai dengan lebih tingginya asupan kalori dan kurang aktifitas fisik, merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung, yang biasanya di dahului dengan meningkatnya tekanan darah atau hipertensi.

  Penyakit hipertensi harus mendapatkan penanganan yang cepat melalui pengobatan yang intensif. Pengobatan penyakit hipertensi pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu pengobatan secara farmakologis dan pengobatan nonfarmakologis. Menurut Klodas, E (2012) dalam artikelnya menyebutkan bahwa pengobatan farmakologis untuk penyakit hipertensi adalah dengan memberikan Calsium Channel Blocker, ACE Inhibitor,

  

Angiotensin II Receptor Blocker (ARBs), Diuretik (Water Pills), dan Beta

Blockers . Pengobatan nonfarmakologis biasanya dengan berbagai cara

  yaitu dengan pola hidup yang baik dan sehat, konsumsi buah dan sayuran yang dapat menurunkan hipertensi. Masyarakat seringkali memilih pengobatan dengan medis daripada nonmedis atau herbal, dikarenakan berbagai faktor yaitu dilihat secara efisien, pengobatan medis lebih praktis dan hasilnya cepat terasa.

  Tanaman rosella sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 1922 sebagai tanaman hias, tanaman pagar dan tanaman penghasil serat. Rosella saat ini menjadi tanaman yang diminati oleh masyarakat karena berbagai produk yang dapat dihasilkan dari bunga dan seratnya sehingga mengalami peningkatan budidaya yang cukup tinggi (Astuti, T., & Darmanti, S., 2010).

  Rosella mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdariffa Linn, merupakan anggota famili malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia. Namun sekarang tanaman ini telah tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia dan juga digunakan dibanyak negara sebagai minuman dan sumber pengobatan alami (Maryani, H., & Kristiana, L., 2005).

  Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) adalah suatu tanaman bunga yang sangat bermanfaat bagi tubuh untuk mengobati berbagai macam penyakit yaitu asam urat, diabetes, mencegah panas dalam. Menurut Suryawati, S., Supriyadi, S., Mahsun, & Na`imah, M., (2011), manfaat rosella yaitu untuk pencegahan penyakit antara lain kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar, anti kejang, anti cacing, dan anti bakteri.

  Menurut Arellano, H., Romero, F., Soto, C., & Tortoriello, (2004), ekstrak rosella mampu menurunkan tekanan darah hingga 10 poin yaitu dari rata-rata tekanan darah sistolik 139,05 mmHg menjadi 123,73 mmHg dengan dosis 10 gram kelopak rosella kering yang dikombinasi dengan air selama 4 minggu. Selain untuk menurunkan tekanan darah, Rosella (Hibiscus Sabdariffa) juga bisa mencegah penyakit ginjal kronis dan dislipidemia. Menurut Wazaify, M., Alawwa, I., Nada, Y., Al-Saleh, A., & Afifi, F.U., (2013) menyatakan bahwa sebanyak 22,5% penduduk Yordania mengkonsumsi rosella. Penelitian Yang, Y.S., Wang, C.J., Huang, C.N., Chen, M.L., Chen, M.J., & Peng, C.H., (2013) menyebutkan bahwa manfaat rosella juga bisa menyembuhkan penyakit nefropati diabetik yaitu efek polifenol yang terkandung dalam kelopak bunga rosella mampu menghambat transisi mesenchymal dalam fibrosis ginjal.

  Pada tahun 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas mencatat angka hipertensi mencapai 30.007 jiwa dari total jumlah penduduk sebesar 1.941.958 jiwa atau sekitar 1,54% untuk Wilayah Kabupaten Banyumas (Dinkes, 2012). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Baturaden Kabupaten Banyumas, jumlah penduduk yang terkena hipertensi pada tahun 2013 dari Januari sampai Desember tercatat sebanyak 2.089 orang dari total penduduk sebanyak 28.327 jiwa atau 7,37% yang terkena hipertensi untuk tahun 2013. Pada bulan Desember 2013, penyakit hipertensi menempati posisi kedua dari 10 besar penyakit dengan jumlah kasus sebanyak 233 orang.

  Pola hidup masyarakat setempat sebagian besar tidak sehat, khususnya dalam hal makanan dan minuman. Mereka selalu mengkonsumsi kopi setiap harinya. Bahkan sehari bisa sampai 5 kali. Sementara kopi adalah minuman yang tidak baik untuk kesehatan khususnya bagi jantung dan pembuluh darah, karena di dalam kopi mengandung kafein. Efek yang di timbulkan dari kafein yaitu mempercepat denyut jantung. Jika kebiasaan ini terus-menerus dilakukan maka akan menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Minuman yang sehat di konsumsi salah satunya adalah teh rosella, karena teh rosella merupakan tanaman herbal yang bermanfaat untuk mengobati hipertensi. Selain bermanfaat sebagai obat hipertensi yang alami, teh rosella juga enak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu masyarakat bisa mengubah pola hidup mereka dengan mengkonsumsi teh rosella sebagai minuman ringan sehari-hari yang segar dan sehat.

  Paparan studi kasus dan referensi yang tertulis diatas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh seduhan teh rosella terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah Jumlah penyakit hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun.

  Hal ini berkaitan dengan faktor keturunan dan faktor pendukung yang lain misalnya faktor usia, jenis kelamin, pola hidup, lingkungan dll. Dampak dari hipertensi diantaranya adalah dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, stroke, gangguan penglihatan, diabetes dan lain-lain.

  Pengobatan untuk menurunkan hipertensi bukan hanya menggunakan obat medis tetapi bisa dengan menggunakan obat herbal yaitu dengan menggunakan teh rosella. Teh rosella adalah tanaman herbal yang bermanfaat untuk mengobati hipertensi. Selain bermanfaat sebagai obat hipertensi yang alami, teh rosella juga enak untuk dikonsumsi sebagai minuman ringan yang sehat dan bermanfaat.

  Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui: “Apakah ada pengaruh pemberian seduhan teh rosella terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Puskesmas 1 Baturaden?”.

C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan teh rosella terhadap hipertensi pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 1

  Baturaden, Kabupaten Banyumas tahun 2013.

2. Tujuan khusus a.

  Mengetahui karakteristik responden di Puskesmas 1 Baturaden Kabupaten Banyumas meliputi umur dan jenis kelamin.

  b.

  Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi sebelum diberikan seduhan teh rosella.

  c.

  Mengetahui rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi sebelum diberikan seduhan teh rosella.

  d.

  Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi sesudah diberikan seduhan teh rosella.

  e.

  Mengetahui rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi sesudah diberikan seduhan teh rosella.

  f.

  Mengetahui pengaruh pemberian seduhan teh rosella terhadap penurunan tekanan darah sistolik melalui analisa perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi pada pasien hipertensi di Wilayah Puskesmas 1 Baturaden Kabupaten Banyumas.

  g.

  Mengetahui pengaruh pemberian seduhan teh rosella terhadap penurunan tekanan darah diastolik melalui analisa perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada pasien hipertensi di Wilayah Puskesmas 1 Baturaden Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Peneliti Meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam proses riset keperawatan tentang pengobatan alternatif dengan menggunakan seduhan teh rosella pada pasien dengan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.

  2. Bagi Klien Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam pengobatan hipertensi secara mandiri dan alami.

  3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadikan suatu sumber informasi kepada pihak-pihak akademis untuk menambah pengetahuan dan mengaplikasikannya kepada responden tentang pengobatan alternatif dengan menggunakan seduhan teh rosella untuk menurunkan tekanan darah pada responden yang mengalami hipertensi.

  4. Bagi Institusi Puskesmas Sebagai masukan ilmu pengetahuan yang baru bagi puskesmas tentang pemberian seduhan teh rosella untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

E. Penelitian Terkait 1.

  Pinasthika, G ( 2011), berjudul “Pengaruh pemberian seduhan kelopak kering bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap tekanan darah penderita pre-hipertensi dan hipertensi grade 1 yang di edukasi gaya hidup sehat”. Rancangan penelitian quasi eksperimental dengan rancangan non-randomized Control Group Pretest-Postest with

  Consecutive Sampling Approach . Kelompok perlakuan adalah

  kelompok dengan pemberian edukasi pola hidup sehat dan pemberian seduhan kelopak kering bunga rosella pada pederita pre-hipertensi dan hipertensi grade 1. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapat edukasi pola hidup sehat saja. Dengan dosis pemberian 3 gram/200 cc/hari selama 4 minggu.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Pinasthika, G ( 2011) adalah terletak pada rancangan penelitian dan dosis pemberian yang digunakan. Dimana dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian ini adalah Quasi eksperimental. Dengan design pre dan post

  test design . Penelitian ini menggunakan dosis 10 gram/400 cc/hari selama 4 minggu.

  2. Rohaendi, T (2008), berjudul “Efektifitas pemberian teh rosella dan obat terhadap tekanan darah pasien hipertensi primer di Panti Jompo Welas Asih Kota Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya”. Rancangan penelitian experimental dengan teknik pengambilan sampel total sampling untuk pasien rumah sakit dan

  

conventiente sampling untuk pasien rumah sakit. Uji yang digunakan

  uji Paired-Sample t test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok (p=0,000). Teh rosella dan obat sama efektifnya dalam menurunkan tekanan darah pada kedua kelompok (p=0,057 dan 0,242).

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rohaendi, T (2008) adalah terletak pada rancangan penelitian dan dosis pemberian yang digunakan. Dimana dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian ini adalah Quasi eksperimental dengan menggunakan non-

  

random sampling. Dengan design pre dan post test design. Penelitian

ini menggunakan dosis 10 gram/400 cc/hari selama 4 minggu.

3. Arellano (2004), berjudul “Effectiveness and tolerability of a

  standardized extract from Hibiscus Sabdariffa in patient with mild

moderate hypertension: a controlled and randomized clinical trial ”.

  Rancangan penelitian eksperimental dengan design controlled and

  randomized trial. Kelompok yang pertama diberikan perlakuan 10 g

  kelopak kering dengan air selama 4 minggu. Dan kelompok kontrolnya yang diberikan therapuetic effektiveness. Menggunakan Uji Anova.

  Pada kelompok ekperimental rata-rata tekanan darah sistolik menurun dari 139,05 mmHg menjadi 123,73 mmHg. Dan tekanan darah diastolik menurun dari 90,81 menjadi 79,52 mmHg.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Arellano (2004) adalah terletak pada rancangan penelitian dan desain penelitiannya. Dimana dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian ini adalah

Quasi eksperimental dengan menggunakan non-random sampling.

  Dengan design pre dan post test design tanpa menggunakan kelompok kontrol.

4. Wahabi (2010), berjudul “The effectiveness of Hibiscus Sabdariffa in

  the treatmnent of hypertension: a systematic review ”. Rancangan

  penelitian menggunakan randomized controlled dengan metode

  

Medical Database . Kelompok kontrolnya adalah dengan memberikan

  captopril dan lisinopril sebagai ACE inhibitor. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan antara pemberian Hibiscus Sabdariffa dengan pemberian captopril dan lisinopril. Keduanya memiliki pengaruh yang sama dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wahabi (2010) adalah terletak pada rancangan penelitian dan desain penelitiannya. Dimana dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian ini adalah

Quasi eksperimental dengan menggunakan non-random sampling.

  Dengan desain pre dan post test design tanpa adanya kelompok kontrol.

5. Menurut Khosvari, H.M (2009), berjudul “The effects of sour tea

  

(Hibiscus sabdariffa) on hypertension in patients with type II

diabetes ”. Menggunakan randomized control trial dengan

  membandingkan 2 intervensi yaitu sour tea (hibiscus sabdariffa) dan

black tea infusion pada pasien hipertensi dengan diabetes tipe 2.

  Penelitian tersebut membutuhkan waktu 1 bulan dengan pemeriksaan secara teratur pada hari ke-0, 15 dan ke-30. Hasilnya terdapat penurunan tekanan darah sistolik dari 134,4 mmHg menjadi 112,7 mmHg pada sour tea (hibiscus sabdariffa). Dan pada black tea pada waktu yang sama terdapat peningkatan tekanan darah sistolik dari 118,6 mmHg menjadi 127,8 mmHg. Hasilnya adalah sour tea memberikan efek yang sangat signifikan pada hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Khosvari, H.M (2009) adalah terletak pada rancangan penelitian dan desain penelitiannya.

  Dimana dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian ini adalah Quasi eksperimental dengan menggunakan non-random

  

sampling. Dengan design pre dan post test design tanpa adanya

kelompok pembanding.