BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter - BAB II DITA INDRIANINGTYAS PGSD'13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter

  a. Pengertian Menurut T.Ramli dalam (Endah,2012:23) pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuanya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia, masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia, masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai- nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.

  Pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan siswa dari lingkungan sosial, budaya masyarakat dan bangsa yaitu pancasila.

  Jadi, pendidikan karakter haruslah berdasarkan nilai-nilai pancasila.

  Lickona dalam (Endah,2012:24

  ) “good character are knowing the good, desiring the good, and doing the good, all of these will be implemented in habit of the mind, habit of the heart, and habit of action.”

  8 Dengan kata lain Pendidikan karakter yang baik adalah pengetahuan yang baik, merasakan dengan baik dan melakukan dengan baik, semua ini akan menjadi implementasi dalam kebiasaan berfikir, merasakan dan dalam perbuatan.

  b. Fungsi Pendidikan Karakter Endah (2012:27) Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu pengembangan, perbaikan dan penyaring. Fungsi pertama berperan untuk mengembangkan potensi siswa menjadi pribadi berperilaku baik. Fungsi perbaikan yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi siswa yang lebih bermanfaat, dan fungsi penyaring untuk menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai sesuai dengan nilai- nilai budaya dan karakter bangsa yang bermrtabat.

  c. Tujuan Pendidikan Karakter Terdapat beberapa tujuan pendidikan karakter diantaranya: 1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

  2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius

  3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa

  4) mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan 5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

  a. Pengertian Endah Sulistyowati (2012:73) disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan. Menurut Johar Permana dalam Eko Widiyanto (2013:10), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

  Muhamad Mustari (2011:42) Disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan kepada murid. Untuk mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang untuk menggikuti tatanan tertentu melalui aturan- aturan tertentu. Biasanya kata “disiplin” berkonotasi negatif. Ini karena untuk melangsungkan tatanan atau hukuman.

  Dalam arti lain, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid. Orang dulu menyebutnya fak (disiplin) ilmu.

  Nurul Zuriah (2007:69) disiplin merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan, kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku.

  Disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu. Selain itu disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar.

Disiplin diri biasanya disamakan artinya dengan “kontrol diri”

  Disiplin diri merupakan pengganti untuk motivasi. Disiplin ini diperlukan dalam rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalanya tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki. Perilaku yang bernilai adalah ketika motivasi ditundukkan oleh tujuan-tujuan yang lebih terfikirkan: melakukan apa yang dipikrkan sebagai yang terbaik dan melakukannya itu dengan hati senang. Sementara perilaku baik yang biasa adalah melakukan perbuatan yang baik namun dilakukan secara enggan, karena menentang hasrat diri pribadi. Beralih dari perilaku biasa kepada perilaku yang bernilai membutuhkan latihan dan disiplin.

  David G. Armstrong ( 2007:426) “Beginning teachers

  sometimes worry about the term discipline, many of them see the word only in a negative sense. Some suggest that the word conjures up images of teachers how are heavy-handed authoritarians who delight in punishing students. Discipline, we think, provides a positive control that helps student to grow in terms of their acceptance of responsibility and in acquiring new knowladge”.

  Jadi kesimpulannya bahwa suatu saat guru memulai membahas tentang permasalahan mengenai kata disiplin, banyak dari mereka melihat kata itu hanya dalam pengertian negatif. Mereka berpendapat bahwa sulitnya menjadi seorang guru yang menyenangkan dalam menghukum siswa. Mereka berfikir disiplin adalah cara kontrol positif dalam membantu siswa unrtuk tumbuh dan merespon pengetahuan baru.

  Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang murid dikatakan berdisiplin apabila mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Di sini pihak sekolah harus melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap individupun menginternalisasi disiplin itu untuk dirinya sendiri.

  Penegakan disiplin di masyarakat adalah suatu syarat jika masyarakat tersebut menginginkan keteraturan. Dan keteraturan yang ada harus diakui dan diyakini oleh seluruh masyarakat, yang berasal dari individu. Dengan demikian, penegakan disiplin merupakan aktivitas yang menyenangkan yang membawa pada konsepsi masyarakat yang lebih luas dan pada perkembangan fakultas intelektual dan moral.

  b. Cara menanamkan kebiasaan disiplin Muhamad Mustari (2011: 48) Disiplin jangan dipraktekan seperti aturan yang ditanamkan pada seseorang dari luar, tetapi menjadi ekspresi dari niatan seseorang yang dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan yang secara perlahan membiasakan pada sejenis perilaku yang orang akan rindukan jika berhenti mempraktekannya. Disiplin memang sesuatu yang pahit dan tidak menyenangkan, tetapi perlu diingat bahwa hal itu perlu dan dapat ditanamkan.

  Untuk itu, ada beberapa cara yang dapat membantu membiasakan diri menjadi orang yang berdisiplin, misalnya : 1) Melihat setiap kesempatan baru sebagai pengalaman hidup baru yang menyenangkan 2) Mengerjakan tugas, lebih cepat lebih baik, sehingga tidak mengganggu pikiran terus menerus 3) Membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai 4) Menghindari mengulur-ulur waktu. Sibukkan diri pada pekerjaan.

  5) Berusaha untuk menjadi professional yang membina kepercayaan diri dan keyakinan diri dalam potensi untuk menyempurnakan tugas

  6) Menghindari kecemasan. Mayoritas dari hal-hal yang dicemaskan ternyata tidak pernah terjadi 7) Menyiapkan diri atas tugas yang akan datang 8) Bertanya kepada yang ahli jika tidak bisa sesudah berusaha 9) Mengambil resiko yang terukur dalam rangka kemajuan

  10) Sering- seringlah bertanya, “apakah yang di lakukan itu membawa menuju tujuan yang di harapkan?”

  11) Merencanakan yang akan datang dengan tetap menghadapi masa sekarang.

  Demikianlah, disiplin memang harus terus ditanamkan dan diinternalisasi kedalam diri. Dan berlatih dengan disiplin tiap hari, walaupun sebentar, akan tetapi sangat nerpengaruh daripada berlatih berjam-jam tetapi esok dan lusanya tidak.

  Peter hook (2011:71) guru yang efektif terlihat sangat percaya diri saat sedang mengajar. Kepercayaan diri ini muncul karena mereka memiliki rencana yang jelas yang memungkinkan mereka untuk merespons insiden-insiden yang paling serius maupun yang paling tidak serius dengan sikap yang tenang. Berikut ini adalah sepuluh langkah untuk mendukung proses disiplin, diantaranya : 1) Pergoki anak ketika sedang berbuat baik 2) Gunakan isyarat positif 3) Gunakan kedekatan fisik 4) Gunakan pertanyaan untuk membuat anak kembali terfokus 5) Ulangi arahan secara personal 6) Akui dan arahkan kembali 7) Berikan pengingat aturan yang jelas 8) Berikan pilihan yang jelas

  9) Gunakan konsekuensi yang telah disetujui 10)

Gunakan strategi „keluar‟

  c. Indikator Disiplin Menurut Agus (2012 : 100) Indikator keberhasilan disiplin adalah sebagai berikut :

  1) Membiasakan hadir tepat waktu 2) Membiasakan mematuhi aturan 3) Menggunakan pakaian sesuai dengan peraturan yang berlaku Peneliti menambahkan indikator keberhasilan disiplin antara lain : 1) Menyelesaikan tugas pada waktunya 2) Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawab 3) Mematuhi aturan permainan 3.

Belajar

  a. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2005:27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar juga merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.(Slameto, 2010:2)

  Henry E. Garret (Sagala, 2010:13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

  Gagne dalam Udin S. Winataputra (2007) yang menyatakan „Learning is change in human dispotition or capability that persist

  over a period of time and is not simply ascribable yang berarti

  bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.

  Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku.

  b. Faktor-faktor belajar Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada, menurut Hamalik (2005:32-33) faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan. Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti mendengar, merasakan, berfikir kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. 2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan Relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

  3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya.

  4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.

  5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

  6) Pengalaman masa lampau dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.

  Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

  7) Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

  8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.

  9) Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar.

  10) Faktor Intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berfikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan.

  c. Prinsip-prinsip belajar Menurut Hamdani (2010:22) prinsip-prinsip pembelajaran adalah sebagai berikut :

  1. Kesiapan belajar

  2. Perhatian

  3. Motivasi

  4. Keaktifan siswa

  5. Mengalami sendiri

  6. Pengulangan

  7. Materi pelajaran yang menantang

  8. Balikan dan penguatan

  9. Perbedaan individual 4.

Prestasi Belajar

  a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar (Kodir, 2011:138) mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar yang tingkat kemanusiaan dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

  Winkel dalam (Hamdani 2011:138) Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

  Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

  Arikunto dalam Hamdani (2011:138) mengemukakan bahwa Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakkan instrumen tes atau instrumen yang relevan.

  Jadi Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

  b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar menurut Hamdani (2011:139) yaitu:

  a) Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari siswa.

  Diantara-nya sebagai berikut.

  1) kecerdasan (Intelegensi) Yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

  Kemampuan ini ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Perkembangna ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Tingkat kecerdasan sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

  Semakin tinggi kecerdasan seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.

  2) Faktor jasmani atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  Faktor jasmani, yaitu panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku.

  3) Sikap Yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka atau tidak suka atau acuh tak acuh. Sikap ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.

  4) Minat Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

  Apabila seorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus berusah untuk melakukan sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai. 5) Bakat

  Yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

  6) Motivasi Yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, motivasi dapat menentukan baik tidak ya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya.

  b) Faktor eksternal Faktor eksternal ada dua macam yaitu lingkungan sosial dan non sosial. Yang termsuk kedalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas rumah tempat tinggal siswa dan alat-alat belajar. Sedangkan yang termasuk kedalam lingkugnan non sosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar. a. Pendidikan Kewaganegaraan SD Menurut Azra (Tanireja, 2009:2) secara bahasa Civic

  Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam Bahasa

  Indonesa menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zamroni (Tanireja, 2009:3) adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dan mentransfermasikan nilai- nilai demokrasi.

  Gut mann‟s in (Jacques S. Benninga, 1991:4) “moral

  education is a conscious effort shared by parents, society, and proffesional educators to help shape the character of less well educated people’”.

  Dengan kata lain bahwa pendidikan moral adalah suatu cara usaha berbagi dengan orang tua, sosial, dan pendidik profesional untuk membantu membentuk karakter dalam pendidikan manusia yang lebih baik.

  b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Dalam BSNP (Wuryandani, 2011:8), ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

  Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi Hidup rukun dalam - perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan republik Indoenesai, Partisipasi dalam pembelaan negara. Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indoensai, keterbukaan dan jaminan keadilan.

  Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi Tertib dalam kehidupan - keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan Intenasional.

  • Hak asasi manusia meliputi : Hak dan Kewajiban anak, hak da kewajiban anggota masyarakat, Instrument nasional dan Internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM. Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, Harga - diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Mengahargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara. Konstitusi Negara meliputi:Proklamasi kemerdekaan dan - konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi

  Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan - kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara - dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

  Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkunganya, politik luar - negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

  c. Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut. (Wuryandari, 2011:7)

  Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu - kewarganegaraan.

  Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan - bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk - diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

  • Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi.

  d. Pokok bahasan pada materi 1) Contoh Peraturan Perundang-undangan tingkat pusat

  Banyak sekali peraturan perundang-undangan yang diberlakukan di Indonesia. Contoh peraturan perundang- undangan tingkat pusat antara lain undang-undang tentang pajak, undang-undang anti korupsi, undang-undang pemilihan umum, undang-undang lalu lintas, dan masih banyak lagi.

  a) Undang

  • –Undang tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-undang ini lebih lazim disebut dengan undang-undang Nomor 20 Tahun 2001. Undang-undang ini menjelaskan tentang pengertian tindak pidana korupsi.

  Undang-Undang mengatur tindakan negara kepada pelaku tindak pidana korupsi.

  Undang-Undang ini juga mengatur sanksi atau hukuman bagi pelaku korupsi. Hukumanya meliputi hukuman mati, hukuman penjara, dan denda atau uang. Pejabat yang korupsi bisa dipenjara seumur hidup. Bahkan jika tindak korupsi tersebut amat berat, ia bisa dihukum mati. Selain itu, pelaku tindak pidan korupsi juga bisa dikenai denda uang mulai dari 200 juta hingga 1 miliar rupiah.

  b) Undang-Undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan Undang-Undang ini dikeluarkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2000. Undang-Undang ini lebih lazim disebut Undang-Undang nomor 16 tahun 2000 tentang perpajakan.

  Seperti namanya, Undang-Undang ini mengatur perpajakan di Indonesia. Di antaranya adalah pengertian tentang pajak, tata cara pembayaran pajak, dan sanksi atau hukuman bagi pelanggar pajak.

  Contoh pelanggaran perpajakan adalah menunda pembayaran pajak atau tidak membayar pajak.

  c) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pemerintah juga mengatur lalu lintas di jalan raya.

  Peraturan tersebut dituangkan dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 1992. Isi Undang-Undang ini adalah tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

  Undang-Undang ini mengatur jalan, tata cara berlalu lintas, kendaraan dan pengguna jalan. Jalan raya harus di lengkapi dengan rambu-rambu. Tata cara berlalu lintas adalah dengan berjalan di sebelah kiri. Setiap kendaraan bermotor harus dilengkapi dengan surat-surat. Pengemudi kendaraan bermotor harus mampu menunjukkan surat izin mengemudi (SIM). Itulah contoh aturan tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

  Peraturan ini berlaku untuk semua pengguna jalan di Indonesia. Semua kendaraan bermotor dan pengendaranya harus sesuai Undang-Undang ini. Seseorang yang melanggar peraturan lalu lintas akan di hukum dengan kurungan penjara atau denda uang, namun sebelum dihukum, pelanggar mendapat surat tilang (bukti pelanggaran).

  Tujuan Undang-Undang ini antara lain agar pengguan jalan selamat, transportasi lancar, cepat, tertib, dan teratur. 2) Contoh peraturan Perundang-Undangan tingkat daerah

  Saat ini adalah era otonomi daerah. Otonomi daerah menjamin setiap daerah untuk mengatur wilayah dan warganya secara lebih bebas. Pemerintah daerah tidak harus kepada pemerintah pusat dalam menentukan kebijakanya. Oleh karena itulah Undang-Undang negara menjamin kebebasan setiap daerah untuk mengatur dirinya sendiri. Salah satu wujudnya adalah adanya peraturan perUndang-Undangan tingkat daerah.

  Contoh peraturan perundang-Undangan tingkat daerah sebagai berikut. a) Peraturan Daerah tentang larangan merokok di provinsi DKI Jakarta

  Sejak tahun 2006 pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta memberlakukan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2005. Peraturan ini berisi tentang larangan merokok ditempat umum. Secara tegas peraturan daerah ini melarang merokok di tempat umum seperti pinggir jalan, terminal, restoran, mall, dan kantor-kantor pemerintahan. Warga yang melanggar peraturan ini mendapatkan hukuman berupa penjara hingga enam bulan atau denda uang 50 juta rupiah.

  Tujuan Perda ini adalah untuk mengurangi polusi udara. Selain itu, Perda ini juga berusaha menjaga kenyamanan warga yang tidak merokok.

  Perda ini tidak sepenuhnya melarang warga Jakarta untuk merokok. Para perokok tetap diizinkan merokok diruangan-ruangan khusus. Ruangan tersebut telah disediakan untuk perokok di tempat-tempat tertentu.

  b) Berperan serta menegakkan peraturan Perundang-undangan Peraturan daerah tidak hanya ada di tingkat provinsi.

  Peraturan Daerah juga dibuat oleh pemerintah kabupaten/kota. Contohnya seperti peraturan tentang ketertiban, kebersihan dan keindahan. Setiap daerah kebanyakan telah memiiki peraturan seperti ini. Salah satu daerah tersebut adalah kota Bandung. Peraturan Daerah ini tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, kebersihan dan keindahan.

  Sama seperti peraturan yang lain, pelanggar peraturan ini juga akan dikenakan hukuman berupa pidana kurungan atau denda uang. Besaran denda uang mulai dari 250 ribu rupiah sampai 5 juta rupiah. Adapun hukuman berupa pidana kurungan paling lama adalah 3 bulan.

  Daerah yang dapat menjaga ketertiban, kebersihan dan keindahanya akan mendapatkan penghargaan yang diberikan oleh presiden kepada daerah yang tertib, bersih dan indah. Penghargaan tersebut misalnya berupa penghargaan adipura 6.

Model Pembelajaran Examples Non Examples

  a) Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples Metode pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu metode pembelajaran yang termasuk dalam kategori metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Lebih tepatnya metode pembelajaran Examples Non termasuk dalam metode pembelajaran aktif.

  Examples

  Hamdani (2010:94) Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakkan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.

  Metode pembelajaran Examples Non Examples merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar peserta didik dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar,

  Penggunaan metode pembelajaran Examples Non Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis peserta didik. Metode

  Examples Non Examples menggunakan gambar yang dapat

  ditayangkan melalui OHP, LCD Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga seluruh peserta didik dapat melihat dengan jelas.

  b) Langkah-langkah model pembelajaran Examples Non Examples : 1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Guru menempelkan gambar di papan 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar 4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas 5) Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 7) Kesimpulan. c) Kelebihan metode Examples Non Examples 1) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar 2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar 3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

  d) Kekurangan metode Examples Non Examples 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2) Memakan waktu yang lama. ( Hamdani, 2010:94)

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri Karangsoka menggunakan model pembelajaran Examples

  Non Examples dapat digambarkan sebagai berikut :

  1) Guru membuat atau mempersiapkan gambar contoh-contoh peraturan Perundang-undangan 2) Guru menyajikan materi secara garis besar 3) Guru menempelkan gambar di papan 4) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar 5) Guru membentuk kelompok setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa 6) Guru memberikan materi atau permasalahan mengenai perundang-undangan yang harus di diskusikan oleh masing- masing kelompok

  7) Hasil diskusi dicatat pada kertas lalu setiap kelompok membacakan hasil diskusinya

  8) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 9) Guru dan siswa menarik kesimpulan 10) Guru memberikan evaluasi siswa B.

Hasil Penelitian yang Relevan

  Tumini (2010) dari Progran Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto melakukan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Dengan Metode Examples Non Examples Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kompetensi Dasar Menyebutkan Contoh Organisasi di Sekolah dan Masyarakat di Kelas V SDN Pesanggrahan 01 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2009/2012. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan menggunakan metode Examples Non Examples pada kompetensi dasar menyebutkan contoh organisasi di sekolah dan masyarakat. Pada pre test nilai rata-rata kelas 56,63 pada post test siklus I meningkat menjadi 67,29 kemudian pada post test II meningkat menjadi 76,88 dan selanjutnya pada post test III meningkat menjadi 82,00.

  Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi maupun hasil belajar peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

  Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah prestasi peserta didik. Guru sebagai pemegang kendali di kelas, mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menumbuhkan semangat belajar agar dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Oleh karena itu guru dituntut untuk mencari Metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada pola pikir siswa. Dalam peningkatan sikap disiplin dan prestasi belajar siswa, yaitu dengan menggunakan variasi model pembelajaran, diantaranya dengan model Pembelajaran Examples Non Examples.

  Penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples menarik untuk digunakan. Dengan model ini diharapakan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus meningkatkan sikap disiplin dan prestasi belajar siswa.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa keterkaitan siswa akan sebuah materi yang dipelajari merupakan modal awal mencapai keberhasilan. Keterkaitan tersebut akan menjadikan sebuah pemicu munculnya hasil yang baik. Dengan mengarahkan siswa pada sesuatu yang baru, praktis, sesuai dengan pengalaman yang nyata. Apabila dalam diri siswa sudah tertanam semangat yang besar, maka dengan sendirinya siswa tersebut akan mudah dan penuh sadar melakukan sesuatu guna mencapai hasil yang diharapkan.

  Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, guru dituntut menyajikan materi dengan mengelola siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) senantiasa menyenangkan dan tidak membosankan dengan model pembelajaran yang variatif. Penggunaan model pembelajaran Examples Non

  Examples akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM yang diinginkan.

  Secara skematis, kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut: Guru kurang inovatif dalam

  Pembelajaran menggunakan proses pembelajaran metode Examples Non

  Examples

  Prestasi belajar peserta didik rendah. Persentase ketuntasan Disiplin dan Prestasi belajar belum mencapai KKM 75 peserta didik meningkat

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir peneliti dalam pelaksanaan penelitian D.

Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat diasumsikan hipotesis tindakan. Dengan melalui model Pembelajaran Examples Non Examples dapat meningkatkan sikap disiplin dan Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada materi contoh Peraturan Perundang-Undangan di kelas V SD Negeri Karangsoka.

  Maka dengan hipotesis tindakan yang dirumuskan bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka perilaku disiplin dan prestasi belajar akan meningkat.