Hubungan Asimetri Sepertiga Wajah Bawah dan Asimetri Lengkung Gigi pada Pasien yang Dirawat di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Simetri berasal dari bahasa Yunani ‘Symmetria’ yang berarti ukuran yang
sama.1 Simetri wajah merupakan suatu kondisi keseimbangan yang sempurna pada
kedua sisi wajah kiri dan kanan serta menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi yang
sama.1,2 Kesimetrisan mutlak atau sempurna merupakan suatu konsep teori yang
jarang sekali ditemui pada individu. Sedangkan asimetri pada wajah dan gigi
merupakan suatu fenomena yang normal terjadi pada individu.3
Ghasemianpour pernah melakukan penelitian untuk meneliti asimetri wajah
pada pelajar usia 14 – 17 tahun di Tehran. Beliau mengelompokkan asimetri wajah
menjadi tiga yaitu asimetri skeletal, asimetri dental dan asimetri fungsional. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa hampir 50% sampel dari 400 perempuan dan
420 laki-laki dapat memperlihatkan sekurang-kurangnya terdapat 1 jenis asimetri
pada wajah mereka.4 Haraguchi yang meneliti 2619 pasien yang pernah menjalani
perawatan ortodonti di Universitas Jepang melaporkan bahwa asimetri wajah dapat
ditemukan pada pasien yang sedang maupun sudah menjalani perawatan ortodonti.5
Dari hasil pemeriksaan asimetri wajah, sebanyak 79,7% pasien memiliki wajah

sebelah kanan lebih lebar. Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan deviasi dagu, sebanyak
79,3% pasien memiliki deviasi dagu ke kiri.5 Menurut penelitian Smith dan Bailit,
dari 150 orang yang pernah dirawat ortodonti di Bougainville terdapat 70% yang
subjek menunjukkan asimetri lengkung gigi kurang dari 0.5 mm dan sebanyak 97%
pasien memiliki asimetri yang kurang dari 2.5 mm.6
Berdasarkan struktur yang terlibat maka asimetri dapat diklasifikasikan atas
tipe skeletal, dental, jaringan lunak dan fungsional.7,8 Asimetri skeletal merupakan
asimetri yang terjadi pada tulang pembentukan wajah. Hal ini dapat terjadi pada
maksila atau mandibula, ataupun melibatkan beberapa tulang.1,8 Asimetri dental
merupakan ketidakseimbangan pada gigi dan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu,

Universitas Sumatera Utara

2

ketidakseimbangan antara jumlah gigi dengan lengkung gigi yang tersedia,
ketidakseimbangan antara jumlah gigi rahang atas dan bawah pada segmen yang
sama, ketidakseimbangan antara lengkung gigi rahang atas dan bawah, baik secara
keseluruhan maupun sebagian.2 Asimetri jaringan lunak adalah perkembangan
jaringan lunak yang tidak seimbang pada sebelah kiri dan kanan wajah. Hal ini dapat

disebabkan oleh perkembangan otot yang asimetri atau penyakit yang menyebabkan
atropi pada jaringan lunak seperti cerebral palsy. Asimetri fungsional merupakan
pengerakan mandibula yang tidak seimbang. Hal ini dapat terlihat pada saat
membuka dan menutup mulut dengan pengeseran mandibula ke lateral atau
anteroposterior.
Pada umumnya pasien yang didiagnosis mengalami asimetri wajah biasanya
juga disertai dengan asimetri dental.2 Menurut penelitian Servet dan Proffit, dari 1460
pasien yang dirawat di klinik dentofasial University of North Carolina terdapat 34%
(n= 196) pasien yang mempunyai asimetri wajah secara klinis. Dari 34% (n=496)
pasien yang memiliki asimetri wajah tersebut, 5% (n=23) asimetri terdapat pada 1/3
wajah atas, 36% (n=178) pada 1/3 wajah tengah (terutama pada hidung), dan 74%
(n=365) pada 1/3 wajah bawah.9
Asimetri dental merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
asimetri wajah. Hal ini disebabkan oleh susunan gigi yang sangat mempengaruhi 1/3
wajah bawah. Penelitian Ghasemianpour menunjukkan sekurang-kurangnya 20%
kasus asimetri wajah yang ditemui disebabkan oleh asimetri dental.4
Asimetri dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, faktor kongenital,
lingkungan dan deviasi fungsional.1,10 Faktor kongenital merupakan faktor yang
mempengaruhi pada masa prenatal, seperti celah langit langit dan bibir. Faktor
lingkungan merupakan faktor yang terjadi pada saat masa tumbuh kembang, seperti

kebiasaan mengisap jari atau karena trauma.1,7 Faktor deviasi fungsional disebabkan
oleh pengeseran mandibula yang terjadi akibat gangguan dari gigi.1,8 Menurut
penelitian Byron, 85% pola erupsi gigi dipengarhui oleh faktor herediter namun pada
masa tumbuh kembang seseorang, susunan gigi akan berubah akibat dengan pengaruh
dari lingkungan. Oleh karena itu, Byron menyatakan bahwa 50% asimetri terjadi

Universitas Sumatera Utara

3

akibat karena faktor herediter dan 50% terjadi akibat faktor lingkungan pada masa
tumbuh kembang.10
Perawatan ortodonti diperlukan untuk memperbaiki kondisi gigi geligi dan
mengatasi masalah asimetri dental.1 Pada kasus tertentu, ahli ortodonti akan
melakukan perawatan yang dapat mengubah penampilan wajah seperti tindakan
ekstraksi dan pemakaian pesawat fungsional.1 Namun untuk kasus asimetri yang
disebabkan oleh skeletal dan dental, bedah ortognatik diperlukan untuk memperbaiki
asimetri pada skeletal bersama dengan perawatan ortodonti.1
Dalam praktek kedokteran gigi, dapat dijumpai banyak pasien dengan asimetri
dental dan/atau wajah. Penelitian Maurice dan Kula pada 52 orang anak-anak

kaukasoid menyatakan bahwa asimetri pada fase gigi bercampur hanya 25% (n=11)
anak yang mengalami asimetri dental secara transversal.11 Asimetri harus dideteksi
sedini

mungkin

karena

asimetri

dental

seperti

posterior

crossbite

dapat


mempengaruhi pengunyahan dan pengerakan fungsional rahang. Kelainan tersebut
dapat menyebabkan terjadinya asimetri skeletal sehingga membutuhkan perawatan
yang lebih sulit dan rumit untuk memperbaikinya bila tidak dirawat sejak dini.
Penelitian Keski-Nisula membandingkan 167 orang anak yang pasca perawatan
ortodonti dan 104 orang anak sebagai kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan
perawatan ortodonti terhadap anak-anak pada fase gigi bercampur sangat efektif
dalam memperbaiki maloklusi Klas II (overjet yang berlebihan dan

deepbite),

openbite, crowding, anterior crossbite dan buccal crossbite.12
Pada umumnya alasan utama mayoritas pasien ingin memperbaiki asimetri
adalah karena masalah estetika dan keinginan untuk memperoleh penampilan wajah
yang seimbang, bukan karena gangguan fungsi. Oleh karena itu, perlu ditegakkan
diagnosis yang tepat sehingga dapat dilakukan penyusunan rencana perawatan yang
optimal dan hal ini berkaitan dengan kestabilan perawatan.
Penelitian tentang hubungan asimetri wajah dan asimetri lengkung gigi masih
sedikit dijumpai saat ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui prevalensi
kesimetrisan 1/3 wajah bawah dan lengkung gigi pada pasien yang dirawat di Klinik


Universitas Sumatera Utara

4

Ortodonti RSGMP FKG USU dan apakah terdapat hubungan antara asimetri wajah
dengan asimetri lengkung gigi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Berapakah prevalensi kesimetrisan 1/3 wajah bawah pada pasien yang dirawat
di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.
2. Berapakah prevalensi kesimetrisan lengkung gigi pada pasien yang dirawat di
Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.
3. Apakah terdapat hubungan antara asimetri wajah dengan asimetri lengkung
gigi?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prevalensi kesimetrisan 1/3 wajah bawah pada pasien yang
dirawat di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.
2. Untuk mengetahui prevalensi kesimetrisan lengkung gigi pada pasien yang
dirawat di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.

3. Untuk mengetahui hubungan antara asimetri wajah dan asimetri lengkung gigi.

1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara asimetri 1/3 wajah bawah dengan asimetri lengkung
gigi.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi bagi klinisi dalam menegakkan diagnosis dan rencana
perawatan yang tepat.
2. Memberikan informasi bagi pasien mengenai pentingnya perawatan ortodonti
interseptif.
3. Sebagai sumber untuk penelitian lanjutan

Universitas Sumatera Utara