Insidensi dan Faktor Risiko Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) di RSUP HAM Medan Tahun 2011-2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan gangguan hati
yang diduga berkaitan erat dengan sindrom metabolik. Peningkatan angka
kejadian sindrom metabolik pada beberapa tahun terakhir ini secara tidak
langsung akan menyebabkan peningkatan angka kejadian NAFLD. (Patell et al,
2014 ; Durazzo et al, 2014)
Studi dari Cina melaporkan bahwa pasien sindrom metabolik berisiko 4-11
kali terkena NAFLD. Komponen sindrom ini meliputi obesitas, diabetes mellitus
(resistensi insulin), dyslipidemia, dan tekanan darah tinggi. (Wang et al, 2013 ;
Lankarani et al, 2013)
Pada populasi dunia, prevalensi penyakit ini dilaporkan sekitar 2-4%.
Sedangkan di negara barat prevalensi mencapai 14-33% pada orang dewasa.
(Patell et al, 2014 ; Schwenger et al, 2014; Liu et al, 2014 ; Liao et al, 2013)
Peningkatan kasus sekitar 58% ditemukan pada individu dengan berat
badan berlebih (overweight) dan dapat mencapai 98% pada individu obesitas
tanpa disertai diabetes. Pada pasien diabetes tipe 2, prevalensi penyakit ini

dijumpai sebanyak 40%-80%. (Schwenger et al, 2014 ; Liao et al, 2013 ; Trojak et
al, 2013)
Sedangkan, prevalensi NAFLD pada pasien hipertensi ditemukan sebesar
40% dan pada pasien dislipidemia (hypercholesterolemia, hypertriglyceridemia,
atau keduanya) prevalensi berkisar antara 20%-80%. (Latea et al, 2013 ; Gaggini
et al, 2013)
Pada populasi Timur Tengah, prevalensi NAFLD tergolong rendah yaitu
sekitar 2.9%-7.1%. Sedangkan, prevalensi pada pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2 ditemukan sekitar 55.8%. (Lankarani et al, 2013)

Universitas Sumatera Utara

2

Untuk wilayah Asia, kasus NAFLD diperkirakan mencapai 5-40%.
Prevalensi sekitar 17% ditemukan di Negara Malaysia dan 5% di Singapura.
Prevalensi sebesar 20.82% ditemukan pada penduduk Shanghai dan 10-30%
untuk total populasi China. Peningkatan kasus sebesar 5-15% terjadi pada
individu pre-diabetes setiap tahunnya di wilayah yang sama. Studi lainnya
melaporkan bahwa peningkatan kasus ini tidak hanya terjadi di negara maju tetapi

juga terjadi di negara berkembang. (Sari, 2012 ; Alvina, 2010 ; Liao et al, 2013;
Moon et al, 2013)
Selain itu, risiko NAFLD dapat meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Secara umum, puncak penyakit ini terjadi pada usia 50-70 tahun. Namun,
studi dari China melaporkan bahwa penyakit ini paling banyak ditemukan pada
usia 60-70 tahun. (Liao et al, 2013)
Studi yang sama juga melaporkan bahwa pria lebih berisiko terkena
NAFLD pada usia dibawah 50 tahun. Sedangkan pada usia diatas 50 tahun, kedua
jenis kelamin memiliki risiko yang sama. Studi dari Jepang melaporkan bahwa
NAFLD lebih dominan terjadi pada pria. Sedangkan hasil studi dari Itali
mengungkapkan bahwa wanita memiliki risiko 1,5 kali lebih besar terhadap
penyakit ini. Sementara itu, studi lainnya tidak menemukan adanya perbedaan
jenis kelamin terhadap kejadian penyakit ini. (Liao et al, 2013 ; Durazzo et al,
2014)
Dalam sebuah studi, Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat
prevalensi NAFLD tertinggi se-Asia Tengara yaitu sekitar 30%. Prevalensi yang
sama juga dilaporkan di Provinsi Jakarta. Selain itu, adanya peningkatan kasus
sebesar 0.5-1% setiap tahunnya dilaporkan terjadi di RSUP dr. Kariadi Semarang.
(Avina, 2009 ; Amarapurkar, 2011 ; Sari, 2012)
Dalam kasus ini, distribusi pasien berdasarkan sindrom metabolik yaitu

sekitar 47% untuk pasien obesitas, 52% untuk pasien diabetes, dan 56% untuk
pasien dyslipidemia dan hanya sekitar 2.2% untuk pasien hipertensi.
(Amarapurkar, 2011 ; Alvina, 2009)
Kombinasi

antara

komponen

sindrom

metabolik

tersebut

akan

menghasilkan prevalensi yang lebih tinggi. Studi dari RSUP M. Djamil Padang

Universitas Sumatera Utara


3

melaporkan bahwa prevalensi NAFLD pada wanita yang mengalami diabetes
mellitus tipe 2 dan obesitas ditemukan sekitar 72.7%. Sedangkan, pada kelompok
diabetes mellitus tipe 2 yang disertai dengan obesitas sentral sebanyak 68.2%.
(Karimi et al, 2011)
Hasil pemeriksaan fungsi hati menunjukkan adanya peningkatan kadar
ALT (SGPT) pada 25% pasien dan peningkatan kadar AST (SGOT) sekitar
44,4%. Selain itu, kadar ALT dan AST normal ditemukan pada 75% dan 55,6%
pasien. (Sari, 2012)
Dari segi jenis kelamin, prevalensi pada pria ditemukan sebesar 66,7%.
Sedangkan, pada wanita sebesar 33,3% dengan perbandingan 2 : 1 (pria: wanita).
Pada studi ini, NAFLD paling banyak ditemukan pada usia 48 tahun. (Sari, 2012)
Berdasarkan data-data tersebut, maka sangat besar kemungkinan
peningkatan kasus NAFLD di Kota Medan karena sindrom metabolik yang
merupakan penyebab utama NAFLD telah menjadi masalah kesehatan publik baik
di negara maju maupun negara berkembang. Selain itu, peningkatan kasus ini juga
diakibatkan karena pola hidup masyarakat kota yang cenderung kurang bergerak
(sedentary) dan konsumsi makanan tinggi kalori. (Durazzo et al, 2014 ; Moon et

al, 2013 ; Berardis et al, 2013)
Studi kasus perlu dilakukan di RSHAM (Rumah Sakit Haji Adam Malik)
karena RSHAM merupakan rumah sakit pusat rujukan untuk wilayah Sumatera
dan lokasi yang strategis di ibukota provinsi.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “bagaimana frekuensi dan faktor risiko pasien NAFLD
(Non Alcoholic Fatty Liver Disease) di RSUP HAM Medan pada tahun 20112014”.

Universitas Sumatera Utara

4

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui frekuensi dan faktor risiko pasien NAFLD di RSUP HAM
Medan pada tahun 2011-2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui frekuensi NAFLD di RSUP HAM pada tahun 2011-2014
dan distribusi pasien berdasarkan keadaan demografi (jenis kelamin,
usia, dan suku).
2. Mengetahui distribusi pasien NAFLD berdasarkan komponen tunggal
sindrom metabolik
3. Mengetahui distribusi pasien NAFLD berdasarkan status sindrom
metabolik.
4. Mengetahui distribusi pasien NAFLD berdasarkan tes fungsi hati.
5. Mengetahuidistribusi pasien NAFLD berdasarkan penyakit penyerta.

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Sebagai bahan masukan dalam pemilihan terapi definitif pada
pasien.
2. Sebagai salah satu sumber pustaka cetak maupun elektronik yang
dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa lainnya.
3. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran.
4. Sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara