ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar Skripsi Diajukan untuk Memenu

  

ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN

FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT

PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN

Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I

Karangkobar

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Oleh:

Sulis Wijayanti

021424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

  

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  SKRIPSI ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar

  Oleh: Sulis Wijayanti

  021424029 Telah disetujui oleh:

  Dosen Pembimbing Drs.T. Sarkim, M.Ed. Ph.D Tanggal 03 November 2007

  SKRIPSI ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar

  Dipersiapkan dan ditulis oleh: Sulis Wijayanti

  NIM : 021424029 Telah dipertahankan di depan panitia penguji

  Pada tanggal 13 November 2007 Dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji

  Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs. Domi Severinus, M.Si .................................

  Sekretaris : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ................................. Anggota : 1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D ................................

  2. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd .................................

  3. Drs. Domi Severinus, M.Si .................................

  Yogyakarta, 13 November 2007 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

  Universitas Sanata Dharma Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 13 November 2007 Penulis

  Sulis Wijayanti

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

   Hasil dari sebuah pembelajaran adalah perubahan untuk menjadi lebih

  baik

   Kekuatan datang saat kita berusaha dan bertindak

  “Skripsi ini terutama kupersembahkan untuk bapak dan ibu terkasih”

  

ABSTRAK

  Analisis Tes Hasil Belajar Akhir Semester Mata Pelajaran Fisika Untuk Mengetahui Kualitas Soal dan Tingkat Penguasaan Siswa Terhadap Materi

  Yang Diujikan Sulis Wijayanti

  021424029 Hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan. Pada umumnya, soal- soal fisika digunakan sebagai sarana untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, soal-soal yang diberikan harus mampu mendeteksi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya. Untuk memperoleh soal-soal yang bersifat demikian, maka soal harus berkualitas. Kualitas soal dapat ditinjau dari tingkat kesukaran dan daya pembeda, tingkat validitas, dan reliabilitas soal.

  Dalam rangka memperoleh soal-soal fisika yang berkualitas, maka perlu diadakan analisis terhadap soal-soal yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui tingkat kualitas soal-soal tes akhir semester, khususnya tipe pilihan ganda; 2) Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan.

  Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMU Negeri I Karangkobar dan soal-soal fisika tes akhir semester II kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar. Tes hasil belajar tersebut mengukur pencapaian hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Sampel penelitian terdiri dari 10 siswa yang terdiri dari 5 siswa kelompok atas dan 5 siswa kelompok bawah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode wawancara. Metode analisis data mengenai kualitas soal dilakukan secara kuantitatif, sedangkan tingkat penguasaan siswa dilakukan secara kualitatif.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Soal-soal kurang berkualitas:

  a) Sebagian soal memiliki tingkat kesukaran yang tinggi; b) memiliki daya pembeda yang rendah; c) memiliki tingkat validitas yang rendah; d) memiliki tingkat reliabilitas sedang. 2) Siswa kurang menguasai materi yang diujikan, yang meliputi materi Teori Kinetik Gas dan Termodinamika.

  

ABSTRACT

  The analysis of the end of Semester Examination on Physic to reveal the Quality of the test and to reveal Student Understanding about the course

  Sulis Wijayanti 021424029

  Student learning out comes is essential component to be to studied. In general, phisycs problems are used to measure student’s achievement. Therefore the problems should be able to measure student’s understanding. The problems should meet standart which is characteriscal by the difficulty level and the reliability.

  Analysis of the item is required in order to revela the quality of the problem. The research aim to 1) to see the level of quality from the question at the end semester, especially for multiple choice; 2) to see the level of understanding the course that was examined.

  The subject of this research is the junior high school student of SMU Negeri 1 Karangkobar in the second years and the physic question of final test in SMU Negeri 1 Karangkobar of sains student in the second years. The test can measure the achievement of student from their study in cognitive way. The research sample consist of 10 student and it could be divided by two, the first one is 5 student as a up member and the second one is 5 student as low member. Taking the sample did by random. Collecting data do by using document method and interrogation methode. Analisys data methode about question quality do by quantitative and about the level of mastering do by qualitative.

  The result of this reseach shown that: 1) The question are not good enough: a) several question have high level difficulty; b) have low differ effect; c0 have low validity level; d) haas midle reliability level. 2) Student couldn’t mastering enough the course including Kinetic Gas Theory and Thermodynamica.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “ Analisis Tes Hasil Belajar Akhir Semester Mata Pelajaran Fisika untuk Mengetahui Kualitas Soal dan Tingkat Penguasaan Siswa terhadap Materi yang Diujikan” dapat terselesaikan dengan baik.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

  1. Drs.T. Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika 3. Drs.T. Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku dosen pembimbing.

  4. Bapak, ibu, kakak dan adik tersayang. 5. “Tw!t jEL3k”

  6. Semua teman-temanku Harapan penulis, mudah-mudahan para pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini.

  Yogyakarta, 13 November 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. ii

  HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………... iv

  MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. v ABSTRAK…………………………………………………………………… vi

  

ABSTRACT …………………………………………………………………... vii

  KATA PENGANTAR………………………………………………………. viii DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………..

  1 B. Dasar Teori…………………………………………………...

  3 1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Fisika…………...

  3

  2. Pemahaman Konsep………………………………………

  10 3. Evaluasi Hasil Belajar Fisika……………………………..

  11 4. Kriteria Kualitas Tes……………………………………...

  16

  5. Analisis Item-item Tes……………………………………

  20 6. Tes Pilihan Ganda………………………………………...

  21 C. Identifikasi Masalah………………………………………….

  23 D. Batasan Masalah……………………………………………..

  24

  E. Rumusan Masalah……………………………………………

  24 F. Tujuan Penelitian……………………………………………..

  24 G. Manfaat Penelitian……………………………………………

  25 BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian……………………………………………….

  26 B. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………..

  26 C. Populasi dan Sampel……………………………………………

  26 D. Desain Penelitian………………………………………………..

  27 E. Metode Pengumpulan Data……………………………………..

  28 F. Metode Analisis Data…………………………………………...

  28 1. Kualitas Soal………………………………………………..

  28 2. Tingkat Penguasaan Siswa………………………………….

  33 BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………

  35 B. Data, Analisis dan Pembahasan………………………………..

  36 1. Kualitas Soal……………………………………………….

  36

  2. Tingkat Penguasaan siswa…………………………………

  54 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….

  91 B. Keterbatasan penelitian………………………………………...

  92 C. Saran……………………………………………………………

  92 BAB V DAFTAR PUSTAKA……………………………………………

  94 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal……………………………...

  30 Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal………………………………….

  31 Tabel 3 Kriteria Tingkat Validitas Soal……………………………….

  32 Tabel 4 Kriteria Tingkat Reliabilitas Soal……………………………..

  33 Tabel 5 Klasifikaasi Tingkat Kesukaran Masing-masing Soal………..

  36 Tabel 6 Klasifikasi Daya Pembeda Masing-masing Soal……………..

  41 Tabel 7 Klasifikasi Validitas Masing-masing Soal……………………

  50

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Soal Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I .

  Karangkobar Lampiran 2 Data Distribusi Pilihan Jawaban Lampiran 3 Rekap Distribusi Pilihan Jawaban Lampiran 4 Data Skor Hasil Tes Lampiran 5 Daftar Pembagian Kelompok Lampiran 6 Perhitungan Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Lampiran 7 Data Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Lampiran 8 Perhitungan Validitas Item Lampiran 9 Perhitungan Reliabilitas Lampiran 10 Tabel Rekap Kualifikasi Masing-masing Item Lampiran 11 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A1 Lampiran 12 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A2 Lampiran 13 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A3 Lampiran 14 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A4 Lampiran 15 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A5 Lampiran 16 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B1 Lampiran 17 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B2 Lampiran 18 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B3 Lampiran 19 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B4 Lampiran 20 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B5 Lampiran 21 Tabel Nilai r Product Moment

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, evaluasi merupakan salah

  satu kegiatan pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang guru. Terutama evaluasi hasil belajar siswa. Hasil belajar fisika yang paling mendasar adalah penguasaan konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode (proses) sains yang dilandasi sikap keilmuan untuk memecahkan masalah.

  Sehubungan dengan hal tersebut, pemberian soal-soal (tes) fisika merupakan suatu sarana untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pemecahan soal memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuhkembangkan kemampuan proses berpikir dan menguji pemahaman siswa terhadap konsep, hukum dan teori-teori fisika yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, dalam evaluasi hasil belajar fisika, soal-soal yang hanya bersifat hafalan kurang begitu cocok.

  Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah sifat soal. Soal yang digunakan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pemahamannya, sehingga hasil tes yang diperoleh benar- benar dapat menggambarkan tingkat kemampuan siswa. Agar hasil tes mampu memberikan hasil yang objektif dan dapat menggambarkan hal yang akan diukur, sebuah tes harus memenuhi beberapa kriteria antara lain tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.

  2 Bentuk tes yang sering digunakan oleh guru bidang studi adalah bentuk tes pilihan ganda, terutama jika materi yang diujikan cukup banyak. Dalam tes bentuk pilihan ganda siswa memilih pilihan jawaban yang tersedia, oleh karena itu kemungkinan siswa untuk melakukan tebakan jawaban cukup besar.

  Bila hal tersebut terjadi, maka skor atau hasil tes yang diperoleh siswa belum mampu menggambarkan tingkat penguasaan siswa mengenai materi yang diujikan.

  Agar hal tersebut diatas tidak terjadi maka suatu tes harus memenuhi kriteria seperti yang telah diuraikan. Untuk melihat apakah tes sudah memenuhi kriteria tersebut, maka diperlukan analisis terhadap soal tes. Bila hasil analisis soal menunjukkan bahwa tes kurang berkualitas, maka perlu dilakukan diskusi dengan siswa. Dari diskusi tersebut kita dapat mengetahui sebab mengapa tes tersebut kurang berkualitas, mungkin dikarenakan siswa kurang menguasai materi yang diujikan, mungkin soal yang diberikan tidak jelas dan sebagainya.

  Jadi dengan analisis soal kita juga akan menemukan kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal dan secara langsung mengetahui tingkat penguasaan siswa mengenai materi yang diujikan. Sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik dalam proses pembelajaran yang telah berlangsug dan perlunya diadakan perbaikan terhadap soal-soal tes. Namun, dalam kenyataannya, guru jarang sekali melakukan analisis soal terhadap tes yang telah disusun dengan alasan keterbatasan waktu.

  3 Oleh karena itu penulis melakukan penelitian terhadap salah satu tes akhir semester bentuk pilihan ganda, dengan tujuan untuk melihat kualitas tes dan tingkat penguasaan siswa mengenai materi yang diujikan. Sehingga secara khusus, penelitian tersebut berfungsi sebagai umpan balik bagi guru bidang studi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan kualitas soal tes yang digunakan.

B. Landasan Teori

1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Fisika

a. Tujuan Pembelajaran Fisika

  Fisika merupakan cabang dari sains yang mempelajari tentang gejala alam dan interaksinya. Oleh karena itu tujuan pembelajaran fisika di sekolah tidak terlepas dari hakekat sains itu sendiri. Dari beberapa pengertian tentang sains yang telah diungkapkan oleh beberapa saintis, secara umum sains terdiri dari tiga aspek yaitu aspek produk, aspek proses dan aspek sikap (Kartika Budi, 1998: 162).

  Aspek produk berkaitan dengan hasil dari proses keilmuan yang dapat berupa konsep-konsep, hukum dan prinsip. Aspek proses berkaitan dengan metode yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Aspek sikap berhubungan dengan keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, diantaranya rasa tanggung jawab,

  4 rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, memiliki rasa percaya diri dan terbuka terhadap pendapat orang lain

  Berdasarkan hal tersebut, para pakar pendidikan yang kompeten dalam proses pembelajaran fisika menetapkan suatu tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut tercantum dalam kurikulum yang telah disusun. Didalam penelitian ini, kurukulum yang dirujuk adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) karena kurikulum yang dipakai adalah KBK. Dalam KBK, tujuan pembelajaran fisika mencakup:

  1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

  2. Memupuk sikap ilmiah

  3. Memperoleh pengalaman melalui penerapan metode ilmiah dengan percobaan atau eksperimen

  4. Mengembangkan kemampuan berfikir secara analitis dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian soal baik kualitatif maupun kuantitatif

  5. Menguasai konsep dan prinsip fisika untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri

  6. Pembentukan sikap yang positif terhadap fisika.

b. Hasil Belajar Fisika

  Hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa tidak lepas dari tujuan pembelajaran. Sejalan dengan uraian mengenai hakikat sains,

  5 secara umum hasil belajar yang diharapkan mencakup tiga hal yaitu 1) pengetahuan dan pengusaan konsep, hukum dan prinsip-prinsip fisika; 2) ketrampilan-ketrampilan yang terkait dengan metode ilmiah dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut dalam memecahkan masalah; 3) Sikap-sikap positif, misalnya rasa tanggung jawab, kemauan bekerja sama, tekun, teleran dan jujur. Ketiga hal tersebut dapat direaliasasikan ketika siswa mengerjakan soal-soal fisika. Tanpa menguasai suatu konsep, prinsip dan hukum-hukum fisika siswa tidak dapat memecahkan masalah atau soal-soal yang dihadapi.

  Ketika siswa dihadapkan pada soal, siswa harus mampu mengidentifikasi masalah yang dinyatakan dalam soal. Masalah akan dapat ditemukan apa bila siswa mengetahui data-data yang ada dan mampu memahami pernyataan yang disajikan, sehingga keseluruhan identifikasi data-data sampai dengan akhir penyelesaian merupakan suatu proses yang saling berhubungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode keilmuan juga diperlukan dalam menyelesaikan soal.

  Sikap-sikap positif juga sangat diperlukan dalam memecahkan soal-soal. Sikap teliti, tekun dan sabar merupakan contoh sikap positif yang sangat mendukung memperoleh suatu pengetahun. Tidak terkecuali pada saat siswa mengerjakan soal-soal fisika. Sikap-sikap tersebut sangat diperlukan ketika siswa mengidentifikasi, memilih formula atau melakukan perhitungan matematis.

  6 Agar soal-soal dapat berfungsi secara optimal, maka soal-soal yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Dilihat dari tingkat cara berfikir sebagaimana diungkapkan oleh J. Peaget, siswa SMU termasuk dalam tahap operasional formal ( 

  11

  tahun keatas). Pada usia tersebut siswa sanggup berpikir secara formal tanpa harus menghadapi objek secara langsung. Siswa SMU diharapkan sudah mampu untuk menganalisa suatu pertanyaan dan mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Oleh karena itu soal- soal yang cocok untuk siswa SMU adalah soal yang bersifat aplikatif, analisis-sintesis dan evaluasi.

  Dalam penelitian ini, analisis soal-soal tes hasil belajar hanya dibatasi pada analisis soal untuk mengukur pencapaian aspek kognitif siswa. Menurut Bloom dkk (Subiyanto, 1988: 47-53), tujuan pengajaran terdiri dari 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah afektif. Ranah kognitif bersangkutan dengan daya pikir, pengetahuan atau penalaran. Ranah psikomotorik bersangkutan dengan ketrampilan fisik, ketrampilan motorik atau ketrampilan tangan. Sedangkan ranah afektif bersangkutan dengan perasaan/kesadaran, seperti senang atau tidak senang yang akan mendorong seseorang untuk memilih yang disenangi dan menjauhkan diri dari yang tidak disenanginya. Misalnya minat, motivasi siswa.

  Menurut Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam taraf kompetensi (Subiyanto, 1988: 48). Keenam taraf

  7 tersebut bersifat kontinum dan overlap, artinya aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek yang ada dibawahnya. Secara berurutan dari taraf yang paling rendah sampai dengan taraf yang paling kompleks adalah ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

  Ingatan merupakan prasyarat untuk jenjang koginitif yang selanjutya. Dalam jenjang ini, peserta didik hanya dituntut kemampuannya untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, rumus, teori, metode, klasifikasi dan istilah-istilah yang telah dipelajarinya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

  Contoh:

  Dari besaran-besaran dibawah ini yang termasuk dalam besaran pokok adalah A. Panjang

  B. Luas

  C. Berat

  D. Massa jenis Jenjang kognitif yang setingkat lebih tinggi dari ingatan adalah pemahaman. Menurut Subiyanto (1988: 49) pemahaman berkaitan dengan kemampuan seseorang menyerap makna atau arti dari sesuatu yang telah dipelajari. Siswa dituntut untuk mengkomunikasikan pengetahuannya kedalam bentuk lain tanpa harus menghubungkannya dengan materi atau konsep-konsep yang lain. seseorang dikatakan memiliki kemampuan pemahaman apabila diantaranya mampu menerjemahkan suatu rumusan matematis kedalam bentuk pernyataan verbal, mampu menjelaskan dan menjelaskan suatu situasi, menafsirkan keadaan benda berdasarkan grafik. Jenjang kognitif berikutnya, adalah jenjang penerapan. Jenjang penerapan menurut Bloom et, al yang dikutip oleh Hendiyoto adalah kemampuan menggunakan abstraksi-abstraksi yang telah dipelajari kedalam situasi khusus dan konkret. Abstraksi-abstraksi tersebut dapat dalam bentuk aturan-aturan prosedur atau metode-metode yang tergeneralisasi. Seseorang dikatakan dapat menerapkan pengetahuan yang dipelajari apabila ia dapat menerapkan hukum atau teori untuk menyelesaikan soal, menerapkan hukum atau teori untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi dan dapat membuat grafik. Oleh karena itu, agar siswa mampu melakukan penerapan maka diperlukan pemahaman yang baik tentang konsep, prinsip, teori, hukum yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

  Sebuah benda ditarik oleh dua orang kekanan dan kekiri dengn gaya F

  1 = 40 N arahnya kekanan dan F 2 = 10 N arahnya kekiri,

  sehingga benda bergerak sejauh 10 m kekanan. Usaha yang diperlukan benda itu selama geraknya adalah A. 500Nm

  B. 400Nm

  C. 300Nm

  D. 100Nm

  

2. Menerapkan hukum atau teori untuk menjelaskan mengapa

suatu peristiwa terjadi

  Sebuah benda bergerak jatuh bebas, sehingga makin kebawah kecepatnnya makin besar. Hal tersebut terjadi karena..

  A. terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik

  B. terjadi perbahan energi kinetik menjadi energi potensial

  C. energi potensial tetap

  D. energi potensial nol

  8

1. Menerapkan hukum untuk menyelesaikan soal

  9 Jenjang kognitif yang keempat adalah analisis. Menurut Subiyanto (1988: 49) analisis dapat diartikan sebagai kemampuan mengurai atau memisahkan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide tersebut menjadi jelas atau hubungan antara ide-ide yang dinyatakan menjadi lebih eksplisit.

  Pertanyaan yang mengukur jenjang analisis menurut Tresna Sastrawijaya yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 33), biasanya berupa pertanyaan yang meminta mengenal motif, alasan, atau sebab kejadian tertentu, meminta mempertimbangkan dan menganalisis informasi dan pertanyaan yang menganalisis kesimpulan untuk menemukan bukti yang menunjang atau menyangkal kesimpulan tersebut.

  Contoh

  Pada sebuah kelapa yang jatuh dari pohonnya terjadi perubahan:

  A. Energi kinetik menjadi energi potensial

  B. Energi potensial menjadi energi kinetik

  C. Energi kinetik dan eneergi potensial menjadi kalor

  D. Energi kinetik dan energi potensial menjadi Jenjang kognitif selanjutnya adalah sintesis, kemampuan ini lebih kompleks dan setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis. Menurut

  Subiyanto (1988) sintesis berkaitan dengan kemampuan menggabungkan bagian-bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu keseluruhan yang sebelumnya tidak tampak dengan jelas. Dalam jenjang ini, siswa dituntut untuk mampu memahami suatu konsep, prinsip, teori atau hukum kemudian menggabungkannya secara kreatif

  10 dengan konsep, prinsip, teori atau hukum yang lain sehingga memberikan pemahaman baru.

  Kemampuan sintesis yang diungkapkan oleh Alimufi yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 34) diantaranya mampu membuat pola atau metod matematis yang sederhana sesuai untuk situasi yang seseungguhnya dan menyeleksinya serta membuat keputusan tentang cara yang terbaik dalam menyajikan data. Untuk mengetahui jenis pertnyaan yang mengungukur jenjang sintesis adalah berupa pertanyaan yang meminta membuat ramalan atau prediksi, meminta mengungkapkan ide yang menghasilkan komunikasi yang orisinil dan meminta memecahkan masalah

  Contoh

  Tersedia tiga lampu pijar yang masing-masing bertanda 110 V-100 W dan sumber tegangan 220 V. Agar dihasilkan nyala lampu 200 watt, maka lampu-lampu tersebut harus dihubungkan dengan sumber tegangan dengan cara: A. dua lampu disusun paralel

  B. dua lampu disusun seri

  C. tiga lampu disusun paralel

  D. tiga lampu disusun seri

  E. satu lampu disusun paralel dengan dua lampu lain disusun seri Jenjang kognitif yang paling kompleks adalah evaluasi. Menurut

  Dwi Haryoto (1989: 36-37) evaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat keputusan dengan mempertimbangkan masalah-masalah nilai, tujuan, ide, metode penyelesaian, material, termasuk pertimbangan mengenai efektifitas dan ketepatan. Seseorang

  11 dikatakan dapat mengevaluasi apabila ia dapat memilih suatu hukum, teori, rumus atau keputusan untuk menyelesaikan masalah atau soal.

  Pertanyaan-pertanyaan yang mengukur jenjang evaluasi menurut Tresna Sastrawijaya yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 36) biasanya berupa pertanyaan yang meminta memberikan pendapat tentang persoalan-persoalan atau fenomena yang ada.

  Contoh:

  Sebuah peluru besi yang massanya 5 kg diikat pada ujung tali yang panjangnya 1 m kemudian hendak dipusarkan menurut lingkaran

  • 2

  vertikal dengan kecepatan 2 m/detik (g = 9,8 m det )

  A. peluru tersebut dapat melakukan gerak melingkar beraturan

  B. peluru tidak dapat melakukan gerak melingkar beraturan

  C. peluru dapat melakukan gerak melingkar beraturan bila massanya diperbesar D. peluru dapat melakukan gerak melingkar beraturan bila kecepatannya lebih kecil

2. Pemahaman Konsep

  Berdasarkan uraian sebelumnya, pemahaman merupakan taraf kedua dalam ranah kognitif. Menurut Nana Sudjana dkk (1984: 13), pemahaman digolongkan dalam jenjang kognitif tingkat rendah. Namun, pemahaman merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Tanpa memahami konsep yang dipelajari, siswa tidak dapat menerapkan konsep- konsep tersebut dalam memecahkan masalah, terutama untuk pemecahan masalah pada jenjang kognitif yang lebih tinggi. Langkah awal pemahaman suatu kosep adalah memahami definisi konsep tersebut secara benar sesuai hakekat dan peruntukkannya (Kartika Budi, 1991: 38). Hal ini sangat penting, karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai

  12 untuk memecahkan masalah bila konsep tersebut telah didefinisikan secara jelas dan benar.

  Pemahaman siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator, menurut Kartika Budi (1992: 144) indikator-indikator tersebut meliputi 1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; 2) dapat menjelaskan makna dari konsep kepada orang lain; 3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum; 4) dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala- gejala alam, memecahkan masalah secara teoritis maupun secara praktis dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; 5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan cepat; 6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.

3. Evaluasi Hasil Belajar fisika

  Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diperlukan adanya suatu evaluasi.

  Salah satu jenis evaluasi yang dilaksanakan untuk melihat ketercapain tujuan pembelajaran adalah evaluasi hasil belajar siswa. Waridjan (1991: 1) menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah suatu upaya untuk mengidentifikasi apakah siswa telah mampu melakukan hal-hal yang dideskripsikan dalam rumusan tujuan pengajaran dan berapa baik mereka melakukannya sebagai hasil belajar.

  13 Dengan menyelenggarakan evaluasi hasil belajar kita dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang secara tidak langsung merupakan indikator tentang baik-buruknya penyelenggaraan suatu sistem pengajaran. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak diantaranya adalah guru, siswa serta pihak sekolah secara umum (Suke Silverius, 1991: 7-8).

  1. Bagi pihak guru

  a. Keadaan siswa; karena hasil evaluasi merupakan hasil yang dicapai oleh masing-masing siswa, maka hasil evaluasi tersebut memberikan informasi pada guru mengenai kemajuan belajar siswa serta mengetahui letak kesulitan-kesulitan belajarnya.

  b. Keadaan materi pelajaran; apa bila hasil evaluasi menunjukkan hampir semua siswa mendapatkan hasil yang tidak memuaskan pada soal-soal yang memuat topik tertentu, maka topik tersebut belum dikuasai oleh siswa. Sehingga guru harus meneliti lebih jauh keadaan materi yang belum dikuasai tersebut dan mengupayakan perbaikan atau penyesuaian. Sebaliknya apabila hasil evaluasi menunjukkan hampir semua siswa telah menguasai bahan pelajaran maka materi tersebut tidak perlu diulangi lagi.

  c. Keadaan metode pembelajaran; hasil evaluasi dapat menunjukkan tepat tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh guru dalam memberikan suatu materi tertentu. Apabila hasil evaluasi mengecewakan, terdapat kemungkinan bahwa metode mengajar

  14 yang diterapkan belum sesuai. Sehingga guru berkewajiban mencari metode lain yang lebih sesuai.

  2. Bagi pihak Siswa

  a. Menumbuhkan motivasi untuk belajar

  b. Membantu siswa meningkatkan usaha belajarnya

  c. Membantu siswa dalam memahami dirinya (self understanding)

  3. Pihak Sekolah

  a. Dapat mengetahui apakah kondisi sekolah sudah tercipta suasana yang kondusif untuk belajar, karena hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.

  b. Informasi hasil evaluasi yang diperoleh dari tahun ketahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah apakah telah mencapai standar yang telah ditentukan. Agar tidak terjadi kekeliruan pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kegiatan evaluasi, maka diperlukan suatu alat untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Sebelumnya, telah diuraikan bahwa soal-soal atau tes merupakan sarana atau suatu alat untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa, khususnya dalam ranah kognitif. Menurut Wayan Nurkanca yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 18) tes hasil belajar adalah suatu tugas atau soal-soal yang harus dikerjakan peserta didik dan dari hasil tugas tersebut dapat diperoleh nilai tentang tingkah laku atau prestasi peserta didik.

  Secara umum, tes hasil belajar yang digunakan di sekolah dibedakan menjadi dua macam yaitu tes standart dan tes buatan guru. Tes standar biasanya digunakan untuk keperluan yang lebih luas, misalnya ujian nasional. Sedangkan tes buatan guru lebih sering digunakan untuk cakupan yang lebih sempit, misalnya tes ulangan harian dan tes akhir semester. Karena untuk memperoleh tes standart memerlukan biaya dan waktu yang cukup banyak. Untuk memperoleh sebuah tes standar harus melalui beberapa prosedur, yaitu penyusunan, uji coba, analisa, revisi dan edit. Secara umum perbandingan antara tes standart dan tes buatan guru (Suharsimi Arikunto, 2005: 146) adalah:

  Tes standart Tes buatan guru

  1. Didasarkan pada bahan dan tujuan umum dari sekolah- sekolah diseluruh negara

  2. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau ketrampilan

  3. Disusun dengan kelengkapan staf, profesor, pembehas dan editor butir tes

  4. menggunakan butir-butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisa dan direvisi

  5. Mempunyai reliabilitas yang tinggi

  6. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh negara.

  1. Didasarkan pada bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri

  2. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau ketrampilan yang sempit.

  3. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan bantuan atau tanpa bantuan tenaga ahli

  4. Jarang-jarang menggunakan butir-butir tes yang telah diujicobakan, dianalisa dan direvisi

  5. Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah

  6. Norma kelompok terbatas kelas tertentu Agar suatu tes mampu memberikan informasi yang sebenarnya terhadap hasil belajar siswa, maka seorang guru perlu melakukan bebarapa tahap yaitu perencanaan dan penyusunan tes, penskoran dan analisis hasil

  15

  16 tes. Perencanaan merupakan langkah awal dalam penyusunan sebuah tes.

  Tanpa suatu perencanaan yang baik, suatu tes tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehinga dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang keliru. Pada langkah ini, hal-hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain: 1) mengidentifikasi tujuan pengukuran; 2) membatasi cakupan isi tes; 3) menentukan tingkat kompetensi yang akan diungkap; 4) menentukan tipe item yang digunakan; 5) menentukan banyaknya item dan membuat tabel spesifikasi.

  Skor atau nilai merupakan gambaran terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Namun hal tersebut belum cukup mengungkap hasil belajar siswa secara nyata, terutama bila tes yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda tertutup. Dimana siswa diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang paling benar tanpa memberikan alasannya. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan siswa dapat menjawab soal dengan benar tanpa menguasai konsep yang diujikan. Maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh seorang guru setelah melakukan penskoran adalah menganalisis hasil tes dan mendiskusikannya dengan siswa.

  Fungsi dari analisis hasil tes antara lain: dapat diketahui kualitas tes, memberikan data sebagai dasar dalam mendiskusikan hasil tes dengan siswa. Dengan menganalisis dan mendiskusikan hasil tes dengan siswa kita dapat mengetahui pemahaman dan proses berpikir siswa yang tidak dapat terlihat secara langsung dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda tertutup. Fungsi yang selanjutnya adalah sebagai dasar

  17 dalam mendiagnosis pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari.

4. Kriteria Kualitas Tes

  Agar diperoleh suatu hasil tes yang mampu menggambarkan hal-hal yang akan diukur diperlukan sebuah tes yang berkualitas. Menurut Surapranata (2004: 10) tes yang berkualitas harus memenuhi beberapa kriteria antara lain: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan diskriminatif.

a. Validitas

  Validitas suatu tes mununjukkan derajat fungsi mengukurnya suatu instrumen atau derajat kecermatan ukurnya suatu instrumen.

  Artinya, alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Suryabrata, 1999).

  Menurut Waridjan (1991: 342) faktor-faktor yang mempengaruhi validitas suatu tes antara lain; 1) faktor internal tes; rumusan petunjuk pengerjaan soal kurang jelas, dan rumusan soal yang membingungkan, ruang lingkup materi-materi soal yang yang tidak sesuai dengan materi dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, penyediaan jawaban yang diragukan kebenarannya, ketidak mampuan soal membuat peserta tes melakukan kegiatan berikir seperti yang dikehendaki oleh perumus, pola urutan jawaban soal kurang bervariasi dan adanya sejumlah soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar. 2)

  18 faktor eksternal tes; penetapan kunci jawaban yang salah, pemberian skor yang sama untuk soal-soal yang sukar dan mudah, penyediaan waktu kurang memadai, kemungkinan siswa menjawab dengan cara tidak jujur. 3) faktor psikis dan fisik siswa.

  Sebuah tes dikatakan memilki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteriium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan menggunakan teknik korelasi product

  moment yang dikemukakan oleh Pearson.

  N

  XY  ( X )( Y )

  r

  XY = 2 2

2

2 { NX  (  X ) }{ NY  (  Y ) Koefisien korelasi terdapat antara –1,00 samapai dengan +1,00.

  koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan keofisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Validitas suatu tes dapat dilihat dari validitas masing-masing item penyusun tes. Sebuah item dikatakan valid apabila skor pada item tersebut mempunyai kesejajaran dengan skor total.

b. Reliabilitas

  Yang dimaksud dengan reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil tes (Masidjo, 1995: 209).

  19 Menurut Arikunto (2005: 90-103) cara pengujian reliabilitas suatu tes meliputi; 1) metode mengulang (test-retest) dengan cara satu tes diujikan dua kali pada subjek yang sama. Kemudian hasil dari sua kali tes tersebut dihitung korelasinya. Cara tersebut kurang cocok jika digunakan pada tes yang mengungkap pengetahuan dan pemahaman, karena kemungkinan tercoba masih teringat soal-soalnya. Sehingga tenggang waktu antara tes 1 dan ke 2, harus betul-betul dipertimbangkan. 2) metode paralel; dengan cara menyusun dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, susunan tetapi soal-soalnya berbeda. Kelemahan dari metode ini adalah pengetes harus menyusun dua seri tes yang harus memiliki kesejajaran. 3) metode belah dua; dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan diujicobakan satu kali.

  Melihat kelemahan dan keunggulan masing-masing metode, metode yang lebih praktis adalah metode belah dua. Untuk pilihan ganda perhitungan tingkat reliabilitas soal dapat dihitung melalui rumus KR-20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut

  koefisien reabilitas atau r tt .. Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara –1,00 sampai dengan 1,00. 2

   S pq  

  n

       r tt =

    2  

  n

  1 S  

   

c. Tingkat kesukaran

  20 Taraf kesukaran suatu soal memberikan gambaran tentang sukar atau mudahnya suatu soal tes. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah, karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha dalam memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi (Arikunto, 2005: 210).

  Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam suatu bilangan indeks yang disebut indeks kesukaran (IK). Yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh siswa dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu sistem. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran suatu sistem sebesar 0,00 berarti tak seorang pun dari sekolopok siswa dapat menjawab secara benar. Indeks kesukaran sebesar 1,00 berarti seluruh kelompok siswa dapat menjawab secara benar, item tersebut dikatakan mudah sekali. Rumus untuk mencari indeks kesukaran (IK) adalah sebagai berikut:

  B

  IK = -

  N

  Ket: B = Jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar N = Jumlah seluruh peserta tes

d. Daya pembeda

  Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dan siswa

  21 yang kurang pandai (kelompok bawah), Arikunto (2005: 211).

  Besarnya daya pembeda suatu soal dinyatakan dengan suatu bilangan yang disebut dengan indeks diskriminasi (ID). Besarnya indeks diskriminasi berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KUALITAS SOAL SUMATIF TAHUN AJARAN 2012/2013 MATA PELAJARAN IPA (BIOLOGI) DAN KAITANNYA DENGAN CAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN JEMBER

0 13 17

ANALISIS KUALITAS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 3 JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011-2012

0 10 138

ANALISIS KUALITAS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 3 JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011-2012

0 18 16

ANALISIS KUALITAS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 3 JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011-2012

0 12 16

HUBUNGAN ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP PELAJARAN FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK STATIS PADA SISWA KELAS II SEMESTER I DI SMU NEGERI 1 ARJASA TAHUN PELAJARAN 2002/2003

0 4 14

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 0 155

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 PINRANG

0 0 261

ANALISIS KUALITAS SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI MIA (MATEMATIKA ILMU ALAM) MAN 1 SOPPENG KABUPATEN SOPPENG

0 1 133

GAMBARAN KINERJA GURU FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA DI MA MADANI ALAUDDIN PAOPAO

0 0 106

EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN EDMODO TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FISIKA KELAS XI IPA SMAN 1 TANETE RILAU

0 2 193