Analisis Determinasi Faktor Faktor yang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peranan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan investasi
sangatlah penting, seiring dengan berkembangnya ekonomi saat ini masyarakat
mulai tertarik dengan investasi dipasar modal yang mana dibutuhkan data akurat,
handal dan terpercaya untuk mengambil keputusan investasi dengan melihat
tujuan laporan keuangan, Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan investasi. Komponen laporan keuangan lengkap
terdiri dari:
1.
Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2.
Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3.
Laporan perubahan ekuitas selama periode
4.
Laporan arus kas selama periode
2
5.
Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
informasi penting dan kebijakan atas akuntansi lainnya.
6.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan sesuatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan harus disajikan
secara realibel, relevan, dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan bisnis, oleh
karena itu laporan keuangan harus disajikan tepat waktu . Menurut Givoly dan
Palmon (1992) salah satu faktor penting dalam menentukan ketepatan waktu
pelaporan keuangan dan pengumuman laba adalah lamanya waktu penyelesaian
audit. Disamping itu ketepatan waktu (timeliness) merupakan kewajiban bagi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyampaikan laporan
keuangan berkala pertriwulan. Menurut Owusu-Ansah (2000), agar laporan
keuangan lebih bermanfaat selain harus tepat waktu Pelaporannya kepada publik,
laporan keuangan juga harus diaudit oleh akuntan publik.
Lamanya waktu
penyelesaian audit akan mempengaruhi ketepatan waktu publikasi informasi
laporan keuangan auditan. Tuntutan akan kepatuahan terhadap ketepatan waktu
(timelinees) dalam penyajian laporan keuangan kepada publik, diIndonesia telah
diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua
Bapepam No.8/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
3
berkala, pada 2003 dikeluarkan peraturan Nomor X.K.2 Tahun 2003, perihal
keputusan Ketua Badan Pengawas dan Pasar Modal Nomor : KEP-36/PM/2003
dan peraturan BEI nomor KeP-307/BEJ/07-2004 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala ke Pasar Modal, yaitu laporan keuangan tahunan
diserahkan paling lambat akhir bulan ketiga (90 hari) tahun berikutnya, setelah
tanggal laporan keuangan tahunan. Lamanya proses audit dalam pengauditan
dikenal dengan nama audit delay. Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikan
laporan auditor independen (Utami, 2006:19). Audit delay yang melewati batas
waktu ketentuan Bapepam, tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan
keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasi adanya
masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih
lama dalam penyelesaian audit. Keterlambatan publikasi laporan keuangan sangat
merugikan investor karena dapat menimbulkan terjadinya insider trading dan
rumor-rumor lain dipasar saham. Dalam PSAK No.2 (IAI, 2009) dinyatakan
bahwa tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan audit delay
semakin lama, yaitu: ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas
dan opini auditor.
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang diukur dari
besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dimana
4
menurut Machfoedz (1994:56) Ukuran perusahaan dikategorikan menjadi tiga
yaitu: 1) perusahaan besar, 2) perusahaan menengah, 3) perusahaan kecil. Hasil
penelitian
Febrianty
(2011:315)
menujukan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Carslaw dan Kaplan (1991)
menyatakan bahwa perusahaan besar cendrung memiliki kontrol internal yang
lebih solid yang dapat mengurangi terjadinya error dalam laporan keuangan
sehingga memungkinkan auditor untuk mengandalkan sistem kontrol internal
perusahaan lebih ekstensif. Namun hal ini berbeda dengan penelitian
Moch.Shulthoni (2012:64) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Boynton dan Kell (1996:152) , “Audit delay akan semakin
lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan
dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin
luasnya prosedur audit yang harus dilakukan.
Tingkat
profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
mengahasilkan laba. Caslaw dan Kaplan (1991) dimana perusahaan yang
mengalami rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan
pengauditan lebih lambat dari biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi cendrung mengharapkan penyelesaian audit
secepat mungkin agar dapat mengumumkan laporan keuangan ke publik lebih
awal. Penelitian yang dilakukan oleh Courtis (1976) menunjukan “profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap audit delay”.Namun hal tersebut berbeda dengan
penelitian oleh Titik aryati dan Maria Theresia (2005:vol 5) “Profitabilitas
menunjukan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap audit delay”.
5
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dibubarkan. Penelitian Febriyanti (2011) menunjukan
pengaruh signifikan antara rasio solvabilitas terhadap audit delay. Caslaw dan
Kaplan (1991) dalam Febrianti (2011) “proporsi debt to asset rasio yang tinggi
akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan
perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya,
mengaudit hutang lebih membutuhkan banyak staff dan lebih rumit dibanding
dengan mengaudit modal. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aryati (2005). Ditengarai, perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas yang
rendah cendrung ingin segara mempublikasikan laporan keuangannya karena hal
tersebut merupakan berita baik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
Opini auditor berdasarkan literature auditing terhadap laporan keuangan
perusahaan diklasifikasikan menjadi empat : 1) opini wajar tanpa pengecualian
(Unqualified opinion), 2) opini wajar dengan pengecualian (Qulified opinion), 3)
opini tidak wajar (Adverse opinion), 4) opini tidak memberikan pendapat
(Disclamer of opinion). Penelitian yang dilakukan oleh (Utami:2006) menunjukan
terdapat pengaruh antara opini auditor terhadap audit delay, hal ini dapat
dijelaskan dengan bahwa ketika opini auditor adalah selain unqualified maka
sebelum opini tersebut dipublikasikan maka manajeman akan melakukan
konsultasi dan negosiasi secara intensif dengan auditor sehingga memerlukan
waktu yang relatif lama. Namun penelitian Moch.Shultoni (2012:vol 1)
menujukan tidak ada pengaruh signifikan antara opini auditor dengan audit delay.
6
Penelitian ini juga mengembangkan penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Febrianty (2011). Penelitian Febrianty (2011) menguji tiga varibel
determinan audit delay yaitu ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas
KAP, sedangkan dalam penelitian ini menguji empat variabel faktor-faktor audit
delay, yaitu ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas, opini
auditor.
Penelitian Febrianty (2011) pengujian tiga variabel faktor-faktor audit
delay yaitu ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas KAP berpengaruh
signifikan terhadap audit delay. Penelitian terdahulu meneliti mengenai
perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2007-2009. Sedangkan penelitian ini mengambil sampel perusahaan sektor
industri dasar-kimia dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2010-2011, pemilihan sampel perusahaan sektor industri
dasar-kimia dan sektor aneka industri. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan
pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk. Selain itu industrialisasi juga
tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan
kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. UU
Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan
rancangan bangun dan perekayasaan industri, yang termasuk industri dasar-kimia
7
adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk,
industri silikat dan sebagainya. Industri dasar mempunyai misi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat
padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak
padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.
Sedangkan yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang mengolah
sumber daya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas
dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal
dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang diukur dari besarnya
total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Tujuan akhir yang
ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau
keuntungan maksimal. Profitabilitas adalah nilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
8
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mengambil judul untuk penelitian ini
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI DASARKIMIA DAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI
YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2011)”.
B.
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti
mengenai :
1.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
2.
Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay?
3.
Apakah rasio solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay?
4.
Apakah opini auditor berpengaruh terhadap audit delay?
5.
Apakah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas, opini
auditor secara simultan berpengaruh terhadap audit delay?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar :
1.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay.
2.
Pengaruh tingkat profitabilitas terhadap audit delay.
3.
Pengaruh rasio solvabilitas terhadap audit delay.
4.
Pengaruh opini auditor terhadap audit delay.
5.
Pengaruh ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas, opini
auditor secara simultan terhadap audit delay.
9
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1.
Manfaat secara teoritis
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di Indonesia,
terutama pada perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri,
serta referensi penelitian dimasa yang akan datang.
2.
Manfaat praktis
a.
Memberikan
informasi
kepada
auditor
untuk
mengidentifikasi
faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga diharapkan dapat
mengoptimalkan kinerja auditor dalam melakukan pekerjaannya.
b.
Memberikan informasi kepada badan regulator pasar modal dan dewan
pembuat standar akuntansi untuk mempertimbangkan faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap audit delay dalam membuat regulasi (kebijakan)
tentang pelaporan keuangan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Landasan Teori
Penyampain laporan keuangan auditan kepada regulator maupun kepada
publik merupakan kewajiban dari masing-masing perusahaan go public yang
diatur dalam keputusan Bapepam Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan
bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan keuangan pendapat yang
lazim harus disampaikan kepada Bapepeam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Menurut Owusu-Ansah
(2000), ketepatan waktu laporan keuangan dikategorikan menjadi 2 yaitu,
berhubungan dengan dampak ketepatan waktu laporan keuangan terhadap return
saham (Chambers dan Penman,1994) yang berhubungan dengan keterlambatan
pelaporan. Ketepatan waktu audit merupakan sinyal kompetensi manajemen
keuangan yang efektif dan penulis akan mendeskripsikan teori-teori apa saja yang
terkait dengan penelitian ini.
1.
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut jama’an (2008), signalling theory mengemukakan bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada penguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari
11
perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi
melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme yang menghasilkan laba. Teori sinyal juga dapat membantu pihak
perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi
asimetri informasi dengan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan,
untuk memastikan pihak-pihak meyakini keandalan informasi keuangan yang
disampaikan pihak perusahaan perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang
bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Umumnya pasar akan
merespon informasi tersebut sebagain suatu sinyal good news atau bad news.
Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham
perusahaan. Jika sinyal manajemen mengidikasikan good news, maka akan
meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya jika sinyal yang diberikan bad
news akan menurunkan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari
perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan
keputusan. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian
laporan keuangan kepublik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi
yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan oleh investor.
Semakin panjang audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news
sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangan perusahaan, yang
kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
12
2.
Teori Agensi (Agency Theory)
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995.569)
menunjukan hubungan keagenan yaitu kontrak antara principal dan agent. Agent
bekerja untuk melakukan tindakan sesuai keinginan principal. Pada perusahaan
yang modalnya terdiri atas saham pemegang saham bertindak sebagai principal,
dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa,kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Menurut jansen (1986), agency problem timbul karena orang cendrung
untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa
kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Konflik kepentingan
mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas ekonomi dimana
orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan
kepentigan orang lain. Dalam kontrak antara manajer dan para pemegang saham
maka manajer dan para pemegang saham dilihat sebagai principal. Teori agensi
menjelaskan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
berdasarkan keuntungan potensial dari pengungkapan yang meningkat dengan
biaya agensi (Hossain et al., 1995). Biaya agensi dapat meningkat karena
perbedaan kepentingan antara pemegang saham, manajer, dan kreditur. Watts dan
Zimmerman (1986) menemukan bukti empiris dimana hubungan keagenan antara
principal dan agent sering ditentukan oleh informasi akuntansi. Meningkatnya
pengungkapan akan mengurangi biaya agensi dan kesenjangan informasi
13
(Marston, 2003). Jadi kesimpulannya bahwa indikasi audit delay bagi pihak
perusahaan emiten diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaan
investor , kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering
terjadi maka semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan.
3.
Pengertian Auditing
Auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataanpernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak
yang berkepentingan, (Mulyadi, 2002:9).
Menurut Arens et.al. (2008:4), definisi audit adalah sebagai berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and established
criterria. Auditing should be done by a competent and independent
person”.Sedangakan menurut Agoes (2009:3) “Pemeriksaan (auditing) adalah
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistimatis oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut”. Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
14
tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau oragnisasi tersebut. Audit bukan
merupakan cabang akuntansi, tetapi merupakan suatu disiplin bebas, yang
mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan data kegiatan lainnya. Audit
atas laporan keuangan merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi laporan keuangan suatu entitas ekonomi untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut atas dasar
kesesuainnya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit atas laporan
keuangan dilakukan karena pertama, para pemakai laporan keuangan mempunyai
bermacam-macam kepentingan dan kepentingan mereka tidak sesuai dengan
kepentingan manajemen yang menyusun laporan keuangan tersebut. Kedua, para
pemakai laporan keuangan menginginkan data yang relavan dan penjelasan yang
memadai karena laporan keuangan merupakan sumber penting atau bahkan
merupakan satu-satunya informasi yang digunakan para pemakainya sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan. Ketiga, kekomplekan data dalam laporan
keuangan mengakibatkan risiko kemungkinan terjadinya kesalahan yang bersifat
material dan para pemakai semakin sulit untuk menilai kualitas dari laporan
keuangan tersebut.
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan
pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan
secara wajar , dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku diIndonesia. Ada empat tipe pokok laporan audit
yang diterbitkan auditor (Mulyadi, 2002:20), yaitu pendapat wajar tanpa
15
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan
pernyataan tidak menyatakan pendapat.
4.
Audit Delay
Laporan keuangan yang akurat, handal dan terpercaya sangat diperlukan
oleh pemilik perusahaan, investor, pemerintah dan stakeholder dari perusahaan
lainnya untuk menilai kinerja dan kondisi keuangan perusahaan tertentu. Laporan
keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan yang telah medapatkan
penilaian pihak eksternal yang independen dalam hal ini dilakukan oleh kantor
akuntan publik sebagai auditor independen. Semakin lama waktu yang diperlukan
untuk menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit maka relevansi informasi
dalam laporan keuangan tersebut semakin berkurang. Batas yang diberikan
Bapepam dalam penyampian laporan keuangan ke bursa paling lambat (90 hari)
setelah tanggal berakhirnya tahun buku dan telah diperiksa oleh akuntan publik.
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit terhitung
mulai dari tanggal tutup tahun buku sampai dengan diterbitkannya laporan audit.
(Wiwik Utami, 2006:4). Ahmad dan Kamarudin (2003) mendefinisikan audit
delay sebagai periode antara tanggal pelaporan keuangan oleh perusahaan dengan
tanggal penerbitan audit.
16
B.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
1.
Ukuran Perusahaan
Perusahaan berskala besar cendrung untuk tepat waktu dalam
penyampaian laporan keuangan, karena perusahaan tersebut dimonitor secara
ketat oleh investor, pegawai, kreditur dan pemerintah sehingga perusahaan besar
mendapat tekanan lebih tinggi untuk mengumumkan laporan yang telah diaudit
lebih awal. Ukuran perusahaan terkait dengan ketepatanwaktu laporan keuangan
tahunan, ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan
keuangan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aset adalah badan hukum yang
memiliki total asset tidak lebih dari seratus miliyar sedangkan perusahaan besar
adalah badan hukum yang total asetnya diatas seratus milyar. Penentuan
perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994).
Kategori ukuran perusahaan yaitu:
a.
Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 10 milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
penjualan lebih dari Rp. 50 milyar pertahun.
17
b.
Perusahan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
Rp 1-10 milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih
besar dari Rp 1 milyar dan kurang dari Rp 50 milyar pertahun
c.
Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki
penjualan minimal Rp 1 milyar pertahun.
Perusahaan yang memiliki aset yang besar memiliki lebih banyak sumber
informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih
maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan
auditannya lebih cepat.
2.
Tingkat profitabiltas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio
ini antara lain: GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin),
NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total Asset), ROE (Return On Equity).
a.
Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor
yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari operasi usahanya
18
yang murni. Gross Profit Margin semakin tinggi maka maka semakin baik
hasilnya.
b.
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
c.
Rasio Kemampuan Dasar untuk menghasilkan Laba (Basic Earning Power)
Dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak
(EBIT) dengan total aset. ROA = return on asset atau tingkat imbal hasil terhadap
aset.
d.
Return On Equity (ROE)
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profibilitas dari
sudut pandang pemengan saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut
pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun
capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return
pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat
solvabilitas keuangan perusahaan.
e.
Return On Asset ( ROA )
ROA = laba setelah pajak dibagi total aset, menunjukkan sebagus apa
manajemen dapat ‘memutar’ aset untuk menghasilkan laba. penelitian ini
19
menggunakan return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian
total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu: (1)
Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan. (2) Apabila
perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur
rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain. (3) ROA
dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. (4) ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
kinerja masing-masing divisi. (5) ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol
dan fungsi perencanaan. Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai
indikator
profitabilitas
perusahaan
berkaitan
dengan
ketepatan
waktu
penyampaian laporan keuangan. Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat
profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit
dan pengumuman laporan keuangan tahunan.
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap
audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar
terhadap
pengumuman
rugi
oleh
perusahaan.
Penelitian
Naim
(1998)
memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu
kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan
(1991) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan
meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang
biasanya. Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil
20
gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Menurut Givoly dan Palmon
(1982) bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan
dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Laba menunjukan keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, sehingga laba merupakan berita baik. Jika
pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajeman akan cendrung
melaporkan tepat waktu dan jika laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen
cendrung tidak melaporkan tepat waktu. Berlawanan dengan pemaparan di atas,
Ashton (1987) menyebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan
mempengaruhi audit delay.
3.
Rasio Solvabilitas (debt ratio)
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aset
perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan
dari para pemberi pinjaman (Bank). Solvabilitas/ Leverage adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Kemampuan operasi perusahaan
dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio solvabilitas
menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan utang dari luar untuk
membiayai operasi maupun ekspansi dirinya. Rasio ini mengukur presentase dari
dana yang diberikan olek para kreditor. Semakin rendah rasio utang, semakin
bagus kondisi perusahaan itu.
21
a.
Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (Times Interest Earned)
Rasio kelipatan pembayaran bunga digunkan untuk mengukur kemampuan
EBIT (Earning Before Interest and Tax) membayar bunga. Rasio kelipatan
pembayaran bunga dihitung dengan membagi laba sebelum beban bunga dan
pajak EBIT (Earning Before Interest and Tax) dengan beban bunga. Rasio TIE
mengukur sampai sejauh mana laba operasi dapat menurun , sebelum perusahaan
tidak mampu lagi membayar bunga tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi
kewajiban ini akan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum oleh kreditor
perusahaan yang nantinya akan bermuara kepada kebangkrutan perusahaan.
b.
Rasio Cakupan EBITDA
Rasio Cakupan EBITDA digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
untuk memenuhi beban-beban bunga atas Utangnya. Adapun Rasio yang
tergabung dalam Rasio Solvabilitas adalah :
1)
Rasio Utang terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio) = DER
Merupakan Perbandingan antara utang–utang dan ekuitas (modal) dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
2)
Rasio Utang terhadap Total Aset (Total Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara utang lancar dan utang jangka
panjang dan jumlah seluruh aset diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian
dari keseluruhan aset yang didanai oleh utang. Rasio solvabilitas adalah
22
pengukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan, baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas
dalam penelitian ini menggunakan debt to total asset ratio. Debt to total asset
ratio yang tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam masa
kesulitan keuangan. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal
yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian laporan keuangan, karena waktu
yang akan digunakan untuk menekan debt to total asset ratio serendah-rendahnya
(Hassanudin, 2002:54). Weston dan Copeland (1995) dalam Respati (2004)
menyatakan bahwa rasio solvabilitas mengukur tingkat aset perusahaan yang telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian solvabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Risiko perusahaan yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan
keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan
di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan
keuangan berisi berita buruk. (Ukago,2005). Pembahasan lebih lanjut dalam
menganalisa peranan solvabilitas guna menjelaskan rentang waktu penyelesaian
pelaporan keuangan ke publik, didasari oleh penemuan Jensen dan Meckling
(1976) yang menyatakan bahwa debt holders menghendaki syarat-syarat tertentu
dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen, yang salah
satunya mengharuskan manajemen menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan
bersifat rutin untuk waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat
menilai kinerja finansial manajemen. Wirakusuma (2004), konsisten dengan
23
penemuan Carslaw dan Kaplan (1991) memperoleh hubungan yang signifikan
antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan. Semakin tinggi rasio utang
terhadap total aset, semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaian audit laporan keuangan tahunan.
4.
Opini Auditor
Berdasarkan berbagai literatur tentang auditing (Mulyadi,2002:20), opini
auditor terhadap laporan keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi empat,
yaitu:
a.
Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam
penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima
umum tersebut serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
b.
Opini wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika secara
keseluruhan laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada
beberapa unsur yang dikecualikan,yang pengecualiannya tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
c.
Opini tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak
24
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus
kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak
dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung pendapatnya.
d.
Pernyataan tidak memberi pendapat (Disclaimer of opinion).
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan apabila auditor
tidak berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa keseluruhan laporan keuangan
disajikan secara wajar. Pernyataan tidak memberikan pendapat timbul karena
banyak pembatasan lingkup audit, hubungan yang tidak independen antara auditor
dengan klien menurut kode etik profesional.
Asthon et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang diberikan
qualified opinion cendrung memiliki audit delay yang lebih panjang karena secara
logika dapat dikatakan bahwa auditor membutuhkan waktu dan usaha untuk
mencari prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit. Ahmad dan
Kamarudin (2003), telah mengidentifikasi bahwa opini audit berpengaruh positif
terhadap audit delay. Sementara, Almosa dan Alabbas (2007) tidak berhasil
membuktikan pengaruh yang signifikan antara jenis opini audit terhadap audit
delay.
C.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan audit delay
menunjukan hasil yang berbeda. Rincian mengenai penelitian terdahulu dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini.
25
Table 2.1
Tinjauan penelitian terdahulu
No
Penelitian
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
1.
Courtis (1976)
Audit delay and the
Variabel
Timeliness of Corporate
dilteliti
Report:
perusahaan,
:
yang
Variabel yang dilteliti : Ukuran
Ukuran
perusahaan, Umur perusahaan,
Umur
Jumlah
pemegang
saham,
perusahaan, Jumlah
Jumlah
halaman
laporan,
pemegang
Kelompok industri berpengaruh
New Zeland
saham,
Tingkat
negative terhadap audit delay.
profitabilitas,
Sedangkan
Jumlah
profitablilitas
halaman
laporan, Kelompok
Tingkat
berpengaruh
positif terhadap audit delay.
industri
2.
Ahmad
dan
Audit delay and the
Variable
yang
Kamarudin (2003)
Timeliness of Corporate
diteliti :Total asset,
perusahaan,
Report:
jenis
berpengaruh negative terhadap
perusahaan,
Variable
Total
asset,
ukuran
delay.
jenis
KAP
ukuran KAP, Loss,
audit
Sedangkan,
Extraordinary item
Loss,Extraordinary item dan
dan opini audit
opini audit berpengaruh positif
Malysian Evidence
terhadap audit delay.
3.
Wiwik
(2006)
utami
Analisis
Determinan
Variable
yang
Audit Delay : Kajian
diteliti :
Ukuran
Empiris di Bursa Efek
perusahaan,
Indonesia
Industri,
Jenis
Variabel Ukuran perusahaan,
Jenis
Industri,
perusahaan
Lamanya
menjadi
klien
Lamanya
sebuah akuntan publik, Rasio
perusahaan menjadi
hutang terhadap ekuitas dan
klien
sebuah
Reputasi Auditor berpengaruh
akuntan
publik,
negatif terhadap audit delay.
Jenis opini auditor,
Sedangakan,
Laba/Rugi,
opini
Rasio
hutang
terhadap
ekuitas
dan
variabel Jenis
auditor,
Laba/Rugi
berpengaruh positif terhadap
26
4.
Moch.
Shulthoni
(2012)
Determinan
Audit
Reputasi Auditor
audit delay.
Variabel
yang
Variabel Ukuran perusahaan,
Ukuran
Jenis opini auditor dan Rasio
Delay dan Pengaruhnya
diteliti :
Terhadap
perusahaan,
Reaksi
Investor: Studi Empiris
industri,
pada Perusahaan yang
keuangan,
Listing di BEI Tahun
opini
2007-2009
Jenis
Kinerja
utang
tidak
terhadap
berpengaruh
audit
delay.
Jenis
Sedangkan, Kinerja keuangan,
auditor,
Ukuran KAP, Pengaruh audit
Ukuran KAP, Rasio
delay terhadap reaksi investor
utang dan Pengaruh
berpengaruh
audit delay terhadap
delay.
terhadap
audit
reaksi investor
5.
Febrianty(2011)
Faktor-faktor
yang
Variabel
Variabel Ukuran perusahaan,
Ukuran
Tingkat leverage dan Kualitas
Berpengaruh Terhadap
diteliti
Audit Delay Perusahaan
perusahaan, Tingkat
KAP
Sektor
leverage
terhadap audit delay.
Perdagangan
yang Terdaftar di BEI
:
yang
dan
berpengaruh
positif
Kualitas KAP
2007-2009
D.
Kerangka Pemikiran Dan Model Konseptual
1.
Kerangka Pemikiran
Informasi akuntansi mengenai laporan keuangan menunjukan tanggung
jawab manajeman atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Informasi akuntansi harus disajikan secara realibel, relevan dan tepat
27
waktu untuk pengambilan keputusan bisnis, oleh karena itu laporan keuangan
harus disajikan tepat waktu. Perihal keputusan Ketua Badan Pengawas dan Pasar
Modal Nomor : KEP-36/PM/2003 dan peraturan BEI nomor KeP-307/BEJ/072004 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala ke Pasar
Modal, yaitu laporan keuangan tahunan diserahkan paling lambat akhir bulan
ketiga (90 hari) tahun berikutnya, setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel, yaitu : Variabel
dependen (audit delay) dan Variebel independen (ukuran perusahaan, tingkat
profitabilitas, rasio solvabilitas dan opini auditor).
2.
Model Konseptual
Dari landasan teori diatas, dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Model Penelitian
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
29
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Untuk penelitian skripsi ini, penulis memperoleh data laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).
B.
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
kausal untuk mengetahui pengaruh independen variabel terhadap dependen
variabel. Dengan menggunakan data yang sudah ada pada tahun sebelumnya,
yaitu dokumentasi perusahaan berupa Laporan Keuangan tahunan periode
2010-2011. Dalam penelitian ini dilakukan uji statistik untuk mengetahui
pengaruh antara independen variabel dengan dependen variabel.
C.
Hipotesis
Berdasarkan uraian teori dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay.
Ha1 : Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay.
2.
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap Audit Delay.
Ha2 : Terdapat pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap Audit Delay.
3.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Audit Delay.
Ha3 : Terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Audit Delay.
30
4.
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay.
Ha4 : Terdapat pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay.
5.
Ho5 : Secara simultan tidak terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan,
Tingkat Profitabilitas, Rasio Solvabilitas dan Opini Auditor terhadap Audit
Delay.
Ha5 : Secara simultan terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat
Profitabilitas, Rasio Solvabilitas dan Opini Auditor terhadap Audit Delay.
D.
Variabel dan Skala Pengukuran
1.
Variabel Independen ( X )
a.
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Dalam penelitian ini total aset merupkan jumlah asset lancar, asset tetap,
investasi dan uang muka. Aset tidak berwujud juga dimasukan kedalam total
asset. Dan pengukurannya berdasarkan total asset yang dimiliki eminten pada
tahun pelaporan dengan menggunakan rasio.
b.
Tingkat Profitabilitas (PROFT)
Tingkat Profitabilitas, dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio
ROA(Return on Asset) yang diukur dari laba bersih setelah pajak dibagi total aset
akhir tahun setiap perusahaan sampel.
ROA=
NET INCOME
TOTAL ASSET
31
c.
Rasio Solvabilitas (DEBT)
Rasio utang terhadap total aset dijadikan indikator kondisi kesehatan suatu
perusahaan. Oleh karena itu, rasio utang diharapkan bisa mempengaruhi lamanya
waktu audit delay
DEBT =
d.
∑ TOTALLIABILITIES
∑ TOTAL ASSET
Opini auditor (OPIN)
Metode pengukuran opini auditor menggunakan variable dummy, karena
metode pengukuran tersebut telah digunakan pada penelitian sebelumnya oleh
Carslaw dan Kaplan, 1991; Hossain dan Taylor, 1998; Ahmad dan Kamarudin,
2003; Wiwik Utami, 2006; Almosa dan Alabbas, 2007; Moch. Shulthoni 2012.
Klasifikasi variable dummy yaitu, jika perusahaan yang diberi pendapat
unqualified akan diberi angka 1 dan jika perusahaan tidak diberi pendapat
unqualified akan diberi angka 0.
2.
Variabel Dependen ( Y )
a.
Audit Delay
Dijelaskan sebelumnya bahwa audit delay didefinisikan sebagai lamanya
waktu antara berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal laporan
audit (Ashton et al., 1987; Carslaw dan Kaplan, 1991).Variabel ini diukur secara
32
kuantitatif (jumlah hari) yang hasil akhirnya akan ditunjukkan dalam ukuran ratarata waktu (mean).
1.
Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua skala pengukuran, yaitu:
a.
Skala Rasio adalah skala yang menghimpun semua sifat yang dimiliki
oleh skala nominal, skala ordinal, serta skala interval. Data rasio adalah
data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolute. Untuk variabel audit delay (AUD),
ukuran perusahaan (SIZE), rasio solvabilitas
(DEBT), dan tingkat
profitabilitas (PROFT).
b.
Skala Nominal merupakan skala yang paling sederhana dimana angka
yang diberikan pada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan
kategori tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanya sekedar kode.
Untuk variabel opini auditor (OPIN).
Tabel 3.1
Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel
Definisi
AUD
Pengukuran
Rumus
jumlah
Jumlah
Skala
hari
dari
Rasio
33
hari yang dibutuhkan
auditor independen
untuk menyelesaikan
laporan
audit
independen.
tanggal tutup buku
perusahaan
smpai
tanggal
ditandatanganinya
laporan
audit
independen.
SIZE
Ukuran
besarnya
perusahaan
yang
dapat dilihat dari
total asset.
SIZE = total asset.
Rasio
ROA
Analisa kemampuan
perusahaan
dalam
menciptakan
laba
dengan
menggunakan asset
yang dimilikinya.
ROA = laba bersih
setelah pajak/ total
asset
Rasio
DEBT
Mengukur
tingkat
aset perusahaan yang
telah dibiayai oleh
penggunaan hutang
DEBT=
total
liabilitas/total asset
Rasio
OPIN
Pendapat
auditor
yang
dituangkan
dalam laporan audit
paling umum adalah
laporan audit standar
yang
unqualified,
yang biasa juga
disebut
laporan
standar
bentuk
pendek.
Variabel
dummy
dengan memberi nilai
1 untuk unqualified
opinion dan nilai 0
untuk
selain
unqualified opinion.
Nominal
Sumber : Diolah oleh peneliti
34
E.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumulkan data dan informasi yang diperlukan guna pembahasan
masalah dan penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode pengumpulan
data :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research),
Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang ada
mengambil data laporan keuangan tahunan perusahaaan hubungannya dengan
penelitian skripsi ini. Hal tersebut dimaksudkan sebagai sumber acuan untuk
membahas teori yang mendasari masalah dalam penelitian ini. Metode
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melihat
dokumen yang sudah terjadi (laporan keuangan dan laporan audit perusahaan).
Laporan keuangan auditan perusahaan diperoleh dari akses website Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id). Metode pengumpulan data menggunakan teknik
dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen yang sudah terjadi (laporan
keuangan dan laporan audit perusahaan).
F.
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang
telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
35
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan
yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2010-2011 yang telah diaudit oleh
auditor independen. Sifat data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Jenis data
Data Sekunder adalah, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika.
G.
Populasi dan Sampling
1.
Populasi
Gumilar (1999: 20) mengutip Sugiyono menyebutkan bahwa populasi
merupakan obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 68
perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri yang terdaftar di
dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 - 2011.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel yang
dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadaan populasi. Sampel dalam
penelitian ini, diambil dengan menggunakan metode secara tidak acak (non
probability) berdasarkan kriteria (purposive sampling). Kriteria dalam penentuan
sampel berdasarkan teknik non probability antara lain:
36
a.
Perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri yang
terdaftar secara terus-menerus dan menerbitkan laporan keuangan tahunan
selama tahun 2010 – 2011.
b.
Perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri go public
memperoleh laba selama tahun 2010 – 2011.
c.
Menampilkan data tanggal laporan audit independen tahun 2010 -2011.
d.
Laporan keuangan ditampilkan menggunakan mata uang rupiah tahun
2010 – 2011.
Berdasarkan purposive sampling yang telah dilakukan (tabel 3.2) maka
terdapat 36 perusahaan yang menjadi objek penelitian.
No
1
2
3
4
5
Tabel 3.2
Prosedur dan Hasil Pemilihan Perusahaan Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Penelitian
Total
Total Perusahaan sektor industri dasar-kimia
68
dan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI
2010-2011
Dikurangi
perusahaan
yang
laporan
(15)
keuangannya tidak lengkap selama berturutturut 2010-2011
Perusahaan
yang
menampilkan
rugi
(10)
komperhensif 2010-2011
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan
(7)
keuangan dalam mata uang rupiah 2010-2011
Sampel penelitian
36
Table 3.3
37
Daftar Nama Perusahaan Sektor Industri Dasar-Kimia dan Sektor Aneka Industri
yang menjadi Sampel Penelitian
N
Nama Perusahaan
Tahun
o
1 PT. Alaska Industrindo Tbk
2010 – 2011
2 PT. Asahimas Flat Gass Tbk
2010 – 2011
3 PT. Arwana Citramulia Tbk
2010 – 2011
4 PT. Astra Internasional Tbk
2010 – 2011
5 PT. Astra Otopart Tbk
2010 – 2011
6 PT. Sepatu Bata Tbk
2010 – 2011
7 PT. Primarindo Asia Infrastruktur Tbk
2010 – 2011
8 PT. Indo Korsa Tbk
2010 – 2011
9 PT. Berlina Tbk
2010 – 2011
10 PT. Citra Tubindo Tbk
2010 – 2011
11 PT. Ever Shine Tex Tbk
2010 – 2011
12 PT. Eterindo Wahanatama Tbk
2010 – 2011
13 PT. Goodyear Indonesia Tbk
2010 – 2011
14 PT. Gajah Tunggal Tbk
2010 – 2011
15 PT. Panisia Indosyntec Tbk
2010 – 2011
16 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk
2010 – 2011
17 PT. Indo Rama Sythentics Tbk
2010 – 2011
18 PT. Indo Spring Tbk
2010 – 2011
19 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
2010 – 2011
20 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk
2010 – 2011
21 PT. KMI Wire & Cable Tbk
2010 – 2011
22 PT. Kabelindo Murni Tbk
2010 – 2011
23 PT. Leyand Internasional Tbk
2010 – 2011
38
H.
24 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
2010 – 2011
25 PT. Multistrada Araha Sarana Tbk
2010 – 2011
26 PT. Nipress Tbk
2010 – 2011
27 PT. Pan Brother Tbk
2010 – 2011
28 PT. Asia Pasific Fibers Tbk
2010 – 2011
29 PT. Prima Alloy Stell Universal Tbk
2010 – 2011
30 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk
2010 – 2011
PT. Supreme Cable Manufakturing &
31 Commerce Tbk
2010 – 2011
32 PT. Surya Intrindo Makmur Tbk
2010 – 2011
33 PT. Selamat Sempurna Tbk
2010 – 2011
34 PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk
2010 – 2011
35 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
2010 – 2011
36 PT. Voksel Electric Tbk
2010 – 2011
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis mengunakan 2 metode analisis data, yaitu:
39
Analisa Statistika Deskriptif
i.
Analisa Statistika Deskriptif
berkenaan dengan bagaimana data dapat
digambarkan (dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya
menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel
atau grafik), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut,
sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, minimun, maksimum dan standar
deviasi dari variable-variabel yang diteliti. Metode ini digunakan untuk
mendeskriptifkan yang berguna sebagai alat untuk menganalisa data dengan cara
menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum.
2.
Analisis statistika inferensial
Analisis statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan
melakukan
pengambilan
keputusan
berdasarkan
analisis
data,
misalnya
melakukan pengujian hipotesis, melakuk
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peranan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan investasi
sangatlah penting, seiring dengan berkembangnya ekonomi saat ini masyarakat
mulai tertarik dengan investasi dipasar modal yang mana dibutuhkan data akurat,
handal dan terpercaya untuk mengambil keputusan investasi dengan melihat
tujuan laporan keuangan, Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan investasi. Komponen laporan keuangan lengkap
terdiri dari:
1.
Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2.
Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3.
Laporan perubahan ekuitas selama periode
4.
Laporan arus kas selama periode
2
5.
Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
informasi penting dan kebijakan atas akuntansi lainnya.
6.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan sesuatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan harus disajikan
secara realibel, relevan, dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan bisnis, oleh
karena itu laporan keuangan harus disajikan tepat waktu . Menurut Givoly dan
Palmon (1992) salah satu faktor penting dalam menentukan ketepatan waktu
pelaporan keuangan dan pengumuman laba adalah lamanya waktu penyelesaian
audit. Disamping itu ketepatan waktu (timeliness) merupakan kewajiban bagi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyampaikan laporan
keuangan berkala pertriwulan. Menurut Owusu-Ansah (2000), agar laporan
keuangan lebih bermanfaat selain harus tepat waktu Pelaporannya kepada publik,
laporan keuangan juga harus diaudit oleh akuntan publik.
Lamanya waktu
penyelesaian audit akan mempengaruhi ketepatan waktu publikasi informasi
laporan keuangan auditan. Tuntutan akan kepatuahan terhadap ketepatan waktu
(timelinees) dalam penyajian laporan keuangan kepada publik, diIndonesia telah
diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua
Bapepam No.8/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
3
berkala, pada 2003 dikeluarkan peraturan Nomor X.K.2 Tahun 2003, perihal
keputusan Ketua Badan Pengawas dan Pasar Modal Nomor : KEP-36/PM/2003
dan peraturan BEI nomor KeP-307/BEJ/07-2004 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala ke Pasar Modal, yaitu laporan keuangan tahunan
diserahkan paling lambat akhir bulan ketiga (90 hari) tahun berikutnya, setelah
tanggal laporan keuangan tahunan. Lamanya proses audit dalam pengauditan
dikenal dengan nama audit delay. Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikan
laporan auditor independen (Utami, 2006:19). Audit delay yang melewati batas
waktu ketentuan Bapepam, tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan
keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasi adanya
masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih
lama dalam penyelesaian audit. Keterlambatan publikasi laporan keuangan sangat
merugikan investor karena dapat menimbulkan terjadinya insider trading dan
rumor-rumor lain dipasar saham. Dalam PSAK No.2 (IAI, 2009) dinyatakan
bahwa tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan audit delay
semakin lama, yaitu: ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas
dan opini auditor.
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang diukur dari
besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dimana
4
menurut Machfoedz (1994:56) Ukuran perusahaan dikategorikan menjadi tiga
yaitu: 1) perusahaan besar, 2) perusahaan menengah, 3) perusahaan kecil. Hasil
penelitian
Febrianty
(2011:315)
menujukan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Carslaw dan Kaplan (1991)
menyatakan bahwa perusahaan besar cendrung memiliki kontrol internal yang
lebih solid yang dapat mengurangi terjadinya error dalam laporan keuangan
sehingga memungkinkan auditor untuk mengandalkan sistem kontrol internal
perusahaan lebih ekstensif. Namun hal ini berbeda dengan penelitian
Moch.Shulthoni (2012:64) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Boynton dan Kell (1996:152) , “Audit delay akan semakin
lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan
dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin
luasnya prosedur audit yang harus dilakukan.
Tingkat
profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
mengahasilkan laba. Caslaw dan Kaplan (1991) dimana perusahaan yang
mengalami rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan
pengauditan lebih lambat dari biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi cendrung mengharapkan penyelesaian audit
secepat mungkin agar dapat mengumumkan laporan keuangan ke publik lebih
awal. Penelitian yang dilakukan oleh Courtis (1976) menunjukan “profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap audit delay”.Namun hal tersebut berbeda dengan
penelitian oleh Titik aryati dan Maria Theresia (2005:vol 5) “Profitabilitas
menunjukan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap audit delay”.
5
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dibubarkan. Penelitian Febriyanti (2011) menunjukan
pengaruh signifikan antara rasio solvabilitas terhadap audit delay. Caslaw dan
Kaplan (1991) dalam Febrianti (2011) “proporsi debt to asset rasio yang tinggi
akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan
perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya,
mengaudit hutang lebih membutuhkan banyak staff dan lebih rumit dibanding
dengan mengaudit modal. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aryati (2005). Ditengarai, perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas yang
rendah cendrung ingin segara mempublikasikan laporan keuangannya karena hal
tersebut merupakan berita baik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
Opini auditor berdasarkan literature auditing terhadap laporan keuangan
perusahaan diklasifikasikan menjadi empat : 1) opini wajar tanpa pengecualian
(Unqualified opinion), 2) opini wajar dengan pengecualian (Qulified opinion), 3)
opini tidak wajar (Adverse opinion), 4) opini tidak memberikan pendapat
(Disclamer of opinion). Penelitian yang dilakukan oleh (Utami:2006) menunjukan
terdapat pengaruh antara opini auditor terhadap audit delay, hal ini dapat
dijelaskan dengan bahwa ketika opini auditor adalah selain unqualified maka
sebelum opini tersebut dipublikasikan maka manajeman akan melakukan
konsultasi dan negosiasi secara intensif dengan auditor sehingga memerlukan
waktu yang relatif lama. Namun penelitian Moch.Shultoni (2012:vol 1)
menujukan tidak ada pengaruh signifikan antara opini auditor dengan audit delay.
6
Penelitian ini juga mengembangkan penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Febrianty (2011). Penelitian Febrianty (2011) menguji tiga varibel
determinan audit delay yaitu ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas
KAP, sedangkan dalam penelitian ini menguji empat variabel faktor-faktor audit
delay, yaitu ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas, opini
auditor.
Penelitian Febrianty (2011) pengujian tiga variabel faktor-faktor audit
delay yaitu ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas KAP berpengaruh
signifikan terhadap audit delay. Penelitian terdahulu meneliti mengenai
perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2007-2009. Sedangkan penelitian ini mengambil sampel perusahaan sektor
industri dasar-kimia dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2010-2011, pemilihan sampel perusahaan sektor industri
dasar-kimia dan sektor aneka industri. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan
pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk. Selain itu industrialisasi juga
tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan
kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. UU
Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan
rancangan bangun dan perekayasaan industri, yang termasuk industri dasar-kimia
7
adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk,
industri silikat dan sebagainya. Industri dasar mempunyai misi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat
padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak
padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.
Sedangkan yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang mengolah
sumber daya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas
dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal
dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang diukur dari besarnya
total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Tujuan akhir yang
ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau
keuntungan maksimal. Profitabilitas adalah nilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
8
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mengambil judul untuk penelitian ini
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI DASARKIMIA DAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI
YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2011)”.
B.
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti
mengenai :
1.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
2.
Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay?
3.
Apakah rasio solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay?
4.
Apakah opini auditor berpengaruh terhadap audit delay?
5.
Apakah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas, opini
auditor secara simultan berpengaruh terhadap audit delay?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar :
1.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay.
2.
Pengaruh tingkat profitabilitas terhadap audit delay.
3.
Pengaruh rasio solvabilitas terhadap audit delay.
4.
Pengaruh opini auditor terhadap audit delay.
5.
Pengaruh ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, rasio solvabilitas, opini
auditor secara simultan terhadap audit delay.
9
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1.
Manfaat secara teoritis
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di Indonesia,
terutama pada perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri,
serta referensi penelitian dimasa yang akan datang.
2.
Manfaat praktis
a.
Memberikan
informasi
kepada
auditor
untuk
mengidentifikasi
faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga diharapkan dapat
mengoptimalkan kinerja auditor dalam melakukan pekerjaannya.
b.
Memberikan informasi kepada badan regulator pasar modal dan dewan
pembuat standar akuntansi untuk mempertimbangkan faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap audit delay dalam membuat regulasi (kebijakan)
tentang pelaporan keuangan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Landasan Teori
Penyampain laporan keuangan auditan kepada regulator maupun kepada
publik merupakan kewajiban dari masing-masing perusahaan go public yang
diatur dalam keputusan Bapepam Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan
bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan keuangan pendapat yang
lazim harus disampaikan kepada Bapepeam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Menurut Owusu-Ansah
(2000), ketepatan waktu laporan keuangan dikategorikan menjadi 2 yaitu,
berhubungan dengan dampak ketepatan waktu laporan keuangan terhadap return
saham (Chambers dan Penman,1994) yang berhubungan dengan keterlambatan
pelaporan. Ketepatan waktu audit merupakan sinyal kompetensi manajemen
keuangan yang efektif dan penulis akan mendeskripsikan teori-teori apa saja yang
terkait dengan penelitian ini.
1.
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut jama’an (2008), signalling theory mengemukakan bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada penguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari
11
perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi
melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme yang menghasilkan laba. Teori sinyal juga dapat membantu pihak
perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi
asimetri informasi dengan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan,
untuk memastikan pihak-pihak meyakini keandalan informasi keuangan yang
disampaikan pihak perusahaan perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang
bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Umumnya pasar akan
merespon informasi tersebut sebagain suatu sinyal good news atau bad news.
Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham
perusahaan. Jika sinyal manajemen mengidikasikan good news, maka akan
meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya jika sinyal yang diberikan bad
news akan menurunkan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari
perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan
keputusan. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian
laporan keuangan kepublik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi
yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan oleh investor.
Semakin panjang audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news
sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangan perusahaan, yang
kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
12
2.
Teori Agensi (Agency Theory)
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995.569)
menunjukan hubungan keagenan yaitu kontrak antara principal dan agent. Agent
bekerja untuk melakukan tindakan sesuai keinginan principal. Pada perusahaan
yang modalnya terdiri atas saham pemegang saham bertindak sebagai principal,
dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa,kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Menurut jansen (1986), agency problem timbul karena orang cendrung
untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa
kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Konflik kepentingan
mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas ekonomi dimana
orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan
kepentigan orang lain. Dalam kontrak antara manajer dan para pemegang saham
maka manajer dan para pemegang saham dilihat sebagai principal. Teori agensi
menjelaskan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
berdasarkan keuntungan potensial dari pengungkapan yang meningkat dengan
biaya agensi (Hossain et al., 1995). Biaya agensi dapat meningkat karena
perbedaan kepentingan antara pemegang saham, manajer, dan kreditur. Watts dan
Zimmerman (1986) menemukan bukti empiris dimana hubungan keagenan antara
principal dan agent sering ditentukan oleh informasi akuntansi. Meningkatnya
pengungkapan akan mengurangi biaya agensi dan kesenjangan informasi
13
(Marston, 2003). Jadi kesimpulannya bahwa indikasi audit delay bagi pihak
perusahaan emiten diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaan
investor , kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering
terjadi maka semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan.
3.
Pengertian Auditing
Auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataanpernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak
yang berkepentingan, (Mulyadi, 2002:9).
Menurut Arens et.al. (2008:4), definisi audit adalah sebagai berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and established
criterria. Auditing should be done by a competent and independent
person”.Sedangakan menurut Agoes (2009:3) “Pemeriksaan (auditing) adalah
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistimatis oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut”. Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
14
tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau oragnisasi tersebut. Audit bukan
merupakan cabang akuntansi, tetapi merupakan suatu disiplin bebas, yang
mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan data kegiatan lainnya. Audit
atas laporan keuangan merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi laporan keuangan suatu entitas ekonomi untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut atas dasar
kesesuainnya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit atas laporan
keuangan dilakukan karena pertama, para pemakai laporan keuangan mempunyai
bermacam-macam kepentingan dan kepentingan mereka tidak sesuai dengan
kepentingan manajemen yang menyusun laporan keuangan tersebut. Kedua, para
pemakai laporan keuangan menginginkan data yang relavan dan penjelasan yang
memadai karena laporan keuangan merupakan sumber penting atau bahkan
merupakan satu-satunya informasi yang digunakan para pemakainya sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan. Ketiga, kekomplekan data dalam laporan
keuangan mengakibatkan risiko kemungkinan terjadinya kesalahan yang bersifat
material dan para pemakai semakin sulit untuk menilai kualitas dari laporan
keuangan tersebut.
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan
pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan
secara wajar , dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku diIndonesia. Ada empat tipe pokok laporan audit
yang diterbitkan auditor (Mulyadi, 2002:20), yaitu pendapat wajar tanpa
15
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan
pernyataan tidak menyatakan pendapat.
4.
Audit Delay
Laporan keuangan yang akurat, handal dan terpercaya sangat diperlukan
oleh pemilik perusahaan, investor, pemerintah dan stakeholder dari perusahaan
lainnya untuk menilai kinerja dan kondisi keuangan perusahaan tertentu. Laporan
keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan yang telah medapatkan
penilaian pihak eksternal yang independen dalam hal ini dilakukan oleh kantor
akuntan publik sebagai auditor independen. Semakin lama waktu yang diperlukan
untuk menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit maka relevansi informasi
dalam laporan keuangan tersebut semakin berkurang. Batas yang diberikan
Bapepam dalam penyampian laporan keuangan ke bursa paling lambat (90 hari)
setelah tanggal berakhirnya tahun buku dan telah diperiksa oleh akuntan publik.
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit terhitung
mulai dari tanggal tutup tahun buku sampai dengan diterbitkannya laporan audit.
(Wiwik Utami, 2006:4). Ahmad dan Kamarudin (2003) mendefinisikan audit
delay sebagai periode antara tanggal pelaporan keuangan oleh perusahaan dengan
tanggal penerbitan audit.
16
B.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
1.
Ukuran Perusahaan
Perusahaan berskala besar cendrung untuk tepat waktu dalam
penyampaian laporan keuangan, karena perusahaan tersebut dimonitor secara
ketat oleh investor, pegawai, kreditur dan pemerintah sehingga perusahaan besar
mendapat tekanan lebih tinggi untuk mengumumkan laporan yang telah diaudit
lebih awal. Ukuran perusahaan terkait dengan ketepatanwaktu laporan keuangan
tahunan, ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan
keuangan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aset adalah badan hukum yang
memiliki total asset tidak lebih dari seratus miliyar sedangkan perusahaan besar
adalah badan hukum yang total asetnya diatas seratus milyar. Penentuan
perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994).
Kategori ukuran perusahaan yaitu:
a.
Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 10 milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
penjualan lebih dari Rp. 50 milyar pertahun.
17
b.
Perusahan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
Rp 1-10 milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih
besar dari Rp 1 milyar dan kurang dari Rp 50 milyar pertahun
c.
Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki
penjualan minimal Rp 1 milyar pertahun.
Perusahaan yang memiliki aset yang besar memiliki lebih banyak sumber
informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih
maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan
auditannya lebih cepat.
2.
Tingkat profitabiltas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio
ini antara lain: GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin),
NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total Asset), ROE (Return On Equity).
a.
Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor
yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari operasi usahanya
18
yang murni. Gross Profit Margin semakin tinggi maka maka semakin baik
hasilnya.
b.
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
c.
Rasio Kemampuan Dasar untuk menghasilkan Laba (Basic Earning Power)
Dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak
(EBIT) dengan total aset. ROA = return on asset atau tingkat imbal hasil terhadap
aset.
d.
Return On Equity (ROE)
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profibilitas dari
sudut pandang pemengan saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut
pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun
capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return
pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat
solvabilitas keuangan perusahaan.
e.
Return On Asset ( ROA )
ROA = laba setelah pajak dibagi total aset, menunjukkan sebagus apa
manajemen dapat ‘memutar’ aset untuk menghasilkan laba. penelitian ini
19
menggunakan return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian
total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu: (1)
Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan. (2) Apabila
perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur
rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain. (3) ROA
dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. (4) ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
kinerja masing-masing divisi. (5) ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol
dan fungsi perencanaan. Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai
indikator
profitabilitas
perusahaan
berkaitan
dengan
ketepatan
waktu
penyampaian laporan keuangan. Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat
profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit
dan pengumuman laporan keuangan tahunan.
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap
audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar
terhadap
pengumuman
rugi
oleh
perusahaan.
Penelitian
Naim
(1998)
memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu
kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan
(1991) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan
meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang
biasanya. Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil
20
gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Menurut Givoly dan Palmon
(1982) bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan
dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Laba menunjukan keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, sehingga laba merupakan berita baik. Jika
pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajeman akan cendrung
melaporkan tepat waktu dan jika laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen
cendrung tidak melaporkan tepat waktu. Berlawanan dengan pemaparan di atas,
Ashton (1987) menyebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan
mempengaruhi audit delay.
3.
Rasio Solvabilitas (debt ratio)
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aset
perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan
dari para pemberi pinjaman (Bank). Solvabilitas/ Leverage adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Kemampuan operasi perusahaan
dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio solvabilitas
menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan utang dari luar untuk
membiayai operasi maupun ekspansi dirinya. Rasio ini mengukur presentase dari
dana yang diberikan olek para kreditor. Semakin rendah rasio utang, semakin
bagus kondisi perusahaan itu.
21
a.
Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (Times Interest Earned)
Rasio kelipatan pembayaran bunga digunkan untuk mengukur kemampuan
EBIT (Earning Before Interest and Tax) membayar bunga. Rasio kelipatan
pembayaran bunga dihitung dengan membagi laba sebelum beban bunga dan
pajak EBIT (Earning Before Interest and Tax) dengan beban bunga. Rasio TIE
mengukur sampai sejauh mana laba operasi dapat menurun , sebelum perusahaan
tidak mampu lagi membayar bunga tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi
kewajiban ini akan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum oleh kreditor
perusahaan yang nantinya akan bermuara kepada kebangkrutan perusahaan.
b.
Rasio Cakupan EBITDA
Rasio Cakupan EBITDA digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
untuk memenuhi beban-beban bunga atas Utangnya. Adapun Rasio yang
tergabung dalam Rasio Solvabilitas adalah :
1)
Rasio Utang terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio) = DER
Merupakan Perbandingan antara utang–utang dan ekuitas (modal) dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
2)
Rasio Utang terhadap Total Aset (Total Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara utang lancar dan utang jangka
panjang dan jumlah seluruh aset diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian
dari keseluruhan aset yang didanai oleh utang. Rasio solvabilitas adalah
22
pengukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan, baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas
dalam penelitian ini menggunakan debt to total asset ratio. Debt to total asset
ratio yang tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam masa
kesulitan keuangan. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal
yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian laporan keuangan, karena waktu
yang akan digunakan untuk menekan debt to total asset ratio serendah-rendahnya
(Hassanudin, 2002:54). Weston dan Copeland (1995) dalam Respati (2004)
menyatakan bahwa rasio solvabilitas mengukur tingkat aset perusahaan yang telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian solvabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Risiko perusahaan yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan
keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan
di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan
keuangan berisi berita buruk. (Ukago,2005). Pembahasan lebih lanjut dalam
menganalisa peranan solvabilitas guna menjelaskan rentang waktu penyelesaian
pelaporan keuangan ke publik, didasari oleh penemuan Jensen dan Meckling
(1976) yang menyatakan bahwa debt holders menghendaki syarat-syarat tertentu
dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen, yang salah
satunya mengharuskan manajemen menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan
bersifat rutin untuk waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat
menilai kinerja finansial manajemen. Wirakusuma (2004), konsisten dengan
23
penemuan Carslaw dan Kaplan (1991) memperoleh hubungan yang signifikan
antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan. Semakin tinggi rasio utang
terhadap total aset, semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaian audit laporan keuangan tahunan.
4.
Opini Auditor
Berdasarkan berbagai literatur tentang auditing (Mulyadi,2002:20), opini
auditor terhadap laporan keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi empat,
yaitu:
a.
Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam
penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima
umum tersebut serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
b.
Opini wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika secara
keseluruhan laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada
beberapa unsur yang dikecualikan,yang pengecualiannya tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
c.
Opini tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak
24
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus
kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak
dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung pendapatnya.
d.
Pernyataan tidak memberi pendapat (Disclaimer of opinion).
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan apabila auditor
tidak berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa keseluruhan laporan keuangan
disajikan secara wajar. Pernyataan tidak memberikan pendapat timbul karena
banyak pembatasan lingkup audit, hubungan yang tidak independen antara auditor
dengan klien menurut kode etik profesional.
Asthon et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang diberikan
qualified opinion cendrung memiliki audit delay yang lebih panjang karena secara
logika dapat dikatakan bahwa auditor membutuhkan waktu dan usaha untuk
mencari prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit. Ahmad dan
Kamarudin (2003), telah mengidentifikasi bahwa opini audit berpengaruh positif
terhadap audit delay. Sementara, Almosa dan Alabbas (2007) tidak berhasil
membuktikan pengaruh yang signifikan antara jenis opini audit terhadap audit
delay.
C.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan audit delay
menunjukan hasil yang berbeda. Rincian mengenai penelitian terdahulu dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini.
25
Table 2.1
Tinjauan penelitian terdahulu
No
Penelitian
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
1.
Courtis (1976)
Audit delay and the
Variabel
Timeliness of Corporate
dilteliti
Report:
perusahaan,
:
yang
Variabel yang dilteliti : Ukuran
Ukuran
perusahaan, Umur perusahaan,
Umur
Jumlah
pemegang
saham,
perusahaan, Jumlah
Jumlah
halaman
laporan,
pemegang
Kelompok industri berpengaruh
New Zeland
saham,
Tingkat
negative terhadap audit delay.
profitabilitas,
Sedangkan
Jumlah
profitablilitas
halaman
laporan, Kelompok
Tingkat
berpengaruh
positif terhadap audit delay.
industri
2.
Ahmad
dan
Audit delay and the
Variable
yang
Kamarudin (2003)
Timeliness of Corporate
diteliti :Total asset,
perusahaan,
Report:
jenis
berpengaruh negative terhadap
perusahaan,
Variable
Total
asset,
ukuran
delay.
jenis
KAP
ukuran KAP, Loss,
audit
Sedangkan,
Extraordinary item
Loss,Extraordinary item dan
dan opini audit
opini audit berpengaruh positif
Malysian Evidence
terhadap audit delay.
3.
Wiwik
(2006)
utami
Analisis
Determinan
Variable
yang
Audit Delay : Kajian
diteliti :
Ukuran
Empiris di Bursa Efek
perusahaan,
Indonesia
Industri,
Jenis
Variabel Ukuran perusahaan,
Jenis
Industri,
perusahaan
Lamanya
menjadi
klien
Lamanya
sebuah akuntan publik, Rasio
perusahaan menjadi
hutang terhadap ekuitas dan
klien
sebuah
Reputasi Auditor berpengaruh
akuntan
publik,
negatif terhadap audit delay.
Jenis opini auditor,
Sedangakan,
Laba/Rugi,
opini
Rasio
hutang
terhadap
ekuitas
dan
variabel Jenis
auditor,
Laba/Rugi
berpengaruh positif terhadap
26
4.
Moch.
Shulthoni
(2012)
Determinan
Audit
Reputasi Auditor
audit delay.
Variabel
yang
Variabel Ukuran perusahaan,
Ukuran
Jenis opini auditor dan Rasio
Delay dan Pengaruhnya
diteliti :
Terhadap
perusahaan,
Reaksi
Investor: Studi Empiris
industri,
pada Perusahaan yang
keuangan,
Listing di BEI Tahun
opini
2007-2009
Jenis
Kinerja
utang
tidak
terhadap
berpengaruh
audit
delay.
Jenis
Sedangkan, Kinerja keuangan,
auditor,
Ukuran KAP, Pengaruh audit
Ukuran KAP, Rasio
delay terhadap reaksi investor
utang dan Pengaruh
berpengaruh
audit delay terhadap
delay.
terhadap
audit
reaksi investor
5.
Febrianty(2011)
Faktor-faktor
yang
Variabel
Variabel Ukuran perusahaan,
Ukuran
Tingkat leverage dan Kualitas
Berpengaruh Terhadap
diteliti
Audit Delay Perusahaan
perusahaan, Tingkat
KAP
Sektor
leverage
terhadap audit delay.
Perdagangan
yang Terdaftar di BEI
:
yang
dan
berpengaruh
positif
Kualitas KAP
2007-2009
D.
Kerangka Pemikiran Dan Model Konseptual
1.
Kerangka Pemikiran
Informasi akuntansi mengenai laporan keuangan menunjukan tanggung
jawab manajeman atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Informasi akuntansi harus disajikan secara realibel, relevan dan tepat
27
waktu untuk pengambilan keputusan bisnis, oleh karena itu laporan keuangan
harus disajikan tepat waktu. Perihal keputusan Ketua Badan Pengawas dan Pasar
Modal Nomor : KEP-36/PM/2003 dan peraturan BEI nomor KeP-307/BEJ/072004 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala ke Pasar
Modal, yaitu laporan keuangan tahunan diserahkan paling lambat akhir bulan
ketiga (90 hari) tahun berikutnya, setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel, yaitu : Variabel
dependen (audit delay) dan Variebel independen (ukuran perusahaan, tingkat
profitabilitas, rasio solvabilitas dan opini auditor).
2.
Model Konseptual
Dari landasan teori diatas, dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Model Penelitian
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
29
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Untuk penelitian skripsi ini, penulis memperoleh data laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).
B.
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
kausal untuk mengetahui pengaruh independen variabel terhadap dependen
variabel. Dengan menggunakan data yang sudah ada pada tahun sebelumnya,
yaitu dokumentasi perusahaan berupa Laporan Keuangan tahunan periode
2010-2011. Dalam penelitian ini dilakukan uji statistik untuk mengetahui
pengaruh antara independen variabel dengan dependen variabel.
C.
Hipotesis
Berdasarkan uraian teori dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay.
Ha1 : Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay.
2.
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap Audit Delay.
Ha2 : Terdapat pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap Audit Delay.
3.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Audit Delay.
Ha3 : Terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Audit Delay.
30
4.
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay.
Ha4 : Terdapat pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay.
5.
Ho5 : Secara simultan tidak terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan,
Tingkat Profitabilitas, Rasio Solvabilitas dan Opini Auditor terhadap Audit
Delay.
Ha5 : Secara simultan terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat
Profitabilitas, Rasio Solvabilitas dan Opini Auditor terhadap Audit Delay.
D.
Variabel dan Skala Pengukuran
1.
Variabel Independen ( X )
a.
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Dalam penelitian ini total aset merupkan jumlah asset lancar, asset tetap,
investasi dan uang muka. Aset tidak berwujud juga dimasukan kedalam total
asset. Dan pengukurannya berdasarkan total asset yang dimiliki eminten pada
tahun pelaporan dengan menggunakan rasio.
b.
Tingkat Profitabilitas (PROFT)
Tingkat Profitabilitas, dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio
ROA(Return on Asset) yang diukur dari laba bersih setelah pajak dibagi total aset
akhir tahun setiap perusahaan sampel.
ROA=
NET INCOME
TOTAL ASSET
31
c.
Rasio Solvabilitas (DEBT)
Rasio utang terhadap total aset dijadikan indikator kondisi kesehatan suatu
perusahaan. Oleh karena itu, rasio utang diharapkan bisa mempengaruhi lamanya
waktu audit delay
DEBT =
d.
∑ TOTALLIABILITIES
∑ TOTAL ASSET
Opini auditor (OPIN)
Metode pengukuran opini auditor menggunakan variable dummy, karena
metode pengukuran tersebut telah digunakan pada penelitian sebelumnya oleh
Carslaw dan Kaplan, 1991; Hossain dan Taylor, 1998; Ahmad dan Kamarudin,
2003; Wiwik Utami, 2006; Almosa dan Alabbas, 2007; Moch. Shulthoni 2012.
Klasifikasi variable dummy yaitu, jika perusahaan yang diberi pendapat
unqualified akan diberi angka 1 dan jika perusahaan tidak diberi pendapat
unqualified akan diberi angka 0.
2.
Variabel Dependen ( Y )
a.
Audit Delay
Dijelaskan sebelumnya bahwa audit delay didefinisikan sebagai lamanya
waktu antara berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal laporan
audit (Ashton et al., 1987; Carslaw dan Kaplan, 1991).Variabel ini diukur secara
32
kuantitatif (jumlah hari) yang hasil akhirnya akan ditunjukkan dalam ukuran ratarata waktu (mean).
1.
Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua skala pengukuran, yaitu:
a.
Skala Rasio adalah skala yang menghimpun semua sifat yang dimiliki
oleh skala nominal, skala ordinal, serta skala interval. Data rasio adalah
data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolute. Untuk variabel audit delay (AUD),
ukuran perusahaan (SIZE), rasio solvabilitas
(DEBT), dan tingkat
profitabilitas (PROFT).
b.
Skala Nominal merupakan skala yang paling sederhana dimana angka
yang diberikan pada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan
kategori tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanya sekedar kode.
Untuk variabel opini auditor (OPIN).
Tabel 3.1
Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel
Definisi
AUD
Pengukuran
Rumus
jumlah
Jumlah
Skala
hari
dari
Rasio
33
hari yang dibutuhkan
auditor independen
untuk menyelesaikan
laporan
audit
independen.
tanggal tutup buku
perusahaan
smpai
tanggal
ditandatanganinya
laporan
audit
independen.
SIZE
Ukuran
besarnya
perusahaan
yang
dapat dilihat dari
total asset.
SIZE = total asset.
Rasio
ROA
Analisa kemampuan
perusahaan
dalam
menciptakan
laba
dengan
menggunakan asset
yang dimilikinya.
ROA = laba bersih
setelah pajak/ total
asset
Rasio
DEBT
Mengukur
tingkat
aset perusahaan yang
telah dibiayai oleh
penggunaan hutang
DEBT=
total
liabilitas/total asset
Rasio
OPIN
Pendapat
auditor
yang
dituangkan
dalam laporan audit
paling umum adalah
laporan audit standar
yang
unqualified,
yang biasa juga
disebut
laporan
standar
bentuk
pendek.
Variabel
dummy
dengan memberi nilai
1 untuk unqualified
opinion dan nilai 0
untuk
selain
unqualified opinion.
Nominal
Sumber : Diolah oleh peneliti
34
E.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumulkan data dan informasi yang diperlukan guna pembahasan
masalah dan penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode pengumpulan
data :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research),
Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang ada
mengambil data laporan keuangan tahunan perusahaaan hubungannya dengan
penelitian skripsi ini. Hal tersebut dimaksudkan sebagai sumber acuan untuk
membahas teori yang mendasari masalah dalam penelitian ini. Metode
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melihat
dokumen yang sudah terjadi (laporan keuangan dan laporan audit perusahaan).
Laporan keuangan auditan perusahaan diperoleh dari akses website Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id). Metode pengumpulan data menggunakan teknik
dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen yang sudah terjadi (laporan
keuangan dan laporan audit perusahaan).
F.
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang
telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
35
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan
yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2010-2011 yang telah diaudit oleh
auditor independen. Sifat data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Jenis data
Data Sekunder adalah, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika.
G.
Populasi dan Sampling
1.
Populasi
Gumilar (1999: 20) mengutip Sugiyono menyebutkan bahwa populasi
merupakan obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 68
perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri yang terdaftar di
dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 - 2011.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel yang
dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadaan populasi. Sampel dalam
penelitian ini, diambil dengan menggunakan metode secara tidak acak (non
probability) berdasarkan kriteria (purposive sampling). Kriteria dalam penentuan
sampel berdasarkan teknik non probability antara lain:
36
a.
Perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri yang
terdaftar secara terus-menerus dan menerbitkan laporan keuangan tahunan
selama tahun 2010 – 2011.
b.
Perusahaan sektor industri dasar-kimia dan sektor aneka industri go public
memperoleh laba selama tahun 2010 – 2011.
c.
Menampilkan data tanggal laporan audit independen tahun 2010 -2011.
d.
Laporan keuangan ditampilkan menggunakan mata uang rupiah tahun
2010 – 2011.
Berdasarkan purposive sampling yang telah dilakukan (tabel 3.2) maka
terdapat 36 perusahaan yang menjadi objek penelitian.
No
1
2
3
4
5
Tabel 3.2
Prosedur dan Hasil Pemilihan Perusahaan Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Penelitian
Total
Total Perusahaan sektor industri dasar-kimia
68
dan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI
2010-2011
Dikurangi
perusahaan
yang
laporan
(15)
keuangannya tidak lengkap selama berturutturut 2010-2011
Perusahaan
yang
menampilkan
rugi
(10)
komperhensif 2010-2011
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan
(7)
keuangan dalam mata uang rupiah 2010-2011
Sampel penelitian
36
Table 3.3
37
Daftar Nama Perusahaan Sektor Industri Dasar-Kimia dan Sektor Aneka Industri
yang menjadi Sampel Penelitian
N
Nama Perusahaan
Tahun
o
1 PT. Alaska Industrindo Tbk
2010 – 2011
2 PT. Asahimas Flat Gass Tbk
2010 – 2011
3 PT. Arwana Citramulia Tbk
2010 – 2011
4 PT. Astra Internasional Tbk
2010 – 2011
5 PT. Astra Otopart Tbk
2010 – 2011
6 PT. Sepatu Bata Tbk
2010 – 2011
7 PT. Primarindo Asia Infrastruktur Tbk
2010 – 2011
8 PT. Indo Korsa Tbk
2010 – 2011
9 PT. Berlina Tbk
2010 – 2011
10 PT. Citra Tubindo Tbk
2010 – 2011
11 PT. Ever Shine Tex Tbk
2010 – 2011
12 PT. Eterindo Wahanatama Tbk
2010 – 2011
13 PT. Goodyear Indonesia Tbk
2010 – 2011
14 PT. Gajah Tunggal Tbk
2010 – 2011
15 PT. Panisia Indosyntec Tbk
2010 – 2011
16 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk
2010 – 2011
17 PT. Indo Rama Sythentics Tbk
2010 – 2011
18 PT. Indo Spring Tbk
2010 – 2011
19 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
2010 – 2011
20 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk
2010 – 2011
21 PT. KMI Wire & Cable Tbk
2010 – 2011
22 PT. Kabelindo Murni Tbk
2010 – 2011
23 PT. Leyand Internasional Tbk
2010 – 2011
38
H.
24 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
2010 – 2011
25 PT. Multistrada Araha Sarana Tbk
2010 – 2011
26 PT. Nipress Tbk
2010 – 2011
27 PT. Pan Brother Tbk
2010 – 2011
28 PT. Asia Pasific Fibers Tbk
2010 – 2011
29 PT. Prima Alloy Stell Universal Tbk
2010 – 2011
30 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk
2010 – 2011
PT. Supreme Cable Manufakturing &
31 Commerce Tbk
2010 – 2011
32 PT. Surya Intrindo Makmur Tbk
2010 – 2011
33 PT. Selamat Sempurna Tbk
2010 – 2011
34 PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk
2010 – 2011
35 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
2010 – 2011
36 PT. Voksel Electric Tbk
2010 – 2011
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis mengunakan 2 metode analisis data, yaitu:
39
Analisa Statistika Deskriptif
i.
Analisa Statistika Deskriptif
berkenaan dengan bagaimana data dapat
digambarkan (dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya
menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel
atau grafik), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut,
sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, minimun, maksimum dan standar
deviasi dari variable-variabel yang diteliti. Metode ini digunakan untuk
mendeskriptifkan yang berguna sebagai alat untuk menganalisa data dengan cara
menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum.
2.
Analisis statistika inferensial
Analisis statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan
melakukan
pengambilan
keputusan
berdasarkan
analisis
data,
misalnya
melakukan pengujian hipotesis, melakuk