BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kuantum - Tyas Widyastuti BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kuantum Pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi aktif antara

  siswa dengan guru dalam usaha membantu siswa dalam belajar. Agar dalam pelaksanaan pengajaran dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan, maka diperlukan perencanaan yang matang, termasuk penggunaan model pembelajaran yang tepat.

  Model pembelajaran kuantum, menjadi suatu pembelajaran yang tepat dalam proses interaksi antara guru dengan siswa dalam belajar.

  Dikarenakan model pembelajaran ini menggunakan sesuatu yang berbeda dalam proses belajar dengan metode belajar yang berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan yang utuh.

  Menurut Robert Heinich dkk ( 1985 : 6 ), Quantum Teaching Model ( Model Pembelajaran Kuantum ) hampir sama dengan sebuah simfoni. Ada banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik, yang dapat membagi unsur-unsur tersebut menjadi dua kategori : konteks dan isi ( context and content ). Pengertian dari konteks, adalah latar untuk pengalaman yang merupakan keakraban ruang orkestra itu sendiri lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya

  7

  (suasana), keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerjasama (landasan), dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan, kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. Isi, salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitasi ahli sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.

  Quantum Teaching Model menekankan pengembangan

  kemampuan dan bakat alamiah siswa dengan berbagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan belajar siswa yang mencakup unsur – unsur untuk belajar efektif guna meraih kesuksesan belajar siswa yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

  Pembelajaran kuantum juga menekankan pengembangan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dalam hal ini seorang guru dituntut agar (1) Memfasilitasi siswa untuk dapat berkembang sesuai dengan modalitas yang dimiliki, (2) Menampung keanekaragaman siswa, (3) Memberikan kebebasan belajar siswa, (4) Menyertakan otak kanan agar ikut aktif dalam pencapaian tujuan belajar, (5) Menimbulkan berbagai interaksi positif serta memanfaatkan perbedaan siswa dalam kegiatan belajar, (6) Mampu menata semua komponen belajar untuk bekerjasama secara sinergis dalam pencapaian tujuan belajar, (7) Mampu mengubah suasana belajar dengan menyertakan kaitan termasuk di dalamnya adalah unsur seni ataupun musik.

  Pembelajaran kuantum digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas meliputi :

a) Kerangka pembelajaran kuantum

  Pembelajaran kuantum memiliki kerangka rancangan belajar yang dikenal dengan istilah TANDUR ( tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan ).

  TUMBUHKAN

  : Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah

  

Manfaatnya BAgiKu (AMBAK). Tumbuhkan suasana yang

  menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran Anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.

  

ALAMI : Rendahnya kemampuan menangkap ide – ide yang

  diharapkan dapat diatasi melalui langkah alami, yakni sebuah aktifitas yang dipilih untuk memberikan pengalaman belajar terhadap materi yang akan dibicarakan misalnya berupa pantomim, permainan gambar, grafik, diagram, tabel, atau lakon pendek sehingga diharapkan ide – ide dapat ditangkap oleh siswa dengan baik.

  

NAMAI : Penamaan dibangun atas pengetahuan dan keingintahuan

  siswa saat itu. Namai adalah upaya memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan.

  

DEMONSTRASI : Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu,

  beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya , karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.

  ULANGI

  : Pengulangan memperkuat kondisi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!” Dengan adanya pengulangan maka materi akan lebih terpateri dalam ingatan siswa.

  

RAYAKAN : Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang

  yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik, misalnya dengan bertepuk tangan atau bernyanyi bersama-sama.

b) Isi, yaitu (1) penyajian yang prima ( penyajian dalam jobsheet

  berupa warna menarik, ukuran huruf berbeda, bahasa yang digunakan menyenangkan. Agar siswa semangat / prima dalam belajar ) ; (2) fasilitas luwes ( fasilitas disini dimaksudkan fasilitas yang digunakan untuk belajar. Agar guru dapat mempengaruhi perilaku melalui gerakan yang terarah dan berkaitan dengan isi ; (3) keterampilan belajar untuk belajar ; dan (4) keterampilan hidup.

c) Prinsip

  Prinsip disini adalah suatu kebenaran tetap yang mempengaruhi seluruh aspek dalam pembelajaran.dalam pembelajaran kuantum memiliki 5 prinsip, yaitu :

  1. Segalanya Berbicara Semua yang anda lakukan merupakan pengiriman pesan tentang belajar. Disini guru harus mampu menata semua komponen belajar untuk bekerjasama secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan.

  2. Segalanya Bertujuan Semua yang terjadi dalam pembangunan belajar mempunyai tujuan dan siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.

  3. Pengalaman sebelum pemberian nama proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. karena otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu.

  4. Akui Setiap Usaha Mengakui usaha siswa untuk memperoleh kecakapan dan kepercayaan diri mereka sangat penting dalam membangun keberhasilan siswa. Dalam hal ini guru harus dapat menghargai usaha siswa sekecil apapun.

  5. Jika layak dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan Memberi pujian / penghargaan pada siswa yang terlibat aktif pada kegiatan belajar mengajar.

  d) Azas Utama Quantum Teching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia

  Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” ( De Porter, 2000 : 6 – 10 ). Ini akan memungkinkan terjadinya kesepahaman bersama antara guru dan siswa sehingga dapat dibangun proses komunikasi yang baik.

  e) Menata konteks

  Membuat kelas menjadi komunitas belajar yang segalanya mendukung dalam belajar optimal adalah hal yang sangat penting.

  Aspek yang harus diperhatikan : (1) Suasana kelas merupakan penentu psikologi utama yang dapat mempengaruhi proses belajar dalam hal ini yang perlu diperhatikan bahwa dalam perasaan dan pikiran, kekuatan serta emosi menuntut kita dalam memberikan keputusan. (2) Membangun landasan yang kokoh, yang terdiri dari 4 aspek yaitu tujuan yang sama; prinsip – prinsip dan nilai – nilai yang sama; keyakinan yang kuat mengenai belajar mengajar; kesempatan kebijakan, prosedur, dan peraturan yang jelas. (3)

  Menata lingkungan yang mendukung, (4) Merancang pembelajaran yang dinamis

B. Alat Peraga

  Menurut Budi ( 2007 ), alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa. Alat peraga dapat berupa benda ataupun perilaku. Alat peraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, dan alat. Hal ini dapat dilihat dalam segi : i) Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa. ii) Alat peraga memungkinkan pendidikan lebih sesuai dengan perorangan dimana para siswa belajar dengan lebih banyak kemungkinan dan sumber – sumber sehingga belajar berlangsung lebih menyenangkan bagi masing – masing perorangan. iii) Alat peraga memungkinkan mengajar lebih merata. Ini arti bahwa dengan menggunakan alat peraga, perhatian anak memungkinkan meningkat dan mengarah kepada yang sedang diragakan sehingga kemungkinan mengantuk berkurang.

  Menurut E.T Ruseffendi ( dalam Budi : 2007 ), beberapa kriteria atau persyaratan yang harus dimiliki alat peraga diantaranya sebagai berikut : (1) Tahan lama (dibuat dari bahan – bahan yang cukup kuat); (2) Bentuk dan ukuran menarik; (3) Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit); (4) Ukurannya sesuai ( seimbang ) dengan fisik anak; (5) Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real,gambar, diagram; (6) Sesuai dengan konsep matematika; (7) Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika); (8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi siswa; (9) Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan atau dipasangkan; (10) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat ( banyak ).

  Sudjana ( 2008 ) menyatakan kelebihan dari alat peraga diantaranya : i) Dengan menggunakan alat peraga pembelajaran lebih menarik. ii) Siswa dapat secara langsung mempraktekkan materi yang dipelajarinya. iii) Menghindari kesalahpahaman dan kesesatan dalam proses belajar mengajar. iv) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.

  Alat peraga tidak selamanya membuahkan hasil belajar siswa lebih cepat, lebih meningkat, lebih menarik, dan sebaliknya. Kadang – kadang akan menyebabkan siswa gagal dalam belajarnya. Kegagalan menggunakan alat peraga akan terjadi bila : (1) generalisasi konsep abstrak dari representasi hal – hal konkret tidak tercapai; (2) tidak disajikan disaat yang tidak tepat; (3) memboroskan waktu; (4) Membutuhkan waktu yang lama untuk merancang sebuah media yang layak untuk diperagakan dalam pembelajaran; (5) digunakan terhadap anak yang sebenarnya tidak memerlukannya.

  Jobsheet C.

  Untuk mendukung kelengkapan perangkat pembelajaran yang dalam hal ini berupa alat peraga maka dibutuhkan jobsheet. Jobsheet adalah lembar kerja yang berisi tentang petunjuk – petunjuk dalam melakukan praktikum. Judul dari jobsheet berbeda – beda tergantung apa yang sedang di praktekan contohnya jobsheet Transmisi manual, Kopling, Sistem kemudi, Sistem Suspensi, Sistem Rem, dan masih banyak lagi ( Eko : 2008 ).

  Dalam hal ini adalah praktek dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga dan jobsheet merupakan kesatuan yang saling mendukung dalam proses pembelajaran. Jobsheet merupakan suatu hal yang penting dalam keberhasilan penggunaan alat peraga, karena dengan adanya jobsheet praktikan akan paham bagaimana cara melakukan praktek dengan alat peraga yang ada selain petunjuk yang diberikan oleh guru. Dengan atau tanpa petunjuk dari guru, dengan adanya

  jobsheet , praktikan langsung dapat melakukan praktek secara mandiri.

D. Alat Peraga dan Jobsheet yang berbasis Pembelajaran Kuantum

  Alat peraga dan jobsheet yang akan dirancang dalam penelitian ini adalah alat peraga dan jobsheet yang berorientasi pada model pembelajaran kuantum. Alat peraga dan jobsheet merupakan alat bantu yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Sebagai alat bantu dalam penyampaian materi pelajaran, pembuatan alat peraga dan

  jobsheet harus mengikuti langkah – langkah penyusunan perangkat

  pembelajaran yang lain. Sebelum membuat alat peraga dan jobsheet, hendaknya dilakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar yang akan disampaikan serta indikator – indikator yang akan dicapai.

  Dalam pembuatan alat peraga dan jobsheet harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini adalah model pembelajaran kuantum, sehingga alat peraga yang dibuat harus bisa mewakili 5 prinsip dalam model pembelajaran tersebut yaitu (1) Segalanya berbicara : akan tercipta pengalaman yang mendalam yang dibangun dari pesan – pesan simbolik ( baik gambar, gerak tubuh dari setiap komponen proses pembelajaran ). Disini guru harus mampu menata semua komponen belajar untuk bekerjasama secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan. (2) Segalanya bertujuan : semua yang terjadi dalam pembangunan belajar mempunyai tujuan dan siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan. (3) Pengalaman sebelum pemberian nama : proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama apa yang mereka pelajari. (4) Akui setiap usaha : mengakui usaha siswa untuk memperoleh kecakapan dan kepercayaan diri sangat penting dalam membangun keberhasilan siswa dalam hal ini guru harus dapat menghargai usaha siswa sekecil apapun. (5) Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan : guru harus memberi pujian / penghargaan pada siswa yang terlibat aktif pada kegiatan belajar mengajar ( misalnya dengan memberi tepuk tangan, berkata : bagus!, baik!, dan lain – lain).

  Penyajian alat peraga dan jobsheet yang baik ( sempurna ) akan sangat mempengaruhi hasil dari proses belajar. Disamping itu, guru harus memiliki sifat Quantum Teacher yang baik. Sifat – sifat tersebut antara lain tulus, luwes, berwibawa. Guru diharuskan melakukan komunikasi dengan siswa yaitu dengan menunjukan ekspresi wajah yang baik, mengatur nada suara agar dapat memunculkan kesan, fokusnya terarah, inklusif, dan spesifik yang mana keempat hal ini adalah prinsip dalam komunikasi. Selain 4 prinsip dalam komunikasi tersebut, dalam pembelajaran kuantum juga perlu memperhatikan dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, dan menyampaikan isinya sehingga memudahkan dalam proses belajar. Penggunaan prinsip kegiatan untuk mengemas dan menyampaikan harapan, menggalakan berfikir dengan pertanyaan dan kegiatan tanya jawab juga tidak kalah penting, dan apabila diperlukan humor juga perlu dilibatkan, hal ini bertujuan agar KBM ( kegiatan belajar mengajar ) tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki

  Emotional Intelligence, yaitu kemampuan guru untuk matang mengelola emosi.

  Pentingnya peranan alat peraga dan jobsheet dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kuantum mempengaruhi pembuatan perangkat itu sendiri dengan sebaik – baiknya. Oleh karena itu, alat peraga dan jobsheet yang akan dibuat harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya tampilan alat peraga yang menarik. Untuk membuat alat peraga yang menarik, hendaknya dibuat dari bahan yang tahan lama ( bahan – bahan yang cukup kuat ), bentuk dan warnanya juga menarik. Selain itu, harus diperhatikan dari segi kepraktisan yang meliputi sederhana dan mudah dikelola, ukurannya sesuai dengan ukuran fisik anak. Alat peraga yang dibuat juga harus sesuai dengan konsep materi yang akan disampaikan.

  Jobsheet yang disusun juga harus sesuai dengan langkah –

  langkah dalam pembelajaran yang digunakan. Jadi, antara alat peraga dan jobsheet yang dibuat dapat digunakan secara selaras. Oleh karena itu, jobsheet juga harus memenuhi beberapa kriteria yang diantaranya susunan tampilan yang menyangkut urutan yang mudah, judul yang singkat, memuat indikator, alat dan langkah – langkah praktikum dan tugas. Selain itu, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami seperti mengalirnya kosakata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah menguji pemahaman.

E. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4 – D Menurut S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I.

  Semmel ( Andi Rusdi : 2008 ) menyatakan bahwa model pengembangan perangkat terdiri atas 4 tahap yang dikenal dengan sebutan 4 – D yaitu :

  a) Define (Pembatasan),

  b) Design (Perancangan),

  c) Develop (Pengembangan) dan

  d) Disseminate (Penyebaran) Atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran seperti pada gambar berikut :

  Gambar 1 : model pengembangan menurut Thiagarajan Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut

  (Trianto, 2007 : 65 – 68) : 1) Tahap Pendefinisian (define).

  Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:

  (i) Analisis awal – akhir (ii) Analisis siswa ( subyek )

  (iii) Analisis materi, (iv) Analisis tugas, dan

  (v) Analisis perumusan tujuan pembelajaran 2) Tahap Perencanaan (Design ).

  Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu : (i) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (ii) Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.

  (iii) Design awal. Merupakan rancangan model pembelajarn yang dirancang untuk melibatkan aktivitas guru dan siswa.

  Selanjutnya rancangan awal ini disebut sebagai Draft I 3) Tahap Pengembangan (Develop).

  Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar ( para ahli ) dan data yang diperoleh dari uji coba. Tahap pengembangan ini meliputi dua langkah kegiatan yaitu penilaian pakar ( para ahli ) dan uji coba.

  4) Tahap penyebaran (Disseminate).

  Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.

F. Materi Keliling dan Luas Bangun Datar Beraturan

  Pada penelitian ini, akan mempelajari keliling dan luas bangun datar beraturan. Indikator dari materi tersebut diantaranya : a) Suatu bangun datar dihitung kelilingnya

  Bangun datar beraturan yang akan ditentukan kelilingnya dengan cara menghitung keliling dari beberapa gabungan bangun datar diantaranya segiempat (persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang – layang, dan trapesium), segitiga (diantaranya segitiga siku – siku, sama kaki, dan sama sisi) dan lingkaran.

  b) Suatu bangun datar dihitung luasnya Bangun datar beraturan yang akan ditentukan luasnya dengan cara menghitung luas dari beberapa gabungan bangun datar diantaranya segiempat (persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang – layang, dan trapesium), segitiga (diantaranya segitiga siku – siku, sama kaki, dan sama sisi) dan lingkaran.