Makna dan Arti Umpasa Batak Toba: Suatu Tinjauan Resepsi Sastra

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun

yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain (Alwi, dkk, 2003: 588). Konsep-konsep yang dipakai di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
2.1.1

Makna
Mansoer Pateda (2001: 79) mengemukakan bahwa istilah makna

merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut
selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2.1.2

Arti
Arti adalah maksud yang terkandung dalam perkataan, kalimat.


(KBBI, 2007)
2.1.3

Umpasa
Umpasa adalah puisi Batak Toba yang terdiri dari dua, tiga, empat

larik atau lebih dapat diperbandingkan dengan karmina, pantun biasa, dan
jenis talibun dalam sastra Indonesia lama (Simbolon apul, dkk, 1986)
2.1.4

Batak Toba
Pada umumnya masyarakat Batak Toba yang tinggal di Provinsi

Sumatera Utara, khususnya di daerah Toba dibagi menjadi empat
Kabupaten yaitu: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir,

Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir. Dengan letak
geografis 1030’ - 2040’ Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur.
2.1.5


Resepsi Sastra
Resepsi sastra merupakan penelitian teks sastra dengan bertitik
tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap
teks itu. Karya sastra tidaklah sama hasil pembacaan, pemahaman,
dan penilaian sepanjang masa atau dalam seluruh golongan
masyarakat tertentu. (Pradopo, 2001: 117).

Ini adalah fakta yang diketahui oleh setiap orang yang sadar akan
keragaman makna yang diberikan kepada karya sastra.
2.2

Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan landasan teori karena landasan teori

merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Teori adalah pendapat yang
didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi
(Alwi, 2005: 117).
2.2.1


Resepsi Sastra
Dalam ilmu sastra, teori yang menekankan pada aspek pembaca

dikenal dengan teori resepsi. Menurut Jauss, selaku perintis jalan teori
resepsi, kepada pembacalah terutama karya sastra itu ditujukan
(Irwansyah, 1989: 17). Dalam metode resepsi, peran pembaca sangat
mendominasi. Pembaca berperan aktif dalam memberikan tanggapan atau
memberi makna sebuah karya sastra. Dalam teori resepsi yang menjadi
perhatian utama adalah pembaca karya sastra di antara jalinan segitiga
pengarang, karya sastra, dan masyarakat pembaca (Jauss, 1974: 12). Hal
ini disebabkan bahwa kehidupan historis sebuah karya sastra tidak

terpikirkan tanpa partisipasi para pembaca. Pembaca itu memunyai
peranan aktif, bahkan merupakan kekuatan pembentuk sejarah (Jauss,
1974: 12).
Resepsi mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak
terbitnya selalu mendapat resepsi atau tanggapan dari para pembaca.
Dalam meneliti karya sastra berdasarkan metode respsi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan pendekatan sinkronik dan diakronik.
Sinkronik ialah cara penelitian terhadap karya sastra dalam satu masa atau

periode. Jadi, yang diteliti adalah tanggapan pembaca dalam satu kurun
waktu. Namun, harus diingat bahwa dalam satu kurun waktu itu bisa ada
norma-norma yang yang sama dalam memahami karya sastra. akan tetapi,
karena tiap-tiap orang itu memunyai cakrawala harapan sendiri,
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, bahkan juga ideologinya,
maka mereka akan menanggapi sebuah karya sastra dengan berbeda
Untuk mengetahui tanggapan-tanggapan yang berbeda dapat
dikumpulkan dengan cara wawancara kepada pembaca sekurun waktu.
Kemudian dapat diteliti tanggapan dari masing-masing pembaca. Dengan
demikian dapat disimpulkan karya sastra pada satu kurun waktu.
Penelitian

secara

diakronis

ialah

penelitian


dengan

menngumpulkan tanggapan-tanggapan pembaca ahli sebagai wakil-wakil
pembaca dari tiap-tiap periode. Misalnya saja, bila orang akan meneliti
konkretisasi dan nilai sajak Chiril Anwar, maka dapat diteliti bagaimana
pembaca semasa karya itu terbit, kemudian diteliti resepsi-resepsi pada

periode-periode selanjutnya, dan resepsi pada periode sekarang ini
terhadap karya-karya tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui atau
dapat disimpulakan bagaimana nilai estetika sebuah karya sastra
berdasarkan resepsi-resepsi disetiap periode itu.
2.3

Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat

(sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku
primbon. (Alwi, dk, 2003: 912).
Penelitian dengan menggunakan pendekatan resepsi sudah pernah
dilakukan peneliti sebelumnya. Adapun peneliti yang sudah pernah mengkaji

dengan pendekatan resepsi adalah Nicolaus (2015) dalam skripsinya yang
berjudul Interpretasi Mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Budaya USU Stambuk 2011 Terhadap Antologi Puisi Suara Peri dan Mimpi :
Kajian Resepsi Sastra. Dalam skripsi tersebut, Nicolaus membahas Interpetasi
Mahasiswa terhadap Nilai Estetika yang terdapat dalam antologi puisi Suara Peri
dan Mimpi.