JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG

  JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Disusun oleh Indra Arif Priyanto NIM : 994114019 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya atau karangan ilmiah.

  Yogyakarta, Januari 2008 Indra Arif Priyanto

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Berkat kebesaran-Nyalah skripsi ini dapat terwujud walaupun banyak cobaan dan rintangan yang menghambatnya. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan jenjang S-1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Bantuan-bantuan baik yang berupa moril ataupun materil yang sangat membantu dalam membangun semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini, penulis tujukan kepada.

  1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran membimbing, mendorong, serta meluangkan waktu untuk mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

  2. Drs. Hery Antono, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran membimbing, mendukung, serta meluangkan waktunya untuk mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

  3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia yang selama ini telah sabar dalam membimbing, memberikan dorongan semangat, dan mencurahkan ilmunya selama penulis menempuh studi hingga menyusun skripsi.

  4. Kedua orangtua, papah Y. Soepriyanto dan mamah Maria M. Sunarti yang telah sabar menunggu, mendukung segala sesuatu yang aku kerjakan, memberikan dorongan dan membiayai studiku hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan studiku. God Bless You.

  5. Bapak / Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia yang telah sabar dan setia dalam mencurahkan ilmunya, meluangkan waktu untuk menerima keluhan-keluhan dan memberikan masukan-masukan yang sangat berarti bagi penulis.

  6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang selalu siap melayani dalam peminjaman buku dan sabar dalam menata kembali buku-buku ke dalam rak selama buku-buku tersebut dibaca oleh penulis.

  7. Dimas, Catur, dan William atas sumbangsihnya yang telah meminjamkan fasilitasnya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

  8. Badu (S.Sejarah 99), Teguh (S.Indonesia 99) yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.

  9. Teman-teman angkatan 99 yang telah lebih dahulu lulus, karena kalianlah pemicu semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua masukan yang berupa saran dan kritik atau apa pun untuk menyempurnakan skripsi ini, penulis terima dengan tangan terbuka dan senang hati.

  Yogyakarta, Januari 2008 Indra Arif Priyanto

  

ABSTRAK

Priyanto, Indra Arif. 2007. “Jenis-Jenis Kalimat dalam Tuturan Langsung

Cerita Pendek Lebih Hitam dari Hitam Karya Iwan Simatupang”. Skripsi Strata

I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

  Dalam skripsi ini dibicarakan tentang “Jenis-Jenis Kalimat dalam Tuturan Langsung Cerita Pendek Lebih Hitam dari Hitam Karya Iwan Simatupang”. Pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini untuk mengenali jenis-jenis kalimat dalam tuturan langsung yang terdapat dalam Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang. Tuturan langsung dalam cerita pendek tersebut dapat dibagi menjadi empat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat.

  Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis kalimat yang membentuk tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang yang didasarkan pada bentuk dan isinya. Jenis kalimat berdasarkan bentuk dan isinya digolongkan menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya menginformasikan atau memberitahukan kepada orang lain tentang suatu peristiwa atau kejadian. Kalimat tanya adalah kalimat yang menanyakan atau mengandung suatu permintaan tentang suatu hal yang dimaksud. Dan kalimat perintah adalah kalimat yang berisi perintah atau mengandung permintaan dari seseorang kepada orang lain untuk melakukan suatu yang dikehendaki sesuai dengan yang dimaksud.

  Ada tiga langkah dalam penelitian ini. Pertama, tahap pengumpulan data yang berupa tuturan-tuturan langsung. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode simak atau metode pengamatan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam tahap ini adalah teknik simak bebas libat cakap. Langkah kedua adalah analisis data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan. ortografis. Teknik yang digunakan dalam tahap analisis data menggunakan teknik baca markah. Langkah ketiga adalah penyajian hasil analisis data. Data yang telah ditemukan selanjutnya dianalisis dengan mengklasifikasikannya berdasarkan bentuk dan isinya.

  Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat. Kedua, penggolongan tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang.

  

ABSTRACT

Priyanto, Indra Arif. 2007. “The Types of Sentence of Direct Speech in Iwan

Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam”. An Undergraduate Thesis. Indonesian

Letters Study Program, Indonesian Letters Department, Faculty of Letters,

Sanata Dharma University. Yogyakarta.

  This thesis mainly discusses “The Types of Sentence of Direct Speech in Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam”. The main problem, as formulated in this research, aims to recognize the types of sentence of direct speech in Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam. The direct speech analyzed in this short- story can be divided into four types: the direct speech that consists of one sentence, the direct speech that consists of two sentences, the direct speech that consists of three sentences, and the direct speech that consists of four sentences.

  The objective of the study is to describe the types of sentence of direct speech through the types of sentence based on the forms and its content. The types of sentence, furthermore, are classified into three categories: declaratives, interrogatives, and imperatives. Declaratives is a kind of sentences used to inform or notify an event or incident to somebody. An interrogative is a kind of sentences used to inquire or request something as presupposed. An imperative is a kind of sentences used to give command—can be instructions, from one to the other to do something as required.

  This research employs three steps as follows: the first step is to collect the data on the types of speech—primarily ones that are characterized as direct speech. The method applied in this step is a Simak method or observation on linguistic aspect of the text, which uses the simak bebas-libat cakap technique. The second step is the data analysis. The method applied in data analysis is Equivalent Method. Equivalent method used in data analysis is equivalent referential method and equivalent orthography method, which uses the Baca Markah technique. The last step is the arrangement of data analysis. The data, which have been identified, are analyzed by

  The results of this research are, as follows: Firstly, the identification of direct speeches in Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam. The direct speeches are divided into four types: the direct speech that consists of one sentence, the direct speech that consists of two sentences, the direct speech that consists of three sentences, and the direct speech that consists of four sentences. Secondly, the description of the process of classifying the direct speeches of Iwan Simatupang’s

  Lebih Hitam Dari Hitam into the types of sentence.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI....................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................................iv KATA PENGANTAR..................................................................................................v ABSTRAK.................................................................................................................viii ABSTRACT..................................................................................................................x DAFTAR ISI..............................................................................................................xii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

  1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................8

  1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................8

  1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................8

  1.5 Landasan Teori.......................................................................................................9

  1.5.1 Tuturan dan Kalimat................................................................................9

  1.5.2 Jenis Tuturan..........................................................................................10

  1.5.3 Jenis Kalimat..........................................................................................10

  1.6 Metode Penelitian................................................................................................12

  1.6.1 Tahap Pengumpulan Data......................................................................12

  1.6.2 Analisis Data..........................................................................................13

  1.6.4 Sumber Data...........................................................................................14

  1.7 Sistematika Penyajian..........................................................................................14

  

BAB II JENIS-JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERTA

PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG

  2.1 Pengantar..............................................................................................................16

  2.2 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Satu Kalimat.............................................16

  2.2.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita.............................................17

  2.2.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya.............................................19

  2.2.2.1 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa.................................21

  2.2.2.2 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mengapa.........................24

  2.2.2.3 Kalimat Tanya denganKata Tanya Mana...............................26

  2.2.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah.........................................27

  2.2.3.1 Kalimat Perintah Biasa...........................................................28

  2.2.3.2 Kalimat Perintah Suruhan.......................................................29

  2.3 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Dua Kalimat..............................................30

  2.3.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita dan Kalimat Berita........................................................31

  2.3.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya........................................................32

  2.3.3 Tuturan Langsung Berupa

  2.3.4 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Perintah.................................................35

  2.3.5 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya........................................35

  2.4 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Tiga Kalimat.............................................36

  2.4.1 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita.....................................37

  2.4.2 Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu Kalimat Perintah..................................................................................................38

  2.4.3 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya....................................39

  2.5 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Empat Kalimat..........................................40

  2.5.1 Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita.................................41

  BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

  3.1 Kesimpulan...........................................................................................................43

  3.2 Saran.....................................................................................................................44

  LAMPIRAN DATA TUTURAN LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dalam skripsi ini, penulis membahas tuturan langsung yang terdapat pada cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit. Hal ini disebabkan, tuturan langsung belum banyak diteliti. Hal ini berbeda dengan tuturan tidak langsung yang sudah banyak dibahas.

  Tuturan langsung adalah tuturan, entah berupa kalimat deklaratif, entah kalimat interogatif, entah kalimat imperatif yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek dan secara cermat menirukan apa yang dianjurkan orang (Kridalaksana, 2001: 93). Berikut contoh tuturan langsung yang terdapat pada cerita pendek karya Iwan Simatupang.

  (1) “Tadi pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu membawanya pulang.” (Simatupang, 1982: 19)

  (2) “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si kepala besar.

  (Simatupang, 1982: 16) (3) “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya. Contoh (1), (2), dan (3) di atas berturut-turut merupakan contoh tuturan langsung yang disajikan dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat imperatif atau kalimat perintah.

  Dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang, tuturan-tuturan yang diucapkankan oleh tokoh-tokoh rekaannya kepada mitra tuturnya atau pun sebaliknya haruslah jelas pengungkapannya.

  Menurut langsung tidaknya cara pengungkapan, tuturan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech). Tuturan langsung adalah tuturan yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi (Kridalaksana, 1993: 231), misalnya “Dia sudah

  . Sedangkan tuturan tidak langsung adalah pengungkapan

  pergi, Tuan,” katanya

  kembali tuturan tanpa mengutip harafiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan menggunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya (Kridalaksana, 1993: 231), misalnya Ia berkata bahwa beliau sudah pergi.

  Pungtuasi adalah tanda baca. Pungtuasi yang digunakan dalam tuturan langsung tidak menggunakan tanda baca titik dua (;), tetapi menggunakan tanda baca koma (,) yang terletak di depan ucapan atau tuturan langsung, dan tanda kutip (“) yang diletakkan sebelum dan sesudah ucapan yang terletak sejajar di bagian atas. Misalnya: Tanda baca koma (,) pada contoh tuturan di atas terletak di depan kata katanya, sedangkan tanda kutipnya (“) diletakkan sebelum kata Dia dan sesudah kata

  Tuan yang diletakkan sejajar pada bagian atas.

  Tuturan yang diucapkan langsung oleh seorang penutur kepada mitra tuturnya haruslah jelas situasinya atau konteksnya. Hal ini dikarenakan konteks mempunyai peranan penting untuk memahami sebuah ujaran atau tuturan, dan ujaran atau tuturan tersebut selalu terikat dengan konteks. Konteks adalah pengetahuan latar apapun (any background knowledge) yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tuturnya yang membantu mitra tuturnya dalam menafsirkan apa yang dimaksud oleh penutur (Leech, 1983: 13). Perhatikan contoh berikut.

  (5) a. “Ayo, jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?” Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku mengambil sikap yang layak bagiku terhadapnya pada saat itu.

  b. “...........Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang, malu.

  (Simatupang, 1982: 16) Pada contoh (5a, b), konteks yang dimunculkan adalah situasi marah. Kalimat pada tuturan (5a), penutur menanyakan perihal mengapa mitra tuturnya tidak jadi marah. Sedangkan kalimat pada tuturan (5b), menggambarkan reaksi yang berupa jawaban dari mitra tuturnya mengenai pertanyaan yang diucapkan oleh penutur.

  Dengan mendasarkan pada gagasan Leech (1983: 13-14), Wijana (1996) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur (speech situational contexts). Konteks situasi tutur mencakup beberapa aspek. Aspek-aspek itu sebagai berikut.

  1. Penutur dan lawan tutur Penutur dan lawan tutur (mitra tutur) di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle (1983), lazim dilambangkan dengan S (speaker) yang berarti pembicara atau penutur dan H (hearer) yang berarti pendengar atau mitra tutur.

  2. Konteks tuturan Konteks tuturan dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimilki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur di dalam proses bertutur.

  3. Tujuan tuturan Tujuan tuturan berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang, sebab tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya.

  4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

  Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan tindak verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu yang bersifat konkret, sebab dalam situasi tutur jelas keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan.

  5. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan dapat dikatakan sebagai produk tindak verbal, sebab pada dasarnya tuturan yang ada di dalam sebuah pertuturan adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya.

  Variasi-variasi jenis tuturan yang dimunculkan oleh pengarang dalam bentuk tuturan langsung dimaksudkan agar cerita pendek tersebut tidak membosankan. Variasi tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang berbentuk tuturan langsung yang disajikan dalam berbagai bentuk pola kalimat yang dituturkan oleh tokoh-tokoh rekaannya mengandung berbagai macam maksud. Misalnya:

  (6) a. ”Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada makanan.” b. ”Bawa pulang !” teriakku.

  (Simatupang, 1982: 21) Pada contoh di atas, tuturan langsung (6a) mengandung maksud yang berbeda dengan tuturan langsung (6b). Dalam tuturan langsung (6a), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat tanya dan kalimat berita. Kalimat pertama pada tuturan di atas merupakan kalimat tanya, sedangkan kalimat kedua pada tuturan di atas merupakan kalimat berita. Kalimat pertama pada tuturan (6a), isinya memberitahukan seorang penutur yang mempunyai maksud menanyakan perihal keadaan bungkusan kepada mitra tuturnya. Sedangkan kalimat kedua pada tuturan (6a), isinya menginformasikan seorang penutur yang mempunyai maksud memberitahukan kepada mitra tuturnya mengenai isi dari bungkusan yang ada di dalamnya. Dan kalimat dalam tuturan langsung pada (6b) berbentuk kalimat perintah yang isinya mempunyai maksud memerintah atau menyuruh agar bungkusan yang di dalamnya berisi makanan tersebut agar dibawa pulang.

  Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” ada yang terdiri dari satu kalimat, terdiri dari dua, tiga kalimat, dan empat kalimat.

  Tuturan yang terdiri atau terbentuk dari satu kalimat saja berarti tuturan yang konstruksi gramatikalnya terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan (Kridalaksana, 2001: 92). Tuturan yang terdiri dari dua kalimat, tiga kalimat, dan empat kalimat dapat disebut gugus kalimat. Gugus kalimat adalah tuturan yang terbentuk dari kumpulan kalimat yang saling berkaitan karena ciri-ciri kelas, peran, atau keutuhan; paragraf (Kridalaksana, 2001: 70). Tuturan-tuturan langsung tersebut

  (7) ”Aneh, sungguh aneh!” (Simatupang, 1982: 19)

  (8) ”Tetapi, bagaimana bisa seorang seorang pasien meninggalkan rumah sakit pula setengah enam pagi? Kan kantor belum buka?” tukasku, dengan nada seolah akulah pemimpin rumah sakit ini.

  (Simatupang, 1982: 19) Contoh (7) di atas merupakan tuturan yang sifatnya langsung yang terdiri atau terbentuk dari satu kalimat, yaitu kalimat perintah. Pada contoh (8), tuturan langsung tersebut terbentuk dari dua kalimat di mana kedua kalimat tersebut merupakan kalimat tanya. Kalimat pertama dalam tuturan (8) merupakan kalimat tanya dengan kata tanya bagaimana.

  Berdasarkan hal di atas, variasi jenis tuturan dalam bentuk tuturan langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang terbentuk dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang membentuk tuturan dalam cerita pendek di atas bila ditinjau dari jenis susunan polanya merupakan kalimat tunggal.

  Kalimat-kalimat yang membentuk tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang susunan polanya merupakan kalimat tunggal selanjutnya akan diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya. langsung dalam bentuk kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah (Falah, 1988: 143). Kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi atau yang isinya mengandung suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan memberitahukan sesuatu kepada orang lain, kalimat tanya adalah kalimat yang isinya berfungsi menanyakan sesuatu atau kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberi tahu tentang suatu yang dimaksudkan, dan kalimat perintah adalah kalimat yang isinya berfungsi untuk memerintah atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Kalimat perintah biasanya dilakukan oleh orang yang posisinya berada di atasnya (lebih kuasa, lebih tinggi, lebih tua, lebih terhormat) (Falah, 1988: 146).

  Dengan mengacu pada hal-hal di atas, skripsi ini akan meneliti atau membahas tentang tuturan-tuturan langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dan pengklasifikasian tuturan langsung yang didasarkan pada bentuk dan isinya.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: Jenis-jenis kalimat apa saja yang terdapat pada tuturan langsung dalam cerpen “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kalimat dalam tuturan langsung dalam cerpen “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap studi bahasa khususnya dalam bidang sintaksis, yaitu mengenai tuturan langsung dan pengklasifikasiannya.

  1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para ahli bahasa atau pun para ahli pengajar dalam memberikan materi pengajaran yang menyangkut tentang tuturan langsung.

  1.4.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para peneliti yang akan meneliti tentang bahasa khususnya mengenai tuturan langsung.

  1.4.4 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang tuturan-tuturan langsung yang terdapat dalam karya sastra.

1.5 Landasan Teori

  Di dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi, mendeskripsikan, menganalisis, dan mengklasifikasikan tuturan-tuturan yang sifatnya langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar tuturan langsung dalam cerita pendek tersebut dan pola struktur tuturan langsung lebih mudah dipahami.

  Data penelitian selanjutnya akan diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya.

  1.5.1 Tuturan dan Kalimat Tuturan dapat diartikan sebagai wacana yang menonjolkan serangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu (Kridalaksana, 2001: 221). Tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” merupakan serangkaian tuturan yang diucapkan oleh penutur yang dapat terjadi dalam waktu dan keadaaan tertentu.

  Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa serta diawali dengan huruf kapital (Kridalaksana, 2001: 92). Pola intonasi final atau dapat disebut juga dengan perhential final yang ditandai dengan tanda berita yang berupa tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda perintah yang ditandai dengan tanda seru (!).

  1.5.2 Jenis Tuturan Tuturan yang diucapkan oleh penutur yang ditujukan kepada mitra tuturnya haruslah jelas pengungkapannya. Menurut langsung tidaknya cara pengungkapannya, tuturan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech).

  1.5.3 Jenis kalimat Apabila dilihat dari jenis susunan polanya, jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Dalam hal ini, jenis kalimat yang akan digunakan menurut susunan polanya adalah kalimat tunggal.

  Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari dua unsur inti yaitu subjek dan predikat dan dapat diperluas oleh satu atau lebih unsur tambahan asal tidak membentuk pola baru (Falah, 1988: 137). Kalimat tunggal apabila ditinjau dari segi bentuk dan isinya dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah.

  Kalimat berita mempunyai ciri-ciri dengan pola intonasi yang disebut dengan pola intonasi berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 # ; [2] 3 // [2] 3 # apabila P- nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakang bervokal /

  ə/ seperti kata keras, cepat, kering; dan [2] 3 2 // [2] 1 # apabila P-nya berada di depan, diikuti S. Pola intonasi dalam kalimat berita bernada akhir turun dan biasanya dinyatakan dengan tanda berita (.). Ciri-ciri lain dari kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan kejadian suatu peristiwa atau pernyataan dibuat standard dengan kalimat lain, isi kalimatnya ditujukan kepada orang lain, dan isinya netral kadangkala ada bagian yang dipentingkan Kalimat tanya mempunyai ciri-ciri dengan pola intonasi [2] 3 // [2] 3 2

  #. Intonasi kalimat tanya bernada akhir naik dan ditandai dengan tanda tanya (?). Ciri-ciri lain kalimat tanya adalah adanya partikel -kah, -lah, -tah, -pun, yang berfungsi sebagai pengeras atau juga sebagai unsur kalimat yang ingin ditanyakan, dan menggunakan kata tanya, seperti berapa, siapa, mengapa, apa, bagaimana, bilamana, dan kapan.

  Kalimat perintah mempunyai pola intonasi [2] 3 # atau [2] 3 2 # apabila terdapat partikel lah pada P-nya. Pola intonasi kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!). Ciri-ciri lain kalimat perintah adalah isinya mengandung permintaan, diucapkan oleh atasan kepada bawahan, intonasinya keras, dan menggunakan kata kerja yang mengandung perintah (Falah, 1988: 146).

1.6 Metode Penelitian

  Penelitian ini meliputi tiga tahap, yakni (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii).tahap penyajian hasil analisis data.

  1.6.1 Tahap Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah tuturan. Data yang dikumpulkan berupa tuturan-tuturan yang sifatnya langsung. Data diperoleh dari sumber tertulis yang berupa karya sastra dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya menggunakan metode simak. Metode simak atau dapat disebut juga dengan metode pengamatan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati atau menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu teknik yang digunakan dengan peneliti hanya berperan sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti (Mahsun, 2006: 91).

  1.6.2 Analisis Data Berdasarkan topik yang dipilih, metode analisis yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode padan. Metode padan adalah metode analisis bahasa dengan alat penentu di luar bagian bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan yang digunakan dalam tahap ini adalah metode padan referensial dan metode padan ortografis.

  Padan referensial dilaksanakan dengan alat penentunya referen bahasa. Referen bahasa adalah segala sesuatu yang ditunjukkan bahasa, seperti tindakan, peristiwa, dan keadaan di luar bahasa. Metode padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan bahasa dalam cerita pendek "Lebih Hitam dari Hitam". Metode padan ortografis digunakan untuk menentukan bahwa satuan lingual yang berupa kalimat selalu diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik (.).

  Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini peranan pemarkah (marker) (Sudaryanto, 1993: 95). Dalam teknik ini, peneliti hanya melihat langsung pemarkahan yang bersangkutan dengan cara sintaktis.

  1.6.3 Penyajian Hasil Analisis Data Dalam penelitian ini, data hasil penelitian disajikan dengan menggunakan teknik informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145).

  1.6.4 Sumber Data Data adalah bahan penelitian. Menurut Sudaryanto (1988: 9-10), dari bahan itulah nantinya objek penelitian dapat dijabarkan dan dijelaskan, sebab di dalam bahan tersebut terdapat objek penelitian yang dimaksud atau yang akan diteliti. Sumber data adalah tempat data diambil atau diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini berupa karya sastra, yaitu cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang.

1.7 Sistematika Penyajian

  Laporan penelitian ini akan disajikan dalam tiga bab. Ketiga bab tersebut adalah: Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

  Bab II berisi pembahasan tentang tuturan langsung. Tuturan langsung dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat. Tuturan-tuturan langsung tersebut yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

  Bab III berisi kesimpulan hasil penelitian mengenai tuturan langsung dan pengklasifikasiannya dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit , serta diakhiri dengan pemaparan daftar pustaka.

BAB II JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG

  2.1. Pengantar

  Menurut langsung tidaknya cara pengungkapannya, tuturan dibagi menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech). Tuturan-tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang bila ditinjau dari kalimat yang membentuknya dapat dibagi menjadi empat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat. Tuturan-tuturan langsung tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya.

  2.2. Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Satu Kalimat

  Tuturan-tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang yang terdiri dari satu kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

2.2.1. Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita

  Tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat dalam bentuk kalimat berita yang isinya memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau sesuatu hal kepada mitra tuturnya dapat dilihat pada contoh berikut.

  (9) a. Tetapi, si kepala besar tak tampak olehku. Mantri juru rawat yang selalu kuhadiahi senyum manis, melihatku, agaknya mengerti siapa yang sedang kucari.

  b. “Dia sudah pergi, Tuan,“ katanya.

  (Simatupang, 1982: 18; 19) Dalam contoh (9b), kalimat berita dalam tuturan tersebut isinya mempunyai fungsi memberikan informasi kepada seseorang yang sedang mencari temannya. Situasi atau konteks yang menggambarkan seseorang sedang mencari temannya dapat dilihat pada (9a).

  (10) a. “Apa jawab familinya?”

  b. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu membawanya pulang.” (Simatupang, 1982: 19)

  Dalam contoh (10b), kalimat berita dalam tuturan langsung yang fungsi. Fungsi yang pertama adalah menjawab pertanyaan dari tuturan langsung yang diucapkan mitra tuturnya yang terdapat dalam tuturan (10a), dan fungsi yang kedua adalah memberikan informasi waktu dan tempat.

  (11) a. Demi dan untuk dinas! b. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.

  c. “……Anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

  (Simatupang, 1982: 23) Dalam contoh (11c), sama halnya seperti pada contoh (10b) di atas, kalimat berita dalam tuturan langsung yang diucapkan oleh mantri juru rawat kepada mitra tuturnya yang terdapat pada tuturan (11b) isinya berfungsi untuk menjawab pertanyaan dari tuturan langsung yang diucapkan mitra tuturnya dan memberikan informasi kabar bahwa temannya sudah meninggal.

  Kalimat-kalimat dalam tuturan langsung yang terdapat pada tuturan (9b), (10b), dan (11c) di atas merupakan tuturan langsung dalam bentuk kalimat berita yang isinya mengandung suatu peristiwa atau kejadian dan mempunyai fungsi memberitahukan atau menginformasikan sesuatu hal kepada orang lain atau mitra tuturnya. Kalimat berita dalam tuturan (10b) dan tuturnya, juga mempunyai fungsi untuk menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh mitra tuturnya.

2.2.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya

  Tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang isinya mempunyai fungsi untuk menanyakan atau mengandung suatu permintaan tentang suatu hal dapat dilihat dalam contoh berikut.

  (12) a. Pipiku sudah basah keduanya: dunia menghenyakkan dirinya ke dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku padanya tak terhingga………..

  b. “Mengapa saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si kepala besar.

  (Simatupang, 1982: 16) Dalam contoh (12b), kalimat tanya dalam tuturan langsung yang diucapkan oleh si kepala besar isinya mempunyai maksud menanyakan suatu hal kepada mitra tuturnya (saudara) mengapa mitra tuturnya (ia) tidak jadi marah. Pada contoh (12a), menggambarkan situasi atau konteks tentang keadaan diri teman si kepala besar, yaitu tokoh saudara yang sedang sedih dengan kedua pipinya yang basah oleh air matanya.

  (13) a. “……Anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

  b. “Meninggal?” (Simatupang, 1982: 23)

  Dalam contoh (13b), kalimat tanya dalam tuturan langsung yang diucapkan oleh seorang penutur apabila dilihat dari struktur pola intonasinya, yaitu berupa tanda tanya merupakan tuturan langsung dalam kalimat tanya. Akan tetapi, kata meninggal dalam tuturan langsung (13b) isinya lebih berfungsi untuk memastikan dari tuturan langsung dalam bentuk kalimat berita yang terdapat dalam tuturan (13a). Dalam contoh (13a), tuturan langsung dalam bentuk kalimat berita tersebut merupakan konteks yang isinya memberitahukan atau menginformasikan tentang meninggalnya anak dari kawannya.

  Dalam kalimat tanya, tuturan langsung yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tuturnya yang isinya menanyakan sesuatu hal atau yang mengandung suatu permintaan tentang sesuatu hal tidak hanya selalu memerlukan jawaban yang sifatnya mengiyakan atau menidakkan. Akan tetapi, terdapat tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban berupa penjelasan dari hal yang ditanyakan.

  Tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban berupa penjelasan ditandai oleh adanya kata tanya yang mempunyai sifat untuk menggantikan kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah apa, siapa, mengapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa.

  Berikut kata-kata tanya yang terdiri dari satu kalimat yang terdapat dalam tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang.

2.2.2.1. Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa

  Kalimat tanya yang ditandai dengan kata tanya apa yang digunakan untuk menanyakan hal atau sesuatu yang sifatnya bukan orang atau yang diorangkan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” dapat dilihat pada tuturan langsung berikut.

  (14) a. Semalam tiba-tiba ia minta agar familinya datang mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak diambil pulang hari ini juga, ia mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di rumah sakit jiwa masih banyak alasan dan alat untuk bunh diri!’ begitu dia mengancam.

  b. “Apa jawab familinya?” (Simatupang, 1982: 19) Dalam contoh (14b), Kalimat tanya dengan kata tanya apa yang digunakan oleh penutur dalam tuturan langsung tersebut isinya bukanlah menanyakan tentang orang, tetapi isinya berfungsi menanyakan hal terhadap respon yang akan dijawab atau dilakukan oleh familinya setelah mendengar berita yang terdapat pada (14a).

  (15) a. Sang mantri agaknya menangkap suasana. Nalurinya memperingatkannya agar cepat berlalu dari situ. Ia takut. Tetapi kemantrijururawatannya yang sudah sekian puluh tahun itu memberikan kepadanya kemahiran untuk menyembunyikan perasaan dan pikiran yang sebenarnya. Demi dan untuk dinas! b. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.

  (Simatupang, 1982: 23) Dalam contoh (15b), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang digunakan oleh penutur dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan hal terhadap respon yang akan dikatakan oleh mitra tuturnya setelah mendengar berita yang terdapat pada (15a).

  (16) a. ”Mendiang kawan Tuan berpesan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, agar kepada Tuan di sini diantarkan sebuah surat kabar.” b. ”Buat apa?” Aku heran memuncak.

  c. ”Buat bayar utang,” katanya. Sang mantri lalu pergi.

  (Simatupang, 1982: 24) Dalam contoh (16b), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang digunakan oleh penutur (tokoh aku) dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan hal akan fungsi dari surat kabar yang terdapat dalam tuturan langsung yang berbentuk kalimat berita yang terdapat dalam tuturan (16a). Sedangkan kalimat berita dalam tuturan (16c), merupakan jawaban atas tuturan langsung yang ada pada (16b).

  Tuturan langsung dalam (14b) dan (15b), kalimat tanya dengan kata tanya apa pada tuturan langsung tersebut dapat diletakkan di akhir kalimat dan kata kerja pada tuturan tersebut akan berubah menjadi kata kerja aktif. Perubahan itu dapat dilihat pada contoh berikut.

  (14c) “Familinya menjawab apa?” (15c) “Ia mengatakan apa?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.

  Selain digunakan untuk menanyakan hal, kalimat tanya dengan kata tanya juga dapat digunakan untuk menanyakan sebab. Hal ini dapat dilihat

  apa

  (17) a. ”…anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

  b. ”Meninggal?” Aku tak tahu apakah ucapan itu sungguh ada aku ucapkan.

  Untuk sekian kalinya bumiku kiamat.

  c. ”Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati dibutuhkan sesuatu sebab.

  (Simatupang, 1982: 23) Dalam contoh (17c), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang yang digunakan oleh tokoh aku pada tuturan langsung tersebut isinya mempunyai fungsi menanyakan sebab meninggalnya si anak kepada seorang mantri yang terdapat pada tuturan (17a). Kata tanya apa yang berfungsi menanyakan sebab pada tuturan (17c) disebabkan adanya kata karena yang terletak sebelum kata tanya apa. Dalam tuturan langsung (17c), kata tanya apa dapat diletakkan pada awal kalimat apabila diberi atau disertai partikel –kah, maka menjadi.

  (17d) “Karena apakah meninggal?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati

2.2.2.2 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mengapa

  Kalimat tanya dengan kata tanya mengapa dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang isinya berfungsi untuk menanyakan sebab.

  Misalnya: (18) a. Pipiku sudah basah keduanya: dunia menghenyakan dirinya ke dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku padanya tak terhingga…..

  b. “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si kepala besar.

  (Simatupang, 1982: 16) Dalam contoh (18b), kalimat tanya dengan kata tanya mengapa yang diucapkan penutur (kepala besar) kepada mitra tuturnya (Saudara) isinya berfungsi menanyakan sebab akan sikap mitra tuturnya yang tidak jadi marah. Pada contoh (18a), menggambarkan situasi atau konteks mitra tuturnya yang mengalami tekanan dalam dirinya dan pipinya sudah dibasahi dengan air matanya.