Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Bullying dengan Teman Di SMP Negeri 2 Blangpidie Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara menyelenggarakan pendidikan demi cita-cita nasional bangsa
yang bersangkutan. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk
mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam
bidang ekonomi, sosial, politik ilmu pengetahuan, teknologi dan dalam bidangbidang kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa
berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan.
Hal tersebut tidak secara otomatis dapat terwujud karena banyaknya
permasalahan yang menghinggapi dunia pendidikan itu sendiri, diantaranya
adalah fasilitas sekolah dan prilaku siswa. Permasalahan mengenai fasilitas
sekolah, misalnya: banyaknya bangunan sekolah yang rusak bahkan roboh dan
minimnya alat peraga pendidikan maupun sarana penunjang yang lain. Selain itu,
terjadi permasalahan pada prilaku siswa, misalnya: prilaku mencotek saat ujian,
perkelahian (tawuran) antar pelajar yang berakibat pada kematian. Salah satu
masalah yang berkembang di sekolah adalah perilaku bullying pada siswa.
Bullying sebagai salah satu bentuk tindakan agresif merupakan permasalahan
yang mendunia, salah satunya di Indonesia. Prilaku bullying sangat rentan terjadi
pada remaja putra dan remaja putri. Menurut konteksnya, prilaku bullying dapat
terjadi pada berbagai tempat, mulai dari lingkumgan pendidikan atau sekolah,

tempat kerja, rumah, lingkungan tentangga, tempat bermain, dan lain-lain. Pada

saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi prilaku bullying. Dari data
National Mental Health and Education Center tahun 2004 di Amerika diperoleh
data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam
lingkungan sosial dimana 15% dan 30% siswa adalah pelaku bullying dan korban
bullying. Prevalensi prilaku bullying yang meningkat dari tahun ke tahun elah
menimbulkan kerusakan atau kerugian yang besar. Selain itu, prilaku bullying ini
tidak mendapatkan Intervensi dalam penanganannya, selain mediasi secara efektif
mengurangi konflik di antara anak-anak yang menjadi korban bullying Astuti, R.P
(2008).
Prilaku merusak atau aksi kekerasan di sekolah sudah menjadi persoalan yang
serius. Di Indonesia kejadia bullying akhirnya mencuat setelah terdapat korbankorban yang meninggal. Sayangnya, data survei secara nasional mengenai
prevalensi bullying di Indonesia tidak dapat di temukan. Beberapa hasil penelitian,
misalnya yang dilakukan unit PKPM (Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat)
Universitas Atma Jaya didanai UNICEF (United Nation Children’s Fund)
melakukan survei intensif terhadap ratusan anak SD dan SLTP Sulawesi Selatan,
Jawa Tengah, dan Sumatra Utara dari Desember 2005 hingga Maret 2006 (Sonia,
2008). Sebagian responden mengaku pernah mengalami penindasan dalam
berbagai variasi di sekolah. Banyak anak tercatat mengalami gangguan psikologis,

bahkan mengarah pada gangguan patologis. Anak-anak ini, sering merasa cemas.
Mereka juga kerap dilanda ketakutan memperoleh hukuman, merasa teraniaya,
atau depresi. Sebagian mengalami perasaan rendah diri tidak berarti dalam
lingkungannya.

Astusi, R.P, (2008) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa prilaku
bullying merupakan faktor resiko dalam berkembangnya depresi pada pelaku dan
korban bullying. Dalam Semai Jiwa Amini (SEJIWA) 2008 dijelaskan bahwa hal
yang paling ekstrim mengenai dampak psikologis dari bullying yaitu munculnya
gangguan psikologis misalnya rasa cemas yang berlebihan, merasa ketakutan,
depresi, dan memiliki keinginan untuk bunuh diri serta munculnya gejala
gangguan stres pasca trauma.
Hasil survey yang ditemukan oleh Plan Indonesia dan sejiwa yang dilakukan
pada 1500 siswa SMP dan SMA di tiga kota besar yaitu Jakarta, Yogyakarta dan
Surabaya. Tahun 2008 menjelaskan bahwa tindakan bullying pernah terjadi di
sekolah. Kategori tertinggi pembullian secara psikologis berupa pengucilan.
Sebuah studi menunjukkan 67% pelajar di kota – kota besar di Indonesia
menyatakan bahwa di sekolahnya pernah terjadi bullying (Eunike & Kusnadi,
2009). Data ini masih memiliki kelemahan karena penelitian tidak hanya
dilakukan pada anak sekolah dasar tetapi dilakukan juga pada sekolah menengah

pertama dan menengah atas. Data yang ada di Indonesia saat ini menunjukkan
bahwa 31,8% siswa sekolah menengah pertama pernah mengalami bullying
(Farida, 2006).
Dalam hal ini prilaku bullyingjuga terjadi pada siswa SMP di Aceh.
Khususnya pada siswa di SMPN 2 Blangpidie Aceh Barat Daya. Pertimbangan
dilakukan penelitian pada siswa SMPN 2 Blangpidie berdasarkan hasil kegiatan
pengumpulan data awal pada tanggal 3 Desember 2014 diketahui adanya beberapa
indikator yang mengarah pada prilaku bullying pada siswa, seperti meminta uang

dengan paksa, prilaku mencotek, adanya siswa yang merasa kuat mengancam
pada siswa yang lemah seperti contohnya minta dibuatkan pekerjaan rumah, dan
semuanya dilakukan secara berulang.
Beberapa bullying lain yang muncul di SMPN 2 Blangpidie berdasarkan hasil
survei pendahuluan diantaranya adalah pemalakan atau meminta sesuatu secara
paksa seperti makanan, minuman, pensil, pulpen atau penghapus, meminta yaitu
berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang diejek menangis,
selain itu juga kebiasaan untuk memanggil temannya dengan nama yang bukan
nama siswa yang sebenarnya dan melecehkan secra berulang-ulang.
Hal ini diperkuat melakui wawancara dengan salah satu guru SMPN 2
Blangpidi, terungkap beberapa kasus yang terjadi pada siswa SMP. Kasus yang

sering terjadi adalah seorang siswa SMP bertindak sebagai bos bagi temantemannya yang lemah. Layaknya seorang bos, anak ini akan selalu minta sesuatu
misalnya uang, makanan ringan yang dibawa temannya hingga meminta bahan
contekan (PR atau ulangan), bahkan disertai dengan ancaman bila temannya
tersebut tidak memberikannya.
Berdasarkan latar belangkang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul ”faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying (kekerasan)
dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014.

B. Perumusan Masalah
Apakah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi bullying (kekerasan)
dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying
(kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat
Daya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku bullying (kekerasan) dengan teman di
SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

b. Untuk mengetahui faktor keluarga terhadap terjadinya bullying
(kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh
Barat Daya.
c. Untuk mengetahui faktor teman terhadap terjadinya bullying
(kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh
Barat Daya.
d. Untuk mengetahui faktor media terhadap terjadinya bullying
(kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh
Barat Daya.

D. Mamfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat sebagai berikut:
1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pendidikan dalam
pembinaan faktor siswa yang mengalami perilakubullying atau kekerasan
lebih dini dan awal.
2. Bagi Penelitian
Sebagai wahana untuk menerapkan ilmu yang didapat dan memperluas
wawasan pengetahuan dibidang penelitian dan solusi (dalam mencapai

mutu pengetahuan tentang faktor perilaku bullying atau kekerasan pada
siswa)
3. Bagi Penulis Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutmya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku bullying
terhadap teman.
4. Bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menghindarkan
siswa dari prilaku bullying atau kekerasan terhadap teman sebaya.