BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 17 - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI

No. 17

LAPORAN
EKSKAVASI

GUNUNG PIRING

[ LOMROK SELATAN 1

JAKARTA

1978

LAPORAN
EKSKAVASI G U N U N G P I R I N G
(LOMBOK

SELATAN)


NO. 17

Penyusun Laporan :
Drs. Goenadi Nitihaminoto
H a r r y T r u m a n Simandjuntak
Suwarno
Drs. T i m b u l Harjono
Budijanto

Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala
Departemen P & K

Copyright
Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional
1978

D A F T A R

Halaman
L


II.

PENDAHULUAN

1

A.

TUJUAN PENELITIAN

1

B.

DESKRIPSI SITUS

1

C.


TEAM EKSKAVASI

2

SEDIKIT TENTANG
A.

III.

Dew an Redaksi :

Satyawati
Rumbi
R. P.

Suleiman

Mulia
Soe/ono


Soejatmi
Hasan M.

Safari
Ambary

ketua
wakil

I S I

GEOLOGI GUNUNG PIRING

GEO-MORFOLOGI

2
3

B.


LITOLOGI

3

C.

HIDROLOGI

3

TAHAPAN

KERJA

3

A.

PERSIAPAN


3

B.

EKSKAV ASI .

4

C.

SURVAI

D.

PENGOLAHAN

9
DATA


10

ketua

anggota
anggota

IV.

DESKRIPSI D A N PEMBAHASAN

V.

STRATIGRAFI

17

A.

SEKTOR I


17

B.

SEKTOR

18

anggota

VI.

II

KESIMPULAN SEMENTARA

11

18


VII. SUMMARY

20

VIII. LAMPIRAN

21

A.

Percetakan Offset P . T . " R O R A K A R Y A " - Jakarta.

TEMUAN

EXCURSUS
GAMBAR D A N FOTO

21


B.

DAFTAR

C.

GAMBAR

24

23

D.

FOTO-FOTO

53

L
A.


PENDAHULUAN.
TUJUAN PENELITIAN.

E k s k a v a s i G u n u n g Piring 1 9 7 6 , diselenggarakan untuk mendapatkan data-data arkeologis
dan geologis, baik kwantitatip maupun k w a l i t a t i p ,
u n t u k dapat mengungkapkan aspek kehidupan
di masa lampau di situs G u n u n g Piring. Penelitian
y a n g dilaksanakan dari tanggal 5 Nopember sampai
dengan 6 Desember 1 9 7 6 , merupakan penelitian
tingkat observasi, yang akan menjangkau penelitian
permukaan tanah untuk mendapatkan indikator
arkeologis dan geologis, serta ekskavasi bertujuan
u n t u k mendapatkan data tentang jenis temuan,
dan penghuni yang berhubungan dengan temuan
tersebut. D a r i hasil pengamatan dan data arkeologis
yang dapat d i k u m p u l k a n , diharapkan agar data
tersebut dapat juga mengungkapkan sifat situs
G u n u n g Piring.
Informasi pertama tentang situs G u n u n g
Piring i n i , berasal dari hasil peninjauan team
Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional
( K a n t o r Cabang I I G i a n y a r ) tahun 1 9 7 1 , yang
dipimpin oleh D r s . M . M . Sukarto Kartoatmodjo.
Dalam peninjauan tersebut berhasil ditemukan
kereweng
polos dan
berhias. Penelitian i n i
diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober 1 9 7 1 ,
dan dari data yang berhasil d i k u m p u l k a n , ditentuk a n bahwa perlu penelitian lebih lanjut terhadap
situs i n i . K e m u d i a n pada tahun 1 9 7 3 D r s . M.M.
Soekarto dan D r s . I Made Sutaba m e l a k u k a n
ekskavasi percobaan d i situs i n i dan menemukan
sejumlah kereweng polos dan berhias, pedupaan,
2 buah periuk (Gambar no. 2 9 ) dan fragmen
besi.
B.

DESKRIPSI

SITUS.

Situs Gunung Piring merupakan situs yang
menempati daerah puncak bukit gunung Piring.
B u k i t i n i terletak d i pantai selatan kabupaten
L o m b o k Tengah atau kira-kira 1,5 k m di sebelah
utara pantai, dan juga 45 k m di sebelah tenggara
k o t a Mataram. U n t u k mencapai situs i n i , harus
terlebih dahulu mencapai K u t a , yang terletak
± 50 k m di sebelah selatan Mataram. Tempattempat yang dilalui dalam perjalanan tersebut,
adalah : Mataram — P r a y a — Grantung — Ledang
— K a w o — Sengkol — R u m b i dan kemudian K u t a .

D a r i K u t a perjalanan dilanjutkan ke arah timur
sejauh ± 10 k m sampai tiba di G r u p u k . Jalan dari
Mataram ke K u t a dapat dicapai dengan kendaraan
u m u m , tetapi kondisi jalan dari K u t a ke G r u p u k
tidak dapat dilalui kendaraan u m u m , antara lain
karena belum diaspal. Situs gunung Piring, masih
harus ditempuh dari G r u p u k dengan menyeberang
teluk ± 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan
jalan k a k i ke arah timur laut sejauh ± 3 k m .
(Gambar ho. 1 ) .
Situs yang digali terletak d i atas bukit dengan
ketinggian ± 100 meter di atas permukaan laut
dan w a k t u musim kemarau tanah di situs ini sangat
kering, sehingga tidak dapat ditanami bahan
makanan p o k o k . T a n a h di situs i n i terdiri dari
hasil pelapukan tufa gampingan dengan ketebalan
tanahnya rata-rata 0,50 meter. Litologi i n i berasal
dari kegiatan v u l k a n i k yang kemudian diendapkan
oleh laut. B u k i t gunung Piring, bukan satu-satunya
bukit dan d i sekitarnya masih terdapat bukit-bukit
lain yang membentuk gugusan (Gambar no. 2 ) .
D i sebelah selatan, barat dan timur pada radius
± 2 k m dari b u k i t i n i , terletak samudra Indonesia.
D i sebelah barat gunung Piring terdapat b u k i t
K u a n g L a n d u k , di sebelah selatan terdapat b u k i t
D u n d u n , d i sebelah utara bukit K e l e k u h dan d i
sebelah t i m u r b u k i t Randang. B u k i t " g u n u n g "
(istilah
setempat)
Piring i n i membujur arah
barat-laut — tenggara dengan panjang ± 650 m.
Situs yang digali ditentukan di bagian tengah
gunung Piring, yang merupakan bagian tertinggi
d i areal i n i . D i permukaan b u k i t i n i , air sukar
diperoleh, karena u n t u k mendapatkannya harus
mencapai lapisan tufa yang sangat tebal. K a r e n a
i t u , penduduk bermukim di k a k i - k a k i bukit i n i ,
diperoleh.
yang a i r n y a relatif lebih mudah
Sumber air terdapat pada lapisan tanah alluvial
y a n g merupakan pelapukan dari t u f a tersebut.
Sedangkan d i dataran rendah, air dapat diperoleh
pada kedalaman ± 2 m dan rasa airnya agak asin,
karena air tersebut berasal dari perkolasi (air
serapan). Berarti berasal dari persediaan air d i
sekitarnya yang dipengaruhi oleh intrusi air laut.
Permukaan bukit ditumbuhi perdu yang sangat lebat, sehingga pada w a k t u menentukan
tata-letak
(lay-out)
dan pemasangan
patok,
terlebih dahulu d i l a k u k a n pembabatan pohonpohon di sekitarnya.
1

C.

TEAM

EKSKAVASI.

E k s k a v a s i gunung Piring 1 9 7 6 , dilaksanakan
atas kerjasama antara Pusat Penelitian Purbakala
dan
Peninggalan
Nasional
Jakarta;
Proyek
Penelitian dan Penggalian Nasional J a k a r t a ; Proyek
Penelitian dan Penggalian Purbakala Y o g y a k a r t a ,
Balai Arkeologi B a l i dan instansi vertikal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di daerah.
Program y a n g pembiayaannya dibebankan pada
1 9 7 6 / 1 9 7 7 , juga mengikut
anggaran P E L I T A
sertakan tenaga-tenaga dari Universitas Gadjah
Mada dan Universitas U d a y a n a .
Susunan
adalah :

team

ekskavasi

gunung

Piring,

1.

D r s . Goenadi
Nitihaminoto



Proyek Penelitian dan
Penggalian
Purbakala,
Y o g y a k a r t a , ketua team.

2.

Harry Truman
Simandjuntak



Pus. P 3 N , J a k a r t a .

3.
4.
5.

Sadjiman
Suwarno
Drs. Timbul
Harjono





Pus. P 3 N , J a k a r t a .
P4, Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada, Y o g y a k a r t a .

6.

Budijanto



Universitas Gadjah Mada, Y o g y a k a r t a .

7.

Purusa Mahawira
A y u Kusumawati
CithaJuliati



Balai

8.
9.
10.

I Made S w a s t i k a

11.

Nyoman Kaler

12.

A n a k Agung
Gde O k a A s t a w a

Arkeologi

Universitas
D e n Pasar.
Universitas
D e n Pasar.
Universitas
D e n Pasar.
Universitas
D e n Pasar.
Universitas
D e n Pasar.

Bali.

Udayana,
Udayana,
Udayana,
Udayana,
Udayana,

T e a m Ekskavasi Gunung Piring juga telah
mendapat bantuan dan partisipasi y a n g tidak
k e c i l a r t i n y a dari pejabat-pejabat
pemerintah
setempat. U n t u k h a l tersebut T e a m E k s k a v a s i
G u n u n g Piring, mengucapkan
banyak terima
kasih dan kerjasama semacam i n i h e n d a k n y a
tetap terbina dan berlangsung u n t u k masa-masa
mendatang. A n t a r a pejabat y a n g telah memberikan
bantuannya perlu disebutkan :
2

Sdr. L a l u Wacana, B A — K e p a l a Bidang P S K , K a n tor Wilayah Dep. P & K
Propinsi N T B .
Sdr. Suhardjo Ms, S H - Staf Bidang P S K , K a n .
Wfl. Dep. P & K N T B .
Sdr. D r s . A b d u l Wa—
li ab H . I s m a i l ,
Sdr. Muhammad T a r f i
Sdr. Sugito,
Sdr. Suhadi,
Sdr. B a d r a w i ,
Sdr. Hasan Musa,
Sdr. L a l u Tasar,
Sdr. Nurkasi,

s.d.a.

s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
Bapak Djohansjah, Sekretaris K a n . W i l . Dep. P & K
NTB.
Bapak R . Muchson, Sekretaris Gubernur N T B .
Sdr. D r s . I Made Sutaba, K e p a l a Bidang P S K ,
K a n .Wil. Dep. P & K B a l i .
Sdr. D r s . P u t u Budiastra, D i r e k t u r Museum B a l i .
Sdr. A m a q D a r m a w a n , K e l i a n g Mertak,
H.

SEDIKIT
PIRING.

TENTANG

GEOLOGI GUNUNG

Penelitian geologis d i daerah sekitar gunung
Piring i n i d i l a k u k a n oleh Sdr. B u d i j a n t o , mahasiswa
Fakultas T e h n i k , Bagian T e h n i k Geologi U G M
tingkat terakhir. Penelitian i n i dimaksudkan
u n t u k menerangkan kondisi geologis di daerah
gunung Piring dan sekitarnya yang diharapkan
dapat membantu d i dalam penelitian arkeologi
y a n g sedang d i l a k u k a n .
Penelitian i n i dimulai dengan m e l a k u k a n
pemetaan daerah setempat dengan skala 1 : 3000
dengan maksud u n t u k mendapat gambaran secara
jelas tentang keadaan topografi, medan dan geologi
dari daerah penelitian arkeologi.
Cara penelitian yang d i l a k u k a n adalah dengan
metode orientasi lapangan dengan mencari singkapan (out crop) geologi, u n t u k menerangkan kondisi
geologis daerah gunung Piring dan sekitarnya.
K o n d i s i geologis.
Pembahasan kondisi geologis daerah gunung
Piring dan sekitarnya dibahas secara u m u m saja
mengingat data geologi yang didapat dari penelitian
i n i merupakan data sekunder dalam penelitian
arkeologi.

A.

GEO-MORFOLOGI.

G u n u n g Piring termasuk salah satu dari
deretan perbukitan bergelombang kuat dengan
relief kasar. Deretan perbukitan i n i menempati
posisi bagian selatan pulau L o m b o k Tengah yang
relatif sejajar dengan garis pantai. Ciri-ciri dari
perbukitan bergelombang kuat d i daerah i n i
ialah ketinggian y a n g relatif sama dan masingmasing bukit dipisahkan oleh lembah y a n g sempit
serta curam. Sedangkan relief kasar ditandai
dengan
adanya
perbedaan
ketinggian
yang
m e n y o l o k pada j a r a k dekat dari masing-masing
anggota b u k i t , selain i t u adanya kemiringan
lereng y a n g cukup curam. Medan daerah i n i
termasuk medan berat yang ditandai dengan
adanya keadaan vegetasi yang cukup lebat, yang
terdiri dari semak belukar, pohon perdu, bambu
berduri dan kemiringan lereng yang c u r a m . B e n t u k
geomorfologi daerah gunung Piring terdiri dari
batuan v u l k a n i k yang tingkat pelapukannya belum
begitu
lanjut yang dipengaruhi
oleh faktor
pelapukan physis y a n g disertai dengan pelapukan
k i m i a (chemis).
Dengan n a m p a k n y a bentuk geo-morfologi
y a n g masih agak runcing, lembah relatif berbentuk
U dan perbukitan y a n g m e n u n j u k k a n penampakan
asli, m a k a geo-morfologi daerah gunung Piring
termasuk stadia muda-dewasa (early mature).
B.

LITOLOGI.

Litologi daerah gunung Piring terutama
terdiri dari material v u l k a n i k y a n g terdiri dari
t u f a lapili, tufa dan kadang-kadang breksi dan
agglomérat. T i n g k a t pelapukannya masih belum
begitu lanjut, h a l i n i tampak pada hasil pelapukan
yang begitu tebal. Pembentuk litologi u m u m
terdiri dari batuan v u l k a n i k dan hal i n i dilihat
dari adanya kesamaan kenampakan morfologi
dan vegetasi serta hasil pelapukan yang berwarna
coklat kemerahan yang terdapat d i daerah sekitar
gunung Piring.
D i daerah sebelah selatan gunung Piring,
y a i t u di gunung K e k a p , yang terletak di dekat
pantai, ditemukan breksi serta material v u l k a n i k
lainnya. B r e k s i d i daerah i n i mengandung fragmen
kalkarenit, terdapat s t r u k t u r "gradded bedding"
klastika
napal,
laminasi sejajar,
"convolute
l a m i n a t i o n " . Pengendapan demikian dipengaruhi

oleh sistim pengendapan arus t u r b i d , y a i t u arus
pekat yang terjadi karena adanya endapan bkwah
laut. Sedangkan pada tepi pantai yang menjorok
ke laut tampak adanya gunung gamping y a n g
m e n u n j u k k a n perlapisan horizontal, lereng curam,
bahkan tampak adanya pulau gamping di tengah
laut. Dengan adanya kenyataan d i atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa daerah i n i pernah
mengalami pengangkatan yang tidak begitu k u a t
sehingga menimbulkan susut laut (regresi) yang
disertai longsoran-longsoran bawah laut.
C.

HIDROLOGI.

Secara litologi,
m a k a daerah penelitian
m e m p u n y a i sifat yang sangat poreus sehingga
air akan dengan mudah meresap melalui batuan
ini. Melihat lapisan horizontal d i pantai selatan
dapat ditafsirkan p u l a bahwa material v u l k a n i k
yang terdapat pada bukit-bukit sekitar gunung
gamping m e m p u n y a i lapisan horisontal. K a r e n a
letak daerah penelitian i n i tidak j a u h dari tepi
laut, maka sistem hidrologi di daerah i n i akan
intrusi
(desakan) air laut.
terpengaruh
oleh
Dengan adanya kenyataan d i atas, m a k a dapat
ditafsirkan bahwa m u k a air tanah akan mengikuti
permukaan lembah y a n g datar dengan sedikit
mengikuti bentuk permukaan topografi daerah
perbukitan.
III.

TAHAPAN

KERJA.

A.

PERSIAPAN.

Sebelum ekskavasi gunung Piring dimulai,
m a k a seperti kebiasaannya d i l a k u k a n persiapanpersiapan lebih dahulu, antara lain y a n g berhubungan
dengan
kerja administratif, sejak
beberapa
hari sebelum ekskavasi berlangsung.
Seperti pemberitahuan kepada Gubernur dan
Pemerintah Daerah setempat d i propinsi Nusa
Tenggara Barat, oleh Proyek Penelitian dan
Penggalian Purbakala J a k a r t a . D e m i k i a n juga
h a l n y a persiapan yang menyangkut perlengkapan
ekskavasi telah disiapkan di J a k a r t a , Y o g y a k a r t a
bahkan oleh Bidang P . S . K . K a n t o r W i l . Dep.
P dan K propinsi Nusa Tenggara Barat seperti
cangkul
dan
perlengkapan
untuk
keperluan
sehari-hari.
Mengingat bahwa d i gunung Piring tidak
terdapat
fasilitas penampungan
u n t u k team,
3

m a k a oleh Bidang P . S . K . Mataram telah dibuatkan ywutsrponmlkjihgfedbaUTSPONMKJIHGFDCBA
baru
mengadakan
perencanaan
penggalian
barak
sebagai
tempat
tinggal. K a r e n a team
(lay-out).
ekskavasi gunung Piring i n i merupakan gabungan
dari beberapa daerah, m a k a pada tanggal 5—8
Tata-letak.
Nopember 1 9 7 6 k a m i mengumpulkan anggota
Tata-letak sektor-sektor yang akan digali,
team y a n g berasal dari Denpasar. T e a m Denpasar
y a i t u Sektor I (Gambar no. 3 ) ditentukan menemtelah siap sebelum kedatangan k a m i ke daerah
pati areal datar di atas b u k i t , sedangkan Sektor I I
tersebut, tetapi karena satu dan lain h a l , m a k a
ditentukan pada areal yang lebih rendah dari
team dari J a k a r t a , Y o g y a k a r t a dan Denpasar
Sektor I , dengan selisih ketinggian sekitar I O m e t e r .
baru
dapat
menuju Mataram pada
tanggal
Sektor I dimaksudkan untuk mencari data8 Nopember 1976.
data di b u k i t , karena diperkirakan tingkat erosinya
D i Mataram, kesempatan i n i k a m i pergunakan
lebih rendah daripada di bagian lereng b u k i t .
u n t u k melapor dan berkenalan dengan pejabat
K e m u d i a n pada beda tinggi antara 100 — 4 7 5 c m
setempat sekaligus mengemukakan maksud serta
i t u u n t u k mengetahui hasil-hasil ekskavasi pada
tujuan dari kehadiran team di daerah Nusa
daerah yang tingkat erosinya lebih kuat dibanding
Tenggara Barat i n i . Selain i t u kesempatan i n i
tingkat erosi di dataran puncak b u k i t i t u .
k a m i pergunakan juga u n t u k mempersiapkan
K e m u d i a n pembuatan lay-out dari Sektor I I
perbekalan
sehari-hari u n t u k kepentingan
di
yang terletak pada bagian bukit y a n g lebih rendah,
lapangan karena k a m i harus memasak makanan
dimaksudkan
untuk
mengetahui
dari
hasil
sendiri, sehingga dengan demikian perbekalan
temuannya apakah masih ada pengaruh erosi
sehari-hari mutlak diperlukan. Setelah semuanya
atau tidak. D a r i perbandingan kedua hasil i n i ,
t e r k u m p u l , m a k a pada tanggal 9 Nopember 1976
akan dapat diketahui apakah benda-benda yang
rombongan berangkat ke gunung Piring.
ditemukan masih insitu atau tidak. Selain itu
juga untuk mengetahui adanya perbedaan/persamaan pada hasil-hasil temuannya.
B.
EKSKAVASI.
Sebelum diadakan penggalian terlebih dahulu
diadakan pengenalan situs sambil mengadakan
orientasi dan survai permukaan. H a l yang sama
d i l a k u k a n juga d i lereng-lereng gunung Piring.
D a r i pengamatan i n i didapatkan suatu hasil bahwa
puncak dari gunung Piring i n i merupakan suatu
dataran yang berbentuk oval yang ketinggian
p e r m u k a a n n y a relatif sama. K e m u d i a n di ujung
setiap permukaan i n i m e m p u n y a i beda tinggi
antara 100 — 4 7 5 cm dengan permukaan yang
berbentuk oval i t u .
Selain observasi situs, k a m i lakukan survai
permukaan baik yang bersifat arkeologis maupun
geologis yang d i l a k u k a n pada w a k t u yang bersamaan pada hari pertama. D a r i survai permukaan
(arkeologis) ditemukan beberapa buah kereweng
polos dan berhias dari berbagai bagian bukit i n i
dan hasil tersebut dipergunakan u n t u k menentukan
daerah
penggaliannya.
D e m i k i a n juga
survai
geologis yang pada hari pertama ini dikonsentrasik a n pada bukit itu memperoleh hasil yang berguna
dalam membuat lay-out. Setelah hasil kedua
survai i n i digabung menjadi satu, kemudian k a m i
4

Pematokan.
Pematokan Sektor I dan Sektor I I d i l a k u k a n
pada hari pertama i t u juga y a i t u pada tanggal
1 0 Nopember 1 9 7 6 . Pada pematokan Sektor I
mula-mula dibuat h a n y a 9 k o t a k , tetapi kemudian
diadakan perluasan ke selatan, utara, barat dan
timur.
Baik Sektor I maupun I I mempunyai lay-out
yang disesuaikan dengan arah mata angin, y a i t u
utara-selatan. Sektor i n i setelah diadakan perluasan
u k u r a n n y a menjadi 73,5 meter (utara - selatan)
x 42 meter, yang keseluruhannya terbagi ke dalam
1 3 7 2 grid yang masing-masing berukuran 1,5 x 1,5
meter. Setiap grid i n i selanjutnya disebut k o t a k
y a n g masing-masing mempunyai nama atau sebutan
sendiri-sendiri. Maksud dari pembuatan
grid
pada Sektor I i n i ialah supaya ada suatu keseragaman kode (penyebutan) terhadap kotak-kotak
yang ada, sehingga dengan demikian terdapat
suatu kodifikasi tertentu yang akan memudahkan
pada ekskavasi-ekskavasi yang akan datang. Semua
pengukuran dilakukan dari titik nol y a n g terletak

pada sudut tenggara kotak C 3 dengan ditandai
patok semen dengan ketinggian 7 3 , 8 3 m dari
muka
laut.
Sedangkan
untuk
memudahkan
pengukuran pada setiap kotak penggalian, y a n g
kebetulan letaknya j a u h dari t i t i k n o l , dibuatkan
t i t i k nol bantu (secondary point).
Pada Sektor I I (Gambar no. 4 ) k a m i l a k u k a n
seperti pada Sektor I , h a n y a arealnya lebih sempit.
Sektor I I berukuran 12 x 7,5 meter dan terdiri
atas 40
grid yang masing-masing berukuran
1,5
x
1,5 meter. Penamaan k o t a k - k o t a k n y a
sebagian sama dengan Sektor I , h a n y a y a n g m e m bedakan adalah angka I I saja di depan nama kotak,
misalnya I I . A 2 (kotak A 2 , Sektor I I ) sedang I . A 2
berarti kotak A 2 Sektor I .
U k u r a n Sektor I I lebih kecil dari Sektor I
tetapi masih dapat diperluas (diadakan ekstensi)
yang penentuan kodenya dapat disesuaikan dengan
urutan yang ada.
Sektor I I berorientasi ke arah mata angin,
y a i t u utara - selatan dan berukuran 12 x 7,5 meter,
dengan sisi utara 12 meter. T i t i k nol diletakkan
dekat dengan sudut barat laut kotak A 2 dengan
ketinggian 10 m dari m u k a tanah atau 7 2 , 8 1 meter
dari m u k a laut. Patok i n i dibuat dari semen dan
diharapkan
dapat
memudahkan
pengontrolan
kembali bila diadakan penggalian lagi pada w a k t u
yang akan datang.
K o t a k - k o t a k yang digali.
Sektor

I :

Seperti telah disebutkan d i atas kotak-kotak
yang digali d i Sektor I dan I I ada 15 buah, y a i t u
13 kotak d i Sektor I dan 2 buah d i Sektor I I .
K o t a k - k o t a k Sektor I yang digali adalah kotakk o t a k : A l , B I , B 2 , C 2 , e9', h l 2 ' , h l 8 ' , o l 7 ' ,
F l l , A 1 4 , B 2 5 dan f 3 . Penggalian kotak-kotak
d i Sektor I i n i terpencar-pencar l e t a k n y a dan
berbeda ketinggian permukaan tanahnya. ( G a m b a r
no. 3 dan F o t o no. 1 ) . K o t a k - k o t a k A l , B I , B 2 ,
C 2 terletak d i tengah-tengah permukaan b u k i t i n i
yang ketinggiannya hampir bersamaan, sedang
kotak e9', h l 2 ' , h l 8 ' terletak d i sebelah u t a r a
kelompok 4 k o t a k pertama dengan ketinggian
pada masing-masing kotak saling berbeda. K o t a k k o t a k o l 7 ' dan p l 7 ' terletak d i sebelah barat
laut kelompok 4 k o t a k pertama dengan ketinggian
yang hampir sama dengan k o t a k h l 8 ' . K e m u d i a n

d i sebelah selatan dari kelompok 4 k o t a k pertama
( A l , B I , B 2 , dan C 2 ) digali sebanyak 3 k o t a k yang
masing-masing mempunyai beda tinggi berlainan,
y a i t u kotak-kotak : F l l , A 1 4 dan B 2 5 .
K o t a k f 3 terletak di sebelah barat kelompok
4 k o t a k pertama dengan keletakan yang lebih
rendah.
Dengan
ketinggian dan
keletakan yang
berbeda dari 4 kotak kelompok pertama, diharapkan
akan didapatkan data-data yang
lebih
representatif bila dibanding dengan penggalian dari
satu tempat yang temuannya hampir bersamaan.
Dengan demikian m a k a data yang diperoleh akan
lebih menyeluruh dan dapat dipergunakan sebagai
bahan bandingan
sehingga
diharapkan dapat
mewakili seluruh permukaan bukit i n i .
Pada
dataran
bukit
yang
mempunyai
ketinggian yang relatif sama, y a i t u 4 k o t a k kelompok pertama, penggalian diakhiri pada spit 3
karena d i bawah spit tersebut merupakan lapisan
steril yang terdiri dari tuff. Sedangkan pada kotakkotak d i sebelah utaranya, y a i t u kotak e9' berakhir
(steril) pada spit 3, h l 2 ' berakhir spit 4, o l 7 '
berakhir pada spit 6, h l 8 ' pada spit 6, p l 7 ' pada
spit 8. Sedang kotak-kotak yang terletak d i sebelah
selatan 4 kotak kelompok pertama, y a i t u k o t a k
F l l berakhir pada spit 7, A 1 4 pada spit 7 dan
B 2 5 berakhir pada spit 5. K o t a k f 3 yang terletak
d i sebelah barat 4 kotak kelompok pertama steril
pada spit k e - 1 1 . Semua k o t a k d i Sektor I
kesterilannya ditandai dengan m u n c u l n y a t u f f
yang sudah merupakan bed r o c k (batuan dasar).

Kotak

: B2.

K o t a k B 2 adalah kotak y a n g pertama-tama
digali sebagai test dari bagian tengah puncak
b u k i t ; ternyata sampai dengan spit ke-3 k o t a k
tersebut sudah steril.
Temuan-temuannya berupa kereweng dan
kerang (Gambar no. 5 ) . B a t u karang besar tersebar
antara spit 2—3 yang l e t a k n y a tidak beraturan.
T e m u a n yang paling menonjol adalah periuk
pecah dengan hias gores (incised) yang bermotif
tumpal. Periuk i n i ditemukan pada kedalaman
24 cm d i bawah permukaan tanah. Setelah direkonstruksi, dapat ditemukan bentuk a s l i n y a ,
h a n y a bagian bibir ( r i m ) yang tidak lengkap.
U n t u k m e y a k i n k a n kesterilan k o t a k i n i ,
5

m a k a pada sudut tenggara (seperempat k o t a k )
digali sedalam 2 spit lagi. T e t a p i sampai kedalaman
itu tidak ada perubahan lapisan tanah dan masih
berupa lapisan tuff.
Kotak

: BI.

K o t a k i n i berakhir pada spit ke-3 dan lapisan
tanah
masih tetap sama dengan kotak B 2 .
Pembukaan kotak i n i dimaksudkan u n t u k mencari
hubungan temuan tulang dekat temuan periuk
d i kotak B 2 . T e r n y a t a fragmen tulang tersebut
d i t e m u k a n h a n y a sebagian k e c i l saja. T e m u a n
lain d i kotak i n i ialah konsentrasi fragmen besi
y a n g telah sangat fragmental, beberapa buah
kereweng dan kerang.
Kotak
ke-3
sama
yang
yaitu
Kotak

: C2.
Penggalian kotak inipun diakhiri pada spit
dan keadaan tanah maupun batu-batuannya
dengan kotak-kotak sebelumnya. T e m u a n
terdapat dalam kotak inipun masih sama
kereweng dan kerang.
:

Al.

Baik
kedalaman dan keadaan tanahnya
masih tetap sama. Jenis temuan pada spit 1
terdapat fragmen perunggu dan fragmen besi
selain kerang dan kereweng. Keadaan temuan
pada spit y a n g lebih dalam, tidak ditemukan
fragmen perunggu dan fragmen besi tetapi temuan
kereweng dan kerang serta jenis batu-batuannya
masih tetap sama.
Kotak

: e9'

Pada spit 1 ditemukan beberapa buah kereweng dan kerang yang terdiri dari beberapa jenis.
Pada spit 2 sampai dengan spit 3 terdapat banyak
batu karang ( k o r a l ) yang l e t a k n y a tidak teratur.
Pada spit 2 ditemukan kereweng, kerang dan
pada spit 3 masih ditemukan fragmen besi selain
kereweng dan kerang.
Kotak

o 17'

Pembukaan kotak i n i selain untuk
hasil-hasil temuan y a n g terletak pada
di bawah 4 kotak kelompok pertama
mencari hubungan temuan dengan
6

mengetahui
ketinggian
juga u n t u k
penggalian

percobaan yang dilakukan oleh L P P N Cabang I I
B e d u l u , pada tahun 1973. Pada spit 1 ditemukan
kereweng dan kerang dan pada spit 2 telah tampak
dengan jelas batu-batu karang berukuran besar.
Pada spit 2 i n i banyak ditemukan fragmen-fragmen
tulang yang tersebar hampir di seluruh permukaan
spit 2 i n i . Pada spit 3 dan 4 masih ditemukan
fragmen tulang, kereweng dan kerang. Batu-batu
besar masih banyak. Pada spit G pada kedalaman
2 4 1 c m dari t i t i k n o l ditemukan bagian badan dari
periuk dan setelah penggalian diperdalam, ternyata
temuan tersebut merupakan periuk yang masih
u t u h . Selain ditemukan sebagian dari periuk
itu
ditemukan
juga tulang-tulang
(mungkin
manusia) yang keadaannya sangat
fragmental.
Kereweng dan kerang masih ditemukan pada
kedalaman i n i . Pada spit 6 kedudukan temuan
periuk menjadi jelas. Posisinya adalah miring
ke arah barat d a y a dan ditemukan dekat dengan
sudut baratlaut. Setelah diratakan m a k a tampaklah bahwa d i bawah periuk terdapat susunan
tulang yang ternyata merupakan tulang k a k i
manusia. J a d i periuk yang ditemukan dalam
keadaan utuh i t u terletak d i bagian k a k i dari
kerangka tersebut. Oleh sebab i t u kotak yang
terletak di sebelah baratnya perlu d i b u k a , u n t u k
mendapatkan hubungan temuan kerangka i t u .

Kotak pl T
Ketebalan spit 1 dan 2 pada kotak i n i tidak
ada, karena tanahnya lebih rendah dari k o t a k
o l 7 ' , sedangkan y a n g dipakai sebagai u k u r a n
spit adalah permukaan tanah tertinggi d i kotak
o l 7 ' . Ketebalan spit 3 pun tidak merata, h a n y a
terdapat d i bagian kotak sebelah selatan. Spit 3
hampir tidak menghasilkan temuan, spit 4 dan
spit G temuannya berupa kereweng dan kerang.
Selain itu pada spit G terdapat fragmen tulang
dan gigi (manusia) yang l e t a k n y a berserakan.
Batu-batu dari kedua spit i n i m a k i n tampak
menonjol yang hampir memenuhi permukaan
k o t a k . Pada spit 6 m u l a i tampak adanya hubungan
temuan kerangka y a n g terdapat d i k o t a k o l 7 ' .
A n e h n y a kerangka y a n g ditemukan di kotak i n i
h a n y a bagian tulang paha ( f e m u r ) sedang bagian
l a i n n y a seperti tubuh dan kepala sudah tidak
tampak. Meskipun demikian k a m i masih mencari
keletakan bagian badan dan kepala dari kerangka

tersebut dengan m e m b u k a spit 7 dan 8.
Spit 7 dengan kereweng dan kerang y a n g
j u m l a h n y a semakin m e n u r u n , sedangkan pada
spit 8 sudah t i d a k ada temuan lagi, meskipun
tanahnya masih gembur. T u l a n g paha ( f e m u r )
kerangka di kotak p 1 7 ' keadaannya sama dengan
bagian lain d i kotak o l 7 ' y a i t u terhimpit oleh
batu-batuan d i sekitarnya.
Kotak

FH.

Penggalian k o t a k i n i dimaksudkan u n t u k
mengetahui jenis temuan pada ketinggian yang
berbeda dengan 4 k o t a k kelompok pertama.
Pada spit 1 telah m u n c u l batu karang, beberapa
buah kereweng dan kerang. T e m u a n pada spit 2
masih tetap sama y a i t u kereweng dan kerang,
tetapi keadaan batu-batunya m a k i n tampak jelas
dan memadat. Keadaan temuan masih tetap
sampai dengan spit 6, yang keadaan batu-batu k a rangnya ( k o r a l ) , m u l a i berkurang. A k h i r spit G
telah mencapai lapisan t u f f sehingga penggalian
dihentikan.
Untuk meyakinkan, maka
pada
seperempat k o t a k bagian barat d a y a diperdalam
lagi sebanyak 2 spit, y a i t u spit 6 dan 7 ternyata
telah mencapai lapisan t u f f y a n g steril.

i t u ditemukan juga gigi dan fragmen tulang
manusia. J u m l a h temuan kereweng dan kerang
t u r u n lagi pada spit 6 sehingga hampir sama dengan
spit 2. Pada dasar spit 6 i n i telah m u n c u l lapisan
tuff sehingga penggalian k o t a k h l 8 ' i n i diakhiri.
Kotak

Pada spit 1 telah tampak batu karang.
K e m u d i a n spit 2 s/d G menghasilkan kereweng
dan kerang. Keadaan batuan hampir merata di
atas permukaan yang digali dari spit 2 s/d G tersebut. D i spit 6 ditemukan kereweng polos dan
berhias, kerang dan semacam flake y a n g terbuat
dari kalsedon, d i dekat sudut barat daya. " F l a k e "
i n i ditemukan berdekatan dengan konsentrasi
kereweng y a n g u k u r a n pecahannya lebih besar
dari
temuan-temuan
sebelumnya.
Selain itu
ditemukan juga fragmen tulang d i sekitar temuan
" f l a k e " tersebut.
Pada spit 6 ditemukan kereweng dan kerang,
tetapi keadaan batu-batu karang tinggal d i dinding
utara. Pada spit 7 masih ditemukan kereweng dan
kereng, pada dasar spit i n i keadaannya telah steril
karena telah sampai pada lapisan tuff.
Kotak

Kotak

hl2'.

K o t a k h l 2 ' i n i terletak di antara empat k o t a k
kelompok pertama dengan kotak-kotak h l 8 ' ,
o l 7 ' dan p l 7 ' yang l e t a k n y a lebih rendah. Penggalian k o t a k h l 2 ' h a n y a sampai spit 4 yang pada
bagian dasarnya telah merupakan lapisan tuff.
T e m u a n kotak i n i tidak ada yang menonjol, dan
h a n y a berupa kereweng dan fragmen kerang saja.
Keadaan batu k o r a l n y a mulai tampak
dari
pertengahan spit 2 sampai pertengahan spit 4.
Kotak

hl8'.

Keadaan permukaan tanah k o t a k i n i adalah
miring ke utara, j a d i bagian utara lebih rendah
dari bagian selatan. Keadaan seperti i n i terdapat
juga pada k o t a k o l 7 ' dan p l 7 ' .
D i k o t a k i n i , m u l a i dari spit 1 dan 2 ditemuk a n kereweng dan kerang, demikian juga pada
spit 3, keadaan t e m u a n n y a masih tetap sama.
J u m l a h temuan kerang dan kereweng m a k i n
meningkat pada spit 4 dan 6. Pada spit G terdapat
manik-manik mutisala berwarna merah, selain

Al.

B25.

K o t a k i n i letaknya paling rendah di daerah
Sektor I dan terletak d i bagian paling selatan,
dengan beda tinggi 47 G cm d i bawah t i t i k nol.
K o t a k B 2 6 terletak 16,6 meter d i sebelah selatan
k o t a k A 1 4 . Bagian utara k o t a k i n i permukaan
tanahnya lebih tinggi dari bagian selatan sehingga
keadaannya miring ke selatan dengan beda tinggi
± 3 0 c m . Pembukaan k o t a k i n i dimaksudkan
u n t u k mencari perbandingan
temuan
dengan
tempat-tempat lain y a n g lebih tinggi. Dengan
kemiringan itu m a k a sampai akhir spit 2 permukaan tanah kotak i t u baru rata air. T e m u a n
kereweng dan kerang pada spit 2 lebih banyak
j u m l a h n y a dibandingkan dengan spit 1 . Pada
spit 3 j u m l a h kereweng menurun dan j u m l a h
kerang n a i k . J u m l a h kerang pada spit 4 naik
juga j u m l a h kereweng d i spit 4 i n i lebih banyak
dari spit 3. J u m l a h
kerang dan
kereweng
lebih banyak lagi di spit 6. Mulai spit 3 sampai
dengan spit G terdapat t u m p u k a n fragmen t u f f
yang h a n y a terdapat d i sudut t i m u r l a u t . Pada
spit 4 dan 6 terdapat temuan fragmen tulang.
7

Kotak

f3.

K o t a k i n i terletak d i sebelah barat 4 kotak
kelompok pertama dengan beda tinggi 1 1 5 cm.
K o t a k i n i agak berlainan dengan kotak-kotak
l a i n n y a , karena tingkat kesterilannya lebih dalam,
y a i t u sampai dengan spit 1 1 . Bagian t i m u r dari
k o t a k i n i tanahnya lebih tinggi dari bagian barat
sehingga akhir spit 3 permukaannya baru menjadi
datar. Pada spit 1 dan spit 2 tidak ada temuan.
Pada spit 3 ditemukan kereweng, kerang dan
tulang. Keadaan temuan spit 4 j u m l a h kereweng
meningkat, temuan kerang meningkat, dan banyak
d i t e m u k a n fragmen tulang.
Spit 5 j u m l a h temuan m a k i n meningkat
baik kerang, kereweng maupun fragmen tulang.
Pada spit 5 i n i ditemukan juga arang dan fragmen
k e r a m i k asing. J u m l a h temuan kereweng dan
kerang pada spit 6 agak m e n u r u n . A r a n g dan
fragmen besi ditemukan pada spit 6 i n i . Pada
spit Y temuan kereweng dan kerang meningkat
lagi. Selain i t u ditemukan fragmen tulang dan
arang. Pada spit 8 ditemukan kereweng dan kerang
y a n g j u m l a h n y a menurun tetapi selain itu ditemuk a n fragmen tulang, buluput (binatang laut ? ) .
Pada spit 9 m u l a i terdapat konsentrasi kereweng,
tulang dan arang d i kotak bagian barat dekat
dengan dinding. Pada spit 10 konsentrasi kereweng
dan arang serta tulang masih ada dan pada spit 1 1
konsentrasi sudah habis karena sudah mencapai
lapisan tuff. Spit 1 1 i n i h a n y a dikerjakan sepertiga
k o t a k bagian barat, karena u n t u k m e y a k i n k a n
eksistensi lapisan t u f f y a n g sudah tampak sebagian
pada akhir spit 10.
Sektor

:II

Pembukaan Sektor I I dimaksudkan u n t u k
memperoleh data dari tempat y a n g lebih rendah
dari b u k i t tersebut. Pembukaan kotak-kotak d i
Sektor I I dimaksudkan u n t u k mengetahui adanya
persamaan
atau perbedaan
temuan.
Dengan
d e m i k i a n k i t a akan dapat mengadakan penafsiran
secara menyeluruh tentang jenis kegiatan manusia
d i beberapa bagian bukit i n i , berdasarkan temuan
dari kedua sektor tersebut.
D a r i Sektor I I yang terdiri atas 40 grid, kotakk o t a k yang digali h a n y a 2 buah saja. K o t a k - k o t a k
tersebut adalah A 2 dan H 5 yang masing-masing kel e t a k a n n y a m e m p u n y a i beda tinggi 116 c m .
8

Maksud dari pembukaan kedua k o t a k i n i juga
u n t u k mendapatkan data selengkap mungkin dari
bagian tertinggi ( A 2 ) dan bagian terendah ( H 5 )
d i sektor i n i .
Kotak

: A2.

K o t a k ini mulai digali pada tanggal 10 Nopember, bersamaan dengan penggalian kotak-kotak d i
Sektor I . Sampai spit pertama habis, permukaan
k o t a k belum rata karena tanahnya miring. D a r i
spit 1 belum ada temuan, kemudian pada spit 2
terdapat temuan berupa kereweng dan kerang.
Kerewengnya kecil-kecil, berhias dan polos. K e b a n y a k a n kereweng i t u ditemukan dalam posisi
mendatar. Pada spit 3 ditemukan kereweng, kerang
dan batu granit y a n g bulat gepeng ( p i p i h ) .
Pada spit 4 masih ditemukan kereweng dan
kerang. Dalam spit 5 ditemukan fragmen besi
yang b e n t u k n y a mirip dengan bentuk pisau,
fragmen manik-manik berwarna b i r u dan sebuah
fragmen gigi herbivora. Penggalian spit 6 dan Y
h a n y a dikerjakan setengah kotak d i bagian utara.
Dalam spit 6 ditemukan 13 buah kereweng dan
pada spit Y ditemukan h a n y a 1 buah kereweng
saja. K e m u d i a n setengah k o t a k bagian utara i n i
diperdalam sampai spit 8, ditemukan 1 buah
kereweng kecil. Spit 8 i n i dianggap telah selesai
karena telah sampai pada batuan dasar (bed r o c k ) .
K e m u n g k i n a n kereweng yang terdapat d i spit i n i
masuk melalui celah-celah tanah sehingga dapat
mencapai lapisan dasar tersebut.
Kotak

: H5.

K o t a k i n i terletak d i bagian y a n g lebih rendah
dari k o t a k A 2 . Penggalian spit pertama h a n y a
menghasilkan 8 buah kereweng, 1 buah uang
kepeng. T e m u a n l a i n n y a tidak ada. K e m u d i a n
penggalian diteruskan pada spit 2 dan ternyata
pada spit i n i telah terdapat lapisan t u f f (bed r o c k )
sehingga penggalian dihentikan. ( F o t o no. 2 ) .
Kegiatan ekskavasi gunung
Piring 1 9 Y 6
dihentikan pada tanggal 2 6 Nopember 1 9 Y 6 ,
dan pada w a k t u itu juga d i l a k u k a n penimbunan
semua k o t a k y a n g telah digali.
Para e k s k a v a t o r :
Sektor

I.
K o t a k - k o t a k : A l , B I , B 2 , dan C 2 dikerjakan

oleh : D r s . T i m b u l H a r y o n o , H a r r y T r u m a n S i m a n djuntak, C i t h a J u l i a t i , L a l u Wacana B . A . dan I Made
Swastika.
K o t a k - k o t a k : e9', f 3 , h l 2 ' , h l 8 ' , d i k e r j a k a n
oleh : H a r r y T r u m a n Simandjuntak, C i t h a J u l i a t i
dan I Made S w a s t i k a .
K o t a k - k o t a k : F l l , A 1 4 dan B 2 5 dikerjakan
oleh D r s . T i m b u l H a r y o n o , D r s . A b d u l Wahab dan
A . A . G . Oka Astawa.
K o t a k - k o t a k : o l Y ' dan p l Y ' dikerjakan oleh
Purusa Mahavira, A y u K u s u m a w a t i dan N y o m a n
Kaler Adiwijaya.
Sektor

II.

K o t a k : A 2 , dikerjakan oleh
H a r y o n o , Purusa Mahawira, A y u
A . A . G . O k a A s t a w a dan N y o m a n
jaya.
K o t a k : H 5 , dikerjakan oleh
H a r y o n o dan A . A . G . O k a A s t a w a .
C.

Drs. T i m b u l
Kusumawati,
Kaler A d i w i Drs. Timbul

SURVAI

Survai
d i l a k u k a n sebelum
dan
sesudah
ekskavasi, serta k e t i k a ekskavasi sedang berlangsung.
Survai permukaan gunung Piring :
Tanggal 10
Nopember 1 9 Y 6 , d i l a k u k a n
survai permukaan d i puncak gunung Piring, y a n g
menghasilkan beberapa buah kereweng polos dan
berhias. Pada w a k t u y a n g bersamaan d i l a k u k a n
p u l a survai geologi dengan mengadakan pengamatan terhadap jenis tanah d i puncak b u k i t .
Hasil dari kedua jenis survai i t u d i k u m p u l k a n ,
kemudian baru disusun perencanaan penggalian.
Selama ekskavasi berlangsung, survai geologi
diteruskan lagi, dengan tujuan u t a m a mendapatkan
data-data geologis : seperti morfologi, litologi,
hidrologi dan sebagainya, dari daerah gunung
Piring dan sekitarnya.
Sementara penggalian berlangsung kegiatan
survai d i l a k u k a n satu k a l i saja, y a i t u pada tanggal
1 5 Nopember 1 9 Y 6 .
Gunung T e l a w e k .
T e l a w e k a r t i n y a pecahan periuk. J a d i gunung
T e l a w e k a r t i n y a gunung d i mana banyak terdapat
pecahan p e r i u k n y a . G u n u n g T e l a w e k terletak d i

sebelah t i m u r gunung Piring, ± 4 k m atau 1 j a m
45
menit berjalan k a k i dari gunung Piring.
Sdr. Budijanto dan N y o m a n K a l e r yang k a m i
tugaskan
ke tempat
i t u tidak
menemukan
kereweng ( t e l a w e k ) . T e t a p i d i atas b u k i t i t u
ditemukan pecahan-pecahan batu, yang menurut
Sdr. Budijanto merupakan pecahan batuan b e k u
yang pecahannya mengikuti bidang sejajar dan
m e m p u n y a i w a r n a serta ketebalan yang relatif
sama dengan kereweng.
B a t u Pedang.
Sdr. D r s . T i m b u l H a r y o n o dan N y o m a n
K a l e r ditugaskan mengadakan survai ke B a t u
Pedang, y a n g terletak ± 1 k m d i sebelah barat
d a y a situs yang sedang digali. B a t u Pedang,
merupakan batu padas y a n g b e n t u k n y a seperti
pedang. Tingginya 160 cm dengan posisi miring,
tebal 16 c m dan di sekitarnya b a n y a k batu-batu
lain.
B a t u Pedang i n i masih dikeramatkan oleh
orang-orang dari daerah kecamatan P u j u t dan
mereka beranggapan bahwa batu tersebut dapat
memberikan berkah, sehingga mereka membawa
saji-sajian berupa tembakau, r o k o k dan sebagainya,
pada w a k t u mengunjungi tempat i t u .
Berdasarkan ceritera r a k y a t setempat, B a t u
Pedang i n i merupakan kuburan Rangga K a l o n g
yang kalah berperang dengan T o p i Malong. Mereka
berperang u n t u k memperebutkan P u t r i G u n u n g
Piring, atas perintah raja-raja mereka.
Menurut pendapat k a m i , B a t u Pedang i n i
merupakan suatu menhir, oleh sebab i t u masih
perlu diadakan penelitian lebih mendalam lagi,
u n t u k mengetahui hubungannya dengan situs
yang digali. Penelitian i n i juga bertujuan mendapatkan b u k t i apakah B a t u Pedang tersebut
m e m p u n y a i nilai arkeologi atau tidak.
Gunung Telese.
Pada tanggal
26 Nopember 1 9 Y 6 , Sdr.
N y o m a n K a l e r , Soegito dan Suhadi bertugas
mengadakan survai d i gunung Telese, yang terletak
di sebelah barat gunung Piring. Survai atas daerah
i n i d i l a k u k a n karena t i m b u l n y a suatu dugaan
bahwa setiap puncak b u k i t d i sekitar gunung
Piring, pada masa yang lampau merupakan tempat
kegiatan manusia. U n t u k m e m b u k t i k a n dugaan
9

i n i m a k a perlu d i l a k u k a n survai ke daerah tersebut
dan daerah-daerah lain d i sekitarnya.
D a r i temuan permukaan yang meliputi areal
seluas ± 300 m 2 didapatkan 4 2 2 kereweng yang
terdiri dari 3 7 0 buah bagian badan, 36 buah bagian
bibir ( r i m ) dan 7 buah bagian dasar. Selain i t u d i t e m u k a n pula 6 buah fragmen k e r a m i k asing,
beberapa buah batu dan 1 buah uang kepeng.
Sewaktu
diadakan penggalian
percobaan
dengan lubang yang berukuran 50 x 50 x 30 c m ,
pada kedalaman 20 c m ditemukan 27 buah kereweng
dan arang, kemudian pada kedalaman
2 0 — 30 c m ditemukan 13 buah kereweng, 1 buah
batu (alat?) dan arang.
Gunung Kuang Landuk.
G u n u n g K u a n g L a n d u k terletak di sebelah
barat gunung Telese. D i puncak b u k i t i n i diadakan
penggalian percobaan dengan lubang yang beru k u r a n 50 x 50 c m . Pada kedalaman 30 c m ditem u k a n 2 buah kereweng dan 1 buah uang kepeng.
Penyimpanan barang temuan :
Sebagian besar hasil ekskavasi gunung Piring,
yang berupa 2 buah periuk, kereweng polos dan
kerang ditinggalkan pada Bidang P . S . K . , K a n w i l
Departemen P dan K propinsi Nusa Tenggara
Barat d i Mataram.
Y a n g dibawa ke J a k a r t a adalah arang, sample
kerang, kereweng berhias, kereweng bagian bibir,
m a n i k - m a n i k , fragmen perunggu dan batu.
T e m u a n lainnya berupa tulang, gigi fragmen
keramik asing, dibawa ke Y o g y a k a r t a u n t u k
diteliti lebih lanjut.
D.

PENGOLAHAN

DATA

Pengolahan data dimulai setelah ekskavasi
dihentikan y a i t u pada tanggal 2 5 s/d 29 Nopember
1 9 7 6 , di gunung Piring dan pada tanggal 30 Nopember s/d 5 Desember 1976 d i Mataram.
Pengolahan data meliputi :
a.
b.

a.

klasifikasi hasil temuan,
penyelesaian penggambaran dan
t i k a n laporan.

Pen-tipe-an

bentuk

bibir

periuk.

D a r i bagian bibir i n i kemudian diadakan
penggambaran penampangnya,
d i l a k u k a n oleh
Drs. T i m b u l H a r y o n o . K e m u d i a n , bersama-sama
dengan pelapor sendiri, dicari tipe bentuk dalam
pen-tipe-an i n i , yang menghasilkan d i t e m u k a n n y a
5 buah tipe p o k o k bentuk-bentuk bibir (Gambar
no. 7 ) dan beberapa bentuk variasi tipenya. Dalam
cara pen-tipe-an i n i mula-mula diambil j u m l a h
y a n g paling besar dari suatu bentuk bibir,
kemudian dicari bentuk p o k o k n y a , y a i t u bentuk
y a n g paling sederhana.
Sesudah i t u baru dicari variasi tipe y a n g
pemilihannya dimulai dari bentuk
sederhana
sampai dengan bentuk yang lebih kompleks.
Jenis-jenis

hiasan :

Pemberian nama i n i sebagian diambil dari
nama-nama hiasan y a n g telah ada, tetapi sebagian
y a n g belum terdapat dalam daftar diberi nama
b a r u , sesuai dengan bentuk serta keadaannya
(Gambar no. 8 ) .
Pembedaan

warna dan sebagainya

:

Pembedaan
w a r n a , u k u r a n serta berat
kereweng d i l a k u k a n oleh mahasiswa-mahasiswa
U d a y a n a , yang diawasi langsung oleh Sdr. Purusa
Mahavira.
Grafik :
Pembuatan grafik kereweng dan temuan
l a i n n y a dikerjakan oleh Sdr. H a r r y T r u m a n S i m a n djuntak dan Sdr. Purusa Mahavira.

penge-

Klasifikasi temuan :

Kereweng
: diadakan pemisahan antara
bagian-bagiannya, misalnya bagian bibir ( r i m ) ,
10

badan, dasar, karinasi, handle dan sebagainya.
Sesudah i t u masing-masing bagian diseleksi lagi
menurut w a r n a masing-masing, ketebalan serta
j u m l a h n y a . Sesudah mengelompok, setiap bagian
yang telah m e m p u n y a i persamaan w a r n a dan
ketebalan ditimbang, menurut jenis kelompok
tersebut, kemudian dibuat daftarnya.

Kerang:
Kerang diseleksi berdasarkan jenis serta
u k u r a n n y a oleh Sdr. H a r r y T r u m a n Simandjuntak
bersama-sama dengan Sdr. I Made S w a s t i k a dan
Sdri. Citha Juliati.

IV.

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN TEMUAN.

D a r i hasil-hasil ekskavasi, ternyata banyak
sekali jenis temuan yang diperoleh, y a i t u periuk
u t u h , kereweng
polos dan berhias, berbagai
jenis kerang, fragmen kerangka manusia, fragmen
tulang hewan dan manusia, gigi manusia dan gigi
h e w a n , fragmen perunggu, m a n i k - m a n i k , fragmen
besi, batu-batuan, uang kepeng dan fragmen
keramik asing. U n t u k jelasnya, m a k a dari temuantemuan tersebut akan diberikan gambaran tentang
keletakan, hubungannya dengan temuan yang lain
dan pembahasannya.
Periuk u t u h :
Periuk y a n g ditemukan sebagai hasil ekskavasi
i n i ada dua buah, yang satu masih u t u h dan polos
sedangkan y a n g lain ditemukan dalam keadaan
pecah. Periuk-periuk tersebut ditemukan di kotakk o t a k : B I spit 2 dan k o t a k o l 7 ' spit 5—6.
(Gambar no. 9 ) .
1.

Periuk k o t a k B I , Sektor I (Gambar no. 10).

Pada w a k t u d i t e m u k a n , periuk i n i dalam
keadaan pecah tetapi sebagian besar dari pecahann y a masih dapat direkonstruksi. Pada w a k t u
d i t e m u k a n , posisi periuk mengarah ke timur laut
dan d i sebelah u t a r a n y a , ditemukan fragmen
tulang panjang y a n g sebagian masih menempel
pada dinding B I . U n t u k mendapatkan fragmen
tulang tersebut kemudian d i b u k a k o t a k B I . Setelah
direkonstruksi, periuk i n i pada bagian bibir dan
leher tidak lengkap, pada badan bagian atas terdapat hiasan gores berpola t u m p a l , dekat pangkal
leher ditemukan hiasan tera (impressed) yang
berpola tusuk ganda yang melingkari bagian
pangkal leher tersebut. J a r a k garis antara hiasan
tusuk yang satu dengan yang lain adalah 0.5 c m .
Bagian bibir tidak dapat
dilukiska n karena
telah rusak. Bagian badannya berkarinasi dan
pada dasarnya terdapat bagian yang cekung,
tetapi bila periuk i n i berdiri bagian i t u t i d a k
tampak. Periuk i n i berwarna merah kecoklatan
pada seluruh bagian badannya. Hiasan gores
yang berpola tumpal terdiri dari 1 1 buah hiasan
yang j a r a k n y a dari yang satu dengan yang l a i n n y a
berkisar antara 0,5—1,5 c m . Setiap hias t u m p a l
tadi dihubungkan satu dengan yang l a i n n y a oleh
garis gores yang melingkar ke sekeliling periuk

tersebut. Panjang (tinggi) hias tumpal i n i rata-rata
1,5 c m .
Hampir seluruh periuk berwarna, merah
kecoklatan, tetapi pada sebagian k e c i l badan dan
dasarnya terdapat w a r n a yang h i t a m . Periuk i n i
berukuran sebagai berikut : tinggi sampai pada
bagian y a n g tertinggi yang masih ada 10,6 c m ,
garis tengah pangkal leher = 7,6 c m , lebar badan =
15,9 c m , tinggi karinasi = 3,5 c m dari bagian dasar
dan diameter dasar (bagian y a n g cekung) = 7 cm.
Periuk i n i tebalnya berkisar antara 0,3 — 0,5 cm.
D a r i pengamatan
sementara terhadap periuk
i n i dapat diketahui bahwa cara pembuatannya
belum menggunakan roda (wheel made) tetapi
besar kemungkinan digunakannya roda putaran
lambat " s l o w w h e e l " dan pembakaran dengan
suhu sedang.
2.

Periuk k o t a k o 17' (Sektor I ) ( G a m b a r no. 9,
F o t o no. 3 dan 4 ) .

Periuk yang ditemukan dalam kotak o l 7 '
keadaannya masih u t u h . Didapatkan pada spit 5
dan 6 dalam keadaan miring ke arah barat daya.
Setelah tanah d i sekitarnya diratakan dan dibersihk a n , m a k a tampak dua buah tulang manusia yang
masih m e m p u n y a i susunan tertentu. Periuk i n i
terletak d i bagian bawah dari rangka manusia
yang bagian kepalanya mengarah ke barat. Pada
w a k t u d i t e m u k a n , periuk i n i berisi tanah dan
setelah tanah isi periuk itu dibongkar, ternyata
tidak mengandung apa-apa. B e n t u k keseluruhan
dari periuk i n i menyerupai bentuk k e n d i , tetapi
tidak bercerat. L e h e r n y a panjang dan bentuk
badannya hampir bulat lonjong, sehingga periuk
i n i t i d a k dapat berdiri tegak karena berdasar
cembung
(rounded
bottom).
Warna bagian
badannya coklat muda. Warna kehitaman pada
bagian badan dan dasarnya merupakan w a r n a yang
menutup bagian coklat m u d a dalam perbandingan
yang hampir sama. Bagian d i bawah leher (pada
p u n d a k n y a ) terdapat bagian yang cekung. B a i k
w a r n a kehitaman dan cekungan pada bagian
pundak i t u diperkirakan merupakan hasil pembakaran dengan panas y a n g kurang sempurna
(suhu rendah) dan tidak merata. B e n t u k periuk
i n i mirip sekali dengan periuk hasil ekskavasi
gunung Wingko I I . Tinggi keseluruhan dari periuk
i n i adalah 25,7 c m , diameter bibir bagian luar

11

4,4 c m dengan tebal bibir rata-rata 0,4B cm. Pada
pangkal leher yang panjang i n i terdapat bagian
y a n g melebar (membesar) sebesar • 4,46 c m
dan d i bawah bagian yang melebar i n i terdapat
bagian y a n g menyempit lagi, sebesar 3,88 cm.
Bagian badan yang paling lebar adalah 18,3 cm
dan tebal periuk i n i berkisar antara 0,3 — 0,46 c m ,
panjang leher = 6,8 c m dan t i d a k berhias.
Fungsi periuk k o t a k o l 7 ' dapat diketahui,
karena pada w a k t u d i t e m u k a n , memperlihatkan
hubungannya dengan temuan fragmen kerangka
manusia dan dengan demikian dapat ditafsirkan
bahwa periuk tersebut berfungsi sebagai bekal
kubur.
Petunjuk lain adalah bentuk periuk i n i y a n g
mirip dengan periuk hasil ekskavasi gunung
Wingko I I , sedangkan gunung Wingko sendiri
merupakan salah satu situs penguburan.
Mengenai periuk y a n g ditemukan d i k o t a k
B 2 , mengingat bahwa w a k t u ditemukan berdekatan
dengan fragmen tulang panjang y a n g u k u r a n n y a
hampir sama dengan tulang panjang y a n g ditemuk a n dekat periuk k o t a k o l 7 ' , m a k a fragmen
tulang dekat periuk kotak B 2 i n i p u n , diduga
merupakan fragmen tulang manusia. B i l a hal
i n i benar m a k a fungsi periuk pada k o t a k B 2
inipun sama dengan periuk k o t a k o l 7 ' , y a i t u
sebagai bekal k u b u r .
3.

Kereweng polos dan berhias (Gambar no. 1 1 ,
12 dan 13).

T e m u a n kereweng baik berhias maupun polos,
terdapat pada spit 1 sampai dengan spit terakhir.
Setiap kotak m e m p u n y a i temuan dalam j u m l a h
y a n g tidak sama. D i k o t a k B 2 , j u m l a h kereweng
y a n g ditemukan adalah 129 buah, y a n g terdiri
dari bagian badan, bibir, leher dan karinasi. D i
antaranya 3 buah berhias. K e m u d i a n pada kotak
B I , ditemukan sebanyak 9 2 buah, termasuk
1 buah kereweng berhias. D i k o t a k C 2 ditemukan
2 3 7 buah kereweng dan tidak ada y a n g berhias.
D i kotak e9' ditemukan sebanyak 14 buah
kereweng yang kesemuanya polos. D i kotak h l 2 '
ditemukan 18 buah kereweng yang kesemuanya
polos.
D i k o t a k h l 8 ' ditemukan sebanyak 3 0 1
buah kereweng dan d i antaranya terdapat 16 buah
kereweng berhias. Dalam kotak o l 7 ' ditemukan
12

kereweng sebanyak 123 buah dan di antaranya
terdapat 3 buah yang berhias. D i dalam kotak
p l 7 ' ditemukan kereweng sebanyak 7 B buah,
di antaranya terdapat 1 buah kereweng berhias.
D i kotak F l l , ditemukan kereweng sejumlah
69 buah semuanya tanpa hiasan. K o t a k A l 4
menghasilkan 2 6 0 buah,