PERBEDAAN KONSEP DIRI MAHASISWA YANG MEROKOK DAN MAHASISWA YANG TIDAK MEROKOK DI LINGKUNGAN KAMPUS SKRIPSI

  

PERBEDAAN KONSEP DIRI MAHASISWA YANG

MEROKOK DAN MAHASISWA YANG TIDAK MEROKOK

DI LINGKUNGAN KAMPUS

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun Oleh:

  Charles Meyer Sihombing NIM : 989114087 NIRM : 980051121705120087

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  MOTO Berdukacit alah dalam Pengharapan

Sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa

(Roma 12:12) Hidup adalah suatu Tantangan yang harus dihadapi Kegembiraan yang harus digali Cinta yang harus disertakan Tugas yang harus dilaksanakan Resiko yang harus diambil Anugrah yang harus dipergunakan Impian yang harus diwujudkan Janji yang harus ditepati Kesempatan yang harus dipakai Kesulitan yang harus dikalahkan Rachmat yang harus dipelihara

  Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Karunianya dengan cinta kasih Yang berlimpah ( orang bijak )

  

PERSEMBAHAN

K ar y a i ni say a per sembahkan untuk:

K epada keluarga besar Sihombing di Jakarta, Alm. Bapak

Jeffri Bonar Sihombing

kharisma dan kepemimpinan dalam keluarga menjadi panutan

dalam diriku M ama tercinta L edyana Sitompul , K asih sayang yang diberikan tidak pernah habis

K akak – kakak tersayang, Sendo sekeluarga kak M elda dan si

kecil Joshua, Kak Butet, Edward, Patardo K it a akan berkumpul lagi…

Adek tersayang Tiwi Kumoro I smartono , cinta dan kasih

sayang tidak pernah pudar..

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya meyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

  Yogyakarta, Februari 2007 Penulis

  Charles Meyer Sihombing

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa perokok dengan konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa yang tidak merokok. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian sebanyak 50 pada kelompok mahasiswa perokok, dan 50 pada kelompok mahasiswa yang tidak merokok. Kedua kelompok tersebut adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang berusia 18-21 tahun, berjenis kelamin laki- laki.

  Alat ukur penelitian ini adalah skala konsep diri, yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek – aspek yang terdapat dalam konsep diri yaitu aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial, dan aspek moral. Skala konsep diri diberikan telah diuji validitas dan reabilitasnya, dan ditemukan analisis reliabilitas dari Cronbach dan reliabilitas pada kelompok perokok sebesar 0,8916 dan pada kelompok mahasiswa tidak merokok 0,9082, denga n daya diskriminasi keseluhruhan kelompok tersebut berkisar antara -0,3390 sampai dengan 0,6192.

  Data penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis data yaitu Uji-t. Hasil analisis data menunjukkan distribusi data yang normal dan populasi yang homogen. Nilai t hitung untuk uji hipotesis diperoleh sebesar 1,019 dengan nilai probabilitas 0,311 lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05 ) menunjukan bahwa hasil tidak signifikan, artinya bahwa tidak adanya perbedaan konsep diri yang signifikan antara mahasiswa perokok dan mahasiswa yang tidak merokok di lingkungan kampus. T hitung sebesar 1,019 sedangkan t tabel 1,984, t hitung lebih besar dari t tabel sehingga hipotesis (ada perbedaan antara konsep diri mahasiswa yang merokok dan mahasiswa yang tidak merokok) ditolak.

  

ABSTRACT

  This research aim to see there is not it difference of self- concept owned by smoker student with the self-concept owned by student which do not smoke. This research type is descriptive research. Subject research as much 50 at group of smoker student, and 50 at student group which do not smoke. Both the group is university student of Sanata Dharma which have age to 18-21 year have, gender to men. Measuring instrument of Research is scale of self concept, by using data analysis that is Uji-t, where its result is 1,019 with the level signifikansi 5%.

  Result from this research is difference inexistence which signifikan from self- concept of between student of smoker and student which do not smoke, because second self-concept of group is of equal, entering into category conception the same self-concept that is.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus Juru Selamat, atas terselesainya skripsi ini. Begitu panjang perjalanan dalam menempuh perkuliahan yang penulis lalui. Jatuh bangun dan suka duka yang mewarnai perjalanan skripsi ini banyak memberi pelajaran penting bagi penulis. Banyak waktu, tenaga dan biaya yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini. Di atas semuanya, doa dan dukungan dari banyak pihak yang membuat penulis untuk terus bertahan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahaan hati penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya terutama kepada: 1.

  Juru Selamat Yesus Kristus, yang penyertaannya selalu di dalam kehidupanku, di kesepianku dan mujizat – mujizat yang selalu Dia berikan, karena aku yakin dan percaya padaNya 2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan motivasi dan dukungan untuk mempercepat terselesaikannya tugas ini.

  3. Keluarga besar Jakarta, kedua orang tua Alm. Bapak Jeffri Bonar Sihombing, nasehat mu selalu yang terbaik, Mama yang tercinta Ledyana Sitompul, tidak ada habis – habisnya cambukan motivasi untuk maju selalu terniang di telinga, kepada saudara di Jakarta, Sendo atas masukan – masukannya, kakak Soriana Limsa Ria pekerja keras, tidak mau kalah sama laki – laki, masukan dan motivasi yang membangun, Edward motivasi selalu, dan Patardo penasehat di keluarga, orang yang tak ada cela sedik it pun, semangat selalu diberikan.

  4. Keluarga besar Ismartono di Wonosari, Bapak dan Ibu motivasi yang tak pernah henti agar selesaikan skripsi untuk segera melamar anaknya, tersayang Tiwi Kumoro Ismartono selalu mendampingi, adik – adik tersayang, Daru dan Estu, dukungannya selalu.

  5. Teman – teman seperjuangan angkatan ’98 yang bareng nyelesaikan skripsi, Dharmono, Anton, Nova, Dwiyana, Anggun, Dewi, Danang, maju terus, jalan kita belum selesai, ini baru awal.

  6. Teman – teman satu kos dan tetangga komunitas Pangeran Pugeran; Bapak dan Ibu kos, Jhon, Anser, Anton, Ian, Val- liant, Bayu, Primus, Irman, Om Jack, Bento, Ipink, Adi, Andika, Medi, Sigit gundoel, Jaka, Reno, Sulis, Henri (Bos Kecil), Beni, Donan, Gusman, Rio, Rio salah 3, Jenggot, Tus, Adit, Ibu Tuwuh sekeluarga, Pak Raharjdo sekeluarga, Anak – anak kontrakan 3 generasi, burjo se- DIY dan yang tidak tersebutkan, terima kasih atas persahabatan yang diberikan, yang selalu menemani aku di Yogya ini, kita selalu berjuang terus tidak ada kata menyerah bersama – sama dari awal lagi, tentuin waktu reuni.

  7. Anak – anak Musik, My Band “Arrchery”, Yusuf (my lead guitar), Anton gemboel (My Bassist), Vanya (My Lovely Vocalst) harus jadi artis.

  8. Komunitas Swa Rent, Bapak Wito dan Ibu, Mas Totok, Mas Agus, Mas Wisnu, Yus, Soni, Bayu, Deska, Bendot, Willy.

  Kiranya Tuhan berkenan membalas semua kebaikan dan bantuan kalian yang telah kalian berikan kepada saya.

  Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari sempurna dan besar harapan penulis untuk memperoleh saran dan masukan dari segenap pembaca.

  Semoga pengetahuan dan pengalaman yang tertuang dalam skripsi ini memberi manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

  Penulis Charles Meyer Sihombing

  

DAFTAR ISI

  Hal Judul ..................................................................................................i Hal Persetujuan .................................................................................................ii Hal Pengesahan ................................................................................................iii Hal Moto ................................................................................................iv Hal Persembahan .................................................................................................v Pernyataan Keaslian Karya ....................................................................................vi Abstrak ...............................................................................................vii Abstract ..............................................................................................viii Kata Pengantar ................................................................................................ix Daftar Isi ...............................................................................................xii Daftar Tabel ...............................................................................................xv

  BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................................6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................6 D. Manfaat Penelitian .............................................................................................6 1. .................................................................................................6

  Teoritis 2. .................................................................................................6

  Praktis

  BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................7

  1. Definisi konsep diri .......................................................................................7

  2. Penggolongan konsep diri .............................................................................8

  3. Aspek konsep diri ........................................................................................10

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ...........................................11

  B. Mahasiswa ........................................................................................................15

  C. Perilaku Merokok .............................................................................................16

  1. Definisi perilaku merokok ..........................................................................16

  2. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok ..................................................17

  3. Perilaku merokok mahasiswa .....................................................................20

  4. Dinamika antar variabel perbedaan konsep diri antara mahasiswa perokok dan mahasiswa tidak merokok .....................................................................22 D. Hipotesis ...........................................................................................................24

  BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................25 A. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................................25 B. Definisi Operasional .........................................................................................25 C. Subyek Penelitian .............................................................................................26 D. Metode Pengumpulan Data ..............................................................................26 E. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................30

  1. Uji validitas .................................................................................................30

  2. Reliabilitas ..................................................................................................30

  F. Analisis Data .....................................................................................................30 Pengujian Hipotesis Penelitian .......................................................................30

  BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................31 A. Persiapan Penelitian .........................................................................................31

  1. Subyek penelitian ........................................................................................31

  2. Persiapan alat ukur ......................................................................................31

  B. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................................34

  C. Hasil Penelitian .................................................................................................34

  1. Deskripsi data penelitian .............................................................................34

  2. Analisis data ................................................................................................37

  a. Uji asumsi ..............................................................................................37

  1. Uji Normalitas .................................................................................37

  2. Uji Homogenitas .............................................................................37

  b. Uji hipotesis ..........................................................................................39

  D. Pembahasan ......................................................................................................39

  BAB V PENUTUP ...............................................................................................44 A. Kesimpulan ......................................................................................................44 B. Saran .................................................................................................................44 Daftar Pustaka .......................................................................................................46 LAMPIRAN

  

Daftar Tabel

  Tabel 1 : Blue Print Skala Konsep Diri ........................................................29 Tabel 2 : Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri menurut aspek dan sifat Favorabel / Unfavorabel .................................................29 Tabel 3 : Skala Konsep Diri sesudah Uji Coba .............................................33 Tabel 4 : Kategori Konsep Diri mahasiswa perokok ....................................36 Tabel 5 : Kategorisasi Konsep diri Mahasiswa tidak Merokok ....................36 Tabel 6 : Ringkasan Uji-t Perbedaan Konsep Diri antara Mahasiswa Perokok dan Mahasiswa Tidak Merokok ....................................................38

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu perilaku seseorang pribadi yang sudah sering

  kita jumpai di dalam kehidupan kita sehari – hari, dan merupakan suatu perilaku yang sangat umum kita dapat temukan di setiap aktivitas seseorang. Berbagai jenis rokok telah beredar tanpa memperhatikan baik dan buruknya efek dari rokok tersebut terhadap kesehatan manusia yang mengkonsuminya. Selain jenisnya yang bermacam – macam, kadar nikotinnya pun berbeda – beda, dari kadar nikotinnya yang rendah hingga yang kadar nikotinnya tinggi, dari yang menggunakan filter sebagai penyaring, hingga yang tanpa filter, dari produk dalam negeri hingga produk luar negeri beredar secara bebas di Indonesia.

  Pengkonsumsi rokok saat ini sudah mencapai ribuan orang di seluruh dunia, baik di kalangan anak muda, orang tua, lelaki, ataupun perempuan. Suatu studi di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa 41% pria dan 39% wanita yang berumur diatas 12 tahun adalah perokok regular (Majalah Medika, 1999). Pada umumnya, mereka mengetahui bahwa merokok dapat merusak kesehatan dan dapat menyebabkan penyakit berbahaya. Namun, mereka tidak peduli dan menganggap merokok adalah urusan pribadi (Husenful, 1971).

  Merokok sudah menjadi sebuah gaya hidup yang menandakan bahwa yang merokok berarti ia pemberani). Berdasarkan penelitian di tiga universitas di kota besar Amerika Serikat, 90% responden mengatakan bahwa rokok dapat meningkatkan stamina, 85% merasa sehat, 67% mengurangi berat badan, 60% meningkatkan penampilan kerja, dan 45% untuk rekreasi (Christen & Cooper, 1979).

  Kita ketahui secara umum bahwa perilaku merokok sangat tidak baik akibatnya, seperti yang sering kita lihat pada peringatan – peringatan yang tercantum pada tiap – tiap bungkus rokok, antara lain dapat menyebabkan kanker, penyakit paru-paru (pernafasan) dan impotensi. Menurut Fuhrmann, 1990 beberapa penyakit berat yang sering ditimbulkan dari perilaku merokok antara lain penyakit jantung, kanker paru-paru, asma, dan penyakit pernafasan lainnya yang menyebabkan semakin berkurangnya umur seseorang. Selain itu rokok juga dapat mengakibatkan seseorang kehilangan pendengaran dan juga kebutaan (Majalah Rumah Tangga & Kesehatan, 1999).

  Perilaku merokok ini juga dapat kita temukan secara bebas di sekitar kampus. Walaupun ada beberapa tempat yang tidak memperbolehkan melakukan perilaku tersebut, seperti di dalam perpustakaan yang ber-AC, dan ruang – ruang dosen. Dikalangan mahasiswa itu sendiri perilaku merokok merupakan suatu kecenderungan umum, banyaknya perokok di kalangan mahasiswa terbukti dari banyaknya disediakan tempat – tempat pembuangan puntung rokok di sekitar kampus, dan dapat juga kita temukan sebuah ruangan khusus untuk bebas rokok.

  Beberapa mahasiswa mengatakan mereka melakukan perilaku tersebut dari orang tua yang menuntut untuk cepat lulus. Ada juga yang mengatakan bahwa rokok dapat meningkatkan percaya diri, dapat membuat dia berpikiran lebih kreatif, dapat juga membuat dirinya berani dalam melakukan sesuatu. Ada juga yang mengatakan bahwa ia merokok untuk menambah daya tarik pada dirinya untuk memikat lawan jenisnya, pendapat mereka, jika kita merokok di depan umum atau di keramaian kampus akan menambah daya tariknya pada wanita, yang dimaksud adalah wanita akan mempersepsinya laki- laki jantan (macho) yang dewasa dan mapan. Hal ini dapat dikatakan merokok juga merupakan fasion untuk laki- laki dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

  Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mc Kennel & Brynner (dalam Grinder, 1978), menemukan bahwa perilaku merokok dilakukan adalah untuk mencari “status” di mata teman – temannya. Dengan merokok dapat terlihat “jantan” dan “seksi”. “Jantan” berarti hebat olah raga, hebat dalam berkelahi, kuat dan memiliki banyak teman, sedangkan “seksi” berarti mampu menarik lawan jenis.

  Menurut Hurlock (dalam Mappiare, 1982) usia 18 tahun masuk dalam rentang usia remaja, yaitu kriteria usia 13 – 21 tahun. Dalam hal ini mahasiswa termasuk dalam golongan usia remaja. Di dalam masa remaja terjadinya masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Dalam masa peralihan ini, remaja mengalami perubahan – perubahan, antara perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam maupun di luar lingkungan yang mempengaruhi juga tingkah laku remaja (Gunarsa & Gunarsa, 1984). Di dalam pembentukan identitasnya, banyak tuntutan yang harus dipersiapkan oleh individu untuk menghadapi masa dewasa, tuntutan tersebut bisa dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya seperti dari lingkungan teman-teman sebayanya, dan orang – orang lain di sekitarnya.(Gunarsa & Gunarsa, 1984)

  Dengan adanya banyak perubahan pada diri individu, sangat membutuhkan peranan dari orang tua, orang – orang dewasa di sekitarnya, dan teman – teman sebayanya. Hal ini sangat berpengaruh dalam pemahaman remaja yang sedang berada dalam proses mencari identitasnya. Adanya pengertian dan penerimaan orang tua, dan sosialnya akan sangat membantu individu menerima perubahaan – perubahaan di dalam dirinya, sehingga akan membantu mereka untuk semakin mengenal dan memahami dirinya sendiri. Penglihatan tentang diri kita bisa sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita yang sebenarnya, sering kali kita berusaha menyembunyikan atau menutupi segi – segi tertentu diri kita di mata orang lain atau masyarakat di lingkungan kita untuk menciptakan keadaan yang lebih baik (Centi, 1993).

  Orang dikatakan berkualitas dalam konsep dirinya jika ia berhasil dalam hidup dan interaksinya dengan orang lain maupun kematangan pribadinya. Jika seseorang sudah menerima dan memahami perubahan pada dirinya maka akan menumbuhkan perasaan positif. Maka penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Sangat membantu perkembangan konsep diri ke arah positif (Pudjijogyanti, 1985). Individu yang memiliki konsep diri positif berarti memiliki keyakinan atau pandangan tentang seseorang dapat memiliki pandangan yang baik atau positif tentang dirinya tentu akan menumbuhkan perasaan puas terhadap keadaan diri yang kemudian akan memunculkan adanya sikap positif terhadap diri sendiri. Dengan tidak merokok, individu tidak terpengaruh sesuatu yang negatif dari lingkungan sosialnya, seperti ajakan untuk merokok, ia mengerti dampak dari merokok, dan dia menerima dirinya apa adanya dengan mengembangkan konsep dirinya secara positif dan sehat.

  Pada saat sekarang ini perilaku merokok adalah suatu cara yang digunakan dalam berinteraksi dengan teman – teman di lingkungan sosialnya. Suatu cara agar dia dapat diterima dalam kelompok – kelompok tertentu. Pendapat Levitt dan Edward dalam Grinder (1978) yaitu individu memperlihatkan rasa setia kawannya dengan merokok pada saat pesta di kelompok kecil.

  Maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk menggambarkan tingginya konsep diri mahasiswa yang cenderung merokok di lingkungan kampus, apakah mahasiswa yang berperilaku tersebut memiliki konsep diri yang tinggi (positif) atau memiliki konsep diri yang rendah (negatif) dalam hal ini dilakukan dengan cara membedakannya dengan mahasiswa yang tidak merokok. Jika diurai menurut fenomena – fenomena di atas apakah mahasiswa tinggi konsep dirinya sebagai perokok dengan resiko – resiko yang telah dijelaskan di atas atau sebaliknya konsep diri mahasiswa yang cenderung merokok rendah, atau dapat dikatakan merasa terpaksa agar dapat diterima di lingkungan sosialnya. Sedangkan untuk mahasiswa yang tidak merokok, tinggi (positif) konsep dirinya dengan tidak yang diterimanya, contohnya merusak kesehatan tubuh jika melakukannya dan di kucilkan dari kelompok teman – temannya, sehingga menciptakan konsep diri yang rendah (negatif). Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan konsep dirinya dengan lebih baik di dalam kehidupan bermasyarakat .

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan tingkat konsep diri antara mahasiswa perokok dengan mahasiswa yang tidak merokok.

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan konsep diri antara perokok dan tidak merokok.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Teoritis Untuk me nambah kajian teoritis dalam dunia pasikologi tentang ada atau tidaknya perbedaan konsep diri mahasiswa yang merokok dan yang ntidak merokok.

2. Praktis:

  Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa tentang bahayanya lingkungan sosial dalam mempengaruhi pembentukan konsep diri

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri

  1. Definisi konsep diri Konsep diri seseorang terbentuk dari dalam hubungan keluarga (Glassner,

  1961). Dalam perjalanan waktu seseorang tersebut semakin banyak berhubungan dengan teman – teman sebayanya, baik di lingkungan tetangga, di lingkungan pra- sekolah atau di pusat perawatan anak. Sikap dan cara teman – teman memperlakukannya membawa pengaruh dalam konsep diri, pengaruh mana dapat mendorong atau melawan dan bertentangan dengan pengaruh – pengaruh dari keluarga (Gecas, Calonico and Thomas, 1974).

  Hurlock (1992), menyatakan bahwa konsep diri merupakan pengertian, harapan dan penilaian seseorang mengenai bagaimana diri yang dicita – citakan dan dirinya dalam realita yang sesungguhnya secara fisik maupun psikologis. Pengertian atau pengetahuan tentang diri individu sendiri seperti usia, jenis kela min, suku atau pekerjaan.

  Pada saat individu mempunyai satu rangkaian pandangan tentang dirinya, ia juga mempunyai satu rangkaian pandangan lain yaitu kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Individu mempunyai harapan bagi dirinya. Individu sendirilah menjadi penilai tentang dirinya sendiri. Penilaian tersebut diartikan seberapa besar individu menyukai dirinya.

  Rais (dalam Gunarsa, 1986) memberi pengertian bahwa konsep diri dengan kepribadian terbentuk berdasarkan pengelihatan orang lain terhadap seseorang. Pendapat Rahmat (1985) yang menyebutkan bahwa konsep diri memiliki pengaruh dalam hubungan interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Keberhasilan seseorang di dalam hidup baik relasinya dengan orang lain maupun kematangan pribadinya dipengaruhi oleh kualitas konsep dirinya.

  Dari paparan di atas dapat dirumuskan bahwa konsep diri individu terbentuk dari lingkungan sekitar individu tersebut dari interaksi dengan orang yang ada di sekitar individu, atau dapat dikatakan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dari interaksi dengan sekitarnya dijadikan cermin bagi individu tersebut untuk menilai dan memandang dirinya sendiri, sehingga individu mendapat pengetahuan tentang diri, harapan dan evaluasi tentang dirinya, maka pada akhirnya membentuk kepribadian dari individu tersebut. Jika konsep diri individu sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada, individu akan berhasil membentuk kepribadiannya yang baik, akan tetapi sebaliknya jika individu tersebut tidak berhasil atau terdapat kesenjangan antara konsep diri dengan kenyataan (realita), maka akan merusak hubungan atau relasi individu dengan lingkungannya dan membentuk kepribadian yang tidak sehat dari individu itu sendiri.

  2. Penggolongan konsep diri

  Setiap jenis konsep diri mempunyai tanda – tanda yang khas. Brooks & Emmert (dalam Rakhmat, 1985) memberi tanda – tanda pada kepribadian dan perilaku seseorang yang mempunyai konsep diri positif dan negatif.

  Sedang Sinurat (1984) menjelaskan jenis – jenis konsep diri sebagai berikut: a.

  Konsep diri tinggi (positif) Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang baik dan menyenangkan. Oleh karena itu, konsep diri tinggi selalu dianggap sinonim dengan gambaran diri yang menyenangkan, konsep diri yang baik atau harga diri yang tinggi (Bruno, dalam Sinurat, 1984) b.

  Konsep diri rendah (negatif) Merupakan gambaran yang tidak menyenangkan, harga diri yang rendah (Derlaga & Fitts dalam Sinurat, 1984).

  Alder dan kawan – kawan (dalam Trefina, 1990) menyebutkan beberapa elemen konsep diri yang positif sebagai berikut: a.

  Rasa aman, yaitu bentuk kepercayaan yang kuat akan suatu kebenaran perbuatan dan nilai – nilai yang dimiliki seseorang, kepercayaan ini berhubungan dengan kepercayaan yang relatif kebal terhadap penilaian orang lain.

  b.

  Penilaian diri, seseorang yang dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya, pada umumnya dapat merubah pandangan mereka menjadi lebih c.

  Harga diri tinggi, orang yang harga dirinya tinggi biasanya mempunyai popularitas, tidak nervous, tidak inferior dan mempunyai rasa percaya diri yang kuat.

  Selanjutnya Alder dan kawan – kawan (dalam Trefina, 1990) juga menyebutkan beberapa elemen konsep diri yang negatif, yang pada dasarnya merupakan kebalikan dari elemen konsep diri yang positif, yaitu: a.

  Adanya perasaan tidak aman karena tidak adanya rasa percaya diri, sehingga selalu mengkhawatirkan penilaian orang lain terhadap dirinya.

  b.

  Kurangnya penerimaan diri, seseorang yang tidak dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya, pada umumnya bersikap kaku dan tertutup c.

  Rendahnya harga diri, orang yang harga dirinya rendah biasanya tidak popular, nervous, inferior, dan tidak percaya diri.

  3. Aspek konsep diri Sedangkan Berzonsky (1981) membagi konsep diri ke dalam 4 aspek, yaitu: a.

  Aspek fisik: Diri secara fisik, yaitu penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian atau benda – benda miliknya yang lain. Misalnya: saya senang dengan bentuk tubuh saya.

  b.

  Aspek psikis: Diri secara psikis (menunjukan rasa dari dalam diri), yaitu pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya sendiri. Misalnya: saya merasa yakin dengan kemampuan yang saya miliki c.

  Aspek sosial: Diri secara sosial, yaitu bagaimana peran sosial yang dimainkan individu dan penilaian individu terhadap peranan tersebut. Misalnya: saya sering membantu teman – teman dalam mengerjakan tugas.

  d.

  Aspek moral: Diri secara moral, yaitu nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang. Misalnya menegakan kebenaran dan keadilan adalah kewajiban setiap orang.

  Aspek ini merupakan kategori yang digunakan peneliti dalam pembuatan pertanyaan – pertanyaan dalam angket.

  4. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri Dalam perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor menurut

  M.Argyle (dalam Hardy & Heyes, 1988), yaitu: a.

  Reaksi orang lain Konsep diri terbentuk dalam waktu lama dan pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa adanya reaksi yang tidak biasa dari seseorang akan dapat mengubah konsep diri. Akan tetapi apabila tipe reaksi seperti ini sangat sering terjadi atau apabila reaksi ini muncul karena orang lain yang memiliki arti (significant others), yaitu orang – orang yang kita nilai, seperti misalnya: orang tua, teman, dan lain- lain maka reaksi ini mungkin berpengaruh terhadap konsep diri. Konsep diri relatif stabil, karena kita biasanya memilih teman yang menganggap kita sebagaimana kita melihat diri kita sendiri, karena akan memperkuat konsep diri kita. Jati diri (identity) orang lain dapat b.

  Perbandingan dengan orang lain Konsep diri kita sangat tergantung kepada cara bagaimana kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita biasanya lebih suka membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain yang hampir serupa dengan kita. Bagian – bagian dari konsep diri dapat berubah cukup cepat di dalam suasana sosial.

  c.

  Peran seseorang Harapan – harapan dan pengalaman – pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda mungkin berpengaruh terhadap konsep diri seseorang.

  d.

  Identifikasi terhadap orang lain Anak – anak mencoba menjadi pengikut orang dewasa dengan cara: mencari beberapa nilai, keyakinan, dan perbua tan. Proses identifikasi ini menyebabkan memiliki beberapa sifat dari orang yang dikagumi tapi tidak bertahan lama.

  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki seseorang. Pengaruh – pengaruh itu dapat berasal dari dalam diri orang yang bersangkutan (internal) dan juga dapat berasal dari luar diri orang yang bersangkutan (eksternal) (Murdoko, 1994).

  Pudjijogyanti (1985) menyatakan bahwa ada empat hal yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang yaitu: a.

  Citra fisik: Terbentuk melalui refleksi dan tanggapan individu mengenai keadaan fisiknya. Citra fisik mencakup keadaan fisik secara keseluruhan, b.

  Jenis kelamin: Penetapan apakah individu digolongkan sebagai laki – laki atau perempuan dilakukan melalui penentuan jenis kelamin berdasarkan fakta – fakta biologisnya. Perbedaan peran kedua jenis kelamin tersebut, menimbulkan adanya perbedaan dalam memberi perlakuan.

  c.

  Perilaku orang tua: Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam membentuk konsep diri anak karena lingkungan keluarga pertama kali menanggapi perilaku individu. Cara orang tua memenuhi kebutuhan fisik anak seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal serta kebutuhan psikologis, seperti kasih sayang, rasa aman, penerimaan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.

  d.

  Faktor sosial konsep diri dapat dipengaruhi oleh adanya interaksi individu dengan orang lain di sekitarnya. Konsep diri yang dipengaruhi oleh persepsi orang lain terhadap individu maka dapat dikatakan, individu yang berstatus sosial tinggi akan memiliki konsep diri yang positif dibandingkan individu yang berstatus sosial rendah. Konsep diri juga dipengaruhi oleh ras. Ada asumsi bahwa konsep diri negatif akan dialami oleh kelompok minoritas. Hal ini disebabkan oleh adanya prasangka sosial dalam masyarakat, yang menganggap kelompok minoritas sebagai kelompok individu dengan kemampuan rendah. (Rosenberg dalam Pudjijogyanti, 1985)

  Terbentuknya konsep diri yang dimiliki seseorang tidak dapat dilepaskan konsep diri terbentuk melalui pengalaman dengan lingkungan, interaksi dengan orang – orang yang mempunyai arti, dan atribusi perilaku seseorang. Organisasi konsep diri dipandang dalam berbagai hal dan bertingkat – tingkat. Persepsi bermula dari gambaran mengenai diri seseorang dalam beberapa hal (misalnya konsep diri dalam bidang akademik), ke hal yang lebih luas lagi (misalnya konsep diri dalam bidang akademik dan non akademik), pada akhirnya menuju ke konsep diri yang umum. Persepsi ini dibentuk secara luas melalui kerangka gambaran dari pengalaman dan secara luas melalui kerangka gambaran dari pengalaman dan secara khusus melalui orang – orang yang mempunyai arti penting dalam kehidupan seseorang. Konsep diri yang dimiliki seseorang dipakai sebagai bukti atau dasar dalam melakukan tindakan (Grinder dalam Murdoko, 1994).

  Dari berbagai definisi konsep diri beserta faktor – faktor dan perkembangannya yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah gagasan, sikap, dan pandangan tentang diri sendiri yang relatif stabil, yaitu bagaimana individu melihat diri individu sendiri. Di mana sikap terhadap diri sendiri mencakup aspek pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri, dan evaluasi terhadap diri sendiri. Jika pengaruh berasal dari diri sendiri maupun orang di lingkungan sosial tersebut positif maka akan dapat membentuk perkembangan konsep diri ke arah positif terhadap diri sendiri sehingga akan menimbulkan rasa puas terhadap diri sendiri dan itu merupakan awal sikap positif terhadap diri sendiri. Akan tetapi sebaliknya jika penilaian, sendiri maupun sosialnya itu negatif maka akan dapat membentuk perkembangan konsep diri ke arah negatif terhadap diri sendiri.

B. Mahasiswa

  Mahasiswa dilihat dari aspek jalur pendidikan formal merupakan fase terakhir bagi individu dalam mengikuti aktivitas dan proses pembelajaran.

  Mahasiswa adalah lulusan SMU atau SMK yang kuliah di kampus perguruan tinggi (Budi 2004). Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa adalah siswa yang maha. Secara sosiologis pun mahasiswa merupakan kelas lanjutan dari kelompok masyarakat tersekolahkan dari alumni SMU, SMK, atau MA. Sebaga i kelas atau kelompok yang terhormat ini, di samping sarat dengan prestise dan kebanggaan, mahasiswa juga (disadari atau tidak) penuh dengan beban moral dan tanggung jawab sosial (Bachtiar, 2002).

  Oleh Direktorat Kemahasiswaan Ditjen Perguruan Tinggi dan Departemen P dan K ( dalam Sarwono dan kawan – kawan, 1979), mahasiswa didefinisikan sebagai golongan pemuda (umur 18-30 tahun) yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi dan aktif dalam perguruan tinggi yang bersangkutan. (Puspitasari, 2001). Di mana di sini berarti mahasiswa termasuk ke dalam tahap perkembangan masa remaja yang oleh Hurlock (dalam Mappiare, 1982) masa remaja adalah usia 13 – 21 tahun.

  Sedangkan oleh menteri P dan K, dalam Mohammad Ali, Minan Sukarnan dan Cece Rakhmat, 1984 (Puspitasari, 2001) mahasiswa adalah kelompok manusia penganalisa yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan penalaran individual. Mahasiswa sebagai kaum intelektual berbeda dengan pelajar. Mahasiswa dituntut untuk memperluas wawasannya secara mandiri, tidak tergantung pada bahan yang diberikan di kelas. Mahasiswa juga dituntut untuk mampu menganalisa dan menilai secara kritis ilmu yang didapatkannya, tidak hanya menerima pengetahuan begitu saja.

C. Perilaku Merokok 1.

  Definisi perilaku merokok Swartz (dalam Gunawan, 1992) mengatakan bahwa perilaku merupakan kesatuan peristiwa yang kompleks, dalam kesatuan peristiwa itu terdapat tiga variabel yang berpengaruh yaitu: a.

  Variabel organisme atau si pelaku b.

  Variabel stimulus obyek dari tindakan pelaku c. Variabel situasi kondisi (setting) sekeliling tempat aksi berlangsung

  Dalam Kamus Psikologi (Chaplin, 1975) disebutkan bahwa perilaku mempunyai beberapa arti, yaitu: a.

  Beberapa respon yang dilakukan oleh organisme b.

  Sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respon c. Suatu kegiatan atau aktifitas untuk melakukan tingkah laku itu. Cara seseorang berperilaku pada suatu obyek berhubungan erat pula dengan kepercayaan, perasaan dan intensitasnya terhadap obyek tersebut (Fieshbein & Azen, 1975).

  Sitepoe (1997) membedakan tingkatan merokok menjadi beberapa tingkatan yaitu perokok ringan (1-10 batang / hari), perokok sedang (11-20 batang / hari), perokok berat (> 20 batang / hari). Hal ini banyak terjadi pada remaja pria usia 19 tahun.

  Merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia, yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal yang menimbulkan polusi udara yang padat dan terkonsentrasi, yang langsung dan secara sadar dihirup dan diserap oleh tubuh manusia dan dapat menyebabkan cedera bagi tubuh manusia itu sendiri (Surjorahardjo, 1985).

  Dari berbagai macam pengertian diatas maka perilaku merokok dapat disimpulkan sebagai reaksi seseorang dengan cara mengisap atau menghirup asap rokok dengan frekwensi tingkatan tertentu dalam mengkonsumsinya (perokok berat atau perokok ringan), sehingga dapat diukur dan diamati tinggi atau rendahnya konsep diri yang dimiliki seorang perokok.

2. Faktor – faktor penyebab perilaku merokok

  Alasan mengapa anak – anak mulai merokok telah dicari melalui survei yang meliputi 1.307 anak – anak sekolah di Hertfordshire Inggris, beberapa tahun yang lalu (dalam Surjorahardjo,1985). Survei itu mengungkapkan anak – anak b.

  Karena meniru orang dewasa (221 orang) c. Karena ingin pamer (215 orang) d. Biar kelihatan dewasa (198) e. Karena kawan – kawan juga melakukan (124) f. Meniru orang tua (104 orang)

  Anak laki – laki dan perempuan ingin seperti “orang dewasa”. Mereka ingin seperti “mami” dan “papi”. Mereka ingin merasa “besar” dan “penting”.

  Itulah alasan – alasan pokok mengapa anak – anak mulai merokok, semuanya berkisar atas sifat suka dipuji – puji, suatu hasrat untuk meninggikan dan membesarkan diri sendiri, membuat diri sendiri lebih penting.

  Castro (1987) mengemukakan bahwa lingkungan sosial merupakan pengaruh utama (eksternal mediator) terhadap munculnya perilaku merokok yaitu mencakup peran model orang tua, teman sebaya (peer) dan iklan rokok baik di media massa atau elektronik. Remaja dari keluarga dengan orang tua dan saudara merokok cenderung untuk menerima kebiasaan tersebut.

  Horn (dalam Surjohardjo,1985) melakukan surve i atas 5000 perokok untuk mengetahui alasan – alasan mengapa mereka merokok. Ia mendapatkan bahwa 10% merokok untuk obat perangsang (stimulan) sedangkan 8% hanya sekedar untuk iseng – iseng mengepulkan asap. 30% - 40% membiasakan diri merokok supaya rileks (sebenarnya ada banyak cara lain untuk rileks), 40% - 50% merokok untuk meringankan kecemasan dan ketegangan. Banyak dari golongan ini yang terus menjadi pecandu dan perokok – perokok berantai. Golongan dihentikan. 40% dari perokok – perokok adalah perokok berat (Heavy smokers), mereka seolah – olah dipaksa untuk terus merokok.

  Bringham (1991) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi remaja merokok, yaitu: a.

  Sikap dan kepercayaan terhadap rokok; b. Pengaruh proses sosial, seperti pengaruh kebiasaan orang tua atau kelompok; c.

  Proses konsep diri, contohnya adanya keinginan untuk menampilkan diri. Laventhal dan Cleary (1980) mengatakan bahwa seseorang akan merokok karena sebelumnya ia telah memiliki anggapan tertentu mengenai merokok.

  Traquet (1992) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok yaitu: a.

  Sosiokultural, meliputi penerimaan sosial, pengaruh orang tua, teman sebaya.

  b.

  Personal, meliputi self image, self esteem, disposable income c. Lingkungan, meliputi promosi iklan dan penjualan rokok, pengembangan dan pemasaran produk, mudah didapat, harga terjangkau serta lingkungan bebas rokok. Pengaruh iklan dan promosi rokok yang semakin intensif dapat menyebabkan perokok memperoleh keyakinan positif terhadap akibat perilaku

  Senada dengan pendapat di atas, Chapman (dalam Bringham, 1991) menyatakan bahwa iklan rokok memberi citra diri yang berbeda antara perokok dan bukan perokok, serta memberi identitas diri bagi konsumennya yaitu bahwa perokok menunjukkan kejantanan seseorang.

3. Perilaku merokok mahasiswa

  Diperkirakan 70 juta orang di Amerika Serikat merokok, dengan bermacam – macam cara ada ± 2 juta anak remaja telah mulai merokok tiap tahunnya. Ada kira – kira 5 juta orang yang merokok 2 pak sehari, sekitar 4 % dari jumlah penduduk dewasa (Ditama, 1997).

  Mahasiswa masuk dalam kriteria remaja di antara umur 13 – 21 tahun oleh Hurlock (dalam Mappiare, 1982). Menurut keterangan yang nyata, anak – anak di bawah umur 12 tahun sedikit yang mulai merokok, kurang dari 5% di antara anak laki – laki dan 1% dari anak perempuan. Tetapi mulai umur 12 tahun anak – anak yang mulai merokok makin bertambah. Ternyata anak – anak umur 12 tahunan ini yang merokok ada 40% sampai 55% di antara semua anak – anak. Pada umur 25 tahun yang merokok naik menjadi 60% di antara laki – laki dan 36% di antara perempuan (Smoking and Health,1997).

  Presiden Dewan antar Agen California urusan rokok dan kesehatan mengungkapkan bahwa 10% dari semua mahasiswa tingkat 5 dan 6 di California menghisap rokok (U.P.I. 1968). Dr. Paul R. Baker (dalam Ditama,1997) mengatakan :”anak – anak condong memuja orang tuanya dan meniru mereka”. Ia lebih banyak menyalahkan orang tua yang membiarkan anak – anaknya merokok.

  Suatu survei di Ford Wayne Indiana, menunjukan bahwa satu dari setiap 10 murid dari kelas 6 sampai kelas 9 hampir semua merokok. Survei itu meliputi 12.000 pelajar (U.P.I.1966 dalam Aditama, 1997). “Di seluruh negara, tiap hari sepanjang tahun ada 4.500 muda – mudi yang berumur 12 – 17 tahun merokok”, kata seseorang pejabat dari Departemen Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan.

  Statistik menunjukan bahwa 1 dari 5 anak laki – laki di Amerika Serikat mulai merokok pada tingkat ke sembilan, dan di antara anak – anak tingkat senior di sekolah tinggi ada 44 persen anak laki – laki yang merokok. Jumlah seluruhnya, sepertiga dari muda – mudi di perguruan tinggi adalah perokok – perokok yang sudah biasa.mengapa? Dr. Daniel Horn menjawab: “anak – anak merokok karena orang tuanya merokok”. Kemungkinan seorang pemuda atau pemudi mulai merokok di perguruan tinggi dua kali lebih besar jika kedua orang tuanya merokok dari pada yang kedua orang tuanya tidak merokok.

  Indonesia sebagai Nega ra berkembang dengan jumlah penduduk yang cukup besar merupakan sasaran potensial bagi industri rokok. Data Statistik Kesehatan 2001 menunjukan bahwa dalam jumlah penduduk Indonesia tahun 2001 sebesar 199.680.551 orang, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang merokok sebesar 27,7% (43.474.064 orang), penduduk yang tidak pernah merokok sebesar 72,3% (113.474.064 orang), sedangkan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari oleh 50% responden yaitu antara 11-20 batang dalam jam terakhir sebanyak 5,6%. Menurut kebiasaan merokok sekitar 92% perokok biasa merokok di rumah, dan menurut umur mulai merokok sebagian besar pada usia 15-19 tahun yaitu sebesar 59,06% (Badan Pusat Statistik, 2001). Konsumsi rokok di Indonesia menurut data World Health Organization Report 1998 meningkat terus mulai tahun 1995 sampai 1998 berturut – turut yaitu: ± 156,7 juta batang, ± 185 juta batang, ± 192 juta batang, dan ± 198 juta batang (WHO Report 1998).

  Kondisi Indonesia sebagai Negara berkembang semakin rawan terhadap rokok, karena negara maju yang membatasi penggunaan rokok, membuat produk industri rokok dibuang ke Negara berkembang (Kompas, 27 Agustus).

  4. Dinamika Antar Variabel Perbedaan Konsep Diri antara Mahasiswa Perokok dan Mahasiswa Tidak Merokok Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang individu menciptakan bertambah luasnya lingkungan hidup individu tersebut, tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja, akan tetapi lingkungannya meluas pada lingkungan sekolah, teman dan masyarakat sosial. Semakin luas lingkungan pada individu tersebut semakin banyak pula pengaruh yang akan diterima individu, dari pengaruh baik sampai pengaruh yang paling buruk. Dari pengaruh – pengaruh yang diterima individu, dapat mengubah atau membentuk kepribadian individu tersebut dalam berperilaku atau berinteraksi dengan individu – individu lain yang ada di sekitarnya. konsep diri yang tinggi pada dirinya sebagai seorang perokok. Akan tetapi hal tersebut tidak konsisten, individu tersebut mudah terpengaruh dari sosialnya.