S STR 1201708 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya membantu anak
mengembangkan berbagai aspek perkembangan, dan salah satunya adalah
perkembangan kognitif. Didalam perkembangan kognitif ditemukan suatu
kemampuan yaitu kemampuan berimajinasi. Pendidikan anak usia dini atau usia
pra sekolah adalah masa anak belum memasuki pendidikan formal. Pendidikan
anak usia dini merupakan satu pendidikan yang memiliki peran sangat penting
untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki
jenjang pendidikan selanjutnya. Pembentukan anak usia dini akan menjadi cikal
bakal pembentukan karakter anak negeri, sebagai titik awal pembentukan SDM
berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggung jawab,
inovatif, kreatif, proaktif, dan partisipatif serta semangat dan mandiri. Anak yang
mengikuti pendidikan anak usia dini menjadi lebih mandiri, disiplin dan mudah
diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal sehingga anak
menjadi lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuknya.
(UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 1, butir 14), pada prinsipnya kebutuhan
anak usia dini harus disesuaikan dengan hakikat anak, antara lain ingin
bermain, bernyanyi, ingin tahu, ingin meniru, ingin mencoba dan jujur.

Bredecam, dkk (dalam Rustini, 2013, hlm. 92) mengatakan bahwa secara
umum karakteristik anak usia dini, diantaranya: bersifat unik,
mengekspresikan perilakunya secara spontan, bersifat aktif dan enerjik,
egosentris, memiliki rasa ingin tahu, bersifat eksploratif dan berjiwa
petualang, umumnya kaya dengan fantasi, masih mudah frustasi, masih
kurang pertimbangan dalam bertindak, memiliki daya perhatian yang
pendek, anak merupakan masa belajar yang potensial, semakin menunjukan
minat terhadap teman.

1
Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Dalam karakteristik anak usia dini pada tingkat usia 4-6 tahun memiliki ciriciri karakter diantaranya adalah perkembangan fisik anak sangat aktif,
perkembangan kognitif (daya pikir) semakin pesat, perkembangan bahasa semakin
baik, anak senang mendengarkan cerita atau dongeng, anak dapat memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkannya, keingin tahuan anak

terhadap lingkungannya. Dengan demikian potensi anak sangat penting untuk
dikembangkan potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosio-emosional,
kemampuan fisik dan sebagainya. Anak usia dini senang mendengarkan cerita atau
dongeng sehingga dengan stimulus cerita anak dapat berimajinasi karena dunia
anak adalah dunia imajinasi (Khoerunnisa, 2013, hlm. 1). Imajinasi ini anak
sedang bekerja keras luar biasa. Hal ini di karenakan oleh stimulus yang diberikan
visualnya. Kinerja imajinasi yang sungguh-sungguh atas stimulus visualisai inilah
yang melahirkan pikiran kreatif pada setiap orang. Dari pemikiran kreatif inilah,
lahir berbagai penemuan baru hasil rekayasa imajinasi dan mata pikiran. Imajinasi
atau daya pikir kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
Berimajinasi sangat esensial dalam pengembangan kemampuan intelektual
dan bahasa, anak mengingat ide dan kata yang telah mereka alami karena
mereka dapat menggabungkan ide dengan gambaran dalam pikiran mereka
(Beaty, 2010, hlm. 54).
Imajinasi ini merupakan suatu bentuk pikiran atau ingatan yang sampai saat
ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan secara formal.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa imajinasi merupakan ide
atau bentuk pikiran yang dapat membayangkan, mengembangkan khayalan
kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Melalui stimulus
cerita diharapkan anak memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan

sekitarnya.
Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik,
orang tua kepada anak-anaknya, pendongeng kepada pendengarnya. Cerita
merupakan suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan
Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang digunakan untuk
mencapai tujuan cerita. Cerita juga dapat mengoptimalkan perkembangan
psikologis dan kecerdasan anak secara emosional. Cerita atau dongeng merupakan
salah satu metode yang dapat dijadikan alternative untuk mengarahkan mereka ke
arah yang lebih baik.
Majid (2002) menyatakan bahwa bercerita pada masa awal sekolah adalah
bagian terpenting dari pendidikan sebagai berikut.
Dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsurunsur tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Dari sinilah
tumbuh kepentingan untuk mengambil manfaat dari cerita di sekolah,
pentingnya memilih cerita, dan bagaimana cara menyampaikan pada anak.

Oleh karena itu, penetapan pelajaran bercerita pada masa awal sekolah
adalah bagian terpenting dari pendidikan. (hlm. 4-5).
Sejalan dengan pendapat Majid, selanjutnya.
Bahrul Ulum (2011, hlm. 3) mengemukakan bahwa cerita merupakan salah
satu alat kognisi yang paling ampuh yang dimiliki oleh para siswa, yang
tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan. Cerita
membentuk pemahaman emosional kita terhadap isi. Cerita dapat
membentuk isi dunia nyata dan juga materi fiksional. Pembentukan cerita
dunia nyata inilah yang menjanjikan nilai paling besar dari pengajaran.
Dalam buku Seni dan Pendidikan Seni (Masunah, 2012, hlm. 275)
mengemukakan bahwa cerita merupakan salah satu rangsang ide yang dapat
mendorong anak berimajinasi gerak.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa cerita merupakan kegiatan yang terdapat
ide, imajinasi, pengalaman, dan gaya bahasa yang menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya
untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa yang erat kaitannya dengan
keindahan dan digunakan untuk mencapai tujuan cerita.
Dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian
yang luar biasa, terjadi di luar nalar manusia yang penuh fantasi dan khayalan


Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

(fiksi). Adapun macam-macam dongeng atau jenis-jenis dongeng diantaranya
legenda/cerita rakyat, sage, mite/mitos, parabel dan fabel. Sehubungan dengan hal
diatas, maka dalam kesempatan ini peneliti mengambil cerita fabel sebagai
stimulus cerita untuk anak usia dini. Cerita fabel atau yang sering disebut cerita
binatang karena cerita fabel adalah salah satu cerita yang diperankan oleh binatang
yang menyerupai gerak-gerik manusia mulai dari bergerak, dan berkomunikasi
selain itu binatang tersebut dapat berbicara, makan dan minum.
Kehidupan bermain anak berkaitan dengan alam binatang, materi yang biasa
mereka gunakan di dalam belajar menggerakan anggota tubuh mereka secara
teratur itu merupakan bentuk-bentuk gerakan yang senantiasa mereka alami
dan lihat dalam kehidupan mereka sehari-hari atau bentuk gerak yang selaras
dengan dunia anak (Rusliana, 1990, hlm. 9).
Folklor sebagai suatu disiplin, atau cabang ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri di Indonesia, belum lama dikembangkan orang. Kata folklor adalah

pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal
dari dua kata dasar folk dan lore.
Folk sama artinya dengan kolektif (collectivity), folk adalah sinonim dengan
kolektif, yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang
sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat.
Dan lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan
secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Dundes, 1965, hlm. 2).

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
Adapun ciri-ciri pengenal utama folklor pada umumnya, yang termasuk
kedalam teori cerita fabel adalah penyebaran pewarisannya disebarkan secara lisan
melalui tutur kata dari mulut ke mulut, bersifat tradisonal disebarkan dalam bentuk
standar, folklor ada (exist) dalam varian-varian yang berbeda perbedaannya hanya
terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasar nya dapat tetap bertahan

Tiara Septiani Rahayu, 2016

PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

serta folklor bersifat anonim yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang
lagi.

Di dalam buku Folklor Indonesia (Danandjaja, 1984, hlm. 86) membagi
jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni:
1. Dongeng binatang (fabel)
2.Dongeng biasa (ordinary folktales)
3.Lelucon dan anekdot (jokes dan anecdotes)
4.Dongeng berumus (formula tales)
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan
binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan,
dan serangga. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan
berakal budi seperti manusia. Dalam suatu kebudayaan binatang-binatang itu
biasanya terbatas pada beberapa jenis, di Eropa (Belanda, Jerman, dan Inggris)
binatang itu adalah rubah (fox) yang bernama Reinad de Fox. Di Amerika Serikat

binatang itu ada beberapa, tergantung pada pendukungnya, pada orang Negro
misalnya, adalah kelinci yang bernama Brer Rabit dan pada orang Indian Amerika
(Amerindian) adalah binatang coyote (sejenis anjing hutan), rubah, burung gagak,
dan laba-laba. Di Indonesia binatang itu adalah pelanduk (Kancil) dengan nama
sang Kancil, atau seekor kera. Binatang-binatang itu semuanya mempunyai sifat
yang cerdik, licik dan jenaka.
Di dalam dongeng binatang Indonesia, tokoh yang paling popular adalah si
Kancil, tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu folklor dan antropologi
disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu. Dalam dongeng si Kancil ini
dapat kita mengetahui kepribadian folk Jawa, yang mendukung dongeng si Kancil,
yaitu untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam dongeng itu ke
dalam benak anak-anak.
Dari isi-isi dongeng si Kancil juga dapat menyimpulkan bahwa Kancil
mewakili tipe ideal orang Jawa atau Melayu-Indonesia sebagai lambang
kecerdikan yang tenang dalam mengahadapi kesukaran, selalu dapat dengan
Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6


cepat memecahkan masalah yang rumit tanpa banyak ribut-ribut tanpa
banyak emosi (McKean, 1971, hlm. 83-84).
Dengan mempelajari dongeng si Kancil ini, dari segi isinya dapat
menyimpulkan adanya pertentangan di antara binatang dengan binatang. Melalui
cerita fabel ini akan memberikan pengalaman lebih kepada anak selain dari
dongengnya juga dari imajinasi anak. Dengan begitu siswa diberi kesempatan
untuk menjadi diri sendiri dalam menciptakan tokoh dari dongeng dan dapat
mengembangkan daya imajinasinya yang tinggi melalui gerak. Dengan stimulus
cerita anak bebas menciptakan apapun gerakan yang dia mau sesuai dengan tokoh
yang ada dalam dongeng. Proses melalui stimulus cerita fabel ini akan
memberikan stimulus untuk anak berimajinasi yang bertujuan untuk menumbuh
kembangkan imajinasi siswa dalam gerak.
Moeslichatoen (2004, hlm. 157) mengemukakan bahwa metode bercerita
merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan
membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru
harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan
pendidikan bagi anak TK.
Ungkapan diatas menjelaskan bahwa metode cerita merupakan salah satu
teknik yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan imajinasi anak dan

mengembangkan kreativitas gerak terhadap cerita fabel yang disampaikan oleh
guru yang dapat meningkatkan kreativitas nya melalui gerak, karena kegiatan ini
sangat menyenangkan bagi anak usia dini yang bersifat unik dan menarik yang
menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu
sampai tuntas. Guru juga harus pandai memilih cerita sehingga menarik perhatian
anak. Setelah anak tertarik maka guru akan lebih mudah mengarahkan anak untuk
mengikuti pembelajaran. Melalui metode bercerita inilah para pendidik
menularkan pengetahuan dan menanamkan budi pekerti yang luhur serta
mengembangkan aspek untuk mengembangkan imajinasi dan meningkatkan
kreativitas anak usia dini secara efektif.

Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Sebelum peneliti melakukan eksperimen, peneliti mengadakan observasi
awal, observasi ini dilakukan guna mengetahui keterampilan imajinasi gerak
dalam stimulus cerita sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti ajukan.

Pembelajaran seni tari di TK/TPA Yaspimi berjalan dengan baik, walaupun pada
usia anak TK terbilang susah diatur, sehingga peneliti menyiasati untuk selalu
bermain dengan mereka agar dapat lebih dekat secara psikolog. Karena pada saat
observasi peneliti menemukan bahwa siswa-siswi TK/TPA Yaspimi cenderung
malu-malu ketika belajar dengan orang asing (bukan guru TK/TPA Yaspimi).
Peneliti selalu menyempatkan untuk bermain dengan anak-anak, dan hasilnya
mereka sangat dekat dan sudah tidak malu-malu lagi.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti harus merancang
sebuah program pembelajaran sebagai media atau acuan dalam proses belajar,
sehingga tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas A1, tahap
berikutnya adalah proses stimulus cerita, peneliti menggunakan materi cerita fable.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk menggali lebih
dalam seberapa besar daya serap anak terhadap isi cerita yang disampaikan oleh
guru sehingga akan berpengaruh pada imajinasi gerak anak usia dini. Untuk itu
peneliti mencoba mengangkatnya ke dalam judul “Pengaruh Stimulus Cerita
Terhadap Imajinasi Gerak Anak Usia Dini Di TK/TPA Yaspimi”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Setelah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dilapangan peneliti
menemukan permasalahan diantaranya yaitu: siswa-siswi TK/TPA Yaspimi
cenderung malu-malu ketika belajar dengan orang asing (bukan guru TK/TPA
Yaspimi). Tidak adanya guru yang berlatar belakang seni tari, sehingga siswa
jarang belajar kesenian khususnya seni tari. Solusi yang harus dilakukan peneliti
selalu menyempatkan untuk bermain dengan anak-anak, dan hasilnya mereka
sangat dekat dan sudah tidak malu-malu lagi. Pembelajaran khusunya seni tari
yang mampu mendorong siswa untuk berimajinasi gerak agar mendapatkan hasil
Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

yang maksimal. Maka peneliti akan menerapkan pengaruh stimulus cerita terhadap
imajinasi gerak anak usia dini.
2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi di atas, ada beberapa
permasalahan yang peneliti tuangkan dalam bentuk pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh proses stimulus cerita untuk anak usia dini?
2. Bagaimana pengaruh cerita terhadap imajinasi gerak anak usia dini?

C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah, penelitian ini diarahkan untuk
mencapai beberapa tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini untuk memahami imajinasi anak melalui
stimulus yang disampaikan oleh guru.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses stimulus cerita untuk anak usia dini.
2. Mengetahui imajinasi gerak anak usia dini.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh stimulus cerita
terhadap imajinasi gerak anak usia dini.
b. Mengungkapkan gambaran yang bermakna tentang pengaruh stimulus cerita
terhadap imajinasi gerak anak usia dini.
c. Mengenai hasil dari proses stimulus cerita terhadap imajinasi gerak anak
usia dini.

Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini beserta hasilnya diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan imajinasi anak usia dini dalam stimulus cerita terhadap
imajinasi gerak anak usia dini.
b. Bagi Siswa Anak Usia Dini
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dan memotivasi siswa
anak usia dini untuk meningkatkan dan mengembangkan imajinasi anak dan
memberikan pengalaman belajar kepada anak usia dini.
c. Bagi Guru
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat mengarahkan dan mendorong
seorang guru berusaha meningkatkan mutu kualitas sebagai seorang
pendidik dengan meningkatkan kemampuan dalam memberikan dorongan
semangat belajar kepada para peserta didik.
d. UPI
Dapat diajadikan sebagai bahan referensi atau masukan bagi mahasiswa
yang sedang melaksanakan penelitian dan hasil laporan ini juga dapat
dijadikan sebagai daftar pustaka UPI khususnya di Departemen Pendidikan
Seni Tari, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi ini dituangkan seperti berikut.
Bab 1 Pendahuluan: Menguraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan, tujuan umum dan khusus penelitian,
manfaat penelitian dilihat dari manfaat secara teori (manfaat teoritis) dan secara
praktik (manfaat praktis), serta struktur organisasi skripsi.
Bab II Kajian Pustaka: Menguraikan tentang penelitian-penelitian terdahulu
yang sejenis, untuk melihat persamaan dan perbedaannya agar posisi teoritik
peneliti jelas dan tidak terjadi duplikasi. Selanjutnya peneliti memaparkan teoriteori atau pendapat para ahli yang relevan dengan fokus penelitian ini, agar dapat
Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

dijadikan landasan teori oleh peneliti diantaranya mengenai pengertian imajinasi,
penegrtian cerita, konsep pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini,
karakteristik anak usia dini dan pembelajaran seni tari untuk anak usia dini.
Bab III Metode Penelitian: Bab ini memaparkan secara teknis mengenai
desain penelitian yang memuat metode dan pendekatan penelitian, langkahlangkah pengumpulan data (tempat penelitian, teknik pengumpulan data, analisis
data, menulis laporan penelitian), instrument penelitian, definisi operasional,
populasi dan sampel, skema/alur penelitian, identifikasi jenis variabel, asumsi dan
hipotesis.
Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan: Berisi paparan tentang temuantemuan penelitian mengenai proses stimulus cerita untuk anak usia dini dan
imajinasi gerak anak usia dini serta analisis temuan pada bagian pembahasan
temuan penelitian.
Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi: Berisi kesimpulan dari hasil
analisis temuan penelitian, dan peneliti memberikan implikasi dan rekomendasi
bagi para pembuat kebijakan, bagi penggunaan hasil penelitian, bagi peneliti
berikutnya, dan bagi pemecahan masalah dilapangan dari hasil penelitian.
Daftar pustaka berisi dari daftar sumber pustaka yang dirujuk dan dijadikan
refrensi oleh peneliti, baik yang bersumber dari buku, jurnal maupun internet.
Bagian akhir dilengkapi dengan berbagai lampiran, yaitu RPP, pedoman
(instrument test), SK penelitian , dokumentasi pembelajaran, dan riwayat hidup

peneliti.

Tiara Septiani Rahayu, 2016
PENGARUH STIMULUS CERITA TERHADAP IMAJINASI GERAK ANAK USIA DINI DI TK/TPA YASPIMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu