KEPRIBADIAN PADA LANJUT USIA

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

KEPRIBADIAN PADA LANJUT USIA
LINK DOWNLOAD [236.00 KB]
BAB XXIX
KEPRIBADIAN PADA LANJUT USIA
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat :
1. Memahami kepribadian pada lanjut usia.
Mengetahui ciri-ciri kepribadian pada lanjut usia, implikasinya
Mengetahui tipe-tipe kepribadian pada lanjut usia
2. Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pelayanan psikogeriatri
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka penulis mengharapkan anda sudah akan dapat:
1. Menunjukkan perhatian terhadap ciri-ciri kepribadian pada lanjut usia.
Membaca lebih lanjut tentang kepribadian pada lanjut usia.
Dapat memberikan pengetahuan tentang kepribadian pada lanjut usia kepada rekan sejawat.
2. Membaca lebih lanjut mengenai cara-cara penatalaksanaan pada lanjut usia dari tipe kepribadiannya.
I. PENDAHULUAN

Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah ?beranjak jauh? dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila seseorang yang sudah
beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan
cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Pada usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antar usia madya dan lanjut usia. Akan tetapi orang sering
menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang kurang baik dalam menandai permulaan lanjut usia karena terdapat
perbedaan tertentu di antara individu-individu dalam usia pada saat mana lanjut usia mereka mulai.
Karena kondisi kehidupan dan perawatan yang lebih baik, kebanyakan pria dan wanita zaman sekarang tidak menunjukkan
tanda-tanda penuaan mental dan fisiknya sampai usia enam puluh lima, bahkan sampai awal tujuh puluhan. Karena alasan tersebut,
ada kecenderungan yang meningkat untuk menggunakan usia enam puluh lima sebagai usia pensiun dalam berbagai urusan, sebagai
tanda mulainya lanjut usia.
Tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi lanjut usia dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh
puluh dan lanjut usia yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Orang dalam usia enam puluhan biasanya
digolongkan sebagai usia tua, yang berarti antara sedikit lebih tua atau setelah usia tujuh puluh, yang menurut standar beberapa
kamus berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan masa mudanya.
II. KEPRIBADIAN
Kepribadian tidak lain merupakan suatu ?kesatuan fungsional yang khas? bagi setiap manusia, yang mencerminkan corak kebiasaan
seseorang dalam mengadakan reaksi terhadap segala rangsangan (baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya), sehingga
setiap individu mempunyai ciri yang saling berbeda.
Mengingat komponen yang menggambarkan corak kebiasaan seseorang dalam bereaksi tercermin dalam perilaku sehari-hari,

tentunya perilaku para lanjut usia dapat diidentikkan dengan kepribadian mereka. Demikian pula banyak textbook yang selalu
menggabungkan pembahasan kedua aspek tersebut, padahal aspek-aspek psikologis/kemampuan mental sebenarnya mempunyai
makna yang lebih luas, mencakup alam perasaan/emosi maupun alam pikirannya.
Pendapat umum sering kali mengidentikkan para lanjut usia sebagai kelompok yang lemah, merepotkan, rapuh, tersingkir,
keluhannya selalu bermacam-macam/bertumpuk dan kalau sakit sering cerewet, mudah mengalami depresi, sulit menyesuaikan diri
dan masih banyak hal lain lagi yang negatif. Memang demikiankah sebenarnya?
Pengamatan Psikososial Terhadap Kepribadian
Apabila Sigmund Freud mendasari pengamatannya melalui perkembangan libido, di mana dorongan psikoseksual manusia dipelajari
dan dicatat berdasarkan fase-fase perkembangan yang disebut sebagai fase oral, fase anal, fase phalik, fase laten dan fase genital,
Erik Erikson (1902-1994) mengamatinya dari sudut yang agak berbeda.
Erikson mendasari teorinya melalui observasi bertahun-tahun, yang kemudian dituangkan dalam buku yang ditulisnya berjudul The

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

Eight Ages of Man. Ia mengatakan, perkembangan kepribadian yang sifatnya berkesinambungan ini memerlukan pentahapan yang

baik. Tiap stadium/tahapan ini perlu diakhiri dengan diciptakannya suatu kebijakan tertinggi yang akan diraih oleh setiap manusia
yang matang adalah Integritas Ego, yang tidak lain berbentuk suatu keutuhan kebijaksanaan/wisdom.
Secara garis besar Erikson mengatakan bahwa setiap individu yang ingin mencapai Integritas Ego seyogyanya melewati setiap fase
kehidupan dengan baik, dan setiap penyulit yang dihadapi oleh manusia dalam mencapai kebijakan dasar dalam setiap stadium tadi
akan menjadi penyulit dalam mencapai kematangan emosional. Kedelapan stadium serta kebijakan dasar yang terungkap dalam teori
Erikson adalah sebagai berikut: Satu tahun pertama kehidupan akan dilewati seorang bayi dengan baik bila ia memperoleh kasih
sayang yang cukup, sehingga ia merasa bahwa dirinya memang pantas untuk hidup secara layak. Dalam fase ini, kebijakan dasar
yang dicapai oleh bayi tadi adalah Basic Trust. Apabila seorang bayi tidak memperoleh pemeliharaan yang baik dari lingkungannya,
ia akan tumbuh menjadi orang yang penuh curiga dan tak akan pernah mempercayai sekelilingnya.
Bayi mulai aktif dan bergerak ke sana kemari, yakni ketika mereka berusia 1-3 tahun. Pada saat seperti ini terbentuklah sikap
Autonomi yang mulai memisahkan ego si anak terhadap orangtuanya. Ia mulai mencoba kebiasaanya berjalan dan berlari tanpa rasa
takut. Bila dalam proses ini terjadi hambatan, anak tadi akan berkembang menjadi anak yang penuh ragu-ragu dan malu.
Antara 3-5 tahun, terbentuk stadium yang disebut Initiative. Pada masa ini seorang anak seyogianya merasa bebas untuk
berimajinasi, dan mengujinya dengan kenyataan. Ia akan menirukan orang dewasa dan mulai berusaha untuk berperan aktif dalam
permainan dengan teman sebaya. Gangguan dalam stadium ini akan mengakibatkan anak menjadi mudah menyalahkan diri/kurang
berinisiatif.
Sejak anak mulai menginjak sekolah (6-11 tahun) ia mulai memperoleh kesempatan yang lebih besar lagi dalam menjalankan peran
dan berprestasi. Kemampuan sosial dan akademis baik melalui permainan di sekolah, pekerjaan rumah dan angka yang diperoleh di
sekolah akan memberikan rasa berharga dan fase ini dikenal sebagai fase Industry. Bila ia tidak dapat bersaing disaat ini akan terjadi
rasa rendah diri dan inferiority complex yang dapat berlangsung lama dalam hidup.

Identity atau pencapaian Identitas Ego biasanya terjadi pada usia 15-21 tahun, ketika remaja tadi mulai mengetahui peran
gender/kelamin dan mulai tahu bahwa antar-kelompok sudah ada yang menjadi pemimpin. Ia meletakkan dirinya menjadi salah satu
anggota kelompok dan mengetahui sampai di mana ia dibutuhkan oleh teman dan hubungan mereka dengan kelompok lain yang
berbeda. Stagnasi dalam fase ini dapat mengakibatkan hal yang sangat serius. Istilah ?Krisis identitas? yang dilontarkan oleh Erikson
terhadap remaja Amerika Serikat sekitar 25 tahun yang lalu menjadikan nama Erikson sangat popular di antara pakar psikologi dan
sosiologi.
Intimacy atau keakraban diperoleh pada usia 21-40 tahun. Pada fase ini manusia mulai menginjak dewasa?ia mulai memilih teman
yang sesuai dengan hasrat dan kesenangan yang ada pada dirinya. Ia mulai mendalami kehidupan keakraban dengan teman yang
lebih sama idealismenya. Saat ini pula ia mulai memilih teman hidup yang kira-kira mempunyai pandangan yang sama untuk hari
depan. Dalam fase ini, bila seseorang tidak dapat menyesuaikan diri, ia akan mengalami keterasingan dalam hidup, apalagi kalau
mengalami kegagalan.
Generativity (40-60 tahun), suatu fase yang mengantarkan manusia menjadi orang tua yang baik terhadap anak-anak mereka.
Hubungan suami-istri yang harmonis dan keberhasilan rumah tangga akan memberikan perasaan yang berhasil sebagai manusia
produktif. Sebutan ?kepala rumah tangga? atau ?ibu? mencerminkan peran khusus bagi seseorang dalam masyarakat. Keberhasilan
dalam karier atau dalam mendidik anak akan memberikan rasa bahagia tersendiri. Kesulitan yang dihadapi dalam masa ini akan
menjadikan orang tadi mengalami rasa bahagia tersendiri. Kesulitan yang dihadapi dalam masa ini akan menjadikan orang tadi
mengalami stagnasi dalam proses berikutnya dan menyebabkan ia merasa tak mampu dalam mengarungi samudra kehidupan. Rasa
miskin diri dan mengasihani diri secara berlebihan akan menjadi suatu momok dalam menghadapi masa depan.
Ego Integrity merupakan muara yang ingin dicapai oleh setiap Lanjut Usia (diatas 60 tahun). Untuk itu, mereka yang justru telah
mengalami kemunduran fisik dan merasa bahwa hidup mereka sudah dekat dengan akhir hayat perlu mengetahui bahwa pada

masa-masa semacam ini kasih sayang dari lingkup keluarga terdekat, kerabat dan bahkan lingkungan terdekat merupakan sumber
kenikmatan tersendiri. Pada masa ini seorang yang merasa bahwa dirinya diterima dan dihargai oleh sekelilingnya merupakan
anugerah yang tidak mungkin dapat dinilai dengan materi.
Kita mengenal bermacam bahasa dalam menggambarkan kepribadian seseorang. Demikian pula, di bidang psikologi telah dipakai
ratusan tolok ukur dalam melukiskan kecenderungan pribadi secara teoretik, tetapi secara umum penggunaan istilah tadi perlu
disederhanakan. Beberapa pusat penelitian yang independen mengupayakan pemilihan istilah secara paling sederhana dan
sistematik, dan ternyata ?Model Lima Faktor? ini dapat melukiskan hampir semua kecenderungan kepribadian seseorang.
Aspek Neurotisisme, Ekstraversi, dan Kretivitas / Keterbukaan serta Kesetiakawanan dan Ketekunan / Ketelitian dipakai untuk
menggambarkan kepribadian seseorang.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

Tabel Model Lima Faktor
FAKTOR SKOR RENDAH SKOR TINGGI
Neurotissisme

Ekstraversi
Kreativitas/Keterbukaan
Kesetiakawanan/Kesepakatan
Ketelitian/Ketekunan Kalem/tenang
Temperamen seimbang
Perasaan puas diri
Rasa nyaman
Tidak emosional
Berani
Menarik diri
Menyendiri
Pendiam
Pasif
Pemurung
Emosi tumpul
Mengurung diri
Tidak kreatif
Konvensional
Cenderung rutin
Tidak mau tahu

Konservatif
Kejam/ Tega
Curiga
Kikir
Ngotot/Melawan
Kritis
Mudah tersinggung
Sering lalai
Malas
Acak-acakan
Sering terlambat
Tak berambisi
Seenaknya Khawatir
Temperamen tinggi
Menyalahkan diri
Tegang
Emosional
Mudah tersinggung
Penuh kasih
Mudah bergaul

Banyak bicara
Aktif
Ceria
Perasa
Suka berangan-angan
Kreatif
Orisinal

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

Bervariasi
Keingintahuan tinggi
Liberal
Berbelas kasih
Percaya

Murah hati
Penurut
Lemah lembut
Baik hati
Teliti
Kerja keras
Rapi
Tepat waktu
Ambisius
Konsisten
III. KEPRIBADIAN DAN LANJUT USIA
A.Stabil atau Berubah ?
Menurut sejarah, masa dewasa dianggap sebagai masa yang stabil antara pertumbuhan masa kecil dan masa tua. Teori bahwa
individu mengalami reassessment pribadinya pada usia sekitar 40-krisis umur pertengahan telah banyak diterima. Meskipun
teori-teori sering mengalami konflik satu sama lain, tetapi terdapat kesamaan bahwa kedewasaan bukanlah suatu masa datar
(plateau), tetapi suatu masa pertumbuhan dinamis dan perubahan kepribadian.
B. Perbedaan-Perbedaan Ciri Kepribadian Pada Usia Pertengahan
Sewaktu mengalami tes empiris, bagaimanapun, suatu gambaran yang sangat berbeda muncul. Teori-teori digambarkan dapat
memberi masukan bahwa, rata-rata perubahan prediksi dalam ciri-ciri kepribadian seharusnya muncul dengan berjalannya umur dan
bahwa hal-hal yang lainnya sama atau seimbang, perubahan-perubahan ini seharusnya muncul sebagai perbedaan-perbedaan level

pertengahan dalam studi-studi seksi silang. Lebih awal studi seksi silang sample-sample kecil menghasilkan suatu hasil-hasil kecil
yang bermacam-macam dan tidak konsisten. Bagaimanapun, sewaktu skala-skala pendek menekan dimensi III paham nuorotik,
ekstraversi, dan pembukaan terhadap pengalaman yang diuji demi sampel-sampel nasional dengan lebih dari 10.000 responden,
hasilnya jelas.
Ada perbedaan yang sangat kecil dalam ketiga aspek-aspek kepribadian ini, bagi orang dewasa antara 25 tahun hingga 75 tahun. Ada
kemunduran-kemunduran yang penting secara sistematik dalam semua ketiga ciri, namun cukup kecil dalam jarak.
Lebih jauh tidak ada bukti bahwa nilai kepribadian berbeda bagi individu-individu sekitar masa krisis pertengahan hidup atau sekitar
masa pensiun, yang kemungkinan dinasehatkan oleh beberapa teori peran dasar kepribadian.
Tanpa memperhatikan contoh-contoh semua studi-studi seksi silang dibatasi oleh pembauran perbedaan generasi dengan perbedaan
umur. Perbedaan umur yang kecil dapat berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam pola membesarkan anak selama lebih
abad yang lalu. Untuk ulasan tersebut, hasil-hasil dari studi secara longitudinal dimana individu yang sama di tes ulang didasarkan
perbedaan umur yang penting secara khusus. Beberapa studi secara longitudinal memiliki analisa pembahasan secara longitudinal
yang dilaporkan menggunakan bermacam-macam alat standar kepribadian. Meskipun perubahan-perubahan masa remaja dan masa
dewasa sering terlihat ada kalanya perbedaan umur dilaporkan bagi orang dewasa yang lebih tua. Contoh : kemunduran kecil dalam
sebuah tingkat aktivitas, studi mayoritas yang besar melaporkan sedikit atau tidak ada perubahan pada ciri-ciri kepribadian
menjelang umur 30 tahun. Beberapa studi mencangkup individu yang dites diatur umur 90 tahun, tidak ada bukti yang konsisten atas
perubahan dalam level rata-rata dari ciri-ciri kepribadian, bahkan dalam umur yang kian bertambah.
C. Stabilitas Perbedaan-Perbedaan Individu
Fakta bahwa nilai rata-rata suatu variable tidak berubah dari waktu-kewaktu, tidak perlu bahwa keanekaragaman tersebut konstan
antar individu. Pada beberapa orang, nilai variable ini mungkin bertambah, sementara pada yang lainnya mungkin mengalami

penurunan.
Namun salah satu teori perkembangan kepribadian tertua membuktikan bahwa, perubahan yang seimbang tersebut seharusnya bisa
terlihat pada masing-masing individu yang berkembang dalam aspek kepribadian kehidupan terakhir, yang mengalami
ketidakaktifan dalam awal kehidupan. Studi seksi silang tidak dapat berbicara mengenai hal ini, namun penelitian secara longitudinal
dapat. Suatu tingkat dimana individu-individu mengalami hubungan yang sama dinilai oleh hubungan pertalian dan koefisien,

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

hubungan positif menyatakan secara tidak langsung perbedaan stabilitas individu, dimana korelasi yang rendah dan negatif
menganjurkan bahwa ada perubahan substansi dalam individu waktu dites ulang.
Penelitian baru yang menggunaan NEO Personality Inventory, suatu pertanyaan yang mengukur model 5 faktor. Data laporan diri
dari 6 tahun tes ulang yang menggunakan 398 pria atau wanita, mulai umur 25 tahun hingga 84 tahun termasuk dalam skala kategori
teori neurotisme, ekstroversi dan openness. Data tes ulang 3 tahun yang menggunakan 360 pria dan wanita termasuk dalam skala
agreeableness dan conscientiousness jarak korelasi tes ulang dari umur 63 tahun hingga 83 tahun dan terdapat korelasi tinggi yang
seimbang pada subyek yang lebih muda dan lebih tua, bagi pria dan wanita. Hubungan ini hampir sama derajatnya dengan skala
realibilitas tes ulang pendek dan hasilnya sangat kuat menunjukkan bahwa ke-5 dimensi utama kepribadian utama sangat stabil pada
masa dewasa.
Kadang-kadang hal ini diperdebatkan bawa stabilitas tinggi ini mungkin disebabkan konsep diri yang mengkristal, yaitu bahwa
individu-individu menggembangkan gambaran diri mereka pada awal kehidupannya dan mempertahankan gambaran ini meskipun
ada perubahan-perubahan kepribadian.
Suatu cara untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menguji stabilitas atau perubahan deskripsi yang dibuat oleh para ahli peneliti
dari luar. Nilai paham neurotisme, ekstroversi dan keterbukaan terdapat pada 89 pria dan 79 wanita. Nilai stabilitas koefisien selama
6 tahun dan 68 sampai 83 tahun mendorong pandangan bahwa perbedaan kepribadian individu mengalami stabilitas yang tinggi.
Hasil-hasil penemuan ini konsisten dengan hasil-hasil penelitian longitudinal yang luas, yang menggunakan sample-sample
keanekaragaman tes kepribadian yang bermacam-macam dan interval-interval hingga sampai 30 tahun. Studi terhadap perubahan
anak remaja menuju anak dewasa menunjukkan dimana memiliki tingkat stabilitas yang paling rendah, tetapi ada bukti yang jelas
bahwa terdapat keseimbangan dalam kepribadian pada masa kecil yang terus berlanjut dalam kombinasi hasil-hasil penemuan studi
menunjukkan menjelang usia 30 tahun, pria dan wanita telah mendapatkan kepribadian dewasa mereka, dan meskipun dengan
banyak intervensi terapi atau kejadian dan penyakit, mereka cenderung mempertahankan ciri-ciri ini seumur hidup mereka.
Penemuan-penemuan ini membuat perlunya untuk mengkaji ulang teori-teori penemuan yang popular. Beberapa orang cenderung
mengalami masa-masa krisis kepribadian, dan sewaktu mereka mencapai tahap pertengahan dalam kehidupan, krisis ini biasanya
berupa masalah pilihan karir, penurunan keadaan fisik dan ketidak puasan dalam perkawinan. Periode masalah-masalah pribadi
selama-bertahun-tahun dapat menyerupai krisis legenda kehidupan dalam tahap pertengahan, namun hanya satu bagian kecil dari
populasi yang biasanya mengalami krisis semacam ini. Nilai yang tinggi dari paham neurotisme merupakan prediposisi yang
mempengaruhi individu untuk mengalami krisis sepanjang hidupnya. Erikson yang terkenal dalam karyanya memaparkan bahwa
kehidupan orang dewasa terdapat perubahan-perubahan berarti dalam peran soaial dan pengharapan, namun tidak menggambarkan
perubahan pada kepribadian individu yang terselubung.
D. Implikasi Stabilitas Kepribadian
Ahli gerontologi kadang-kadang menganggap bahwa ilmu gerontologi adalah studi mengenai apa yang berubah dari umur; jika
kepribadian tidak berubah, mengapa mempelajari studi kepribadian dan proses menua? hal ini pasti merupakan pandangan yang
sempit dalam bidang ini yang menjadi pertanyaan oleh para ahli gerontology adalah ?apa yang terjadi terhadap keanekaragaman dari
umur atau usia individu?? dan jika jawaban terhadap hal tersebut tetap konstan, bahwa suatu pencarian yang penting secara potensial
ada didalamnya. Pertanyaan selanjutnya adalah ?mekanisme apa yang bertanggung jawab atas perubahan-perubahan tersebut? dan
bagaimana intervensi tersebut dapat mengakibatkan tingkat perubahan?? stabilitas kepribadian menunjukkan pertanyaan yang
berbeda tetapi pada umumnya dengan dasar yang sama adalah : Bagaimana kepribadian bisa stabil, meskipun terdapat perubahan
peran sosial, penurunan kognitif dan fisik, dan akumulasi pengalaman masa kehidupan? jenis intervensi macam apa yang diperlukan
untuk merubah aspek kepribadian yang tidak diinginkan?
Dalam konteks yang lebih besar, stabilitas kepribadian penting bagi ilmu gerontologi dan geriatri karena kepribadian itu sendiri
penting dalam begitu banyak masa-masa hidup. Kepribadian secara luas mempengaruhi keberadaan dan moral, suara-suara
vocasional, metode menghadapi kenyataan, relasi interpersonal dan persepsi kesehatan dan prilaku kesehatan. Dengan mengetahui
bahwa efek-efek ini cenderung bertahan selama masa dewasa, dapat menyediakan penilaian yang lebih dalam pada masa-masa hidup
yang lain.
E. Implikasi Bagi Individu
Penemuan-penemuan ini dimana kepribadian secara umum stabil pada masa dewasa sering sekali dipandang dengan ketidaksetujuan
oleh para ahli psikolog humanistic sedangkan yang lainnya lebih suka menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak
terbatas bagi pertumbuhan manusia. Sebaliknya hal ini dterima oleh mereka yang merasa takut bahwa umum dapat mengakibatkan
depresi, terisolasi, dan kekakuan. Jelasnya bagaimana seseorang mengevaluasi fakta tersebut tergantung pada pengharapan mereka
sendiri, hal ini juga tergantung seberapa puas mereka dengan keadaan kepribadiannya sekarang. Individu yang memiliki kepribadian

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

yang tenang dan gembira merasa bahagia bahwa biasanya memiliki kepribadian yang tetap. Mereka yang kurang bahagia dengan diri
mereka sebaiknya belajar menerima kenyataan bahwa mereka akan cenderung tetap demikian yaitu tidak bahagia kecuali mereka
menerima tahap yang konkrit termasuk konseling professional untuk merubah diri mereka. Waktu yang singkat tidak dapat merubah
atau mengembangkan kondisi mereka.
Stabilitas sifat-sifat kepribadian, gaya, dan motifasi merupakan hal-hal yang berperan bagi individu untuk membentuk identitasnya
dan belangsung secara berkesinambungan dan berhubungan dengan masa-masa hidup dewasanya. Perbedaan-perbedaan kestabilan
seseorang menyediakan suatu dasar bagi rencana realistic yang panjang. Para pelajar tidak akan masuk sekolah-sekolah kedokteran
kecuali mereka percaya bahwa ketertarikan mereka dalam pengobatan akan tetapa ada. Orang tidak akan menikah tanpa keyakinan
bahwa pasangannya akan memelihara karakter yang sekarang ditemukan akan tetap menimbulkan rasa sayang. Bagaimana orang
dapat merencanakan dengan sungguh-sungguh suatu hal yang damai atau suatu hal yang menggairahkan atau suatu masa pensiun
yang produktif jika mereka tidak yakin apakah mereka dapat terus memiliki ketenangan atau berpetualangan atau penghargaan?
Beberapa macam tipe umur menyediakan suatu dasar yang kurang bagi rencana masa depan dalam semua umur, kadar perbedaan
individu besar, pria dan wanita mempertahankan kepribadian mereka hingga masa tua.
F. Implikasi terhadap Psikiatri
Bagian-bagian lain dalam bab ini diperuntukkan untuk didiskusikan pada kondisi piskiatri dan diagnosanya juga pengobatannya
pada masa tua. Hal ini seharusnya diperuntukkan dengan jelas bagaimanapun bahwa perbedaan antara ciri-ciri kepribadian yang
normal dengan kondisi piskiatri sering menjadi satu tingkat. Suatu gangguan kepribadian khususnya dapat ditunjukkan sebagai
bentuk mal-adaptif dari ciri-ciri yang umum dan salah satu fokus dari penelitian sementara berhubungan dengan keadaan DSM III
axis II dengan model lima factor dari kepribadian yang normal. Kecemasan dan depresi juga kondisi-kondisi klinik yang dapat
menggambarkan kecenderungan jangka panjang untuk mengalami efek-efek ini.
Penemuan-penemuan terhadap stabilitas kepribadian relevan bagi kondisi diagnosa psikiatri bagi orang-orang tua. Masalah psikiatri
dapat mengakibatkan reaksi-reaksi terhadap tekanan-tekanan yang baru terjadi seperti kehilangan refleksi patologi organik,
kesinambungan pola-pola jangka panjang dari ketidakmampuan menyesuaikan diri, namun hal ini tidak mungkin mengakibatkan
masalah usia itu sendiri. Depresi khususnya bukan suatu hal yang dapat dihindarkan atau bahkan hal yang umum dari masalah
proses menua yang normal dan seharusnya dikenal sebagai suatu masalah kesehatan mental individualistis pada berbagai umur.
Di samping dasar dari suatu ketetapan yang normatif, ditandai dengan perubahan dalam kepribadian yang mungkin merupakan
indikasi dari suatu potologi. Sebagai contoh, perilaku yang tidak berkarakter dapat menjadi tanda pertama dari suatu sifat pikun yang
ditunjukan oleh anggota keluarga. Perubahan-perubahan yang nyata dalam kepribadian juga dapat dihubungkan dengan masalah
yang berhubungan dengan panca indera atau reaksi-reaksi pengobatan: tanda-tanda perubahan ini seharusnya menyadarkan para ahli
jiwa akan suatu evaluasi yang teliti dan sungguh-sungguh.
Suatu prognosa yang tepat berhubungan dengan hal ini. Secara historis para dokter enggan untuk melakukan suatu terapi terhadap
orang tua karena masa hidup mereka pendek dan karena para lanjut usia diyakini tidak mampu atau miskin. Suatu peningkatan
jumlah menurut ahli genopsikiatri dan psikiatri berbeda pendapat mengenai kedua hal ini, dan suatu penelitian menyatakan bahwa
lanjut usia sanggup beradaptasi bahkan dengan kejadian yang paling menegangkan sekalipun. Meskipun banyak kematian dari
pasangannya, hal ini diasosiasikan dengan resiko angka kematian yang paling tinggi dan mencolok dalam satu tahun disertai rasa
kehilangan, jumlah para janda yang meningkat dan para duda dalam melanjutkan kehidupan mereka dalam jangka panjang,
menunjukkan nilai yang menurun, atau tidak adanya bukti penurunan psikologi lanjut usia memperlihatkan rasa gembira yang
berlebihan secara kejiwaan.
Lanjut usia yang tadinya tidak bermasalah, suatu saat mengalami kemunduran yang bermakna perlu dipikirkan
kemungkinan-kemungkinan :
1. Awal terjadinya pikun / dementia.
2. Adanya penyakit organis yang tersembunyi, misalnya : kanker atau penyakit degeneratif.
3. Pemakaian obat jenis tertentu / salah minum obat?
G. Implikasi Untuk Evaluasi Medik dan Penatalaksanaannya
Selama bertahun-tahun kepribadian utama yang relevan bagi para dokter yang yakin akan pentingnya etiologi itu sendiri dalam
penyakit-penyakit tertentu. Konflik-konflik intrapsychic yang spesifik dahulu berkembang dalam bentuk-bentuk patologi yang
tertentu, tetapi pandangan-pandangan ini telah menemukan suatu support empiris yang sedikit. Pola perilaku tipe A, mereka yang
dalam hidupnya menomorsatukan karier, selalu ingin mencapai target hidup serta ambisi yang tinggi, umumnya dikenal oleh
National Heart, Lung and Blood Institut sebagai suatu faktor yang paling beresiko terhadap penyakit jantung coroner (CHD),
diabetes mellitus, kadar kolesterol yang tinggi sehingga kemungkinan terkena stroke akan lebih tinggi. Namun bagaimanapun ada

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:37 2017 / +0000 GMT

beberapa bukti bahwa aspek dari pola tipe A, Antagonis hostility, merupakan suatu pencetus CHD dan hal ini dapat menjelaskan
mengapa penelitian akhir-akhir ini menggunakan ukuran global tipe A ditemukan hubungan-hubungan yang khusus namun secara
luas dipercaya bahwa sifat sering marah, kecemasan dan depresi merupakan factor etiologi dalam perkembangan penyakit coroner
arteri, kanker, dan bermacam penyakit lainnya ternyata tidak dapat dibuktikan secara statistik.
Bukti sekarang menunjukkan suatu gabungan yang jelas dan interpretasi kritis dari individu yang ragu akan aspek kepribadian dan
merupakan indikator penyakit yang objektif. Jika ciri-ciri kepribadian tidak menunjukkan kondisi yang kronis, hal ini tidak mungkin
mengakibatkan efek yang lain pada kesehatan secara fisik pada akhirnya hal ini dapat menunjukkan bahwa model 5 faktor dari
kepribadian menawarkan suatu pola kerja yang komprehensif dimana kombinasi antara kepribadian dan penyakit dapat dinilai secara
sistematis.
Individu yang mempunyai derajat neuroticisme yang tinggi, ciri-cirinya: cemas, frustasi, depresi dan stress, sering melaporkan
keluhan yang berlebihan sehingga kunjungan ke dokter dan psikiater berkurang. Semakin bertambahnya usia, individu tadi juga
menujukkan kecenderungan mengidap gangguan kardiovaskuler, keluhan genitor-urinarik, keluhan sensorik lainnya dalam frekuensi
yang lebih tinggi. Gabungan keluhan secara medis dengan neuroticisme dan stabilitas neuroticisme melingkupi kehidupan orang
dewasa yang menunjukkan gejala yang dilaporkan seharusnya stabil, dan penelitian secara longitudinal secara umum
mengkonfirmasikan hipotesa ini. Total keluhan fisik yang ditunjukkan dalam Cornel Medical Index bahwa 6 tahun koefesien
stabilitas dari 74 dengan contoh dari 386 pria dalam Baltimore Longitudinal Studi of Aging, dan analisa perubahan level yang
penting menunjukkan pertumbuhan dengan panca indera, tetapi tidak ada perubahan yang konsisten dalam sistem lainnya. Subyek
yang tinggi nilai neurotiknya menunjukkan skors yang paling tinggi baik fisik maupun psikis dan usia.
Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penemuan ini, pertama, keyakinan yang besar bahwa individu menjadi hypochondria
karena usia mereka sudah tidak bisa mendukung. Perkembangan penggunaan pengobatan medis oleh pria dan wanita lanjut usia
merupakan respon yang rasional terhadap masalah kesehatan mereka, dan keluhan somatic seharusnya tidak dianggap sepele karea
pasien sudah lanjut usia.
Kedua, dokter seharusnya sadar bahwa perbedaan-perbedaan individu dalam berbagai macam rasa, ingatan dan timbulnya
gejala-gejala medis. Individu yang angka neurotiknya meningkat dapat menunjukkan keluhannya, mengarah ke diagnosa yang tidak
tepat, dalam kasus ini tes lebih lanjut secara obyektif dapat dianjurkan. Individu yang nilai neurotiknya rendah juga membutuhkan
perhatian khusus, karena mereka cenderung meremehkan masalah, dan mereka mungkin tidak menghadapi suatu rutinitas yang
biasanya dilakukan oleh individu lainnya. Dengan cara ini, tanda-tanda penyakit pada fase awal bisa terlewati. Meskipun telah ada
penelitian yang sedikit terhadap relevansi dimensi ke-4 lainnya dari kepribadian dalam memperbaiki perilaku, ini merupakan alasan
untuk curiga kearah tersebut juga penting. Pasien-pasien yang lebih teliti seharusnya mampu mengontrol diet, dan cara hidup. Dan
lebih cermat dalam memilih pengobatan. Pasien-pasien yang tingkat kesadarannya rendah sebaiknya mendapat perhatian lebih dan
dimonitor oleh dokter.
IV. TIPE KEPRIBADIAN PADA LANSIA
Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar
serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).
Gambar 1. Oma dengan hasil karyanya
Pada lanjut usia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik, kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwa
atau tergolong patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebih nampak jelas setelah memasuki lanjut usia sehingga
masa muda diartikan sebagai karikatur kepribadian lanjut usia. Dengan memahami kepribadian lanjut usia, tentu akan lebih
memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lanjut usia tersebut secara khusus, dalam memperlakukan lanjut usia
dan sangat berguna bagi kita dalam mempersiapkan diri jika suatu hari nanti kita memasuki masa lanjut usia.
Adapun beberapa tipe kepribadian lanjut usia adalah sebagai berikut:
A. Tipe Kepribadian Konstruktif
Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan dan pola kehidupannya.
Sejak muda perilakunya positif dan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah, baik di rumah, di sekolah maupun dalam
pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis, sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga
dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah. Karier dalam pekerjaan juga lancar begitu juga dalam kehidupan
berkeluarga; tenang dan damai semua berjalan dengan normatif dan lancar. Dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian model ini
adalah tipe ideal, seolah-olah orang tidak pernah menghadapi permasalahan yang menggoncangkan dirinya sehingga hidupnya
terlihat stabil dan lancar. Jika tipe kerpibadian ini terlihat seolah-olah tidak pernah bermasalah hal itu terjadi karena tipe kepribadian
model ini mudah menyesuaikan diri, dalam arti, pandai mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya. Sifatnya pada masa

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:38 2017 / +0000 GMT

dewasa adalah mempunyai rasa toleransi yang tinggi, sabar, bertanggung jawab dan fleksibel, sehingga dalam menghadapi tantangan
dan gejolak selalu dihadapi dengan kepala dingin dan sikap yang mantap.
Pada masa lanjut usia model kepribadian ini dapat menerima kenyataan, sehingga pada saat memasuki usia pensiun ia dapat
menerima dengan suka rela dan tidak menjadikannya sebagai suatu masalah, karena itu post power sindrome juga tidak dialami.
Pada umumnya karena orang-orang dengan kepribadian semacam ini sangat produktif dan selalu aktif, walaupun mereka sudah
pensiun akan banyak yang menawakan pekerjaan sehingga mereka tetap aktif bekerja di bidang lain ataupun di tempat lain. Itulah
gambaran tipe kepribadian konstruktif yang sangat ideal, sehingga mantap sampai lanjut usia dan tetap eksis di hari tua.
B. Tipe Kepribadian Mandiri
Model kepribadian tipe ini sejak masa muda dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial, senang menolong
orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan atau
bantuan orang lain. Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip ?jangan menyusahkan orang lain? tetapi
menolong orang lain itu penting. Jika mungkin segala keperluannya diurus sendiri, baik keperluan sekolah, pakaian sampai mencari
pekerjaan dan mencari pasangan adalah urusan sendiri. Begitu juga setelah bekerja, dalam dunia kerja ia sangat mandiri dan sering
menjadi pimpinan karena aktif dan dominan. Perilakunya yang akif dan tidak mengenal pamrih, justru memudahkan gerak
langkahnya, biasanya ia mudah memperoleh fasilitas atau kemudahan-kemudahan lainnya sehingga kariernya cukup menanjak,
apalagi jika ditunjang pendidikan yang baik, maka akan mengantarkan model kepribadian yang mandiri menjadi pimpinan atau
manajer yang tangguh.
Dalam kehidupan berkeluarga model kepribadian ini umumnya sangat dominan dalam mengurus keluarganya. Semua dipimpin dan
diatur dengan cekatan sehingga semua beres. Seolah-olah dalam benaknya anak istri tidak boleh kerepotan dan jangan merepotkan
orang lain. Model tipe ini adalah ayah atau ibu yang sangat perhatian pada anak-anak dengan segala kebutuhannya.
Bagaimana model kepribadian tipe ini memasuki masa pensiun dan masa lanjut usia? Disinilah mulai timbul gejolak, timbul
perasaan khawatir kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan, status dan kedudukan sehingga cenderung ia menunda untuk
pensiun atau takut pensiun atau takut menghadapi kenyataan. Termasuk dalam kelompok kepribadian model ini adalah mereka yang
sering mengalami post power sindrome setelah menjalani masa pensiun. Sedangkan tipe kepribadian ini yang selamat dari sindrome
adalah mereka yang biasanya telah menyiapkan diri untuk memiliki pekerjaan baru sebelum pensiun, misalnya wiraswasta atau
punya kantor sendiri atau praktik pribadi sesuai dengan profesinya masing-masing dan umumnya tidak tertarik lagi bekerja disuatu
lembaga baru kecuali diserahkan penuh sebagai pimpinan.
C. Tipe Kepribadian Tergantung
Tipe kepribadian tergantung ditandai dengan perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan masa muda.
Kegiatan yang dilakukannya cenderung didasari oleh ikut-ikutan karena diajak oleh temannya atau orang lain. Karena pasif dan
tergantung, maka jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya,
karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang nyata. Pada waktu sekolah mereka biasanya dikenal
sebagai siswa yang pasif, tidak menonjol, banyak menyendiri, pergaulannya terbatas sehingga hampir-hampir tidak dikenal kawan
sekelasnya. Begitu juga saat menjadi mahasiswa, biasanya serba lambat karena pasif sehingga masa studinya juga lambat. Dalam
mencari pekerjaan orang tipe ini biasanya tergantung pada orang lain, sehingga masuk usia kerja juga lambat dan kariernya tidak
menyolok. Dalam bekerja lebih senang jika diperintah, dipimpin dan diperhatikan oleh orang lain atau atasan, namun jika tidak ada
perintah cenderung pasif seolah-olah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam pergaulan sehari-hari mereka cenderung
menunggu ajakan teman namun sesudah akrab sulit melupakan jasa baik temannya.
Dalam kehidupan perkawinan, karena orang pasif biasanya menikah terlambat dan memilih istri atau suami yang dominan, maka
dalam kehidupan keluarga biasanya akur, akrab, tentram tidak banyak protes, pokoknya mengikuti kehendak suami atau istri. Pada
saat pensiun mereka dengan senang hati menerima pensiun dan dapat menikmati hari tuanya. Masalah akan timbul jika pasangan
hidupnya meninggal duluan. Kejadian tersebut seringkali mengakibatkan mereka menjadi merana dan kadang-kadang juga cepat
menyusul, karena kehilangan pasangan merupakan beban yang amat berat sehingga mengalami stress yang berat dan sangat
menderita.
D. Tipe Kepribadian Bermusuhan
Tipe Kepribadian bermusuhan adalah model kepribadian yang tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung
sewenang-wenang, galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya. Sejak masa sekolah dan remaja biasanya mereka sudah
banyak masalah, sering pindah-pindah sekolah, tidak disenangi guru, dijauhi kawan-kawan sehingga sebagai siswa reputasinya
negatif. Begitu juga setelah jadi mahasiswa, dikampus biasanya mereka dikenal sebagai tukang bikin ribut, prestasi akademik
kurang, namun biasanya pandai pacaran, ganti-ganti pacar, berjiwa petualang (avonturir) dan mudah terjerumus dalam

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:38 2017 / +0000 GMT

minum-minuman keras, menggunakan narkotik dan sejenisnya. Dalam dunia kerja umumnya mereka tidak stabil, senang
pindah-pindah kerja atau pekerjaannya tidak menentu. Kalau menjadi pejabat cenderung foya-foya, menghalalkan segala cara dan
semua keinginan harus dituruti, demi memberikan kepuasan diri. Tipe ini juga dikenal tidak mau mengakui kesalahannya dan
cenderung mengatakan bahwa orang lain yang berbuat salah, banyak mengeluh dan bertindak agresif atau destruktif, pada hal dalam
kenyataan mereka lebih banyak berbuat kesalahan.
Model kepribadian bermusuhan ini juga takut menghadapi masa tua, sehingga mereka berusaha minum segala jenis jamu atau obat
agar terlihat tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut pensiun dan paling takut akan kematian. Biasanya pada
masa lanjut usia orang-orang dengan tipe ini terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan tidak puas dengan kehidupannya,
seolah-olah ingin hidup seribu tahun lagi.
E. Tipe Kepribadian Kritik Diri
Tipe kepribadian kritik diri ditandai adanya sifat-sifat yang sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa
bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan
keberadaan dirinya. Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak dilontarkan. Kalau
dapat nilai jelek, selalu mengkritik dirinya dengan kata dasar orang bodoh maka malas belajar. Begitu juga setelah dewasa dalam
mencari pekerjaan dan bekerja juga tidak berambisi yang penting bekerja namun karier tidak begitu diperhatikan. Keadaan itu
biasanya juga mengakibatkan kondisi sosial ekonominya juga menjadi pas-pasan, karena sulit diajak kerja keras.
Dalam kehidupan berkeluarga juga tidak berambisi, syukur kalau dapat jodoh, namun setelah menikah hubungan suami istripun
tidak mesra karena selalu mengkritik dirinya dengan segala kekurangannya. Karena kurang akrab berkomunikasi dengan suami atau
istri, maka mudah terjadi salah faham, salah pengertian dan mudah tersinggung. Kehidupan dalam keluarga kurang hangat dan
kurang membahagiakan dirinya. Dalam menghadapi masa pensiun mereka akan menerima dengan rasa berat, karena merasa lebih
tidak berharga lagi dan tidak terpakai. Model kepribadian inilah yang sering terlihat pada lanjut usia yang antara suami dan istri
menjadi tidak akur, sehingga masing-masing mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling mengacuhkan
walaupun hidup dalam satu atap.
F. Tipe Kepribadian Defensif
Orang ini biasa dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan. Emosi tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak
dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi ?menjadi tua?
dan tak menyenangi masa pensiun.
V. CIRI-CIRI LANJUT USIA
Sama seperti setiap peroide lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, lanjut usia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis
tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita lanjut usia akan melakukan penyesuian diri
secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri lanjut usia cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang
baik dan kepada kesengsaraan daripada kebahagiaan. Itulah sebabnya mengapa lanjut usia lebih ditakuti daripada usia madya dalam
kebudayaan Amerika.
A. Lanjut Usia Merupakan Periode Kemunduran
Seperti yang telah ditekan berulang-ulang orang tidak pernah bersifat statis. Karena itu, orang sering berubah secara konstan. Selama
bagian awal dari kehidupan perubahan itu bersifat evolusional dalam arti bahwa orang selalu menuju pada kedewasaan dan
keberfungsian. Sebaliknya, pada bagian selanjutnya, mereka tidak evolusional lagi, yang mencabut regresi kepada tahap awal.
Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang pada umumnya dikenal dengan istilah ?menua?.
Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi struktur baik fisik maupun mentalnya dan keberfungsiannya juga.
Periode selama lanjut usia, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi
terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai ?senescence?, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi
orang semakin tua pada usia lima puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju
kemunduran fisik dan mentalnya.
Istilah ?keuzuran? (senility) digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama lanjut usia apabila sudah terjadi disorganisasi
mental. Seseorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian, dan terasing secara sosial, maka penyesuaian dirinya pun buruk,
biasanya disebut ?uzur?. Keuzuran mungkin terjadi pada awal usia lima puluhan, atau malah tidak terjadi sama sekali karena telah
meninggal sebelum mengalami proses pemunduran tersebut.
Pemunduran itu sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan
suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai
penyebab psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:38 2017 / +0000 GMT

keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak. Akibatnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan
segera mati. Bagaimana seseorang mengatasi ketegangan dan stress hidup akan mempengaruhi laju kemunduran itu.
Demikian juga halnya bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran. Seseorang yang mempunyai motivasi
rendah untuk mempelajari hal-hal baru, atau ketinggalan dalam penampilan, sikap atau pola perilaku, akan semakin memburuk lebih
cepat daripada orang yang mempunyai motivasi yang kuat. Masa luang yang baru akibat tumbuhnya masa pensiun sering membawa
kebosanan yang semakin memperkecil dan melemahkan motivasi seseorang.
Gambar 2. Kegiatan bermain bersama
B. Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Dewasa ini, lebih banyak terjadi daripada dahulu kala bahwa menua itu mempengaruhi orang-orang secara berbeda. Maka tidak
mungkin mengklasifkasikan seseorang sebagai manusia lanjut yang ?tipikal? dan ciri ?tipikal? dari lanjut usia. Orang menjadi tua
secara berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosial ekonomi dan latar pendidikan yang berbeda, dan pola
hidup yang berbeda. Perbedaan kelihatan diantara orang-orang yang mempunyai jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila
pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin.
Bila perbedaan-perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, perbedaan-perbedaan tersebut akan membuat orang bereaksi
secara berbeda terhadap situasi yang sama. Sebagai contoh, beberapa orang berfikir bahwa masa pensiun itu merupakan berkah dan
keberuntungan, sedangkan orang-orang lain menganggapnya sebagai kutukan.
Sebagai kebiasaan/hukum umum bahwa proses menua fisik lebih cepat dibandingkan dengan proses menua mental, walaupun hal
yang sebaliknya seseorang sangat memikirkan proses ketuaannya dan membiarkan saja proses menua mentalnya terjadi apabila
tanda-tanda pertama ketuaan fisik tampak.
C. Usia Tua Dinilai dengan Kriteria yang Berbeda
Karena arti tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak muda, maka orang cenderung menilai tua itu
dalam hal penampilan dan kegiatan fisik. Bagi usia tua, anak-anak adalah lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa dan harus
dirawat, sedang orang dewasa adalah sudah besar dan dapat merawat diri sendiri. Orang tua mempunyai rambut putih dan tidak lama
lagi berhenti dari pekerjaan sehari-hari.
Pada waktu anak-anak mencapai remaja, mereka menilai lanjut usia dalam cara yang sama dengan cara penilaian orang dewasa,
yaitu dalam hal penampilan diri dan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya. Dengan mengetahui bahwa hal tersebut
merupakan dua kriteria yang amat umum untuk menilai usia mereka, banyak orang berlanjut usia melakukan segala apa yang dapat
mereka sembunyikan atau samarkan yang menyangkut tanda-tanda proses menua fisik dengan memakai pakaian yang biasa dipakai
orang muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Inilah cara mereka untuk menutupi diri dan membuat ilusi bahwa mereka
belum lanjut usia.
D. Berbagai Stereotipe Orang Lanjut Usia
Dalam kebudayaan orang Amerika dewasa ini, terdapat banyak stereotipe orang lanjut usia dan banyak kepercayaan tradisional
tentang kemampuan fisik dan mental. Stereotipe dan kepercayaan tradisional ini timbul dari pelbagai sumber, empat yang paling
umum dijelaskan berikut ini:
Pertama, cerita rakyat dan dongeng, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, cenderung melukiskan lanjut usia
sebagai usia yang tidak menyenangkan. Walaupun pendapat tersebut benar tentang beberapa gambaran orang berlanjut usia yang
bersikap baik dan mempunyai pengertian, tetapi banyak juga yang menggambarkan mereka, khususnya wanita sebagai orang yang
rewel dan jahat.
Kedua, orang yang berlanjut usia sering diberi tanda dan diartikan orang secara tidak menyenangkan oleh pelbagai media massa.
Contohnya, Shakespeare membuat 132 acuan tentang perubahan fisik dan perilaku yang menyertai lanjut usia.
Dia menggambarkan masa uzur sebagai berikut:
Babak terakhir dari segalanya,
Yang mengakhiri sejarah peristiwa aneh ini,
Adalah masa kekanak-kanakan tahap kedua, dan semata-mata kepikunan,
Kehilangan gigi, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, kehilangan pengecapan, dan kehilangan segalanya.
Shakespeare juga menulis tentang penampilan orang usia tua sebagai berikut:
Pakaiannya seperti anak muda , cukurannya bagus, dunianya yang begitu luas
Tulang keringnya mengkerut, dan suaranya berwibawa
Kembali lagi ke sifat yang lebih kekanak-kanakan,
berpipa dan suaranya berdesis.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:05:38 2017 / +0000 GMT

Salah satu dari beberapa referensi literer terhadap lanjut usia, antara lain dibuat oleh Browning:
Tumbuhlah menua bersama aku,
Yang terbaik sungguh terjadi,
Yang terakhir dari hidup, yang baginya yang pertama telah terjadi.
Gambaran orang lanjut usia dalam karya sastra puisi dewasa ini nampak cenderung bernada negatif. Sohngen dan Smith
menyimpulkan dari studinya tentang puisi modern, bahwa pekenannya terletak pada hilangnya daya fisik, hubungan sosial, dan
emosi. Mereka menulis, ?Gambaran tentang usia yang ditemukan dalam sebagian besar puisi dan sajak yang ada, adalah sama
dengan gambaran tipe-tipe stereotipe negatif dari kebudayaan popular.?
Cerita fiksi tidak lagi menarik dan menyenangkan bagi mereka yang berlanjut usia ketimbang puisi. Alasannya adalah karena dalam
kedua bentuk sastra tersebut orang berlanjut usia digambarkan secara negatif. Bagaimanapun juga ada bukti-bukti bahwa pada
tahun-tahun belakangan ini, cerita fiksi bagi anak-anak menggambarkan secara rinci orang berlanjut usia dalam nada yang kurang
negatif daripada di masa yang lalu.
Televisi telah ikut ambil bagian dalam mempopulerkan pendapat klise tentang orang lanjut usia. Karena sajiannya secara konstan
hanya menekankan pada kecantikan dan keperkasaan anak muda, maka orang berlanjut usia tampaknya tidak menarik dan tidak
efektif kalau digunakan sebagai pembanding. Walaupun televisi tidak secara langsung menekankan aspek negatif lanjut usia, tetapi
sesungguhnya secara tidak langsung televisi menonjolkan aspek negatif tersebut karena membandingkan orang berlanjut usia dengan
anak muda.
Ketiga, berbagai humor dan canda yang berbeda juga menyangkut aspek negatif orang lanjut usia, dengan acara yang tidak
menyenangkan dan klise yang sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai o