Perlindungan Hukum terhadap Dosen Perguruan Tinggi Swasta yang di-PHK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sektor industri yang berperan
penting dalam pembangunan suatu bangsa.1 Penyelenggaraan pendidikan merupakan
pranata sosial yang kuat untuk memberdayakan warga negara berkembang menjadi
manusia berkualitas sehingga mampu secara proaktif menjawab tantangan jaman
yang selalu berubah secara dinamis.2 Penyelenggara pendidikan ada 2 (dua), yakni
pemerintah dan masyarakat.3 Satuan pendidikan tinggi yang dikelola oleh pemerintah
disebut Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan yang dikelola oleh masyarakat disebut
Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.4
Setiap lembaga pendidikan tinggi memiliki kewenangan untuk merekrut dan
mengangkat dosen sebagai kebutuhan. Pengangkatan dosen oleh Perguruan Tinggi
Swasta dilakukan dan diikuti dengan adanya perjanjian atau kesepakatan kerja
bersama (KKB).5 Masing-masing Perguruan Tinggi Swasta mengatur dan membayar
gaji para dosen dengan nilai yang besarnya ditetapkan berdasarkan kemampuan, beda

1


Pasal 31 Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3
Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. Lihat Pasal 10 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen
4
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
5
Pasal 116 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999
2

1
Universitas Sumatera Utara

halnya dengan dosen Perguruan Tinggi Negeri. Dosen Perguruan Tinggi Negeri
berstatus pegawai negeri sipil,6 gajinya ditentukan oleh pemerintah.
Ikatan hukum antara dosen dan Perguruan Tinggi Swasta secara formil
menimbulkan hubungan kerja dimana dalam melaksanakan hak dan kewajiban
tunduk pada syarat kerja yang disepakati. Hubungan kerja selalu diformulasikan
dalam perjanjian kerja yang secara singkat memuat syarat kerja, hak dan kewajiban.7

Hubungan hukum dapat dikategorikan sebagai hubungan kerja apabila dalam
menjalankan hubungan tersebut terdapat 3 (tiga) unsur pokok, yaitu pekerjaan, upah
dan perintah.8 Sebagai imbalan kerja, selain wajib membayar gaji para dosen yang
nilainya ditentukan dalam Perjanjian Kerja (PK) atau Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB).9
Sejatinya hubungan kerja antara dosen dengan lembaga tempat bekerja akan
berlangsung sampai usia pensiun. Seorang dosen dinyatakan memasuki usia pensiun
pada usia 65 tahun apabila tidak diperpanjang sampai usia 70 tahun.10 Tetapi dalam
praktek hubungan kerja sering berakhir sebelum memasuki usia pensiun. Oleh karena
itu, alasan pemberhentian dosen sebagaimana diuraikan dalam Pasal 67 ayat (1) dan
ayat (2) dapat pula diberlakukan untuk lembaga pendidikan yang dikelola oleh PTS.
Dosen dapat diberhentikan secara hormat dan tidak hormat. Pemberhentian secara

6

Pasal 67 ayat (6) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
8
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
9

Pasal 52 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
10
Pasal 67 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

7

Universitas Sumatera Utara

hormat dan tidak hormat terhadap dosen tertuang didalam Pasal 67 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-undang Guru dan Dosen.
Apabila merujuk pada hukum positif ketenagakerjaan maka dari segi masa
berlakunya perjanjian kerja dibagi 2 (dua) yaitu perjanjian kerja waktu tertentu
(PKWT) dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).11 PKWT yang
didasarkan pada jangka waktu membatasi bahwa PKWT hanya dapat dilakukan untuk
waktu paling lama 3 (tiga) tahun dengan ketentuan bahwa perjanjian diadakan untuk
waktu 2 (dua) tahun dan boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) tahun. Apabila masa kerja 3 (tiga) tahun telah berakhir para pihak masih
memungkinkan melanjutkan hubungan kerja selama 2 (dua) tahun dengan cara
memperbaharui PKWT dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah PKWT berakhir.
Kelanjutan hubungan kerja 2 (dua) tahun hanya dapat dibuat satu kali PKWT.

Dengan demikian, PKWT dapat berlangsung dalam waktu maksimal 5 (lima) tahun.
PKWT yang dilaksanakan sesuai hukum positif demi hukum mengakhiri hubungan
kerja dengan tanpa pesangon. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)
merupakan hubungan kerja permanen. Sistem PKWTT tidak mengatur batas waktu
hubungan kerja. Dengan kata lain, PKWTT tidak mengatur secara pasti waktu
berakhirnya hubungan kerja. Apabila pengusaha mengakhiri hubungan kerja bukan
karena kesalahan pekerja maka wajib membayar uang pesangon.

11

Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Universitas Sumatera Utara

Pasal 156 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Sesuai dengan Pasal 45
dan Pasal 46 Undang-undang Guru dan Dosen, dosen wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi

kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.12
Setelah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial diundangkan muncul persepsi yang berbeda terhadap putusan Mahkamah
Agung. Beberapa PTS yang salah satunya adalah Universitas Khatolik Parahyangan
menjadi tergugat pada Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) mengajukan eksepsi
atas gugatan PHK yang diajukan oleh dosen. Dalam eksepsi, PTS mengatakan
Pengadilan Hubungan Industrial tidak berwenang secara absolut mengadili gugatan
dosen PTS. Pengadilan Hubungan Industrial menolak eksepsi seperti itu dan
mengatakan berwenang untuk mengadili. Sejalan dengan itu, hakim kasasi (judex
jurix) pada Mahkamah Agung menolak eksepsi Universitas Khatolik Parahyangan
dan menguatkan putusan PHI pada Pengadilan Negeri Bandung dengan menyatakan
PHI berwenang memeriksa dan mengadili perselisihan pemutusan hubungan kerja

12

Pasal 45 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Universitas Sumatera Utara


antara Andang Handaka Setyadi selaku dosen melawan Universitas Khatolik
Parahyangan (Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010).13
Memperhatikan dasar pertimbangan hakim yang mengadili gugatan tersebut
ternyata defenisi perusahaan dan pengusaha yang tedapat dalam ketentuan umum
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 sangat mempengaruhi konstruksi berpikir
hakim.

Melalui

pendekatan

penafsiran

(Interpretative

approach)14

hakim


memposisikan PTS masuk dalam pengertian perusahaan dan pengusaha dan
memerintahkan Universitas Khatolik Parahyangan melalui putusan Peninjauan
Kembali Perdata Khusus membayar segala hak dosen yang di PHK tersebut.
Berdasarkan uraian

diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOSEN PERGURUAN TINGGI
SWASTA YANG DI-PHK”

13

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010
Interpretative :interpretasi dibedakan menjadi interpretasi berdasarkan kata-kata Undang-Undang
(Leterlijk), Interpretasi Gramatikal, interpretasi berdasarkan kehendak pembentuk Undang-Undang,
interpretasi sistematis, interpretasi historis, interpretasi sosiologis, interpretasi holistic tematis
sistematis. Lihat Jimly Asshiddiqie, 1997, Teori & Aliran Penafsiran Hukum Tata Negara,Jakarta:
Ind.Hill.Co, hal 17-18
14


Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai:
1. Bagaimanakah sistem perjanjian kerja yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi
Swasta dengan Dosen ?
2. Bagaimanakah keabsahan kontrak kerja terhadap dosen yang tidak memenuhi
kualifikasi akademik minimum sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen.?
3. Bagaimanakah Pertimbangan hakim dalam mengadili perkara PHK Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dosen Universitas Khatolik Parahyangan
(Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010) ?

C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari pokok permasalahan yang dibahas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem perjanjian kerja yang dilakukan oleh
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan dosen.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis keabsahan kontrak kerja terhadap dosen
yang tidak memenuhi kualifikasi akademik minimum Undang-undang Guru dan

Dosen.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam mengadili
perkara PHK Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dosen Universitas

Universitas Sumatera Utara

Khatolik Parahyangan (Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :
048 PK/Pdt.Sus/2010).

D. Manfaat Penelitian
Pada umumnya suatu penulisan yang dibuat diharapkan dapat memberikan
manfaat, begitu juga yang diharapkan dari penulisan penelitian ini. Manfaat penulisan
ini adalah :
1.Secara Teoritis
Hasil Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu hukum bagi Mahasiswa Fakultas Hukum, Masyarakat luas dan
dosen Perguruan Tinggi Swasta yang di PHK.
2. Secara Praktis
a. Menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mengenai kedudukan
dosen dalam Undang-undang Ketenagakerjaan.

b. Memberikan informasi ilmiah dan pembelajaran kepada para pihak-pihak
yang terkait seperti Dosen dan Perguruan Tinggi Swasta.

E. Keaslian Penelitian
“Perlindungan hukum bagi dosen perguruan tinggi swasta yang di-PHK”,
yang diangkat menjadi judul tesis ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas
Hukum perpustakaan Universitas Sumatera Utara, kalaupun ada, penulis yakin
substansi pembahasannya berbeda. Penulisan tesis ini disusun melalui referensi

Universitas Sumatera Utara

beberapa buku, media elektronik, media cetak. Maka penelitian ini dapat dijamin
keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan isinya secara ilmiah.
Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yaitu :
1. Tesis atas nama M.Fajrin Pane, NIM : 067005017, dengan judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) Ditinjau Dari Undang-undang No.13 Tahun
2003”
2. Tesis atas nama Asrina Mardhia, NIM : 07005046, dengan judul “Analisis
Terhadap Status Hukum dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja

Outsourcing

Dalam

Undang-undang

No.13

tahun

2003

tentang

Ketenagakerjaan.
Berdasarkan hasil penelusuran judul di atas, judul dan permasalahan dalam
penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan judul dan permasalahan yang telah ada
sebelumnya. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa penelitian ini asli, murni, dan
belum

pernah

diteliti

oleh

peneliti

terdahulu

sehingga

peneliti

dapat

mempertanggungjawabkan hasil penelitian ini di sidang terbuka untuk umum.
F. Kerangka Teori dan kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
Penelitian ini memerlukan adanya kerangka teoritis, Ronny H.Soemitro
berpendapat bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap
penelitian haruslah disertai dengan pemikiran pemikiran teoritis. Teori memberi
penempatan kedudukan yang penting untuk merangkum dan memahami masalah

Universitas Sumatera Utara

secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa
disatukan dan ditunjuk kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan
penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematiskan masalah yang
dibicarakannya.15
Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,
teori, tesis, si penulis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang bagi si
pembaca menjadi bahan perbandingan, yang mungkin ia setujui ataupun yang tidak
disetujuinya dan ini merupakan masalah eksternal bagi pembaca. Menurut Kaelan
M.S., kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan dasar-dasar operasional dan
suatu penelitian. Kerangka teori dalam suatu penelitian adalah bersifat strategis yang
artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.16 Untuk mengkaji mengenai
penelitian ini, terdapat teori yang digunakan sebagai pisau analisis dari penelitian ini
yaitu hukum perjanjian dan perlindungan hukum.
Dalam hukum perdata dikenal adanya perjanjian kerja, istilah bahasa belanda
disebut Arbeidsoverenkoms yang dapat diartikan dalam beberapa pengertian.17 Salah
satu pengertian dari perjanjian kerja dalam KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1601 a
yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja adalah “suatu perjanjian dimana pihak
kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak

15

Ronny H.Soemitro, Metode Penelitian Hukum , (Jakarta:Penerbit Ghalia,1982), hal 37
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994 ), hal 80
17
Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja Edisi Revisi, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2002), hal 23
16

Universitas Sumatera Utara

lainnya, majikan yang mengikatkan diri untuk memperkerjakan buruh dengan
membayar upah”.
Di dalam pembentukan perjanjian kerja dengan perjanjian lainnya memiliki
pedoman yang sama yaitu Pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian
yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Selain itu, dalam membuat suatu perjanjian baik itu perjanjian kerja atau
kontrak istilah Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sunt Servanda) sebagai aturan bahwa
persetujuan yang dibuat oleh manusia-manusia secara timbal balik pada hakekatnya
bermaksud untuk dipenuhi oleh para pihak dan jika perlu dapat dipaksakan yang
secara hukum mengikat.
Asas kekuatan mengikat adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya
hanya mengikat ke dalam. Asas kekuatan mengikat kontrak ini mengharuskan para
pihak memenuhi apa yang telah merupakan ikatan mereka satu sama lain dalam
kontrak yang mereka buat.18 Asas hukum ini disebut juga asas pacta sunt servanda
yang secara konkrit dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang
18

M.Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat,
Teori,Dogmatik, dan Praktik Hukum (Seri Pengayan Hukum Perikatan,Bandung:Mandar Maju,2012) ,
hal 23

Universitas Sumatera Utara

memuat kekuatan imperatif, yaitu : “semua kontrak yang dibuat sesuai dengan
Undang-undang

yang

berlaku

sebagai

undang-undang

bagi

mereka

yang

membuatnya”.
Kekuatan imperatif dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengarahkan
pemahaman bahwa sebenarnya setiap subjek hukum (orang atau badan hukum) dan
sesama subjek hukum lainnya dapat melakukan perbuatan seolah-olah sebagai
pembentuk undang-undang dengan menggunakan kontrak. Oleh karena itu, kontrak
dianggap sebagai sumber hukum perikatan selain undang-undang sebagaimana
halnya pembentuk undang-undang. Kontrak yang mengikat merupakan suatu janji
yang serupa dengan undang-undang yang dipandang sebagai perintah pembuat
undang-undang. Jika kepastian terpenuhinya kesepakatan dan kontraktual ditiadakan,
maka akan menghancurkan sistem perjanjian. Oleh sebab itu, kesetiaan pada janji
yang diberikan merupakan bagian dari persyaratan yang dituntut akal budi alamiah.
Selanjutnya teori perlindungan hukum19, perlindungan hukum adalah suatu
perlindungan yang diberikan pada subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum
baik yang bersifat preventif, maupun yang represif, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Dengan kata lain, perlindungan hukum adalah suatu gambaran dari fungsi
hukum yaitu dimana konsep hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,
kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.20 Perlindungan hukum bagi pekerja sangat
penting untuk melindungi hak-hak pekerja. Secara yuridis dalam memberikan
19

Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:Bina
Ilmu,1987), hal 30
20
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen edisi revisi, (Jakarta:Grasindo, 2006), hal 21

Universitas Sumatera Utara

perlindungan bahwa setiap pekerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pekerjaan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, ras, suku,
agama dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang
bersangkutan, temasuk perlakuan yang sama terhadap penyandang cacat.21
Perlindungan yang diberikan juga tidak membedakan antara pekerja kontrak ataupun
pekerja tetap. Perlindungan pekerja ini bertujuan untuk menjamin berlangsungnya
sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang
kuat kepada pihak yang lemah dan tanpa ada tekanan atau perbedaan dari pekerja
kontrak maupun pekerja tetap.
2. Kerangka Konsepsi
Kerangka konsepsional atau konstruksi secara internal yang berguna untuk
mendapat stimulasi atau dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan.
Kerangka konsepsional dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang
keliru dan memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam
penelitian sebagai berikut :
1. Dosen disebut sebagai pendidik.22 Dosen sebagai ahli, dengan mendeskripsikan :
“Secara umum, para ahli di Indonesia tersebar dalam berbagai kegiatan kerja di
bidang hukum sebagai hakim, jaksa, pengacara, notaris, dan atau dosen disebut
“ahli hukum” atau “sarjana hukum” apabila yang diingat adalah gelar
21

Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undangundang Nomor 13 Tahun 2003, (Bandung:Citra Aditya Bakti,2003), hal 60
22
W.J.S Poerwadarminta (Penyusun), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai
pustaka, Edisi ketiga,2003), hal 301

Universitas Sumatera Utara

akademisnya23. Dosen adalah : ”pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.24
2. Perguruan swasta adalah usaha-usaha dari masyarakat yang secara langsung
mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal. Perguruan tinggi adalah
satuan pendidikan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi dalam bentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
3. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai keuntungan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.25
4. Pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan pemutusan hubungan kerja yang
timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh satu pihak. 26
5. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha
atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak.27

23

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Dalam Masyarakat Perkembangan dan Masalah
Sebuah Pengantar ke Arah kajian Sosiologi Hukum, Cetakan kedua (Malang:Bayumedia
Publishing,2008), hal 211
24
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 angka (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009
25
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
26
Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

Universitas Sumatera Utara

6. Perguruan tinggi swasta, adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan
regulasinya dilakukan oleh swasta.28
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum yuridis normatif. Metode penelitian
hukum normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Jenis penelitian
normatif, yang dimana penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan
untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan
penelitian terhadap masalah hukum yang terjadi pada perlindungan hukum terhadap
dosen swasta yang di-PHK.
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu
menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada,
yaitu berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap dosen PTS yang di PHK.
2. Pendekatan Penelitian
Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan peraturan
perundang-undangan (statute approach)29 dan pendekatan kasus. Pendekatan undang27

Pasal 1 angka (14) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Abdullah Sulaiman, Desentralisasi Penyelenggaraan pendidikan Tinggi hukum Dalam
bingkai Otonomi Daerah, dalam propatria Jurnal Hukum Vol.I. No.2 September 2007-Februari 2008,
(Jakarta:Pusat Kajian Hukum Ekonomi Syariah Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta), hal 166
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,
2009), hal 93
28

Universitas Sumatera Utara

undang (statute approach) dilakukan dengan mengkaji semua undang-undang yang
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap dosen PTS dan pengaturan yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan perundangundangan (statute approach) dalam penelitian hukum normatif memiliki kegunaan
praktis maupun akademis. Pendekatan Undang-undang ini akan membuka
kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara
suatu Undang Undang Dasar dengan Undang-undang atau regulasi dengan praktek
nyata yang terjadi.
Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan penelaah terhadap kasuskasus yang berkaitan dengan permasalahan yang ditangani

terhadap putusan

pengadilan yang berkuatan hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap putusan
adalah pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu keputusan sehingga dapat
digunakan sebagai argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang dihadapi.

3. Bahan Hukum
Data sekunder diperoleh melalui studi atau literatur, data sekunder tersebut
meliputi:
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat atau data pokok dari
permasalahan yang akan diteliti, yaitu Undang Undang Dasar 1945, Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang Nomor 14 Tahun

Universitas Sumatera Utara

2005 Tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2009 Tentang Dosen dan KUHPerdata
b. Bahan Hukum Sekunder
Sumber hukum sekunder merupakan bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, makalah, internet, hasil-hasil
penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum dan seterusnya, serta
dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap
dosen perguruan tinggi swasta yang di PHK.
c. Bahan Hukum Tersier
Sumber Hukum Tertier merupakan bahan hukum yang mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan
pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis
adalah kamus besar Bahasa Indonesia dan kamus hukum.

4. Prosedur pengumpulan Bahan Hukum
Pengumpulan bahan hukum akan dapat dilakukan dengan baik, jika tahap
sebelumnya sudah dilakukan persiapan secara matang. Pengumpulan bahan hukum
ini dilakukan melalui tahap penelitian, dengan cara studi kepustakaan (Library
research).30 Studi perpustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari
konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

30

M.Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, Cet ke-5, 2003), hal 27

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, sumber bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum
sekunder. Untuk menghimpun bahan hukum sekunder, maka dibutuhkan bahan
pustaka yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai bahan hukum sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier.
5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis bahan hukum yang
berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Dalam
penelitian ini metode analisis bahan hukum yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif yuridis yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.31 Dengan
studi kepustakaan dan menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan
konseptual, dan pendekatan analisis. Sebagai dasar pentingnya perlindungan terhadap
dosen serta perlindungan yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen.

31

Ibid, hal 28

Universitas Sumatera Utara