BENTUK-BENTUK KECEMASAN TOKOH WANITA DALAM ANTOLOGI CERPEN PEREMPUAN KEDUA KARYA EVI IDAWATI (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

  

BENTUK-BENTUK KECEMASAN TOKOH WANITA

DALAM ANTOLOGI CERPEN PEREMPUAN KEDUA

KARYA EVI IDAWATI

(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  Progran Studi Sastra Indonesia Disusun oleh

  Dwi Indah Kurniawati NIM: 014114014

  

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  PERSEMBAHAN SEPERTI HARI INI…! ATAUPUN HARI ESOK…?!

  SEGALA SESUATU ITU ADA MASANYA DAN TUHAN AKAN MENJADIKAN SEGALA SESUATU

  INDAH PADA WAKTUNYA KITA HANYA PERLU BERUSAHA DAN BERSABAR DALAM PENGHARAPAN UNTUK BISA MERASAKANNYA SKRIPSI INI AKU HATURKAN UNTUK KELUARGAKU: BAPAK FRANSISKUS SUPRIHONO, BA

  IBU FRANSISKA SRI LESTARI DAN KAKAKKU DIDIT PULUNGGONO

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 19 Maret 2008 Penulis, Dwi Indah Kurniawati

  ABSTRAK

  

BENTUK-BENTUK KECEMASAN TOKOH WANITA

DALAM ANTOLOGI CERPEN PEREMPAUN KEDUA

KARYA EVI IDAWATI

(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

  Dwi Indah Kurniawati Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2008

  Penelitian ini mengkaji bentuk-bentuk kecemasan tokoh wanita dalam antologi cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati. Objek penelitian yang akan dianalisis dalam antologi cerpen Perempuan Kedua terdiri dari dua belas cerpen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra yang digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk kecemasan yang dialami tokoh wanita dalam kehidupan pribadinya.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Langkah yang di tempuh peneliti, yaitu pertama, melakukan analisis secara struktural terhadap antologi cerpen Perempuan Kedua meliputi analisis tokoh dan penokohan.

  Kedua, melakukan analisis psikologis terhadap antologi cerpen Perempuan Kedua untuk menemukan bentuk-bentuk kecemasan tokoh wanita.

  Hasil analisis struktural dari antologi cerpen Perempuan Kedua dapat disimpulkan sebagai berikut, tokoh dan penokohan meliputi empat jenis, yaitu tokoh sentral, tokoh bawahan, tokoh protagonis, dan tokoh antagonis . Hasil analisis psikologis dari antologi cerpen Perempuan Kedua, adalah 1) Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam, terdapat dalam cerpen “Pinangan Tengah Malam”, “Beri Aku Waktu”, “Di Depan Jenazah Ayah”, “Tikungan”, dan “Bukan Salahmu, Firda”. 2) Rasa cemas yang berupa penyakit, meliputi 2.1) cemas yang umum, terdapat dalam cerpen “Perempuan Kedua”, “Disinilah Tempat Cinta”, dan “Perceraian Bawah Tangan”, 2.2) Cemas dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, terdapat dalam cerpen “Dipan Antik”, dan “Biola”, 2.3) Cemas dalam bentuk ancaman, terdapat dalam cerpen “Di Depan Jenazah Ayah”. 3) Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan, terdapat dalam cerpen “Hanya Satu Malam”, dan “Bukan Pertarungan Biasa”.

  ABSTRACT

FORMS OF DREAD OF WOMAN CHARACTER

  

IN ANTHOLOGY SHORT STORY PEREMPUAN KEDUA

BY EVI IDAWATI

(THE PSYCHOLOGICAL LITERARY STUDIES)

  Dwi Indah Kurniawati Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2008

  This research study the form of dread of woman character in anthology short story Perempuan Kedua by Evi Idawati. Research object which will be analysis in anthology short story Perempuan Kedua consisted of twelve short story. Approach used in the research is approach of psychology literature is used to analyse the natural dread forms of woman character in its person life.

  Method used in the research is descriptive method. Step which is going through researcher, that is first, doing analysis structurally to anthology short story

  

Perempuan Kedua, covering analysis of the characters, and the characterization.

  Secondly, doing psychology analysis to anthology short story Perempuan Kedua to find the forms of dread of woman character.

  Result of structural analysis from anthology short story Perempuan Kedua inferential as follows, the character and the characterization cover four type, that is central character, subordinate character, protagonist character, and antagonist character. Result of psychology analysis of anthology short story Perempuan Kedua, is 1) Worriing arising out of effect of seeing and knowing there danger menacing, there are in short story " Pinangan Tengah Malam", " Beri Aku Waktu", "Di Depan Jenazah Ayah", “Tikungan”, and "Bukan Salahmu, Firda”. 2) Worry which is in the form of disease, covering 2.1) worriing public, there are in short story "Perempuan Kedua", " Disinilah Tempat Cinta", and " Perceraian Bawah Tangan", 2.2) Worriing in the form of in fear of certain things or object, there are in short story " Dipan Antik", and "Biola", 2.3) Worriing in the form of threat, there are in short story "Di Depan Jenazah Ayah. 3) Worry because feel guiltying or making a mistake, because doing adversative things with the confidence, there are in short story "Hanya Satu Malam", and " Bukan Pertarungan Biasa".

KATA PENGANTAR

  Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Bentuk-Bentuk Kecemasan Tokoh Wanita dalam Cerpen

  

Perempuan Kedua Karya Evi Idawati (Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi ini ditulis

  untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana S1 pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum. selaku dosen pembimbing I dan Ketua Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini.

  2. Ibu Peni Adji, S. S, M. Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.

  Hum., Peni Adji, S. S, M. Hum., Dr. Praptomo Brayadi, M. Hum., Drs. Hery Antono, M. Hum., Drs. P. Ari Sugayo, M. Hum., DrsYoseph Yapi Taum, M.

  Hum., Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M. Hum., Drs. FX. Santosa, M. Hum., dan Prof. Dr. Alex Sudewa yang telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  4. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memberi pinjaman buku-buku referensi kepada penulis.

  5. Bapakku Fransiskus Suprihono, BA dan Ibuku Fransiska Sri Lestari yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada penulis.

  6. Kakakku Didit Pulunggono yang selalu memberikan dukungan dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Keluarga Minomartani, Tante Har dan Om Karyadi, adik-adikku Iwan, Indra, Oki, dan Tiok terima kasih atas kebersamaan selama penulis menyelesaikan masa studi.

  8. Spesial buat Nofa Tri Handaka. Thanks untuk tetap setia dan sabar memberi perhatian kepada penulis selama menyelesaikan masa studi.

  9. Mbak Era. Thanks untuk kebersamaan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  10. Sahabat-sahabatku, Yuni yang telah baik dan setia memberi support kepada penulis, Eni, Empit, dan Dwik yang selalu memberi semangat kepada penulis.

  11. Teman-temanku Thomas, Amri the genk, Luki, Adibu, kak Lief, kak Toni, kak Melfit, kak Sally. Terima kasih untuk doa, kebersamaan dan dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  12. Teman-teman Sastra Indonesia 2001, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.

  13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 19 Maret 2008 Penulis Dwi Indah Kurniawati

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………………….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………….. v

ABSTRAK ………………………………………………………………. vi

ABSTRACT

  ……………………………………………………………… vii

  

KATA PENGANTAR …………………………………………………... viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………... 1

  1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….... 4

  1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………….... 4

  1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………... 4

  1.5 Tinjauan Pustaka …………………………………………………….. 5

  1.6 Landasan Teori ………………………………………………………. 6

  1.6.1 Tokoh dan Penokohan …………………………………………. 7

  1.6.2 Teori Psikologi………………………………………………..... 8

  1.6.3 Kecemasan……………………………………………………... 9

  1.7 Metodelogi Penelitian………………………………………………... 10

  1.7.1 Pendekatan…………………………………………………….. 10

  1.7.2 Metode Penelitian……………………………………………… 10

  1.7.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 13

  1.8 Sumber Data………………………………………………………… 11

  1.9 Objek Penelitian…………………………………………………….. 11

  1.10 Sistematika Penyajian……………………………………………… 12

  

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM

ANTOLOGI CERPEN PEREMPUAN KEDUA

  2.1 Tokoh dan Penokohan ……….……………………………………… 13

  2.1.1 Cerpen “Pinangan Tengah Malam”…………………………. 13

  2.1.1.1 Tokoh Nora ………………………………………….. 13

  2.1.1.2 Tokoh Anton ………………………………………… 15

  2.1.1.3 Tokoh Pasha …………………………………………. 16

  2.1.2 Cerpen “Beri Aku Waktu”…………………………………... 17

  2.1.2.1 Tokoh Umi …………………………………………... 17

  2.1.2.2 Tokoh Usman ………………………………………... 19

  2.1.2.3 Tokoh Rida …………………………………………... 20

  2.1.3 Cerpen “Dipan Antik”……………………………………….. 21

  2.1.3.1 Tokoh Istri …………………………………………… 21

  2.1.3.2 Tokoh Suami ………………………………………… 23

  2.1.4 Cerpen “Hanya Satu Malam”………………………………... 23

  2.1.4.1 Tokoh Aku …………………………………………… 23

  2.1.5 Cerpen “Di Depan Jenazah Ayah”…………………………… 26

  2.1.5.1 Tokoh Aku …………………………………………… 26

  2.1.5.2 Tokoh Ayah ………………………………………….. 29

  2.1.5.3 Tokoh Ibu ……………………………………………. 29

  2.1.6 Cerpen “ Tikungan”…………………………………………. 30

  2.1.6.1 Tokoh Aku …………………………………………... 30

  2.1.6.2 Tokoh Pembantu …………………………………….. 32

  2.1.7 Cerpen “Bukan Salahmu, Firda”…………………………….. 33

  2.1.7.1 Tokoh Firda ………………………………………….. 33

  2.1.7.2 Tokoh Ibu ……………………………………………. 34

  2.1.7.3 Tokoh Desi …………………………………………... 35

  2.1.7.4 Tokoh Akmal ………………………………………... 35

  2.1.8 Cerpen “Perempuan Kedua”………………………………… 36

  2.1.8.1 Tokoh Roe …………………………………………… 36

  2.1.8.2 Tokoh Faisal …………………………………………. 38

  2.1.8.3 Tokoh Joan …………………………………………... 39

  2.1.9 Cerpen “Di Sinilah Tempat Cinta”………………………….. 40

  2.1.9.1 Tokoh Aku …………………………………………... 40

  2.1.9.2 Tokoh Nin …………………………………………… 42

  2.1.10 Cerpen “Biola”………………………………………………. 43

  2.1.10.1 Tokoh Aku …………………………………………. 43

  2.1.10.2 Tokoh Ibu …………………………………………... 44 2.1. 10.3 Tokoh Ve …………………………………………... 46

  2.1.11 Cerpen “Bukan Pertarungan Biasa”…………………………. 46

  2.1.11.1 Tokoh Aku ………………………………………….. 46

  2.1.11.2 Tokoh Suami ………………………………………... 48

  2.1.11.3 Tokoh Nadia ………………………………………… 49

  2.1.12 Cerpen “Perceraian Bawah Tangan”………………………… 50

  2.1.12.1 Tokoh Laksita ………………………………………. 50

  2.1.12.2 Tokoh Suami ………………………………………... 51

  2.1.12.3 Tokoh Mia ………………………………………….. 51

  BAB III ANALISIS BENTUK-BENTUK KECEMASAN TOKOH WANITA DALAM ANTOLOGI CERPEN PEREMPUAN KEDUA

  3.1 Rasa Cemas yang Timbul Akibat Melihat dan Mengetahui ada Bahaya yang Mengancam Dirinya…………………………………… 58

  3.1.1 “Pinangan Tengah Malam”……………………………………... 58 3.1.2 “Beri Aku Waktu”………………………………………………. 59 3.1.3 “Di Depan Jenazah Ayah”……………………............................. 59 3.1.4 “Tikungan”………………………………………………………. 60 3.1.5 “Bukan Salahmu, Firda”……………………………………........ 61

  3.2 Rasa Cemas yang Berupa Penyakit…………………………………... 61

  3.2.1 Cemas yang Umam……………………………………................ 61 3.2.1.1 “Perempuan Kedua”…………………………………….. 62 3.2.1.2 “Di Sinilah Tempat Cinta”……………………………… 63

  3.2.1.3 “Perceraian Bawah Tangan”............................................. 63

  3.2.2 Cemas dalam Bentuk Takut akan Benda-Benda………………... 64 3.2.2.1 “Dipan Antik”…………………………………………... 64 3.2.2.2 “Biola”………………………………………………….. 65

  3.2.3 Cemas dalam Bentuk Ancaman………………………………… 66 3.2.3.1 “Di Depan Jenazah Ayah”…………………………….... 66

  3.3 Cemas karena Merasa Berdosa atau Bersalah karena Melakukan Hal-Hal yang Berlawanan dengan Keyakinan atau Hati Nurani……… 66

  3.3.1 “Hanya Satu Malam”…………………………………………… 67 3.3.2 “Bukan Pertarungan Biasa”…………………………………….. 68

  BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 72

  4.2 Saran…………………………………………………………………... 72

  

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 74

LAMPIRAN SINOPSIS…………………………………………………. 75

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud “pikiran” adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Karya sastra merupakan suatu ungkapan perasaan, isi hati, dan pikiran pengarang, apa yang dilihat, dirasakan, bahkan dialaminya. Penciptaan sebuah karya sastra sangat dipengaruhi oleh lingkungam sekitar. Karya sastra merupakan ekspresi atau pandangan kebudayaan. Kehadiran sebuah karya sastra pada saat tertentu dapat menampilkan kembali sesuatu yang terjadi yang dialami oleh pengarangnya. Sebuah karya sastra pada dasarnya merupakan suatu reaksi terhadap suatu keadaan yang dialami oleh pengarangnya. Dari pengalaman itu, pengarang menulis karyanya untuk mengemukakan obsesi dan permasalahan hidupnya. Obsesi tersebut dapat berupa cita-cita dan cinta yang kemudian tertuang dalam karya sastra (Sumardjo, 1986: 2).

  Sumardjo (1984: 65) menegaskan bahwa sebuah karya sastra merupakan hasil pengamatan sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya. Penciptaan serbuah karya sastra dipengaruhi oleh latar belakang pengarangnya, lingkungan sastra, dan kepribadian pengarangnya itu sendiri. Bahkan, sebuah karya sastra dapat mengandung kisah kehidupan seseorang sewaktu ia mengalami krisis dalam jiwanya. Krisis tersebut muncul ketika seseorang mengalami suatu peristiwa dan peristiwa itu kemudian menimbulkan kesan yang kuat di dalam jiwanya. Dengan kata lain karya sastra mempunyai kaitan yang erat dengan pengalaman jiwa pengarangnya. Sebab sebuah karya sastra merupakan seleksi dari kehidupan dan merupakan refleksi terhadap kehidupan itu sendiri yang direncanakan dengan tujuan tertentu. Wellek dan Warren via Budianto (1990: 109) menyatakan bahwa sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia.

  Evi Idawati adalah seorang penulis perempuan Indonesia. Dia banyak menyalurkan ide dan gagasannya melalui puisi, cerpen, esai, dan novel. Evi dikenal sebagai penyair yang produktif dengan karya-karya elegan yang sering dipublikasikan di media massa. Sebagai penulis, Evi Idawati sering mengangkat tema-tema perempuan dalam tulisannya. Problematika kehidupan perempuan dalam rumah tangga, relasi sosial, dunia kerja, dan sebagai personal di tulis Evi dengan bahasa yang datar dan sederhana, bahkan tidak terasa emosional meski sedang menggugat sekalipun. Kebangkitan penulis perempuan dengan karya-karyanya telah memberi warna baru dalam dunia sastra di Indonesia. Selain itu, sastra bisa menjadi media bagi perempuan untuk memperjuangkan “keberadaan”nya dalam budaya yang seringkali tidak memihak dan mengakui perempuan.

  Karya sastra yang menyajikan kehidupan berdasarkan kenyataan sosial dipaparkan Evi Idawati dalam bentuk antologi cerpen Perempuan Kedua. Antologi cerpen Perempuan Kedua merupakan antologi cerpen tunggalnya yang ketiga setelah “Mahar” (Gitanagari 2003) dan “Malam Perkawinan” (Grasindo 2005). Cerpen

  

Perempuan Kedua diceritakan Evi sebagai realita kehidupan dengan menghadirkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan.

  Permasalahan-permasalahan yang dihadirkan dalam karya sastra berbentuk cerpen ini tidak lepas dari kehidupan pribadi perempuan. Berbagai problematika perkawinan, kehidupan privasi perempuan (baik sebagai ibu atau calon ibu, istri, maupun anggota masyarakat), bahkan hubungan pribadi dengan Tuhan, tidak jarang menjadi butiran-butiran konflik batin yang dapat menimbulkan suatu kecemasan dalam kehidupan pribadi perempuan. Persoalan cinta yang muncul di antara hak dan kewajiban individu seorang perempuan terkadang membuat perempuan mengalami suatu tekanan batin yang sulit untuk dihilangkan. Permasalahan tersebut yang coba dijabarkan dalam antologi cerpen Perempuan Kedua, yang nantinya akan dianalisis dalam penelitian ini.

  Antologi cerpen Perempuan Kedua sendiri memuat tiga belas cerpen yang terdiri dari dua belas cerpen berisi permasalahan seputar kehidupan perempuan dan satu cerpen yang tidak membahas permasalahan perempuan. Dalam penelitian ini penulis hanya akan menganalisis dua belas cerpen yang memunculkan permasalahan berupa kecemasan yang dialami tokoh wanita yang terdapat dalam antologi cerpen

  

Perempuan Kedua. Persoalan yang muncul dalam dua belas cerpen tersebut

memunculkan adanya suatu kecemasan batin dalam diri perempuan.

  Adanya masalah yang muncul dalam dua belas cerpen, maka penulis berminat untuk meneliti antologi cerpen Perempuan Kedua ini dengan sudut pandang psikologi sastra. Selain itu, penulis juga tertarik dengan antologi cerpen ini karena hampir seluruh isi cerita dari tiap-tiap cerpen mengangkat perempuan sebagai pemeran utama dalam cerita. Kandungan isi cerita pun sangat ringan, tetapi dapat memunculkan suatu konflik yang memicu timbulnya kecemasan pada tokoh wanita.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:

  1.2.1 Bagaimana tokoh dan penokohan yang ada dalam antologi cerpen Perempuan

  Kedua karya Evi Idawati?

  1.2.2 Bagaimana bentuk-bentuk kecemasan yang dialami tokoh wanita dalam antologi cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah:

  

1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang ada dalam antologi cerpen

Perempuan Kedua karya Evi Idawati.

  

1.3.2 Mendeskripsikan bentuk-bentuk kecemasan yang dialami tokoh wanita dalam

antologi cerpen Perempuan kedua karya Evi Idawati.

1.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan manfaat dari penelitian ini, adalah:

  

1.4.1 Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian dalam memahami

  cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati dengan mengetengahkan sebuah problematika perempuan berupa kecemasan.

  

1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian perempuan melalui media seni sastra.

1.4.3 Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya tinjauan sastra dari sudut psikologi.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Kastari (2006) menyatakan bahwa buku antologi cerpen Perempuan Kedua merupakan puncak gugatan persoalan perempuan. Perempuan Kedua bukan bermaksud melakukan eksploitasi hal-hal yang tidak wajar tentang perempuan dalam pandangan kita, seperti memandang lembaga perkawinan, perempuan, sikap kesetaraan, keluarga, tetapi lebih bersikap gugatan dari seorang penulis untuk memposisikan diri di atas wacana sebagai eksistensi sebagai sesama manusia. Karya ini sebagai bentuk empati dan keberpihakan kemanusiaan terhadap perempuan .

  Secara spesifik Kastari (2006) menjelaskan bahwa cerpen-cerpen karya Evi Idawati yang terhimpun dalam antologi cerpen Perempuan Kedua bercerita tentang impian dan kenyataan dunia perkawinan. Meliputi masalah personal perempuan, baik sebagai ibu, istri dan anggota masyarakat, bahkan yang menyangkut soal hubungan suami istri, hubungan dengan Tuhan yang bisa di lihat dari sisi negatif dan positifnya. Hal ini bukan bermaksud mengeksploitasi perempuan yang tidak wajar sekalipun, tetapi untuk memperkaya keberagaman cara pandang manusia terhadap sebuah perkawinan.

  Dari tinjauan di atas, sejauh sepengetahuan penulis saat melakukan penelitian ini belum ada tulisan yang menganalisis mengenai cerpen Perempuan Kedua dalam bentuk penelitian maupun karya ilmiah lainnya. Berdasarkan hasil interpretasi data yang penulis lakukan maka akan dianalisis cerpen Perempuan Kedua ini melalui analisis unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan serta latar, dan akan dianalisis bentuk-bentuk kecemasan tokoh wanita yang ditinjau dari sudut psikologi sastra.

1.6 Landasan Teori Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian bermakna.

  Struktur karya sastra menyarankan pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh. Untuk memudahkan pemahaman terhadap sebuah karya sastra misalnya cerpen, dapat dilakukan dengan memaparkan struktur cerpen tersebut. Tujuan pemaparan adalah mengetahui fungsi dan keterikatan antara berbagai unsur karya sastra secara bersama menghadirkan keseluruhannya (Nurgiyantoro, 1998: 36-37).

  Dalam karya sastra ada dua segi yang dapat dijadikan wahana untuk di analisis yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Analisis intrinsik mencakup hal- hal ruang dalam sastra yaitu tokoh dan penokohan, latar, alur, dan tema. Analisis ekstrinsik mencakup hal-hal di luar sastra seperti tinjauan sosiologi, psikologi, pemikiran, dan seterusnya (Wellek dan Warren, 1995: 77). Analisis struktural ini bertujuan untuk memaparkan secara cermat semua anasir atau unsur karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna secara menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).

  Untuk dapat mencapai tujuan penelitian ini maka terlebih dahulu dianalisis unsur intrinsik yang dikhususkan pada tokoh dan penokohan serta latar dengan alasan unsurtokoh dan penokohan tersebut sangat mendukung dalam memunculkan karakter tokoh-tokohnya guna mengungkapkan permasalahan mengenai kecemasan yang terdapat dalam antologi cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati yang akan dianalisis penulis. Selanjutnya akan dianalisis mengenai bentuk-bentuk kecemasan yang dialami tokoh perempuan dengan menggunakan sudut pandang psikologi sastra.

  Berikut ini dipaparkan mengenai unsur intrinsik karya sastra yaitu tokoh dan penokohan, teori psikologi, dan pengertian kecemasan yang akan dijadikan landasan teori dalam penelitian ini.

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

  Sama halnya dengan unsur plot dan pemplotan, tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh dipandang sebagai tulang punggung cerita, tetapi siapa yang melakukan “sesuatu” yang dalam plot disebut peristiwa adalah tokoh dan penokohan (Nurgiyantoro, 1998: 164). Suatu karya naratif boleh saja memiliki peristiwa menarik yang penuh konflik dan cerita yang dasyat, tetapi cerita tersebut tidak ada artinya jika tokoh dan penokohan tidak ada.

1.6.1.1 Tokoh

  Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berperan dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1998: 16). Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh utama yang mempunyai peranan penting dan menjadi pusat sorotan dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang kehadirannya atau pemunculannya di dalam cerita sedikit, namun kehadirannya akan sangat mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan dekat dengan tokoh utama dan sering dimanfaatkan pengarang untuk memberi gambaran lebih terperinci tentang tokoh utama mengenai pikiran dan perasaannya (Sudjiman, 1988: 18-20).

  Tokoh protagonis dan antagonis, tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik dan ketegangan (Nurgiyantoro, 1998: 178).

1.6.1.2 Penokohan

  Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Citra tokoh dapat ditangkap melalui tindakan, ujaran, pikiran, penampilan fisik, dan apa yang dikatakan atau dipikirkan tokoh tentang dirinya. Bentuk penokohan yang paling sederhana adalah melalui pemberian nama. Setiap “sebutan” merupakan sejenis cara memberi kepribadian dan menghidupkan (Sudjiman, 1988: 24).

1.6.2 Teori Psikologi

  Psikologi tidak mempelajari jiwa, melainkan gejala-gejala kejiwaan. Gejala kejiwaan secara umum disebut tingkah laku. Dengan demikian, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme, terutama tingkah laku manusia. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku dalam arti yang luas mencakup perbuatan dan penghayatan (Rumini dkk, 1995: 1).

  Perbuatan adalah tingkah laku yang dapat diamati secara langsung, terutama berupa gerakan atau perbuatan. Sedangkan penghayatan adalah tingkah laku yang berupa gerakan atau perbuatan. Sedangkan penghayatan adalah tingkah laku yang tidak dapat secara langsung diamati, seperti perasaan, pikiran, motivasi, reaksi berbagai kelenjar dan lain sebagainya. Salah satu contoh tingkah laku penghayatan adalah kecemasan (Rumini dkk, 1995: 1).

1.6.3 Pengertian Kecemasan

  Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. (Daradjat, 1985: 27).

  Frustasi atau tekanan perasan adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya.

  Konflik atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama (Daradjat, 1985: 24-26).

  Bentuk-bentuk kecemasan meliputi: 1) rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya; 2) rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk, antara lain (a) cemas yang umum, (b) cemas dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, (c) cemas dalam bentuk ancaman; 3) cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani (Daradjat, 1985: 27-28).

1.7 Metodelogi Penelitian

  1.7.1 Pendekatan

  Pendekatan psikologi sastra merupakan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan psikologi sastra artinya pendekatan dari sudut psikologi dan sudut sastra. Pendekatan psikologi sastra merupakan penelaahan sastra yang menekankan pada segi psikologi yang terdapat dalam suatu karya sastra, karena psikologi mempelajari proses-proses kejiwaan maka psikologi dapat diikutsertakan dalam studi sastra. Hal ini disebabkan jiwa manusia merupakan ilmu pengetahuan dan kesenian (Sukada, 1987: 105).

  Hartoko dan Rahmanto (1985: 126) mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks sastra itu sendiri. Pengetahuan tentang psikologi mendorong kita untuk menyadari bahwa sebuah karya sastra yang baik sekurang-kurangnya mempunyai dua jenis makna, yaitu jelas dan terselubung.

  1.7.2 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan metode deskriptif ini adalah membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985: 63). Dengan metode deskriptif ini peneliti membuat deskripsi dengan mencatat kemudian menganalisis dan menginterpretasikan data yang diteliti yaitu data yang berhubungan dengan unsur intrinsik karya sastra dan data analisis bentuk kecemasan yang dialami tokoh wanita dari sudut pandang psikologi sastra. Hasil analisis dan interpretasi tersebut akan dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalan penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Pelaksanaan teknik ini yaitu menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan objek penelitian yakni mengenai tokoh dan penokohan, latar, dan bentuk- bentuk kecemasan yang dialami tokoh wanita dalam cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati.

  1.8 Sumber Data

  Judul buku : Perempuan Kedua Pengarang : Evi Idawati Penerbit : P Idea Yogyakarta (Kelompok Pilar Media) Tahun terbit : 2005 (Cetakan Pertama) Halaman : 180 halaman

  1.9 Objek Penelitian

  Dalam penelitian ini, populasi penelitian yang digunakan adalah karya sastra berupa antologi cerpen yang berjudul Perempuan Kedua karya Evi Idawati. Antologi cerpen Perempuan Kedua ini terdiri dari tiga belas cerpen dan hanya satu cerpen yang tidak akan dianalisis karena tidak memunculkan problematika perempuan, cerpen tersebut berjudul “Lelaki Yang Menggantungkan Tasbih Di Lehernya”. Dua belas cerpen memunculkan problematika perempuan yang berakibat pada munculnya kecemasan dalam diri perempuan.

  Berikut ini adalah dua belas cerpen yang akan di analisis dalam penelitian ini: 1)“Pinangan Tengah Malam”, 2)“Beri Aku Waktu”, 3)“Dipan Antik”, 4)“Hanya Satu Malam”, 5)“Di Depan Jenazah Ayah”, 6)”Tikungan”, 7)”Bukan Salahmu, Frida”, 8)”Perempuan Kedua”, 9)”Di Sinilah Tempat Cinta”, 10)”Biola”, 11)”Bukan Pertarungan Biasa”, 12)”Perceraian Bawah Tangan”.

1.10 Sistematika Penyajian

  Bab I adalah pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, sumber data, objek penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II adalah analisis unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan dalam antologi cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati. Bab III adalah pembahasan mengenai bentuk-bentuk kecemasan yang dialami tokoh wanita dalam antologi cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati.

  Bab IV adalah bagian penutup yang berupa kesimpualan dan saran.

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN ANTOLOGI CERPEN PEREMPUAN KEDUA

2.1 Tokoh dan Penokohan

  Di dalam sebuah karya sastra, tokoh merupakan pelaku cerita. Setiap tokoh mempunyai ciri perwatakan yang bermacam-macam. Tokoh yang ada dalam cerita dan ciri-ciri perwatakannya dapat diketahui melalui sebuah analisis. Di bawah ini akan di analisis tokoh-tokoh yang ada dalam antologi cerpen Perempuan Kedua.

  2.1.1 “Pinangan Tengah Malam”

2.1.1.1 Tokoh Nora

  Tokoh sentral dalam cerpen “Pinangan Tengah Malam” adalah Nora. Tokoh Nora disebut tokoh sentral karena mempunyai peranan yang penting dalam menghadirkan suatu permasalahan dalam cerita atau lebih tepat menjadi pusat perhatian dalam isi cerita.

  Nora digambarkan sebagai sesosok wanita yang memiliki kehidupan pribadi yang kurang menyenangkan, yaitu persoalan cinta yang mengalami kegagalan dan kekecewaan. Kehidupan perkawinan yang telah gagal sebelumnya telah membuat Nora harus merasakan sakit dan luka hati. Bahkan, hubungan tanpa ikatan resmi dengan Anton telah membuat Nora merasa kecewa dan putus asa. Penantian cinta Nora pada Anton hanya menambah beban batin dalam benak Nora, karena Anton telah beristri dan tidak mungkin menceraikan istrinya. Gambaran tokoh Nora tersebut dapat di lihat dalam kutipan berikut:

  

(1) Mata Nora mengambang. Kenapa dia harus berada dalam situasi seperti ini. Pencarian cinta yang dilakukannya hanya menimbulkan luka dan sakit hati. Tak ada yang mencintainya…. Dia merasa terluka. Sampai kapan dia harus merasakan kesakitan yang sama untuk menemukan cinta yang dicarinya. (hlm.18)

  Tokoh Nora juga digambarkan sebagai wanita yang pantang menyerah dan kuat dalam menghadapi masalah yang muncul dalam kehidupan pribadinya. Hal tersebut dapat di lihat ketika Nora ditanya oleh temannya yang bernama Angel, soal perasaannya.

  

(2) “Aku belajar dari hidupku. Kebahagiaan tidak datang sendiri pada kita.

  Kita harus berjuang mendapatkan dan mempertahankannya,” kata Nora pada Angel, temannya. (hlm.9)

(3) “Aku tidak ingin mengulang kesakitan yang sama. Aku berbahagia

dengan apa yang aku miliki saat ini, biarkanlah aku menikmati semuanya lebih dulu. Jika aku menginginkan hal itu, aku pasti akan mendapatkannya,” kata Nora dengan sangat yakin. (hlm.9)

  Di samping mempunyai sikap pantang menyerah dan kuat, tokoh Nora digambarkan sebagai sosok wanita yang mampu berpikir secara logis, akan tetapi kehidupan cinta yang begitu mengecewakan membuat kacau pikirannya. Tampak dalam kalimat berikut:

  

(4) Selama ini, jika ada hal baru yang datang pada dirinya, Nora tidak