Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil Diluar Nikah Di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar (Studi Kasus Tahun 2013-2015) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TERHADAP HAMIL DI LUAR NIKAH

DI KECAMATAN BINUANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

(Studi Kasus Tahun 2013-2015)

   Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Hukum Islam Jurusan Hukum Acara Peradilan dan

  

Kekeluargaan

Pada Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

  

EKA SURIANTI

NIM: 10100112064

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2015

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eka Surianti NIM : 10100112064 Tempat/Tgl. Lahir : Silopo, 03 September 1994 Jurusan : Peradilan Agama Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : Samata Judul : Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil Di Luar

  Nikah (Studi Kasus Tahun 2013-2015) Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, 7 Maret 2016 Penyusun, EKA SURIANTI NIM : 10100112064

  PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul, “Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil Di

Luar Nikah Di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar (Studi Kasus 2013-

  2015) ”, yang disusun oleh Eka Surianti, NIM: 10100112064, mahasiswa Jurusan

Peradilan Agama pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, telah

diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari

kamis, tanggal 17 Maret 2016 M, bertepatan dengan 8 Jumadil Akhir 1437 H,

dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam, Jurusan Peradilan Agama (dengan beberapa perbaikan).

  Makassar, 17 Maret 2016 M.

  8 Jumadil Akhir 1437 H. DEWAN PENGUJI: Ketua : Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag.

  (………………………) Sekertaris : Dr. Supardin, M.Hi. (………………………) Munaqisy I : Dra. Nila Sastrawati, M.Si. (………………………) Munaqisy II : Dr. Hj. Patimah, M.Ag. (………………………) Pembimbing I : Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. (………………………) Pembimbing II : Dra. Hj. Hartini Tahir, M.Hi. (………………………)

  Diketahui oleh: Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Darussalam,Syamsuddin M. Ag.

  NIP. 19621016 199003 1 003 KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا الله مسب

  Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. demikian pula salam dan shalawat di peruntukkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, sahabat

  • –sahabat dan seluruh ahlul bait di dunia dan akhirat.

  Dengan selesainya penyusunan Skripsi yang berjudul

  “Pandangan Tokoh

Masyarakat Terhadap Hamil Di Luar Nikah Di Kecamatan Binuang Kabupaten

Polewali Mandar (Studi Kasus 2013-2015)

  .” Patut disampaikan ucapan terima

  kasih kepada berbagai pihak. Karena sedikit atau banyaknya bantuan mereka, menjadikan terwujudnya skripsi ini. Berkenaan dengan itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi

  • –tingginya, khususnya untuk ayah dan ibu saya tercinta,

  

(Muh . Amin) dan (Hj. Juharni). Adikku, serta keluargaku yang selama ini selalu

  memberikan motivasi dan doa sehingga adinda bisa menyelesaikan skripsi ini, dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar

  • –besarnya saya sampaikan kepada: Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada: 1.

  Ayahanda Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. SI. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

2. Ayahanda Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M. Ag. selaku Dekan Fakultas

  Syari ’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  3. Ayahanda Dr. Supardin, M.HI. selaku Ketua dan Ibunda Dr. Fatimah, M. Ag selaku Sekretaris Program Studi Peradilan Agama Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  4. Ayahanda Prof. Dr. Darussalam, M. Ag. selaku pembimbing I yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

  5. Ibunda Dra. Hj. Hartini, M.H.i selaku pembimbing II penulis, yang tiada henti

memberikan semangat dan masukan sehingga Skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

  

iv v 6.

  Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Peradilan Agama Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan skripsi ini.

  7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Peradilan Agama Angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu yang memberikan semangat dan dukungan selama di bangku perkuliahan memberikan kebersamaan dan keceriaan kepada penulis.

  8. Sahabat-sahabatku TR Community (Dekal, Asril, Hijri, Eno, Ibet, Kasma, Inha, Syatriah, Riska) sekaligus yang selama di bangku perkuliahan maupun di luar kampus memberikan kebersamaan dan keceriaan serta banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  9. Yang selalu memberi semangat , motivasi yang tidak ada hentinya Ishak S. Pdi.

  Dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  10. Pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah swt penulis serahkan segalanya, mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

  Samata, 7 Maret 2016 Penulis

   Eka Surianti

  NIM: 10100112064

  

DAFTAR ISI

JUDUL

  i …………………………………………………………………...

  

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. ii

PENGESAHAN ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR

  iv …………………………………………………...

  DAFTAR ISI

  vi ……………………………………………………………...

  DAFTAR TABEL

  ………………………………………………………. viii

  PEDOMAN TRANSLITERASI

  ix ………………………………………..

  ABSTRAK

  ……………………………………………………………….. xv

  BAB I : PEN DAHULUAN……………………………………………… 1-7 A.

  1 Latar Belakang Masalah……………………………………… B.

  3 Rumusan Masalah…………………………………………….

  C.

  4 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ……………………….

  D.

  5 Kajian Pustaka………………………………………………...

  E.

  6 Tujuan dan Kegunaan.................……………………………..

  BAB II : TINJ AUAN TEORETIS……………………………………… 8-31 A.

  8 Pengertian Perkawinan………………………………………..

  B.

  Rukun dan syarat Sahnya Pernikahan ……………………….. 12 C. Tujuan dan Hikma Pernikahan……………………………….. 18 D.

  Pernikahan Wanita Hamil Menurut Kompilasi Hukum Islam ( KHI).....

  …………………....................................................... 21 E. Dampak Perkawinan Hamil di Luar Nikah............................... 26 F. Upaya untuk menghindari Perkawinan Hamil di Luar Nikah... 28

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ……………………………... 32-43 A. Jenis dan Lokasi Penelitian....................................................... 32

  vii

  C.

  Jenis dan Sumber Data……………………………………...... 35 D.

  Metode Pengumpulan Data…………………………………... 37 E. Instrumen Penelitian…………………………………………. 38 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………….. 39 G.

  Pengujian Keabsahan Data………………………………….... 40

  BAB IV: HASIL PENELI TIAN DAN PEMBAHASAN…………….... 44-71 A. Kondisi Demografis dan Geografis Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.......................

  ………………….. 44 B. Kondisi Sosial Pendidikan, Keagamaan, dan Ekonomi ……. 48 C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Hamil di Luar Nikah....... 51 D.

  Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Hamil di Luar Nikah........................................................................................

  59 E. Upaya Tokoh Masyarakat dalam mencegah fenomena Hamil di Luar Nikah

  ……………………………………................... 65

  BAB V : PENUTUP ………………………………………………………72-73 A. Kesimpulan…………………………………………………... 72 B. Implikasi Penelitian…………………………………………... 73 DAFTAR PU STAKA……………………………………………………. 74 LAMPIRAN

  ……………………………………………………………... 76

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

  …………………………...... 77

  DAFTAR TABEL TABEL I. JUMLAH DESA, KELURAHAN, DUSUN, DAN LINGKUNGAN

  

DI KEC. BINUANG 43

TABEL II. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DI SETIAP DESA

  DI KEC. BINUANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR 45 TABEL III. BANYAKNYA TEMPAT PERIBADATAN DI RINCI PEDESAAN DI KEC BINUANG KAB; POLEWALI MANDAR 47

PEDOMAN TRANSLITERASI 1.

  Konsonan

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

  ا

  ba b be

  ب

  ta t te

  ت

  sa s es (dengan titik di atas)

  ث

  jim j je

  ج

  ha h ha (dengan titk di bawah)

  ح

  kha kh ka dan ha

  خ

  dal d de

  د

  zal z zet (dengan titik di atas)

  ذ

  ra r er

  ر

  zai z zet

  ز

  sin s es

  س

  syin sy es dan ye

  ش

  sad s es (dengan titik di bawah)

  ص

  dad d de (dengan titik di bawah)

  ض

  ta t te (dengan titik di bawah)

  ط xii

  za z zet (dengan titk di bawah)

  ظ

  apostrop terbalik „ain „

  ع

  gain g Ge

  غ

  fa f Ef

  ف

  qaf q Qi

  ق

  kaf k Ka

  ك

  lam l El

  ل

  mim m Em

  م

  nun n En

  ن

  wau w We

  و

  ha h Ha

  ه

  hamzah , Apostop

  ء

  ya y Ye

  ي

  Hamzah yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut : xii

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

  Fathah A A Kasrah i

  I Dammah u U Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

  Tanda Nama Huruf Latin Nama fathah dan ya ai a dan i fathah dan wau au a dan u 3. Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

  transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

  fathah dan alif atau ya

  a a dan garis di atas

  kasrah dan ya

  i i dan garis di atas

  dammah dan wau u u dan garis di

  atas xii

  4. Ta Marbutah

  Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].

  Sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

  marbutah itu transliterasinya dengan [h].

  5. Syaddah (Tasydid)

  Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

  sebuah tanda tasydid ( ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Jika huruf ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

  ي kasrah maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i). ( ي ),

  6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif

  لا lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

  seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). xii

  xiii 7.

  Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop ( ) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata,istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-

  Qur’an (dari al-

  Qur‟an), sunnah,khusus dan umum. Namun, bila kata-katatersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

  الله)

  9. Lafz al-Jalalah (

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a-ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

  10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku xii

  xiv (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat.

  Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

  ABSTRAK Nama : Eka Surianti Nim : 10100112064 Judul : Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil di Luar Nikah Di

  Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar ( Studi Kasus 2013- 2015)

  Pokok masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil di Luar Nikah Di Kecamatan Binuang Kab. Polewali Mandar (Studi Kasus 2013-2015)? Pokok masalah tersebut dibagi dalam 2 sub masalah atau pertanyaan penelitian yakni: 1)Fakto-faktor Apa saja penyebab terjadinya hamil di luar nikah?, 2) Bagaimana Pandangan dan Upaya tokoh masyarakat dalam mencegah fenomena hamil di luar nikah?

  Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif (

  syar’i) dan yuridis Data diperoleh dari para

  Tokoh Masyarakat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan penelusuran berbagai literatur atau refrensi. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu Reduksi Data, Penyajian, dan Pengambilan kesimpulan.

  Hasil penelitan ini menujukkan bahwa 1)Faktor-faktor penyebab hamil di luar nikah di Kec.Binuang, kab. Polewali Mandar adalah Tidak mendapatkan restu orang tua, Kadar keimanan yang rendah, Pergaulan bebas/ kurangnya pengawasan orang tua, kurangnya sangsi bagi si pelaku, dan Kurang adanya penyuluhan hukum dari pihak KUA setempat. 2)Pandangan dan Upaya Tokoh Masyarakat dalam mencegah hamil di luar nikah di kec.Binuang, kab. Polewali Mandar adalah pernikahan orang yang hamil di luar nikah bisa dilaksanakan yang penting sudah terpenuhi syarat dan rukun nikahnya, dan Perkawiinan tersebut boleh dilakukan karena melihat keadaan yang sudah terlanjur hamil dan status anak yang tanpa bapak, tetapi sebenarnya para tokoh masyarakat sebaiknya tidak berpegang teguh pada KHI yang membolehkan perkawinanan wanita hamil karena masih banyak kesalahan-kesalahan yang mesti diperbaiki, dan Upaya tokoh masyarakat dalam mencegah fenomena hamil di luar nikah yaitu dengan sosialisai, ceramah-ceramah untuk peningkatan keimanan, dan penyuluhan dari pihak KUA.

  Implikasi penelitian ini adalah: 1)Kepada para pemuda pemudi hendaknya berfikir panjang, janganlah hanya menuruti keinginan yang tanpa dilandasi dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang sehingga melakukan hal-hal yang sifatnya negatif. 2)Besar harapan penulis para Tokoh Masyarakat tidak berpegang teguh pada ketentuan yang ada di dalam KHI karena masih banyak kesalahan-kesalahan yang mesti diperbaiki agar dapat mengurangi remaja yang melakukan perkawinan akibat hamil di luar nikah, dan skripsi ini untuk kepentingan keilmuan, kepentingan praktis, dan untuk seluruh masyarakat di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. xvi Dan Untuk semua kalangan khususnya penyusun mari kita semua tingkatkan keimanan kepada Tuhan yang maha esa dan selalu mendekatkan diri agara senantiasa terjaga dari segala larangannya amin ya rabbal alamiin.

BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

  makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah swt. Sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

  1 biak, melestarikan hidupnya.

  Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan

  2 ketuhanan yang maha Esa.

  Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku I, bab II “dasar-dasar perkawinan”, pasal 2 menyebutkan: Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqam qhalidzan untuk mentaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Perkawinan merupakan sunnatullah yang tidaklah cukup dengan dipertemukannya dua mempelai laki-laki dan perempuan, namun harus melalui prosedur dan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh agama.

  1 2 Selamet, Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, ( Bandung: Pustaka Setia, 1999) , h. 9.

  Undang-Undang Republik indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2012) , h. 2.

  2 Jika tidak demikian maka akan berakibat fatal sebagaimana yang terjadi di kalangan masyarakat muslim dengan kehidupan sehari-harinya tidak pernah terlepas dari pengaruh dari budaya yang masuk.

  Tanpa disadari lambat laun akhirnya budaya-budaya tersebut mereduksi nilai- nilai keislaman masyarakat sehingga timbullah penyimpangan moral (perilaku- perilaku yang keluar dari aturan/norma agama).

  Allah sangat melarang pernikahan yang didahului dengan perbuatan zina, sebgaimana firman Allah swt dalam surah Al Isra’ 32 yang berbunyi :

           

  Terjemahanya:

  “Janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

  3 perbuatan yang k eji. dan suatu jalan yang buruk”.

  Hamil diluar nikah menjadi sebuah problema yang sangat banyak zaman

sekarang dan membutuhkan solusi yang tepat, karena hal ini dapat membawa

kegelisahan dimasyarakat terutama orang tua, guru, tokoh-tokoh agama dan lainnya.

Padahal sementara itu jika di lihat dari perspektif hukum agama, hukum

pemerintahan dan norma sosial terdapat penyimpangan, namun mengapa pernikahan

hamil pra nikah tersebut dapat dilakukan.

3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 115.

  3 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus Penelitian Judul penelitian ini adalah “Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil di luar Nikah di kecamatan binuang kabupaten polewali mandar

  ”. Jadi dalam penelitian ini fokus pada pandangan tokoh masyarakat terhadap hamil di luar nikah di kecamatan binuang kabupaten polewali mandar. Disertai dengan faktor penyebabnya dan upaya tokoh masyarakat dalam mencegah fenomena hamil di luar nikah tersebut.

  Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai pembahasan skripsi ini, diperlukan beberapa penjelasan yang berkaitan dengan judul skripsi yakni: a.

  Pandangan Tokoh Masyarakat Pandangan adalah Konsep yang dimiliki seorang atau golongan masyarakat

  4

  yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah didunia ini. Dalam penelitian ini pandangan yang di maksud adalah pendapat atau persepsi masyarakat

  5 terhadap hamil di luar nikah.

  6 Tokoh adalah orang terkemuka dan kenamaan. Sedangkan Masyarakat adalah

  sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang

  7

  mereka anggap sama. Jadi tokoh masyarakat adalah seseorang yang dapat dianggap 4 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 643. 5 6 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 643. 7 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 564.

  

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 564.

  4 memiliki kapabilitas dalam bidang tertentu , yang memiliki pengaruh dan dapat dijadikan panutan dalam masyarakat. Dalam penilitian ini tokoh masyarakat yang

  8

  dimaksud adalah Tokoh Agama, Imam Desa , Kepala Desa, Pihak KUA b.

  Hamil diluar nikah Hamil diluar nikah adalah mengandung sebelum melakukan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri, dalam arti melakukan hubungan badan sebelum terikat perjanjian nikah.

  2. Deskripsi Fokus Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

  Mandar. Dan mengambil batasan objek penelitian dari tokoh masyarakat di Kecamatan Binuang kabupaten Polewali mandar.

C. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas maka pokok masalah yang timbul adalah Bagaimanakah Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Hamil diluar nikah (studi kasus di kecamatan binuang kabupaten polewali mandar).

  Adapun sub masalahnya dalam penelitian ini adalah: 1.

  Faktor-faktor apa saja penyebab terjadinya hamil di luar nikah? 2. Bagaimana pandangan dan upaya tokoh masyarakat dalam mencegah fenomena hamil di luar nikah?

8 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 643.

  5 D. Kajian Pustaka Adapun yang menjadi beberapa rujukan dalam kajian pustaka yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

  1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam tentang perkawinan. Buku ini sangat membantu peneliti untuk memahami tentang Perkawinan.

  2. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

  ( Jakarta : Balai Pustaka, 1989). Buku ini berisi Penjelasan Pengertian Tokoh

  Masyarakat dan Hamil di luar nikah yang sangat membantu penulis dalam penyusunan Skripsi.

  3. Tia Nopianti Yanti, Nikah Hamil Dalam KHI, UIN Syarif Hidayatullah, Skripsi ini berisi tentang dampak perkawinan akibat Hamil di Luar Nikah, beda halnya dengan karya tulis ini meninjau Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Hamil di Luar di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar dengan meninjau faktor-faktor penyebab dan upaya Tokoh Masyarakat dalam mencegah fenomena Hamil di Luar Nikah.

  4. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Oleh Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A.

  Buku ini banyak membahas masalah Hukum Perdata Islam yang dugunakan di indonesia saat ini, Khususnya masalah perkawinan .

  5. Hukum Perkawinan Di Indonesia, oleh Drs.H.M. Amshary MK, S.H., M.H (jakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Buku ini berisi tentang penjelasan sahnya

  6 suatu pernikahan dan buku ini sangat membantu peneliti untuk memahami tentang Perkawinan.

  6. Fiqh Munakahat, oleh Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, M.A.(Jakarta: : kencana, 2003). Buku ini berisi tentang perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, buku ini sangat membantu peneliti memahami tentang perkawinan.

  Selain Buku-buku diatas tentunya masih banyak lagi literatur-literatur yang peniliti gunakan dalam penulisan skrifsi ini.

E. Tujuan dan Kegunaan

  Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab terjadinya Hamil di Luar Nikah di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

  2. Untuk mengetahui Pandangan dan Upaya tokoh masyarakat dalam menghadapi fenomena Hamil di Luar Nikah di kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

  Adapun Kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Ilmiah

  Agar dapat memberikan sumbangsi pemikiran terkait dengan pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Hamil di Luar Nikah.

2. Kegunaan Praktis a.

  Dapat memberikan Imformasi tentang Faktor- Faktor penyebab terjadinya Hamil Di Luar Nikah di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

  7 b. Dapat memberikan imformasi tentang Pandangan dan Upaya Tokoh

  Masyarakat Terhadap Hamil di Luar Nikah di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pernikahan Dalam hukum Islam, perkawinan sangat penting dalam kehidupan

  manusia disamping itu merupakan asal usul dari suatu keluarga, yang mana keluarga sebagai unsur dari suatu negara.

  Pengertian perkawinan itu sendiri dalam Bahasa indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga

  1

  dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Para ulama fiqih mempunyai perbedaan dalam merumuskan pengertian perkawinan diantaranya nikah adalah merupakan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara seorng laki-laki dengan seorng perempuan untuk membolehkan atau menghalalkan hubungan kelamin sebagai suami istri.Hakekat nikah itu ialah akad antara calon laki-laki dan istri untuk membolehkan keduanya bergaul sebagai

  2 suami istri.

  Menurut Ulama Hanafiah, nikah adalah akad yang memfaedahkan

  3 memiliki, bersenang-senang dengan sengaja.

  1 2 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: : kencana, 2003), h. 7.

  Mahmud Yunus, Hukum Dalam Islam : Menurut Madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki dan

  9

  Menurut Ulama Hanabilah, nikah adalah akad yang menggunakan lafadz nikah yang bermakna tajwiz dengan maksud mengambil manfaat untuk

  4 bersenang-senang.

  Dikalangan ulama syafi’iyah rumusan yang biasa dipakai adalah akad atau perjanjian yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafad na ka ha atau az wa ja (al

  • – mahally,206) Ulama syafi’iyah ini memberikan definisi sebagaimana disebutkan diatas melihat kepada hakikat dari akad itu bila dihubungkan dengan kehidupan suami istri yang berlaku sesudahnya, yaitu boleh bergaul sedangkan sebelum akad

  5 tersebut berlangsung diantara keduanya tidak boleh bergaul.

  Pengertian para ahli fiqh tentang hal ini bermacam-macam, tetapi satu hal mereka semuanya sependapat, bahwa perkawinann, nikah atau zawaj adalah suatu akad atau perjanjian yang mengandung ke-sah-han hubungan kelamin.

  Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan oleh syara’. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swtQS. An-nisa/4:3                

               

  

4 Sabri samin dan Nurmaya Aroeng, Fikih II, h. 3.

  10

  Terjemahnya:

  “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja”(QS.An-nisaa: 3).

  Sedangkan Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam seperti yang terdapat pada pasal 2 dinyatakan bahwa perkawinan dalam hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau miitsaqaan gholidhon untuk menaati perintah Allah

  

6

dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Kata Miitsaqaan gholidhon terdapat dalam firman Allah swt pada surat An Nisa’ ayat 21 yang berbunyi

             

  Terjemahnya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu

  Telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) Telah mengambil dari kamu perjanjian yang 7 kuat.

  Maka prinsip antara suami istri hendaklah menjadikan pergaulan yang sesuai ajaran Islam, sebagaimana berikut ini :

  1. Pergaulan yang makruf (pergaulan yang baik) yang saling menjaga rahasia 6 masing-masing.

  Republik indonesia undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompil asi Hukum Islam , pasal 2.

  11

  2. Pergaulan yang sakinah (pergaulan yang aman dan tentram).

  3. Pergaulan yang mengalami rasa mawaddah (saling mencintai terutama di masa muda).

  4. Pergaulan yang disertai rahmah (rasa santun menyantuni terutama setelah

  8 masa tua).

  Usia perkawinan terdapat pada pasal 7 UU RI NO. Tahun 1974 yakni: 1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

  (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

  2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak maupun pihak wanita.

  3. Ketentuan ini mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak

  9 mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).

  Usia perkawinan menurut kompilasi hukum islam (KHI) yakni: 1. Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh di lakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan 8 dalam pasal 7 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yakni calon calon suami Idris, Romulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Permada Media, 2001), h. 50.

  12

  sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang- kurangnya berumur 16 tahun.

  2. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat isin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan

  10 (5) Undang- undang No.1 Tahun 1974.

  Sedangkan hukum nikah ada 5, yaitu: 1. Wajib, Nikah hukumnya wajib bagi orang yang mampu dan nafsunya telah mendesak, serta takut terjerumus dalam lembah perzinaan menjauhkan diri perbuatan haram adalah wajib, maka jalan yang terbaik adalah dengan menikah.

  2. Sunnah, bagi orang yang mau menikah dan nafsuhnya kuat, tetapi mamapu mengendalikan diri dari perbuatan zina, maka hukum menikah baginya adalah sunat. Menikah baginya lebih utama dari pada berdiam diri menekuni ibadah, sebab menjalani hidup tanpa nikah sama sekali tidak dibenarkan dalam islam.

  3. Mubah, bagi orang yang tidak ada alasan yang mendesak/ mewajibkan segera menikah dan atau alasan yang mengharamkan menikah.ulama hambali menyatakan bahwa mubah hukumnya bagi orang yang tidak mempunyai keinginan untuk menikah.

4. Makruh, bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberi nafkah kepada istrinya.

  13

  5. Haram, bagi orang tidak berkeinginan karena tidak mampu memberikan nafkah batin maupun nafkah lahiria kepada istrinya serta nafsunya tidak mendesak, atau dia mempunyai keyakinan bahwa apabila menikah ia akan

  11 keluar dari islam.

B. Rukun dan Syarat Sahnya Pernikahan

  Rukun dan syarat menentukan menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan. Dalam suatu acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidak boleh tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi bahwa rukun itu adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti adanya calon pengantin laki-laki/ perempuan dalam perkawinan, sedangkan syarat adalah seusatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menurut islam, calon pengantin laki-laki/ perempuan itu harus beragama islam, sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah ) yang memenuhi rukun dan syarat, Ada pula syarat itu berdiri

  12

  sendiri dalam arti tidak merupakan kriteria dari unsur-unsur rukun

11 Sabri Samin dan Andi Nurmaya Aroeng, Fikih II (Makassar : Alauddin press, 2010), h.

  Adapun yang termasuk dari rukun perkawinan yaitu hakekat dari suatu perkawinan supaya perkawinan dapat dilakukan, yang diantaranya sebagai berikut: 1.

  14

  Ijab-Qabul, syarat-syaratnya :

  • Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh smua pihak yang hadir
  • Menyebut jelas pernikahan dan nama mempelai pria-wanita 2.

  Adanya mempelai pria, syarat-syaratnya :

  • Muslim & mukallaf ( sehat akal-baliq-merdeka); lihat Qs. Al- Baqarah :221, Al Mumtahana :9.
  • Bukan mahram dari calon istri
  • Tidak dipaksa
  • Orangnya jelas
  • Tidak sedang melaksanakan ibadah haji 3.

  Adanya mempelai wanita, syarat-syratnya:

  • Muslimah -

  Tidak ada halangan syar’i ( tidak bersuami, tidak dalam masa iddah)

  • Tidak dipaksa
  • Orangnya jelas
  • Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

4. Adanya wali,syarat-syaratnya:

  • Muslim laki-laki&mukallaf( sehat akal-baliq-merdeka)

  15

  • Tidak dipaksa
  • Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

5. Adanya saksi (2 orang pria), syarat-syaratnya:

  • Muslim laki-laki&mukallaf( sehat akal-baliq-merdeka)
  • Adil -

  Dapat mendengar dan melihat

  • Memahami bahasa yang dipergunakanuntuk ijab-qabul

  Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wakilnya yang akan menikahkannya. Keterangan ini dapat dilihat dalam dalil-dalil tentang peranan wali dalam akad nikah diantaranya sabda Rasulullah dalam Hadis 24 yang berbunyi :

  إ

  

ٌلِطاَب اَهُحَكِنَف اَهِّ يِلَو ِنْذِا ِيرَغِب ْتَحَكَن ٌةآَرْما اَمنَّ )ِءاَسمنلا ّلاا ةَعَ برْلاا ُرْخَا (

  Artinya:

  “Sesunguhnya wanita yang kawin tanpa izin walinya, maka perkawinannya batal”.

13 Adapun Syarat perkawinan adalah sebagai berikut: 1.

  Kepastian kedua calon mempelai syaratnya adalah kepastian siapa mempelai laki-laki dan siapa mempelai wanita.

2. Keridaan kedua belah pihak mempelai syaratnya adalah keridaan dari masing-masing pihak.

  16

  3. Adanya wali bagi calon mempelai wanita, syaratnya adalah adapun jumhur ulama diantaranya mereka adalah Al-Imam Malik, Asy- syafi’i, ahmaddan selainnya berpandangan bahwa wali nasab seorang wanita dalam pernikahannya adalah dari kalangan laki-laki yang hubungan

  14 kekerabatnnya dengan wanita terjalin dengan perantara laki-laki.

  Adapun Sahnya perkawinan menurut KHI yang terdapat pada pasal 4 yang berbunyi “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat 1 UU RI No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan sebagai berikut :

  1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

  2. Tiap-tiap perkawinan menurut peraturan perundang-undangan yang

  15 berlaku.

  Sahnya perkawinan menurut hukum Islam harus memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Syarat Umum

  Perkawinan itu tidak dilakukan yang bertentangan dengan larangan- larangan termaktub dalam ketentuan Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 221 yaitu

14 Sabri samin dan Andi Nurmaya Aroeng, Fiqih II (Makassar : Alauddin press, 2010), h.

  17

Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di SMA Negeri 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 157

Kinerja Guru Madrasah Ibtidaiyah Tersertifikasi di Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 115

Perilaku Beragama Nelayan Mandar di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 3 93

Perilaku Penyimpangan Remaja yang Menghisap Lem Fox di Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 3 99

Perubahan Nilai Sosial BudayaSibali-Sipatambak Pada Masyarakat Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 125

Sibaliparriq (Studi Atas Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga Nelayan) di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 13 92

Klanisasi Politik Kabupaten Polewali Mandar (Studi Kasus Politik Klan H. Andi Masdar Pasmar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 104

Nilai-Nilai Qur’ani dalam Tradisi Makkuliwa pada Masyarakat Nelayan di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 3 129

Tradisi Mattoratu di Desa Kaleok Kecamatan Binuang Kebupaten Polewali Mandar (Tinjauan Aqidah Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 90

Tradisi Marrawana di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar (Suatu Tinjauan Pendidikan Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 73