Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

25

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Ketepatan Waktu
Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan
keuangan adalah ketepatan waktu. Rentang waktu antara tanggal laporan
keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke
publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan
(McGee, 2007). Tepat waktu didefinisikan sebagai suatu pemanfaatan informasi
oleh pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atau
kemampuan untuk mengambil keputusan (Chariri dan Ghozali, 2003:92).
Menurut (Ukago dan Ghozali, 2005) dalam Srimindarti (2008)
mengemukakan bahwa ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan
keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan
perubahan dalam perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dan

membuat prediksi dan keputusan.
Ketepatan waktu menurut (Chambers dan Penman, 1984) dalam Hilmi dan
Ali (2008) didefinisikan menjadi dua, yaitu (1) ketepatan waktu sebagai
keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal
melaporkan, dan (2) ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu
pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Sedangkan menurut
(Dyer dan Mc Hugh, 1975) dalam Bandi dan Hananto (2002) ketepatan waktu
pelaporan dilihat dari:

Universitas Sumatera Utara

26

1.

Keterlambatan audit, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor.

2.


Keterlambatan pelaporan, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan auditor
sampai tanggal pelaporan oleh BEI.

3.

Keterlambatan total, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu adalah

batasan penting pada publikasi laporan keuangan dimana laporan keuangan harus
disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk melihat perubahan keadaan
perusahaan yang mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.
Dari segi regulasi di Indonesia bahwa ketepatan waktu (timeliness)
merupakan kewajiban bagi perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Di pasar modal Indonesia
khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan perusahaan dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu laporan keuangan tahunan, laporan tengah tahunan dan
laporan keuangan triwulanan atau disebut juga sebagai laporan keuangan intern.
Sesuai dengan peraturan X.K.2 yang diterbitkan Bapepam, maka
penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat waktu

apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah
tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut. Keterlambatan
penyampaian laporan keuangan dapat berakibat buruk bagi perusahaan terutama
bagi investor . Para investor melihat keterlambatan ini sebagai sinyal buruk bagi
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

27

Ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan akan memberikan andil
bagi kinerja perusahaan yang efisien di pasar saham yaitu sebagai fungsi evaluasi
dan harga, mengurangi tingkat insider trading dan kebocoran serta rumor-rumor
di pasar saham (Rachmawati, 2008). Oleh karena itu tepat waktu merupakan
sebuah keharusan dalam publikasi laporan keuangan sehingga ada jaminan
tentang relevansi informasi yang bersangkutan (Wirakusuma, 2004).

2.1.2 Teori Keagenan
Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen
sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik

keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Teori keagenan menjelaskan berbagai
konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang
saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang saham, kreditur dan
manajer yang disebabkan adanya hubungan keagenan (Septiani, 2005). Di dalam
hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih
(principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh sebab itu, manajer mempunyai kewajiban memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi yaitu laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai

Universitas Sumatera Utara

28

pihak, termasuk manajemen perusahaan. Namun yang paling berkepentingan

dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen).
Hal ini dikarenakan pengguna laporan keuangan di luar manajemen berada dalam
kondisi ketidakpastian.
Situasi ini akan memicu timbulnya suatu kondisi yang disebut sebagai
asimetri informasi, yaitu suatu kondisi dimana manajemen tidak secara penuh
menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke
pasar modal. Untuk menghindari asimetris informasi, perusahaan harus
memberikan informasi sebagai sinyal kepada investor. Asimetris informasi perlu
diminimalkan, sehingga perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan
perusahaan secara transparan kepada investor. Informasi laporan keuangan yang
disampaikan secara tepat waktu akan mengurangi asimetri informasi yang erat
kaitannya dengan teori agency (Kim dan Verrechia, 1994) dalam Kadir (2011).
Sehingga dalam hubungan keagenan, manajemen diharapkan dalam mengambil
kebijakan perusahaan terutama kebijakan keuangan yang menguntungkan pemilik
perusahaan.

2.1.3 Teori Kepatuhan
Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang
psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses
sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Menurut

Saleh (2004) terdapat dua perspektif dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan
pada hukum, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

29

1. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh
kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perilaku.
2. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai
moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai
dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui
moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi
hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan
komitmen

normatif


melalui

legitimasi (normative

commitment

through

legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut
memiliki hak untuk mendikte perilaku (Saleh, 2004).
Sesuai Peraturan Bapepam tentang kewajiban penyampaian laporan
keuangan berkala serta Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal,
perusahaan go public di Indonesia dituntut untuk tepat waktu dalam penyampaian
laporan keuangan tahunan perusahaan. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum
mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi
(perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan
laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal
ini sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).

2.1.4 Teori Sinyal

Teori sinyal dan informasi asimetri digagas pertama kali oleh Ackerlof,
Spence dan Stigliz yang menjadikan mereka memperoleh Nobel Ekonomi pada

Universitas Sumatera Utara

30

tahun 2001. Signalling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan
yang menggunakan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak luar.
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena
terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent)
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang
daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar

menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri
informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan
yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan yang akan datang (Jama'an, 2008).
Menurut Hanafi (2004) bahwa perusahaan yang mempunyai keyakinan
mengenai prospek yang baik ke depan akan cenderung mengkomunikasikan berita
tersebut kepada investor. Sehingga perusahaan yang memiliki kualitas yang baik
akan memberikan sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangan
perusahaan dengan tepat waktu. Sedangkan perusahaan yang berkualitas buruk,

Universitas Sumatera Utara

31

dimana perusahaan tersebut tidak dapat meniru ketepatan waktu dalam pelaporan
berita ini sehingga dianggap sebagai berita buruk (bad news).

2.1.5 Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan tidak hanya memuat laporan keuangan namun juga
cara-cara lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh
sistem akuntansi yaitu informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan
perusahaan, dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2003:89).
Pelaporan keuangan diharapkan memberi informasi mengenai kinerja
keuangan perusahaan selama suatu periode dan bagaimana manajemen dari
sebuah perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik
(Chariri dan Ghozali, 2003:91). Pelaporan keuangan tidak dirancang untuk
mengukur nilai dari perusahaan bisnis secara langsung, namun informasi yang
disajikan dapat membantu bagi mereka yang ingin memperkirakan nilainya.
Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal dinyatakan
dengan jelas bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan
berkala dan laporan insidental lainnya kepada Bapepam. Bapepam mengeluarkan
lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan
bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan
tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003,
Bapepam semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan


Universitas Sumatera Utara

32

Bapepam Nomor X.K.2, lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor: KEP36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala.
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang
lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dalam peraturan
Bapepam Nomor X.K.2 disebutkan bahwa laporan keuangan yang harus
disampaikan ke Bapepam terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan jenis industrinya, dan catatan atas laporan keuangan.
Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau
perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa
Efek di negara lain, dengan dikeluarkannya keputusan ketua badan pengawas
pasar modal dan lembaga keuangan Nomor 40/BL/2007 tentang jangka waktu
penyampaian laporan keuangan berkala dan laporan tahunan bagi emiten atau
perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek Indonesia dan bursa
efek di negara lain. Dalam lampirannya, yaitu peraturan Bapepam Nomor X.K.7,
disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada
Bapepam dan laporan keuangan dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain
tersebut.
Berkaitan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
persyaratan ketepatan waktu merupakan suatu keharusan, karena perusahaan yang
tidak tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya akan dikenakan sanksi

Universitas Sumatera Utara

33

administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang
pasar modal yang menyatakan bahwa ”emiten yang pernyataan pendaftarannya
telah menjadi efektif,dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) atas
setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah
keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).”

2.1.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Penyampaian Laporan Keuangan

Ketepatan

Waktu

2.1.6.1 Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat
efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan (Saleh, 2004). Rasio
profitabilitas juga berfungsi untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan. Efisiensi dikaitkan
dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Dalam penelitian ini, profitabilitas
diukur dengan menggunakan ROA. Return on assets (ROA) merupakan salah satu
rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets (ROA) adalah
perbandingan antara laba bersih dengan rata – rata total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Analisa ROA ini merupakan teknik analisa yang lazim digunakan
oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan.
Return on assets yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
digunakan untuk beroperasi mampu memberikan laba kepada perusahaan

Universitas Sumatera Utara

34

sehingga mempunyai peluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal
sendiri. Sebaliknya apabila Return on assets yang negatif menunjukkan bahwa
dari total aktiva yang digunakan perusahaan mengalami kerugian sehingga
menghambat pertumbuhan modal sendiri.
Menurut Wirakusuma (2004) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki
hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan
keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang
mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat
waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini
mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu
menyerahkan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008).

2.1.6.2 Leverage
Rasio debt to equity dikenal juga sebagai rasio financial leverage. Rasio
leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau
dibubarkan.

Semakin

tinggi

tingkat

leverage

suatu

perusahaan,

maka

menunjukkan bahwa tingkat hutang perusahaan tersebut tinggi. Selain itu semakin
besar tingkat leverage suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan
cenderung

mendapatkan tekanan

untuk

menyediakan

laporan keuangan

secepatnya bagi pihak kreditor dan semua pihak yang membutuhkannya (Wild,
dkk, 2004:41).

Universitas Sumatera Utara

35

Teori keagenan secara luas digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
leverage perusahaan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Teori
ini menyatakan bahwa tingkat

leverage perusahaan meningkat

seiring

meningkatnya transfer kekayaan bagi pemegang saham tetap. Debitur dapat
melindungi diri mereka, sementara manajer dan pemegang saham memiliki
insentif untuk meningkatkan tingkat monitoring secara sukarela dengan
meningkatkan pengungkapan informasi tambahan mengenai aktivitas - aktivitas
perusahaan (Hilmi dan Ali, 2008).

2.1.6.3 Ukuran Perusahaan
Menurut (Givoly dan Palmon, 1984) dalam Saleh (2004), ukuran
perusahaan lebih disebabkan oleh ketersediaan informasi yang terpublikasi.
Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat seiring dengan
ukuran perusahaan. Perusahaan besar lebih banyak disorot oleh investor
dibandingkan perusahaan kecil dan mendapat banyak tekanan untuk memberikan
informasi tepat waktu .
Dyer dan Mc. Hugh, Carslaw dan Kaplan dan Owusu-Ansah (Hilmi dan
Ali, 2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (asset)
yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi
dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian internal
yang kuat, adanya pengawasan investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka
akan memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya
dengan tepat waktu.

Universitas Sumatera Utara

36

Semakin besar ukuran perusahaan, makin banyak informasi yang
terkandung di dalam perusahaan, dan makin besar pula tekanan untuk mengolah
informasi tersebut, sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki
kesadaran

yang

lebih

tinggi

mengenai

pentingnya

infomasi

dalam

mempertahankan eksistensi perusahaan. Semakin tinggi kesadaran manajemen
mengenai pentingnya informasi bagi pihak – pihak yang berkepentingan, akan
membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu (Almilia dan
Setiady, 2006).

2.1.6.4 Struktur Kepemilikan
Kepemilikan perusahaan oleh manajer (insider ownership) merupakan
suatu hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perusahaan. Kepemilikan
perusahaan oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer sehingga mereka
akan lebih bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan. Dengan demikian,
kinerja pihak manajemen menjadi semakin baik. Berdasarkan argumen diatas
maka diduga konsentrasi kepemilikan manajer berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan perusahaan (Srimindarti, 2008).
Kepemilikan perusahaan dari pihak luar (outsider ownership) mempunyai
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui media massa
maupun kritikan atau komentar yang semuanya merupakan kekuatan publik atau
masyarakat. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan
mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati
menjadi perusahaan yang berjalan dengan pengawasan. Upaya pihak manajemen
untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan memberikan informasi

Universitas Sumatera Utara

37

pengembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi
dituntut untuk menyajikan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan
adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen akan dapat
lebih mendapat tekanan dari pihak luar untuk lebih tepat waktu (Saleh, 2004).

2.1.6.5 Kualitas KAP
Laporan keuangan yang telah dihasilkan oleh manajemen perusahaan akan
memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi para penggunanya. Oleh
karena itu, laporan keuangan tersebut harus disajikan secara lengkap, akurat, dan
terpercaya. Selain itu, laporan keuangan tersebut harus disajikan sesuai dengan
ketentuan dan standar akuntansi yang berlaku. Karena kebutuhan tersebut,
perusahaan akan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam
meningkatkan kualitas informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan
perusahaan.
Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 menyatakan bahwa
Kantor Akuntan Publik atau disingkat dengan KAP, adalah badan usaha yang
telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk
organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan
publik (Sukrisno, 2004:271).
Dalam hal peningkatan mutu dan kredibilitas dari laporan keuangan
perusahaan, biasanya perusahaan akan menggunakan auditor yang berasal dari
kantor akuntan publik yang besar serta memiliki reputasi atau nama baik. Ukuran

Universitas Sumatera Utara

38

perusahaan audit diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fees dalam
usaha mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada perusahaan audit
yang lain (Deis dan Giroux, 1992).
DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa perusahaan audit yang besar
adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas
audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena
perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi
akan kehilangan reputasinya, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian yang
lebih besar dengan kehilangan klien. Menurut Wibowo dan Rossieta (2009) ada
empat kelebihan skala auditor yaitu:
a. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP
b. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan
c. Luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi international
d. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP
Soedibyo (2010) menyatakan bahwa empat perusahaan akuntan publik di
Indonesia yang sangat besar diasosiasikan dengan empat jaringan CPA
Internasional yang paling besar baik dari segi pendapatan, jumlah professional
staf lebih dari 400 orang dan jumlah kliennya, yakni:
1. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman,
Ramli, Satrio dan rekan.
2. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko
dan Sandjaja.

Universitas Sumatera Utara

39

3. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto
Sahari dan rekan.
4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan
KAP Siddharta, Siddharta dan Widjaja.
Menurut Loeb (1971) menyebutkan bahwa kantor akuntan publik besar
memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal dibandingkan akuntan di kantor
akuntan publik kecil. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kantor akuntan publik
besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor
akuntan publik yang kecil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang menggunakan jasa kantor akuntan publik besar cenderung lebih tepat waktu
dalam menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit kepada publik.

2.1.6.6 Komite Audit
Keberadaan komite audit pada perusahaan publik di Indonesia secara
resmi dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan keluarnya Keputusan
Direksi Bursa Efek Jakarta No: Ke-315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan
Pencatatan Efek Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat
Ekuitas di Bursa yang menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan
pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang
terdaftar di BEI wajib memiliki komisaris independen, komite audit, dan
sekretaris perusahaan.
Purwati (2006) menyatakan bahwa komite audit adalah salah satu komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan
komisaris dengan tugas dan tanggungjawab utama untuk memastikan prinsip-

Universitas Sumatera Utara

40

prinsip good corpotare governance terutama transparansi dan disclousure
diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris perusahaan, yang anggotanya
diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris, yang bertugas untuk
membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam pengelolaan perusahaan (Keputusan Direksi BEJ No. Kep315/BEI/06/2000).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu
melaksanakan tugas dan fungsinya, yang harus bebas dari pengaruh manajemen
perusahaan dan bersifat independen serta hanya bertanggung jawab kepada dewan
komisaris.
Ketentuan mengenai struktur komite audit menurut Keputusan Ketua
BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Peraturan
Nomor IX.1.5 Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit
adalah sebagai berikut :
1. Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan
dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak
sebagai ketua komite audit. Dalam hal ini komisaris independen yang menjadi
anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak
sebagai ketua komite audit.

Universitas Sumatera Utara

41

Menurut surat edaran Bapepam nomor SE 03/PM/2002 menyatakan bahwa
komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen
perusahaan dengan proporsi 30% untuk terselenggaranya pengelolaan korporasi
yang baik. mengawasi proses audit dan memastikan kualitas laporan keuangan.
Bapepam (2000) juga menyatakan bahwa Komite Audit bertanggung jawab antara
lain:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi, serta informasi keuangan
lainnya.
2. Melakukan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap

peraturan

perundang - undangan di bidang pasar modal dan peraturan lain yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan publik untuk memastikan semua resiko yang penting telah
dipertimbangkan.
Komite audit pada aspek akuntansi dan pelaporan keuangan diharapkan
dapat melaksanakan beberapa fungsi yaitu menelaah seluruh laporan keuangan
untuk menjamin objektivitas, kredibilitas, reliabilitas, integritas, akurasi dan
ketepatan waktu penyajian laporan keuangan (Kurnianingsih dan Supomo, 1999)
dalam Diyanti (2010). Selain itu, peran komite audit yang efektif akan
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan auditan dan membantu dewan direksi
memperoleh kepercayaan dari pemegang saham untuk memenuhi kewajiban
penyampaian informasi (Fama dan Jensen, 1983) dalam Diyanti (2010).

Universitas Sumatera Utara

42

2.1.6.7 Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris menggambarkan puncak dari sistem pengendalian pada
perusahaan besar, yang memiliki peran ganda yaitu peran untuk memonitor dan
sebagai pengesahan (ratification). Agar pelaksana ratifikasi efektif, dewan
komisaris melibatkan manajer internal dengan keahlian tertentu, sedangkan agar
pelaksanaan pengawasan efektif maka dewan komisaris memasukkan anggota
manajemen dari luar yang independen. Menurut Undang – Undang Republik
Indonesia No. 40 tahun 2007 Komisaris independen diangkat berdasarkan
keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama,
anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Menurut peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000 menyatakan beberapa kriteria
tentang komisaris independen sebagai berikut:
1. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau
pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat
yang bersangkutan.
2. Tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau komisaris lainnya dari
perusahaan tercatat yang bersangkutan.
3. Tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi
dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.
4. Harus memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas
yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling
shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Universitas Sumatera Utara

43

Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik,
perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya
proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang
saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurangkurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Chen dan Jaggi (2000)
dalam Diyanti (2010) menjelaskan bahwa proses pengawasan dari dewan
komisaris independen akan lebih responsif terhadap investor dan meningkatkan
kepatuhan dan kualitas perusahaan terhadap pengungkapan. Dewan komisaris
independen akan membuat proses pengawasan berjalan dengan efektif dan
berdasarkan fakta bahwa ketika perusahaan di dominasi oleh dewan komisaris
yang tidak independen, maka permainan antara manajer dan anggota dewan
komisaris dapat terjadi. Hal ini akan membahayakan bagi kepentingan
shareholder dan proses transparansi dari perusahaan tersebut. Dewan komisaris
yang independen menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan
perusahaan dalam melakukan pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan
tersebut (Diyanti, 2010)

2.2

Review Peneliti Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian mengenai

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian dilakukan Turel
(2010) yang berjudul Timeliness of Financial Reporting in Emerging Capital
Markets : Evidence from Turkey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa net
income, audit opinion, auditor firm dan industry berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan di Turki, sedangkan size tidak berpengaruh.

Universitas Sumatera Utara

44

Peneliti

Kadir

(2010),

melakukan

pengujian

faktor-faktor

yang

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan di BEI. Variabel yang
digunakan rasio gearing, struktur kepemilikan, profitabilitas, size, age dan pos –
pos luar biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya struktur kepemilikan
berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan di
BEI.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Owusu-Ansah (2000), meneliti
ketepatan waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe, yang
menguji variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing (kecepatan), item
luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas operasi perusahaan
dan umur perusahaan. Hasil penelitiannya hanya ukuran perusahaan dan ROA
yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akhir
tahun yang telah diaudit.
Penelitian yang dilakukan oleh Merdekawati dan Arsjah (2011) tentang
timeliness of financial reporting analysis: an empirical study in indonesia stock
exchange. Variabel yang digunakan adalah corporate governance, audit opinion
,firm size, profitability, debt ratio, price earning ratio dan dividend payout ratio.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate governance dan auditor’s opinion
signifikan negatif terhadap audit lag dan reporting lag. Ukuran perusahaan
signifikan positif terhadap audit lag and reporting lag. Company debt level tidak
signifikan terhadap audit lag, tetapi signifikan terhadap reporting lag.
Penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1999), menguji beberapa faktor
ketepatan waktu perusahaan – perusahaan di Indonesia dengan variabel yang
digunakan adalah size, profitability dan financial distress. Hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara

45

menemukan bahwa hanya ROA secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan. Ringkasan review penelitian terdahulu tercantum dalam
Tabel 2.1
Nama Peneliti

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian

Turel (2010)

Timeliness of
Financial Reporting in
Emerging Capital
Markets : Evidence
from Turkey

Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
(Report Lag)
Variabel Independen: net
income, audit opinion,
auditor firm, industry, size

Net income, audit opinion,
auditor firm dan industry
berpengaruh
terhadap
ketepatan waktu pelaporan
keuangan
di
Turki,
sedangkan
size
tidak
berpengaruh
terhadap
ketepatan waktu pelaporan
keuangan

Kadir
(2010)

Faktor – Faktor yang
Berpengaruh terhadap
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
Studi Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta

Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan
Keuangan
Variabel Independen:
DER, struktur kepemilikan,
ROA, TA, pos –pos luar
biasa dan umur perusahaan

Struktur
kepemilikan
berpengaruh
signifikan
terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan

Owusu &
Ansah
(2000)

Timeliness of
corporate financial
reporting in emerging
capital markets:
empirical evidence
from the Zimbabwe
Stock Exchange

Variabel Dependen:
Ketepatan waktu pelaporan
keuangan
Variabel Independen:
Total Asset,ROA,
DER,umur perusahaan. itemitem luar biasa dan/atau
kontinjen, bulan dari
akhir tahun finansial, dan
kompleksitas operasi
perusahaan
Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
(Audit Lag dan Report Lag)
Variabel Independen:
corporate governance, audit
opinion ,Total Asset, ROA,
DER, PER dan DPR

Hanya total asset maupun
ROA
signifikan
dari
ketepatan waktu pelaporan
di Zimbabwe.

Merdekawati dan
Arsjah (2011)

Na’im (1999)

Timeliness of
Financial Reporting
analysis: an Empirical
Study in Indonesia
Stock Exchange

Timeliness of annual
financial statement
submission: preliminary
empirical evidence from
Indonesia

Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Variabel Independen:
Total Asset,ROA,DER

Corporate governance dan
Auditor’s
opinion
signifikan
negative
terhadap audit lag dan
reporting lag. Total Asset
signifikan positif terhadap
audit lag and reporting lag.
DER
tidak
signifikan
terhadap audit lag, tetapi
signifkan
terhadap
reporting lag.
ROA
berpengaruh
terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 39 83

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI

1 19 93

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 5 106

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

0 2 5

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 25